Anda di halaman 1dari 13

Agrokompleks Vol. 4 No.

9, Desember 2015

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT


(Lycopersicum esculentum Mill) PADA BERBAGAI DOSIS
BOKASHI KOTORAN SAPI DAN
VOLUME PENYIRAMAN

Abdul Rahim, Wa Ode Ernawati Marfi, La Sinaini


Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Wuna Raha

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mempelajari pengaruh pemberian bokashi
kotoran sapi dan volume penyiraman terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman tomat. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Parida Kecamatan Lasalepa
Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan selama empat
bulan yaitu mulai Juli sampai dengan November 2012. Penelitian disusun
berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam pola faktorial yang terdiri
atas dua faktor. Faktor pertama adalah bokashi kotoran sapi (K) yang terdiri atas
empat taraf yaitu : bokashi kotoran sapi dosis 0 t ha-¹ (K0), 10 t ha-¹ setara dengan
5 kg petakˉ¹ (K1), 20 t ha-¹ setara dengan 10 kg petakˉ¹ (K2), dan 30 t ha-¹ setara
dengan 15 kg petakˉ¹ (K3). Faktor kedua adalah volume penyiraman (V) yang
terdiri atas tiga taraf yaitu : volume pemberian air 0 l petakˉ¹ (V0), 15 l petakˉ¹
setara 3 mm (V1) dan 30 l petakˉ¹ setara 6 mm (V2). Variabel pengamatan
meliputi : tinggi tanaman, jumlah cabang, luas daun, jumlah bunga, jumlah buah
pertanaman, bobot per buah, dan Produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
interaksi antara bokashi kotoran sapi dan volume penyiraman berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman 2 dan 6 MST, jumlah cabang 6 MST, luas daun 6 MST,
jumlah bunga 45 HST, Berat buah pertanaman dan produksi tanaman tomat.
Bokashi kotoran sapi dan volume penyiraman secara mandiri berpengaruh
terhadap tinggi tanaman 2 MST, jumlah cabang 2 dan 4 MST, luas daun 4 MST,
jumlah bunga 50 HST dan jumlah buah 50, 55 dan 60 HST. Pemberian bokashi
kotoran sapi dosis 30 t haˉ¹ memberikan produksi rata-rata buah segar 904,16 g
tanˉ¹ atau 37,52 t haˉ¹ dan volume penyiraman 30 l petakˉ¹ memberikan produksi
buah segar rata-rata 872,50 g tanamanˉ¹ atau 36, 21 t haˉ¹.

I. PENDAHULUAN Indonesia berkisar 16,65 t haˉ¹


Tomat (Lycopersicum sedangkan produksi tomat di
esculentum Mill) termasuk tanaman Sulawesi Tenggara berkisar 59,88
sayuran buah mempunyai prospek ton dengan produktivitas 3,53 t haˉ¹.
cerah dalam upaya meningkatkan Sulawesi Tenggara
taraf hidup petani. Kebutuhan akan khususnya Kabupaten Muna
tomat yang terus meningkat merupakan daerah yang memiliki
mendorong berbagai upaya untuk prospek untuk pengembangan
meningkatkan produksi, baik secara tanaman tomat karena memiliki
intensifikasi maupun secara lahan kering yang cukup luas dengan
ekstensifikasi. Berdasarkan data curah hujan sedang. Tanah-tanah
Badan Pusat Statistik dan Direktorat yang terdapat di lahan kering
Jenderal Hortikultura Kementerian mempunyai kandungan bahan
Pertanian Republik Indonesia tahun organik tanah yang rendah sehingga
2011, produktivitas tomat di kapasitas tukar kation (KTK) tanah

42
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

juga rendah. Tingkat pelapukan pemberian air yang terlalu banyak


bahan organik di daerah tropika akan mengakibatkan padatnya
basah sangat intensif, sementara itu permukaan tanah, terjadinya
tingkat pencucian juga tinggi pencucian unsur hara, dan dapat pula
sehingga kadar bahan organik tanah terjadi erosi aliran permukaan dan
menjadi rendah. Menurut Nursyamsi erosi percikan. Air yang diperlukan
et al. (2005) ciri utama yang tanaman berada pada tingkatan air
menonjol di lahan kering adalah tersedia, yaitu antara kapasitas
terbatasnya air, makin menurunnya lapang dan titik layu permanen.
produktifitas lahan dan tingginya Berdasarkan uraian tersebut
variabilitas kesuburan tanah maka patut diduga bahwa
Pengembangan usahatani penggunaan bokashi kotoran sapi
tanaman tomat pada lahan kering dan volume penyiraman pada
diperlukan teknologi budidaya yang budidaya tomat dapat meningkatkan
tepat seperti pemberian bahan produktivitas tanaman tomat. Oleh
organik (bokashi). sehingga tanaman karena itu perlu dilakukan penelitian
tomat dapat tumbuh baik dan lebih lanjut yang berkaitan dengan
memberikan hasil yang maksimal. penggunaan bokashi kotoran sapi
Bokashi merupakan bahan yang dan efeisiensi penggunaan air
dihasilkan melalui fermentasi dengan dalam meningkatkan produksi
pemberian bahan aktif berupah tanaman tomat.
Effective Microorganisme (EM4).
Pemberian bokashi merupakan salah II. BAHAN DAN METODE
satu faktor pendukung yang penting Penelitian ini dilaksanakan di
untuk produksi tanaman pangan pada Desa Parida Kecamatan Lasalepa
lahan kering. Penggunaan bokashi Kabupaten Muna pada ketinggian
dapat meningkatkan efisiensi tempat 40 meter di atas permukaan
pemakaian pupuk anorganik, karena laut (dpl). Pelaksanaan penelitian ini
dapat meningkatkan daya pegang air berlangsung selama empat bulan
dan hara di tanah, mengurangi yaitu mulai Juli sampai dengan
besarnya erosi, mempertahankan Nopember 2012.
kelembaban, mengendalikan pH, Bahan yang digunakan dalam
memperbaiki drainase, mengurangi penelitian ini adalah benih tomat
pengerasan dan retakan serta lokal, kotoran sapi, larutan EM4,
meningkatkan kapasitas pertukaran dedak, sekam, gula dan pestisida.
ion dan aktifitas biologi tanah. Alat-alat yang digunakan meliputi
Selain pemberian bokashi, parang, pacul, timbangan analitik,
upaya untuk mengatasi kondisi lahan timbangan biasa, meteran,
kering adalah pemberian air secara handsprayer, gembor, ember, tali
proposional atau sesuai kebutuhan rafiah, pH meter, oven listrik,
tanaman. Fungsi air bagi tanaman termometer, Soil moisture meter,
adalah sebagai pelarut dan media gunting, kantung plastik, dan alat
dalam pengangkutan hara-hara tulis.
tanaman serta diperlukan sebagai Penelitian ini disusun
penyusun senyawa baru, sehingga air berdasarkan Rancangan Acak
merupakan bagian dari sel tanaman. Kelompok (RAK) dalam pola
Pemberian air pada tanaman harus faktorial yang terdiri atas dua faktor.
sesuai kebutuhan tanaman, karena Faktor pertama adalah bokashi

43
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

kotoran sapi (K) yang terdiri atas Jumlah buah pertanaman (buah)
empat taraf perlakuan yaitu bokashi dihitung pada umur 50, 55 dan 60
kotoran sapi dosis 0 t ha-¹ (K0), HST. Bobot per buah (g) dan
bokashi kotoran sapi dosis 10 t ha-¹ produksi ( t haˉ¹ ). Komponen
setara dengan 5 kg petakˉ¹ (K1), Penunjang antara lain Suhu tanah,
bokashi kotoran sapi dosis 20 t ha-¹ Kadar air tanah , suhu udara dan
setara dengan 10 kg petakˉ¹ (K2), curah hujan. Data hasil penelitian
dan bokashi kotoran sapi dosis 30 t dianalisis berdasarkan sidik ragam
ha-¹ setara dengan 15 kg petakˉ¹ apabila hasil uji menunjukkan F
(K3). Faktor kedua adalah volume hitung lebih besar dari F tabel maka
air penyiraman (V) yang terdiri atas dilanjutkan dengan uji BNT pada
tiga taraf perlakuan yaitu volume taraf kepercayan 95 % untuk
pemberian air 0 l petakˉ¹ (V0), mengetahui perbedaan antar
Volume pemberian air 15 l petakˉ¹ perlakuan (Steel dan Torrie, 1991).
setara 3 mm (V1) dan volume
pemberian 30 l petakˉ¹ setara 6 mm III. HASIL
(V2). 1. Tinggi Tanaman
Pengolahan tanah dilakukan Pemberian bokashi kotoran
sebanyak dua kali. Penanaman sapi memberikan pengaruh sangat
dilakukan dengan cara mengambil nyata terhadap tinggi tanaman pada
bibit tanaman tomat dipembibitan. umur 2, 4 dan 6 MST sedangkan
Bibit dipindahkan pada umur 4 volume penyiraman memberikan
minggu dan telah memiliki empat pengaruh sangat nyata terhadap
helai daun. Jarak tanam yang tinggi tanaman umur 6 MST dan
digunakan 60 cm x 40 cm. pengaruh nyata pada umur 2 MST.
Pemberian pupuk digunakan bokashi Interaksi kedua perlakuan
kotoran sapi yang diberikan satu berpengaruh sangat nyata terhadap
minggu sebelum tanam sesuai tinggi tanaman umur 6 MST dan
dengan dosis perlakuan. Penyiraman memberikan pengaruh nyata pada
dilakukan dua kali sehari pagi dan umur 4 MST.
sore hari dengan volume sesuai Tinggi tanaman tertinggi
dengan perlakuan. Pemeliharaan pada umur 2 MST ditunjukan pada
dilakukan dengan membersihkan perlakuan pemberian bokashi
gulma, pemasangan ajir bambu dan kotoran sapi dosis 30 t haˉ¹ dan
pemangkasan tanaman tomat penyiraman air volume 30 l petakˉ¹
dilakukan terhadap tunas air. Panen (Tabel 1a). Tinggi tanaman umur 4
dilakukan setelah buah tomat MST tertinggi ditunjukan pada
memasuki matang fisiologis dengan kombinasi pemberian bokashi
kriteria warna kulit buah berubah kotoran sapi dosis 30 t haˉ¹ dan
dari warna hijau menjadi kuning volume penyiraman 15 l petakˉ¹
kemerah-merahan. sedangkan pada umur tanaman 6
Variabel yang diamati dalam MST tinggi tanaman tertinggi
penelitian ini adalah Tinggi tanaman ditunjukan pada kombinasi
(cm), Jumlah cabang (cabang) dan pemberian bokashi kotoran sapi
luas daun (cm²), yang di ukur umur dosis 30 t haˉ¹ dan volume
2, 4 dan 6 MST ,Jumlah bunga penyiraman 30 l petak¹ (Tabel 1b).
dihitung pada umur 45 dan 50 HST,

44
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

Tabel 1a. Rata-rata tinggi tanaman tomat (cm) umur 2 MST pada berbagai
perlakuan dosis bokashi kotoran sapi dan volume penyiraman.
Tinggi tanaman Tinggi tanaman
Dosis Bokashi Volume Penyiraman
(cm) (cm)
B0 (Tanpa
V0 (Tanpa Penyiraman)
Bokashi) 22.42a 24.06a
B1 (Dosis 10 t V1 (Volume 15 l petak
22.94a
ha-¹) -¹) 24.85a
B2 (Dosis 20 t
ha-¹) 24.36 a V2 (Volume 30 l petak-
26.45 b
B3 (Dosis 30 t ¹)
ha-¹) 29.78b
BNT 0,05 1,89 BNT 0,05 1,63
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf kepercayaan 95%.
Tabel 1b. Rata-rata tinggi tanaman tomat (cm) umur 4 dan 6 MST pada berbagai
perlakuan dosis bokashi kotoran sapi dan volume penyiraman

Dosis bokashi
Volume penyiraman BNT
B0 (tanpa B1 (10 t B2(20 t B3(30 t
0,05
bokashi) haˉ¹) haˉ¹) haˉ¹)
V0 (Tanpa 43,00 𝑎 47,33 𝑏 47,42 𝑏 58,75 𝑐
Penyiraman) q p p p
V1 (Volume 15 l 45,50 𝑎 46,25 𝑏 48,92 𝑐 58,83 𝑑
1,23
petak-¹) r p p q
V2 (Volume 30 l 40,58 𝑎 48,00 𝑏 50,00 𝑏 55,83 𝑐
petak-¹) p q q P
BNT 0,05 1,42
Tinggi tanaman umur 6 MST
V0 (Tanpa 50,50 𝑎 86,58 𝑏 85,33 𝑏 95,33 𝑐
Penyiraman) p P p p
V1 (Volume 15 l 88,92 𝑎 87,67𝑎 92,13 𝑎 96,58 𝑏
2,08
petak-¹) q P q p
V2 (Volume 30 l 94,42 𝑎 95,80 𝑎 96,58 𝑏 104,58 𝑏
petak-¹) r Q q q
BNT 0,05 2,39
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris
yang sama (ab) dan pada kolom yang sama (pq) berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf kepercayaan 95%

2. Jumlah Cabang Tanaman nyataterhadap jumlah cabang


Pemberian bokashi kotoran tanaman umur 6 MST dan
sapi memberikan pengaruh sangat memberikan pengaruh tidak nyata
nyata terhadap jumlah cabang terhadap jumlah cabang tanaman
tanaman pada umur 2, 4 dan 6 MST umur 2 dan 4 MST Interaksi kedua
sedangkan volume penyiraman perlakuan berpengaruh nyata
memberikan pengaruh sangat terhadap jumlah cabang tanaman

45
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

umur 6 MST. Jumlah cabang cabang tertinggi ditunjukan pada


tanaman tertinggi pada umur 2 dan 4 kombinasi perlakuan pemberian
MST ditunjukan pada pemberian bokashi kotoran sapi 30 t haˉ¹ dan
bokashi kotoran sapi dosis 30 t haˉ¹ volume penyiraman 30 l petakˉ¹
(tabel 2a) dan umur 6 MST jumlah (tabel 2b)

Tabel 2a. Rata-rata jumlah cabang tanaman tomat (cabang) umur 2 dan 4 MST
pada berbagai perlakuan dosis bokashi kotoran sapi
Perlakuan Dosis Jumlah cabang (cabang) 2 Jumlah cabang (cabang) 4
Bokashi MST MST
B0 (Tanpa Bokashi) 0,47a 6,19b
B1 (Dosis 10 t ha-¹) 0.38a 4,89a
B2 (Dosis 20 t ha-¹) 0.36 a 6,53b
B3 (Dosis 30 t ha-¹) 0.77b 8,25c
BNT 0,05 0,15 0,70
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom
yang sama berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf kepercayaan
95%
Tabel 2b. Rata-rata jumlah cabang tanaman tomat (cabang) umur 6 MST pada
berbagai perlakuan dosis bokashi kotoran sapi dan volume penyiraman
Dosis bokashi
B0 B1 BNT
Volume penyiraman B2 B3
(tanpa (10 t haˉ¹) 0,05
(20 t haˉ¹) (30 t haˉ¹)
bokashi)
V0 (Tanpa 6,42 𝑎 9,42 𝑏 9,25 𝑏 11,00 𝑐
Penyiraman) p p p p
V1 (Volume 15 l 9,17 𝑎 10,75 𝑏 11,92 𝑏 13,50 𝑐
0,63
petak-¹) q q q q
V2 (Volume 30 l petak- 11,50 𝑎 12,75 𝑏 12,50 𝑎 17,08 𝑏
¹) r R q r
BNT 0,05 0,72
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris
yang sama (ab) dan pada kolom yang sama (pq) berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf kepercayaan 95%

3. Luas Daun Tanaman berpengaruh nyata terhadap luas


Pemberian bokashi kotoran daun tanaman umur 6 MST. Luas
sapi memberikan pengaruh sangat daun tertinggi umur 2 ditunjukan
nyata terhadap luas daun tanaman pada pemberian bokashi kotoran sapi
pada umur 2, 4 dan 6 MST dosis 30 t haˉ¹ (Tabel 3a) dan umur
sedangkan volume penyiraman 4 MST ditunjukan pada pemberian
memberikan pengaruh sangat nyata bokashi kotoran sapi dosis 30 t haˉ¹
terhadap luas daun tanaman umur 4 dan pada volume penyiraman 30 l
dan 6 MST dan memberikan petakˉ¹ (Tabel 3a). Luas daun
pengaruh tidak nyata terhadap luas tanaman umur 6 MST tertinggi
daun tanaman umur 2 MST. ditunjukan pada kombinasi perlakuan
Interaksi kedua perlakuan pemberian bokashi kotoran sapi

46
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

dosis 30 t haˉ¹ dan volume penyiraman 30 l petakˉ¹ (Tabel 3b).

Tabel 3a. Rata-rata luas daun tanaman tomat (cm²) umur 2 dan 4 MST pada
berbagai perlakuan dosis bokashi kotoran sapi dan berbagai volume
penyiraman.
Luas daun (cm²) 2 Luas daun (cm²) 4
Perlakuan Dosis Bokashi
MST MST
B0 (Tanpa Bokashi) 5,14a 6,09a
B1 (Dosis 10 t ha-¹) 5,48a 7,65b
B2 (Dosis 20 t ha-¹) 6,37b 8,69c
B3 (Dosis 30 t ha-¹) 7,41b 9,27c
BNT 0,05 0,82 0,64
Volume Penyiraman Luas daun (cm²) BNT 0,05
V0 (Tanpa Penyiraman) 7,28a
V1 (Volume 15 l petak -¹) 7,66a 0,55
V2 (Volume 30 l petak-¹) 8,83 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf kepercayaan 95%
Tabel 3b. Rata-rata luas daun tanaman tomat (cm²) umur 6 MST pada berbagai
perlakuan dosis bokashi kotoran sapi dan volume penyiraman
Dosis bokashi
B0 B1 B2 B3 BNT
Volume penyiraman
(tanpa (10 t haˉ¹) (20 t (30 t 0,05
bokashi) haˉ¹) haˉ¹)
5,38 𝑎 7,90 𝑎 9,17 𝑏 9,89 𝑏
V0 (Tanpa Penyiraman)
p p p p
V1 (Volume 15 l 7,05 𝑎 9,29 𝑏 9,58 𝑐 11,08 𝑐
0,45
petak-¹) q q p q
V2 (Volume 30 l petak- 8,47 𝑎 10,28 𝑎 9,89 𝑎 12,67 𝑏
¹) r r p r
BNT 0,05 0,52
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris
yang sama (ab) dan pada kolom yang sama (pq) berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf kepercayaan 95%

4. Jumlah Bunga Tanaman terhadap jumlah buah tanaman umur


Pemberian bokashi kotoran 45 HST. Jumlah bunga tanaman
sapi memberikan pengaruh sangat tertinggi umur 45 HST ditunjukan
nyata terhadap jumlah bunga pada kombinasi bokashi kotoran sapi
tanaman pada umur 45 dan 50 HST dosis 30 t haˉ¹ dan volume
sedangkan volume penyiraman penyiraman 30 l petakˉ¹ (Tabel 4a)
memberikan pengaruh sangat nyata dan umur 50 HST pada pemberian
terhadap luas daun tanaman umur 45 bokashi kotoran sapi dosis 30 t haˉ¹
dan 50 HST. Interaksi kedua dan volume penyiraman 30 l petakˉ¹
perlakuan berpengaruh nyata (Tabel 4b)

47
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

Tabel 4a. Rata-rata jumlah bunga pertanaman (bunga) tanaman tomat umur 45
HST pada berbagai perlakuan dosis bokashi kotoran sapi dan volume
penyiraman
Dosis bokashi
B0 B1 B2 BNT
Volume penyiraman B3
(tanpa (10 t (20 t 0,05
(30 t haˉ¹)
bokashi) haˉ¹) haˉ¹)
45,17 𝑎 54,75 𝑏 60,08 𝑐 66,58 𝑑
V0 (Tanpa Penyiraman)
p p p p
V1 (Volume 15 l 66,92 𝑎 67,83 𝑎 65,93 𝑎 73,75 𝑏
2,17
petak-¹) q q q q
V2 (Volume 30 l petak- 69,00 𝑎 74,67 𝑏 75,33 𝑏 91,00 𝑐
¹) q r r r
BNT 0,05 2,52
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris
yang sama (ab) dan pada kolom yang sama (pq) berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf kepercayaan 95%
Tabel 4b. Rata-rata jumlah bunga pertanaman (bunga) tanaman tomat umur 50
HST pada berbagai perlakuan dosis bokashi kotoran sapi dan pada
volume penyiraman
Dosis Bokashi Jumlah bunga pertanaman (bunga) BNT 0,05
B0 (Tanpa Bokashi) 72,81a
B1 (Dosis 10 t ha-¹) 75,94a
5,35
B2 (Dosis 20 t ha-¹) 81,81b
B3 (Dosis 30 t ha-¹) 90,19b
Volume Penyiraman Jumlah bunga pertanaman (bunga) BNT 0,05
V0 (Tanpa Penyiraman) 68,39a
V1 (Volume 15 l petak -
¹) 81,73b 4,63
V2 (Volume 30 l petak-
¹) 91.04c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf kepercayaan 95%
5. Jumlah Buah Tanaman 55 dan 60 HST. Interaksi kedua
Pemberian bokashi kotoran Jumlah buah tanaman tomat umur
sapi memberikan pengaruh sangat 50, 55 dan 60 HST tertinggi
nyata terhadap jumlah buah tanaman ditunjukan pada pemberian bokashi
pada umur 50, 55 dan 60 HST kotoran sapi dosis 30 t haˉ¹ dan
sedangkan volume penyiraman volume penyiraman 30 l petakˉ¹
memberikan pengaruh sangat nyata (Tabel 5a).
terhadap luas daun tanaman umur 50,

48
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

Tabel 5a. Rata-rata jumlah buah pertanaman (buah) tanaman tomat umur 50, 55
dan 60 HST pada berbagai perlakuan dosis bokashi kotoran sapi dan
volume penyiraman
Jumlah buah Jumlah buah Jumlah buah
Perlakuan Dosis pertanaman pertanaman pertanaman
Bokashi (buah) (buah) (buah)
50 HST 55 HST 60 HST
B0 (Tanpa Bokashi) 24,14a 36,36a 49,94a
B1 (Dosis 10 t ha-¹) 24,69a 38,42a 52,33a
B2 (Dosis 20 t ha-¹) 26,14b 39.53b 53,93b
B3 (Dosis 30 t ha-¹) 29,72c 43,72c 56,75b
BNT 0,05 1,86 1,87 2,03
Jumlah buah Jumlah buah Jumlah buah
pertanaman pertanaman pertanaman
Volume Penyiraman (buah) (buah) (buah)
50 HST 55 HST 60 HST
V0 (Tanpa Penyiraman) 21,92a 34,48a 47,52a
V1 (Volume 15 l petak -
¹) 26,88b 39,45b 53,60b
V2 (Volume 30 l petak-
¹) 29,73c 44.58c 58,21c
BNT 0,05 1,61 1,62 1,76
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom
yang sama berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf
kepercayaan 95%

6. Berat Buah Tanaman panen. Berat buah tertinggi


Pemberian bokashi kotoran ditunjukan pada kombinasi
sapi, volume penyiraman dan pemberian bokashi kotoran sapi
interaksi kedua perlakuan dosis 30 t haˉ¹ dan volume
memberikan pengaruh sangat nyata penyiraman 30 l petakˉ¹ (Tabel 6).
terhadap berat buah tanaman setelah

Tabel 6. Rata-rata berat buah tanaman tomat (g tananamˉ¹) setelah panen pada
berbagai perlakuan dosis bokashi kotoran sapi dan volume penyiraman.
Dosis bokashi
B0 B1 B2 BNT
Volume penyiraman B3
(tanpa (10 t (20 t 0,05
(30 t haˉ¹)
bokashi) haˉ¹) haˉ¹)
586,33 𝑎 715,00 𝑏 760,23 𝑐 775,83 𝑑
V0 (Tanpa Penyiraman)
p p p p
V1 (Volume 15 l 746,67 𝑎 769,17 𝑏 823,33 𝑐 865,00 𝑑
16,92
petak-¹) q q q q
V2 (Volume 30 l petak- 823,33 𝑎 870,83 𝑏 945,83 𝑐 967,00 𝑑
¹) r r r r
BNT 0,05 19,53

49
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris
yang sama (ab) dan pada kolom yang sama (pq) berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf kepercayaan 95%

7. Produksi Tanaman panen. Produksi buah tertinggi


Pemberian bokashi kotoran ditunjukan pada kombinasi
sapi, volume penyiraman dan pemberian bokashi kotoran sapi
interaksi kedua perlakuan dosis 30 t haˉ¹ dan volume
memberikan pengaruh sangat nyata penyiraman 30 l petakˉ¹ (Tabel 7).
terhadap produksi tanaman setelah

Tabel 7. Rata-rata produksi tanaman tomat (t haˉ¹) setelah panen pada berbagai
perlakuan dosis bokashi kotoran sapi dan volume penyiraman.
Dosis bokashi
B0 B1 B2 BNT
Volume penyiraman B3
(tanpa (10 t (20 t 0,05
(30 t haˉ¹)
bokashi) haˉ¹) haˉ¹)
22,89 𝑎 29,67 𝑏 31,55 𝑐 32,20 𝑑
V0 (Tanpa Penyiraman)
p p p p
V1 (Volume 15 l 30,99 𝑎 31,92 𝑏 34,17 𝑐 35,90 𝑑
0,71
petak-¹) q q q q
V2 (Volume 30 l petak- 34,17 𝑎 36,14 𝑏 39,25 𝑐 40,53 𝑑
¹) r r r r
BNT 0,05 0,82
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris
yang sama (ab) dan pada kolom yang sama (pq) berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf kepercayaan 95%

IV. PEMBAHASAN menunjukan bahwa perlakuan yang


Pertumbuhan dan hasil suatu memberi pengaruh tertinggi adalah
tanaman dipengaruhi oleh keadaan perlakuan pemberian bokashi
lingkungan tumbuhnya. Faktor kotoran sapi dosis 30 t haˉ¹ dan
lingkungan tumbuh yang penting volume penyiraman 30 l petakˉ¹ .
bagi pertumbuhan dan hasil tanaman Bahan organik secara umum mampu
diantaranya adalah ketersedian air memperbaiki sifat fisik, kimia dan
dan perubahan temperatur biologi tanah. Kondisi tanah yang
lingkungan. Karena pertumbuhan baik akan menciptakan lingkungan
tanaman memerlukan sumber air tumbuh yang sesuai bagi
yang tetap untuk tumbuh dan pertumbuhan tanaman. Adapun
berkembang, maka bila ketersediaan peran bahan organik terhadap sifat
air terbatas, pertumbuhan tanaman fisik tanah adalah menjadikan tanah
dapat terhambat dan hasil panen berstruktur remah, demikian pula
dapat berkurang pada tanaman yang dengan aerasi tanah menjadi lebih
dibudidayakan. baik karena porositas atau ruang pori
Pengamatan tinggi, jumlah bertambah. Aerasi tanah
cabang, Luas daun, jmlah bunga, berhubungan dengan kandungan air,
jumlah buah pertanaman, berat buah gas O2, N2 dan CO2 didalam tanah
dan produksi tanaman tomat (Hakim et al., 1986). Bahan organik

50
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

yang telah mengalami perombakan pembelahan, pemanjangan dan


lanjut dan meningkatkan pembesaran sel-sel baru pada
ketersediaan unsur hara N, P dan K meristem ujung batang dan daun
sehingga tanaman memperoleh unsur yang menyebabkan tanaman
hara yang cukup untuk tumbuh dan bertambah tinggi (Gardner, 1991).
berkembang. Hardjowigeno (1993) Lebih lanjut dijelaskan bahwa
menyatakan bahwa ketersediaan pemberian bahan organik yang kaya
unsur hara N, P dan K akan N dapat meningkatkan klorofil yang
mempengaruhi perkembangan sel dapat meningkatkan fotosintesis
dalam jaringan tanaman sehingga tanaman sehingga akumulasi
laju pertumbuhan berjalan cepat. fotosintesis yang tinggi
Tanaman akan mengalami mengakibatkan pembesaran dan
pertumbuhan vegetatif aktif apabila diferensiasi yang dinyatakan dalam
unsur hara didalam tanah tersedia pertambahan tinggi.
dan dapat dimanfaatkan oleh Air merupakan salah satu
tanaman. unsur disamping nutrisi yang
Perbedaan nyata antar diperlukan untuk perbesaran atau
perlakuan dosis bahan organik perluasan sel. Menurut Gardner et al
terindikasi bahwa pemberian bahan (1991), menambahkan bahwa nutrisi
organik mampu memperbaiki sifat mineral dan ketersediaan air
fisik, kimia dan biologi tanah. mempengaruhi pertumbuhan ruas,
Ketersediaan unsur hara baik hara terutama oleh perluasan sel, seperti
makro maupun hara mikro yang pada organ vegetatif atau organ
pada awalnya relatif rendah pembuahan. Nitrogen dan air, akan
meningkat. Hal ini diduga akibat meningkatkan tinggi tanaman.
mineralisasi bahan organik oleh Interaksi antara bokashi kotoran sapi
mikroba pengurai sehingga bahan dan volume penyiraman selain dapat
organik yang diberikan dapat meningkatkan kandungan unsur hara
memperbaiki sifat kimia tanah juga dapat meningkatkan porositas
dengan menurunkan keracunan Fe, tanah, dan mempermudah
Al, Mn dan dapat memperbaiki penyerapan air ke dalam tanah,
aerasi dan drainase tanah serta sehingga meningkatkan daya simpan
mempertahankan kelembaban tanah. air tanah. Pemberian air akan
Perbedaan nyata antar perlakuan memberi pengaruh pada kelembaban
terindikasi bahwa pemberian pupuk tanah sehingga tercipta kondisi yang
kandang mampu memperbaiki sifat optimal bagi pertumbuhan tanaman.
fisik, kimia dan biologi tanah Menurut Gardner et al. (1991) nutrisi
sehingga pertumbuhan vegetatif mineral dan ketersediaan air
tanaman menjadi lebih baik. Bahan mempengaruhi pertumbuhan ruas
organik berperan sebagai penambah pada organ vegetatif. Pengaruh
unsur hara N, P dan K bagi tanaman unsur Nitrogen dan ketersediaan air
dari hasil mineralisasi akan meningkatkan tinggi tanaman.
mikroorganisme merupakan Menurut Hakim et al., (1986)
transformasi oleh mikroorganisme mengemukakan bahwa bahan
dari unsur bahan organik menjadi organik berperan sebagai granulator
anorganik. Unsur Nitrogen sangat yang dapat memperbaiki struktur
berperan dalam pemanjangan batang tanah menjadi lebih gembur dan
yang terjadi karena adanya proses remah sehingga aerasi menjadi lebih

51
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

baik dan mudah ditembus akar tanaman budidaya tersebut pada saat
tanaman. Dengan demikian volum dewasa. Air merupakan salah satu
efektif tanah yang terjangkau sistem unsur nutrisi yang diperlukan untuk
perakaran meningkat dan efektivitas pembesaran atau perluasan sel akan
penyerapan air dan hara menjadi mempengaruhi perbesaran luas daun.
meningkat pula. Semakin meningkat luas daun
Meningkatnya produksi semakin luas pula tajuk tanaman.
tanaman juga ditentukan oleh Tajuk tanaman akan meningkatkan
ketersediaan air bagi proses luas naungan dimana naungan akan
pertumbuhan dan perkembangan memacu kerja auksin yang berfungsi
tanaman. Pemberian air pada volume untuk perpanjangan sel.
tertentu dapat menjaga dan Interaksi antara bokashi
meningkatkan ketersediaan air yang kotoran sapi dan volume
bagi tanaman. Banyaknya air yang penyiraman selain dapat
diberikan pada tanah akan meningkatkan kandungan unsur hara
berpengaruh terhadap ketersediaan juga dapat meningkatkan porositas
air tanah. Menurut Lamina (1989) tanah, dan mempermudah
dalam Noorhadi dan Sudadi (2003) penyerapan air ke dalam tanah,
ketersediaan air tanah dalam bentuk sehingga meningkatkan daya simpan
kelembaban air tanah tergantung air tanah. Pemberian air akan
pada curah hujan dan volume air memberi pengaruh pada kelembaban
yang diberikan yang pada dasarnya tanah sehingga tercipta kondisi yang
ditujukan untuk menjaga dan optimal bagi pertumbuhan tanaman.
meningkatkan ketersediaan air tanah. Menurut Gardner et al. (1991) nutrisi
Menurut Gardner et al., (1991) mineral dan ketersediaan air
nutrisi mineral dan ketersediaan air mempengaruhi pertumbuhan ruas
akan mempengaruhi pertumbuhan pada organ vegetatif. Pengaruh
dan produksi tanaman sehingga unsur Nitrogen dan ketersediaan air
interaksi antara pemberian bokashi akan meningkatkan tinggi tanaman.
kotoran sapi dan penyiraman akan Pengaruh penambahan bahan
mempengaruhi produksi tanaman. organik dalam tanah akan
Air merupakan salah satu meningkatkan porosita tanah yang
unsur yang sangat dibutuhkan untuk berkaitan dengan aerasi tanah dan
perluasan sel-sel tanaman. Selama kadar air dalam tanah. Menurut
masa pertumbuhan vegetatif, air Tejasuwarno (1999) penambahan
dibutuhkan selain unsur hara untuk bahan organik pada tanah akan
meningkatkan luas daun. Hal ini meningkatan kadar air akibat dari
didukung oleh Gardner et al (1991) meningkatnya pori yang berukuran
bahwa nutrisi mineral dan menengah dan menurunnya pori
ketersediaan air mempengaruhi mikro sehingga daya menahan air
pertumbuhan ruas, terutama oleh meningkat. Selain itu penambahan
perluasan sel, seperti pada organ bahan organik maka tanah
vegetatif atau organ perbuahan. mempunyai kelembaban yang lebih
Pengaruh kekurangan air selama tinggi. dibandingkan tanpa
tingkat vegetatif ialah penambahan bahan organik.
berkembangnya daun-daun yang Menurut Chang (1974) Semakin
lebih kecil, yang dapat berakibat tinggi kandungan bahan organik
kurangnya penyerapan cahaya oleh tanah maka tanah tersebut

52
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

mempunyai kelembaban yang lebih bokashi kotoran sapi dengan


tinggi. Kelembaban tanah yang dosis 30 t haˉ¹.
tinggi serta temperatur tanah yang 2. Untuk mendapatkan
stabil akan meningkatkan kegiatan pertumbuhan dan produksi
jasad mikro tanah, sehingga tanaman tomat dapat
percampurannya dengan bagian diberikan air dengan volume
mineral memberikan struktur tanah penyiraman 30 l petakˉ¹
yang gembur, remah dan mudah setara 6 mm.
diolah. Struktur tanah yang demikian
merupakan kondisi fisik tanah yang DAFTAR PUSTAKA
baik untuk media pertumbuhan Bahrun, A., Jensen, C.R., and
tanaman. Megensen, V.O., 2003.
Water Stress Detection in
V. KESIMPULAN DAN SARAN Field Grown Maize (Zea
Berdasarkan hasil dan mays L.) by using
pembahasan dari penelitian, maka Reflectance Vegetation
disimpulkan sebagai berikut : Index. Comunication in Soil
1. Interaksi antara bokashi kotoran Science abd Plant Analisysis
sapi dan volume penyiraman 34 ( 1 dan 2) : 65 – 79.
berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman 2 dan 6 MST, Badan Pusat Statistik, 2011.
jumlah cabang umur 6 MST, Sulawesi Tenggara Dalam
luas daun umur 6 MST, jumlah Angka.
bunga umur 45 HST, Berat buah
pertanaman dan produksi Badan Pusat Statistik, 2011.
tanaman tomat. Kabupaten Muna Dalam
2. Bokashi kotoran sapi dan Angka.
volume penyiraman secara
mandiri berpengaruh nyata Gardner, F. P. R. Brent pearce dan
terhadap tinggi tanaman umur 2 Goger L. Mitchell, 1991.
MST, jumlah cabang umur 2 dan Fisiologi Tanaman Budidaya.
4 MST, luas daun umur 4 MST, Universitas Indonesia Press :
jumlah bunga umur 50 HST dan Jakarta
jumlah buah pertanaman umur
50, 55 dan 60 HST. Hardjowigeno, S., 1993, Ilmu Tanah,
3. Pemberian bokashi kotoran sapi Akademika Pressindo, Jakarta,
dosis 30 t haˉ¹ memberikan
produksi rata-rata buah segar Noorhadi dan Sudadi, 2003. Kajian
904,16 g tanˉ¹ atau 37,52 t haˉ Pemberian Air dan Mulsa
dan volume penyiraman 30 l Terhadap iklim Mikro Pada
petakˉ¹ memberikan produksi Tanaman Cabai di Tanah
buah segar rata-rata 872,50 g Entisol. Jurnal Ilmu Tanah
tanˉ¹ atau 36, 21 t haˉ¹. dan Lingkungan Vol 4 (1)
(2003) pp 41-49 .UNS.
Berdasarkan hasil dalam Surakarta.
penelitian ini disarankan :
1. Untuk penanaman tanaman Nursyamsi, D., O. Sopandi D.
tomat dapat diberikan Erfandi, Sholeh dan IPG.

53
Agrokompleks Vol. 4 No. 9, Desember 2015

Wijaya-Adhi. 2005.
Penggunaan Bahan Organik
Pupuk P dan K untuk
Meningkatkan Produktivitas
Tanah Podsolik. Risalah
Seminar Hasil Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Pusat
Penelitian Tanah dan
Agroklimat. Badan Litbang
Pertanian. Departemen
Pertanian. Jakarta.

Sabaruddin, L., Rachmawati, H.,


Muhidin dan Arsy, A.A.,
2011. Pertumbuhan, produksi
dan Efisiensi Pemanfaatan
Lahan Dalam Sistem
Tumpangsari Jagung dan
Kacang hijau dengan Interval
Penyiraman berbeda. Jurnal
Agron. Indonesia 39 (3) :
153-159 Unhalu. Kendari.

Sitompul, S. M. dan B. Guritno.


1997. Analisis Pertumbuhan
Tanaman. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Steel, R.GD., dan J.H. Torrie, 1991.


Prinsip dan Prosedur Statisik
(Suatu pendekatan
Biometrik). Terjemahan
Bambang Sumantri. PT
Gramedia Pusaka utama.
Jakarta

54

Anda mungkin juga menyukai