Anda di halaman 1dari 5

Citra Bio Kaldera

ISSN : 9999-9999 (online)


Volume 1, Number 1, Edition Agustus 2021, Page 1-5
https://publisher.yccm.or.id/index.php/cbok  1

Pengaruh Ethephon terhadap Produksi Bawang Merah


(Allium Cepa L.Var.Aggregatum Group) Varietas Samosir

Yolanda Stevanie1, Tumiur Gultom2


1,2
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

Informasi Artikel ABSTRAK


Sejarah artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ethephon terhadap
produksi bawang merah varietas Samosir. Rancangan yang digunakan dalam
Diterima, 14 Mei 2021 penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan faktor pertama
Revisi, 05 Juni 2021 meliputi konsentrasi ethephon (K) yaitu 1500 ppm (K1), 2000 ppm (K2), 2500
Disetujui, 19 Juli 2021 ppm (K3) dan 3000 ppm (K4) serta faktor kedua meliputi waktu perendaman
ethephon (W) yaitu, 5 menit (W1), 10 menit (W2) dan 15 menit (W3). Dalam
satu bedengan terdapat 49 siung dan diambil sebanyak 10 sampel tanaman
Keywords: yang berada di bagian tengah dengan metode acak. Parameter yang diamati
ialah bobot basah umbi dan bobot kering umbi. Data yang diperoleh dianalisis
Ethephon, dengan sidik ragam dengan uji lanjut BNT (LSD). Hasil penelitian
Produksi, menunjukkan bahwa konsentrasi 1500 ppm dan waktu 10 menit merupakan
Bawang Merah, perlakuan yang paling optimal terhadap produksi bawang merah varietas
Samosir. Samosir.
This is an open access article under the CC BY-SA license.

Korespondensi Penulis:
Yolanda Stevanie,
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan,
Jl. William Iskandar Ps. V, Kenangan Baru, Kec.Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Email: yolandastevanie626@gmail.com

1. PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium cepa L. var.aggregatum group) merupakan salah satu komoditas
sayuran unggulan yang telah diusahakan petani secara intensif sejak lama. Bawang merah tidak
hanya sebagai sayuran, tetapi juga termasuk ke dalam kelompok rempah yang berfungsi sebagai
bumbu penyedap makanan dan bahan obat tradisional. Komoditas ini juga merupakan sumber
pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan
ekonomi wilayah (Rukmana dan Yudirachman, 2018).
Data Badan Pusat Statistik 2019 mencatat bahwa produksi bawang merah di Provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2018 sebesar 16.337 ton. Dari jumlah ini dapat dilihat bahwa produksi
bawang merah di Sumatera Utara mengalami peningkatan sebesar 2.968 ton (22,2%) dibandingkan
dua tahun sebelumnya yaitu 2016 yang berjumlah 13.369 ton (Badan Pusat Statistik Indonesia,
2018). Permintaan bawang merah ini akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat
yang terus meningkat karena adanya pertambahan jumlah penduduk, semakin berkembangnya
industri produk olahan berbahan baku bawang merah dan pengembangan pasar. Kebutuhan terhadap
bawang merah yang semakin meningkat merupakan peluang pasar yang potensial dan dapat menjadi
motivasi bagi petani untuk meningkatkan produksi bawang merah.
Menurut Gultom (2014), pasar bawang merah di Sumatera Utara sudah sangat didominasi
oleh bawang merah impor, seperti yang berasal dari India, Srilanka, Philippina, Peking, Pakistan,
dan Thailand. Sedangkan untuk bawang merah (Allium cepa L.var.aggregatum group.) lokal yang
berasal dari Samosir ditemukan tidak sebanyak varietas impor yang ada. Hal ini tentu saja kurang
menguntungkan bagi para petani bawang merah lokal. Para petani di Paropo dan Tongging, Sumatera

Journal homepage: https://publisher.yccm.or.id/index.php/cbok


2 

Utara sudah melakukan penanaman bawang merah varietas impor seperti Thailand, Philippina, dan
Srilanka. Namun hanya sedikit yang menanam varietas Samosir.
Penanaman bawang merah di Indonesia pada umumnya dilakukan pada musim kemarau
(Maret-April) dan (Juli-Agustus). Benih berupa umbi hasil penangkaran musim kemarau (Maret-
April) digunakan untuk memenuhi kebutuhan benih pada musim tanam berikutnya, yaitu bulan Juli-
Agustus, begitu pula sebaliknya umbi hasil penangkaran bulan Juli-Agustus digunakan untuk
memenuhi kebutuhan benih pada bulan Maret-April. Umbi hasil penangkaran bulan Juli-Agustus
tidak terdapat ken-dala, karena antara pemanenan dan penanaman berikutnya memiliki selang waktu
cukup lama, sehingga ada waktu penyimpanan sebelum umbi ditanam. Namun, umbi hasil
penangkaran pada musim tanam Maret-April, memiliki selang waktu yang singkat antara pemanenan
dan penanaman berikutnya pada musim tanam (Juli-Agustus). Dalam hal ini, benih disimpan kurang
dari dua bulan sehingga benih belum cukup baik karena kemungkinan benih masih dorman. Umbi
yang masih dalam masa dor-mansi tidak akan tumbuh dan Kelemahan umbi bibit bawang merah
adalah masa dormansi umbi nya mencapai 4-9 minggu, sedangkan hasil penangkaran panen bulan
Maret-April memiliki selang waktu amat singkat antara pemanenan dan penanaman berikutnya,
sehingga belum siap sebagai bahan tanam (bibit) (Hilman dkk, 2014). Untuk itu diperlukan upaya
pengembangan dalam optimalisasi produksi bawang merah varietas Samosir.

2. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran Tongkoh Berastagi pada
bulan Februari – Mei 2020.
B. Alat dan Bahan
Alat
Alat pada penelitian ini adalah wadah plastik, pipet ukur, gelas ukur, oven, timbangan
analitik, meteran, cangkul, alat siram, mistar, kertas label, alat tulis, alat dokumentasi.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang merah varietas Samosir
sebanyak 1.764 siung (±7 kg), Ethrel 100 ml dengan konsentrasi ethephon 480 gr/l, aquades, pupuk
kompos, mulsa plastik hitam perak.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2
faktor. Faktor pertama meliputi konsentrasi ethephon (K) yaitu 1500 ppm, 2000 ppm, 2500 ppm dan
3000 ppm. Faktor kedua meliputi variasi waktu perendaman ethephon (W). Adapun konsentrasi
ethephon (K) yang diberikan adalah :
K1 : 1500 ppm (1,5 gr/liter)
K2 : 2000 ppm (2 gr/liter)
K3 : 2500 ppm (2,5 gr/liter)
K4 : 3000 ppm (3 gr/liter)
Waktu perendaman ethephon (W) yang dilakukan adalah :
W1 : 5 menit
W2 : 10 menit
W3 : 15 menit
Dari kedua faktor diperoleh 4 x 3 = 12 kombinasi percobaan dengan 3 pengulangan. Dalam
satu bedengan ukuran 120 cm x 120 cm terdapat 49 siung bawang merah sehingga dibutuhkan
sebanyak 1.764 siung umbi bawang merah. Dalam satu bedengan diambil sebanyak 10 sampel
tanaman yang berada di bagian tengah dengan metode acak.
Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi penyiapan lahan tanam, penyiapan benih,
pengenceran larutan dan perendaman dengan ethephon, proses penanaman dan proses pemupukan.
Parameter produksi yang diamati adalah berat umbi (gr) meliputi berat segar dan berat kering umbi.
Pengukuran berat basah umbi bawang merah dilakukan setelah pemanenan, yang kemudian
dibersihkan dari sisa-sisa tanah dan ditimbang total jumlah berat umbi menggunakan timbangan
analitik. Pengukuran berat kering umbi dilakukan dengan memasukkan umbi ke dalam oven selama

Citra Bio Kaldera, Vol. 1, No. 1, Agustus 2021: 1-5


 3

24 jam dengan suhu 65℃, yang kemudian ditimbang total berat kering umbi menggunakan
timbangan analitik. Namun karena kondisi tidak mendukung, pada penelitian ini dilakukan dengan
cara penjemuran umbi dibawah sinar matahari selama 1 minggu.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Berat Basah Umbi (gr)
Tabel 1. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Perendaman Ethephon Terhadap Berat Basah Umbi

Tabel 2. Uji Beda Rataan Bobot Basah Umbi pada Perlakuan Waktu Perendaman Ethephon

Keterangan : Angka rataan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris masing-masing
perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji BNT

Dari hasil analisis ragam, bobot basah tertinggi diperoleh pada perlakuan K2W1 yatu 11,9
gr dan terendah pada perlakuan K2W3 yaitu 6,02 gr. Ciri tanaman yang memiliki berat atau produksi
tinggi menurut Deden dan Trianingsih (2018) menyatakan bahwa tanaman bawang merah yang
pertumbuhannya baik dicirikan dengan daun yang lebih tinggi dan menghasilkan umbi yang lebih
besar. Makanan yang dihasilkan saat pertumbuhan vegetative disimpan dalam umbi sehingga
tingginya hasil panen disebabkan oleh karbohidrat yang disimpan dalam umbi. Pada saat di lapangan
tanaman bawang merah sudah mengalami pembungaan, seharusnya pada saat bunga tumbuh
dilakukan pemangkasan atau pemotongan pada bunga tersebut agar produksi umbi dari bawang
merah varietas Samosir dapat lebih optimal. Haq dan Iskandar (2014) menyatakan bahwa bobot
basah yang terdapat pada tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme pada tanaman dan
dipengaruhi oleh kandungan air pada tanaman, penyerapan unsur hara dan hasil dari metabolisme
tanaman.
B. Berat Kering Umbi (gr)

Pengaruh Ethephon terhadap Produksi Bawang Merah … (Yolanda Stevanie)


4 

Tabel 3. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Perendaman Ethephon Terhadap Berat Kering Umbi

Tabel 4. Uji Beda Rataan Berat Kering pada Perlakuan Waktu Perendaman Ethephon

Bobot kering tertinggi diperoleh pada perlakuan K2W1 yaitu 9,26 gr dan terendah pada
perlakuan K2W3 yaitu 4,62 gr. Hal ini disebabkan karena tanaman bawang merupakan tanaman umbi
dan lunak, sehingga tanaman bawang apabila dilakukan perendaman zat pengatur tumbuh harus
dalam waktu yang singkat agar tidak terjadi kejenuhan pada tanaman yang akan menyebabkan
tanaman tersebut akan berkembang lambat. Hal ini sesuai dengan Salisburry dan Ross (1995) yang
mengemukakan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh yang rendah akan memacu pemanjangan
akar, bahkan pertumbuhan akar utuh dan pada konsentrasi yang lebih tinggi pemanjangan hampir
selalu terhambat.

4. KESIMPULAN
Diperoleh kesimpulan bahwa interaksi konsentrasi dan waktu perendaman zat pengatur
tumbuh ethephon berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi namun tidak berpengaruh pada
bobot kering umbi. Konsentrasi dan waktu perendaman optimal zat pengatur tumbuh ethephon paling
optimal terhadap pematahan dormansi dan produksi bawang merah varietas Samosir adalah
konsentrasi 2000 ppm selama 5 menit (K2W1).

REFERENSI
Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Indonesia (Statistical Yearbook of Indonesia) 2019. Jakarta: BPS
Statistics Indonesia.
Deden & U.Trisnaningsih. (2018). Pengaruh Giberelin dan Urin Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Bawang Merah. Jurnal Agrosintesa 1(1): 18-29.

Citra Bio Kaldera, Vol. 1, No. 1, Agustus 2021: 1-5


 5

Deninta, N.T.M., Onggo & Kusumiyati. (2017). Pengaruh Berbagai Konsentrasi dan Aplikasi Metode Hormon
GA3 Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Brokoli Kultivar Lucky. Jurnal Agrikultur 28(1): 9-14.
Harjadi, S. (1986). Pengantar Agronomi. Jakarta: PT. Gramedia.
Haq, M.N & I Iskandar. (2014). Respon Beberapa Varietas Bawang Merah dan Lamanya Perendaman GA3
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil. Jurnal Agritop: 41-50.
Gultom, T. (2014). Sumber Benih Bawang Merah (Allium cepa L. Aggregatum group) yang
Diperdagangkan dan Ditanam di Sumatera Utara, Seminar Nasional Inovasi dan Teknologi Informasi
2014 (SNITI), halaman 10-15.
Haryati. (2003). Peranan Ethephon terhadap Pertumbuhan Generatif Tanaman Nenas. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Hera, Novita., Syarif Z., & Chaniago I. (2018). Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Ethepon
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativum L) Varietas Lokal dan Antara.
Jurnal Agroteknologi Vol 8 No (2): 37-42.
Hilman, Y., Rosliani R., & Palupi, ER. (2014). Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Pembungaan, Produksi,
dan Mutu Benih Botani Bawang Merah (The Effect of Altitude on Flowering,Production, and Quality of
True Shallot Seed). Jurnal J.Hort. 24(2):154-161.
Rukmana R., & Yudirachman H. (2018). Sukses Budidaya Bawang Merah di Pekarangan dan Perkebunan.
Yogyakarta: Lily Publisher.
Sutopo, Lita. (2002). Teknologi Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Trisnawan, Syahrizal A.,Sugiyatno A., Fajriani S., & Setyobudi L. (2017). Pengaruh Pemberian Zat Pengatur
Tumbuh Pada Pematahan Dormansi Mata Tunas Tanaman Jeruk (Citrus sp.) Hasil Okulasi. Jurnal
Produksi Tanaman. Vol. 5 No.5 : 742-747.
Wardani, Novia T.W., Rabaniyah R., & Sulistyaningsih E. (2011). Pematahan Dormansi Umbi Bawang Merah
(Allium cepa L. Kelompok Aggregatum) Dengan Perendaman Dalam Ethephon. Alumni Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Fakultas Pertanian Gadjah Mada: Yogyakarta.

Pengaruh Ethephon terhadap Produksi Bawang Merah … (Yolanda Stevanie)

Anda mungkin juga menyukai