net/publication/332765242
CITATIONS READS
0 2,563
3 authors, including:
Mursal Ghazali
University of Mataram
32 PUBLICATIONS 79 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Mursal Ghazali on 28 February 2021.
ABSTRAK
Bawang putih merupakan salah satu komoditas pangan dengan kebutuhan yang terus
meningkat setiap tahunnya. Peningkatan kebutuhan berbanding terbalik dengan produksi yang
dapat dihasilkan sepanjang tahun. Oleh karena itu, pemerintah mencanangkan program
swasembada bawang putih. Pada kegiatan budidaya didapatkan beberapa kendala, salah
satunya ialah ketersediaan air pada lokasi budidaya yang sangat terbatas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi dan fisiologi tanaman bawang putih var.
sangga sembalun pada dua lokasi budidaya yaitu lokasi budidaya diperbukitan dan sawah.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2018. Penelitian
lapangan dilakukan di sentra budidaya bawang putih Sembalun. Sementara itu, analisis
sampel dilakukan di Laboratotium Pengujian BPTP NTB. Hasil pengamatan lapangan
menunjukkan bahwa tinggi tanaman bawang putih di bukit lebih tinggi dibandingkan yang
ditanam pada lokasi sawah, sementara jumlah untuk kedua lokasi adalah sama. Sementara itu,
untuk karakter fisiologis, diketahui kadar klorofil a dan b pada lahan bukit lebih tinggi
dibandingkan lahan sawah. Klorofil a dan b secara berurutan 0,65 ppm dan 1,19 ppm untuk
lahan perbukitan dan 0,52 ppm dan 1,02 ppm untuk lahan sawah. Kadar prolin pada lahan
bukit sebesar 5,32 µgr/ml dan pada lahan sawah sebesar 5,01 µgr/ml. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa keadaan budidaya di bukit lebih stabil dari pada di sawah.
Tabel 1. Data Parameter morfologi tanaman bawang putih yang dibudidayakan pada
dua lokasi dengan karaktersitik yang berbeda.
Pengamatan Kode Tinggi Jumlah
Warna Daun
Minggu Ke- Sampel Tanaman Daun
B.1 38 5 Hijau
B.2 35 4 Hijau
1. B.3 36 4 Hijau
S.4 33 5 Hijau dengan bintik hitam
S.5 32 4 Hijau dengan bintik hitam
S.6 37 5 Hijau dengan bintik hitam
B.1 44 6 Hijau
B.2 46 7 Hijau
B.3 43 7 Hijau
2.
S.4 49 7 Hijau dengan bintik hitam dan kuning
S.5 41 6 Hijau dengan bintik hitam dan kuning
S.6 46 6 Hijau dengan bintik hitam dan kuning
B.1 55 8 Hijau
B.2 53 8 Hijau
3. B.3 56 8 Hijau
S.4 59 8 Kekuningan dan pucat
S.5 56 8 Kekuningan dan pucat
S.6 55 8 Kekuningan dan pucat
Keterangan: B1: Sampel 1 bukit, B2: Sampel 2 bukit, B3: Sampel 3 bukit, S4: Sampel 1 sawah S5: Sampel 2
sawah, S6: Sampel 3 sawah
27
Amrulloh et al: Karakter Morfologi dan Fisiologis Bawang Putih
pengukuran beberapa parameter fisik dan KESIMPULAN
kimia lingkungan budidaya. Kondisi fisik
lingkungan berupa suhu dan kelembaban Berdasarkan analisis yang telah
pada kedua lokasi budidaya berbeda cukup dilakukan dapat disimpulkan Kadar
jauh. Suhu udara di lokasi sawah sekitar klorofil dan prolin dapat dijadikan indikasi
230C dan suhu pada lokasi bukit sekitar keadaan ketercekaman tanaman pada suatu
170C yang diukur pada pukul 08.00 dan budidaya terutama kaitannya dengan
08.40 WITA. Sama halnya dengan suhu, ketersediaan air. Kadar klorofil a dan b
kelembaban udara pada kedua lokasi pada lahan bukit lebih tinggi yakni 0,65
budidaya juga menunjukkan angka yang dan 1,19 ppm dairpada kadar klorofil di
jauh berbeda. Di lokasi sawah kelembaban lahan sawah sebesar 0,52 dan 1,02 ppm,
udara tercatat 29% sedangkan di lokasi sedangkan kadar prolin pada lahan bukit
bukit kelembaban tercatat 63%. Secara sebesar 5, 32 µgr/ml dan pada lahan sawah
umum, kondisi suhu dan kelembaban ini sebesar 5,01 µgr/ml. Jika dilihat dari
bersifat tidak tetap karena sangat ketersediaan air tanah, unsur hara, pH
dipengaruhi oleh cuaca yang ada. Pada tanah serta keadaan fisik lingkungannya,
prinsipnya suhu dan kelembaban ini masih efektifitas budidaya seharusnya lebih
dikatakan standar untuk pertumbuhan direkomendasikan dilakukan di lahan
tanaman bawang putih. bukit.
Tabel 3. Data hasil pengukuran parameter
fisik kimia lingkungan. DAFTAR PUSTAKA
Nilai
Parameter Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik
Bukit Sawah
Tanaman Sayuran dan Buah-buahan
Suhu udara 17 0C 23 0C
Semusim.Badan Pusat Statistik,
Kelembaban udara 63 % 59 %
Jakarta, ID.
Kadar air tanah 21,12 % 5,59 % Campbell, N. A., Reece, J. B., dan
pH tanah 5,81 % 6,8 % Mitchell, L. G. 2003. Biologi Edisi
Kadar N total 0,04 % 0,001 % Kelima Jilid Dua. Penerbit Erlangga
Kadar P total 0,25 % 0,31 % Jakarta.Erlangga.
Kadar K total 0,17 % 0,13 % Hilman Y., Hidayat A. dan Suwandi,
1997, Budidaya Bawang Putih Di
Nilai suhu sebenarnya berpengaruh Dataram Tinggi, Balai Penelitian
pada kelembaban, dimana keduanya Tanaman Sayur, Bandung
memiliki hubungan yang terbalik. Tinggi Kementerian Pertanian. 2017. Impor
rendahnya suhu akan berpengaruh pada komoditi pertanian berdasarkan negara
proses metabolisme tumbuhan yakni pada asal subsektor hortikultura (segar)
proses transpirasi. Suhu yang tinggi periode Januari – September
membuat proses transpirasi menjadi 2017.http://www.aplikasi.pertanian.go
berjalan lebih cepat yang dalam keadaan .id/eksim2012/hasilimporNegara.asp
berlebih dapat menyebabkan dehidrasi, [25 Desember 2018]
sehingga tanaman memiliki mekanisme Mathius, N.T., G. Wijana, E. Guharja, H.
untuk mengatur proses transpirasi tersebut Aswindinnoor, Y. Sudirman, dan
melalui aktivitas stomata. Suhu udara yang Subronto. 2001. Respon Tanaman
rendah dapat memperlambat proses Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
transpirasi tanaman sehingga sirkulasi terhadap Cekaman
pertukaran gas dapat terganggu. Pada Kekeringan.Menara Perkebunan69 :
keadaan ekstrim, suhu yang sangat rendah 29 - 45.
bahkan bisa berakibat pada terganggunya Santoso, H.B. 2000.Bawang Putih. Edisi
proses metabolisme tanaman, karena suhu ke-12. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
berpengaruh terhadap jalannya reaksi- Samadi, B., 2002. Usaha Tani Bawang
reaksi kimia. Putih, Kanisius, Yogyakarta.
28