Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 40

PENGEMBANGAN METODE UJI VIGOR BENIH CABAI MERAH (Capsicum


annuum L.) PADA BEBERAPA POTENSIAL AIR

Development of Rapid Vigor Test Method for Red Chili Pepper Seed on Varied Water
Potensial
Undang1*, Subhan Arridho2,4, Abdul Qadir3, Astriyani Rosyad4
1
Prodi Teknologi Industri Benih Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Jl. Raya Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat 16128
2
Prodi Agroteknologi Universitas Islam Riau
Jl. Kaharuddin Nasution 113, Pekanbaru 28284, Riau-Indonesia
3
Prodi Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor
4
Mahasiswa Pascasarjana Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor
Jl. Raya Dramaga Kampus IPB Dramaga Bogor 16680
* Email: undang@apps.ipb.ac.id

Diterima 5 Agustus 2022/Disetujui 2 Desember 2022

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik radicle emergence (RE) benih cabai dan pola imbibisi
air pada kondisi cekaman kekeringan, serta korelasinya dengan metode uji vigor lainnya. Percobaan dilaksanakan
pada bulan Februari hingga Maret 2022, bertempat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Percobaan dilakukan dengan rancangan
acak lengkap (RAL) dengan empat taraf potensial air (Ψ) yaitu 0, -0.4, -0.6, dan -1.3 MPa, dan tiga ulangan. Benih
cabai yang digunakan adalah genotipe Pesona hasil pemuliaan Laboratorium Pendidikan IPB. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa perubahan imbibisi air pada perlakuan Ψ -0.4 MPa memperlihatkan kurva yang sigmoid,
terdiri atas tiga fase, yaitu fase I (0 – 24 jam), fase II (24 – 96 jam), dan fase III (> 96 jam). Pemunculan radikula
pertama kali terjadi pada fase II (72 jam) dan kecambah normal muncul pertama kali di fase III (168 jam).
Pengujian pemunculan radikula (RE) benih cabai pada cekaman kekeringan dapat menggunakan potensial air (Ψ)
maksimal -0.4 MPa. Pengujian vigor benih dengan pemunculan radikula (RE) pada percobaan ini menunjukkan
lebih unggul dibandingkan dengan tolak ukur yang lain pada potensial air (Ψ) -0.4 MPa. Uji pemunculan radikula
(RE) menunjukkan hubungan korelasi sangat erat dengan tolok ukur laju pertumbuhan kecambah (r=0,945), daya
berkecambah (r=0,958), dan kecepatan tumbuh (r=0.923).

Kata kunci: imbibisi, pemunculan radikula, potensial air, uji vigor

ABSTRACT
This study aimed to identify the characteristics of radicle emergence (RE) of chili seeds and water imbibition
patterns under drought stress conditions, as well as their correlation with other vigor test methods. The
experiment was carried out from February to March 2022. Located at the Seed Science and Technology
Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University.
The experiment was conducted in a completely randomized design (CRD) with 4 water potential (Ψ) levels, namely
0, -0.4, -0.6, and -1.3 MPa, and was repeated 3 times. The chili seeds used were the Pesona genotype as a result
of breeding from the Education Laboratory of IPB. The experimental results showed that changes in water
imbibition in the Ψ -0.4 MPa treatment showed a sigmoid curve, consisting of 3 phases, namely: phase I (0 – 24
hours), phase II (24 – 96 hours), and phase III (> 96 hours). The first appearance of radicles occurred in phase
II at 72 hours and normal sprouts first appeared in phase III at 168 hours. Testing the emergence of radicle (RE)
of chili seeds in drought stress can use a maximum water potential (Ψ) of -0.4 MPa. The seed vigor test with
radicle emergence (RE) in this experiment showed it was superior to other benchmarks at Ψ -0.4 MPa. The radicle
emergence (RE) test showed a very close correlation with the benchmarks of germination growth rate (r= 0.945),
percentage of germination (r= 0.958), and speed of growth (r= 0.923).

Keywords: imbibition, radicle emergence, water potential, vigor test


41 Undang Pengembangan Metode Uji Vigor Benih
Cabai Merah Pada Beberapa Potensial Air

PENDAHULUAN kekeringan ditandai dengan terjadinya


penurunan kandungan kadar air,
Cabai (Capsicum annuum L.) berkurangnya potensial air daun dan
adalah salah satu komoditas penting dan hilangnya turgor, penutupan stomata serta
strategis di Indonesia, ditunjukkan dengan berkurangnya pertumbuhan dan
luas produksi pada tahun 2018 mencapai pembesaran sel (Jaleel et al. 2009).
308.547 ha dengan daerah utama budidaya Tanaman yang mengalami kekurangan air
yaitu provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat dan secara umum mempunyai ukuran yang
Jawa Timur. Rata-rata produktivitasnya lebih kecil dibandingkan dengan tanaman
mencapai 7.78 t ha-1 (BPS 2019). Harga yang tumbuh normal (Budi et al. 2019).
cabai berfluktuasi dari Rp 4.000 hingga Kekurangan air menyebabkan penurunan
120.000 per kg (Damayanti dan Yolanda hasil yang sangat signifikan dan bahkan
2019). menjadi penyebab kematian pada tanaman
Tingginya nilai ekonomi cabai (Utami et al. 2020).
belum diikuti dengan produktivitasnya. Untuk memperoleh informasi yang
Terdapat kendala yang dihadapi dalam akurat terkait benih cabai yang sesuai
menjaga dan mempertahankan ditanam di lahan yang rentan terkena
produktivitas tanaman cabai, terutama cekaman kekeringan, perlu dilakukan
terkait dengan musim tanam dan perubahan evaluasi terhadap daya vigor benih pada
luas areal produksi akibat alih fungsi kondisi yang dimaksud. Pengujian vigor
lahan.Varietas cabai yang memiliki benih cabai berdasarkan kecambah normal
sensitivitas tinggi terhadap kekurangan air sudah banyak dilakukan, dan membutuhkan
ketika ditanam di musim kering dengan waktu yang lama. Salah satu cara cepat
pengairan terbatas umumnya akan menurun untuk menguji daya vigor suatu benih yang
produksinya secara drastis. telah dikembangkan dan terbukti berhasil
Indonesia memiliki potensi lahan adalah menggunakan metode radicle
pertanian marjinal yang relatif luas, namun emergence (RE). Uji RE merupakan
belum dimanfaatkan dan dikelola dengan pengujian vigor benih dengan menghitung
baik. Lahan pertanian marjinal di Indonesia persentase radikula yang berhasil
diantaranya adalah lahan kering. Lahan menembus kulit benih (ISTA 2021).
kering merupakan agroekosistem Prinsipnya adalah persentase RE yang
sumberdaya lahan yang mempunyai potensi tinggi menunjukkan tingkat vigor benih
besar untuk pengembangan pertanian, baik yang tinggi, sebaliknya persentase RE
tanaman pangan, hortikultura (sayuran dan rendah menunjukkan vigor benih yang
buah-buahan) maupun tanaman rendah.
tahunan/perkebunan. Pengembangan Tinggi rendahnya persentase RE
berbagai komoditas pertanian di lahan sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang
kering perlu didorong dan ditingkatkan, diimbibisi ke dalam benih. Hal ini terkait
karena merupakan salah satu pilihan juga dengan kondisi cekaman kekeringan,
strategis dalam menghadapi tantangan, apabila intensitas imbibisi air ke dalam
terutama untuk meningkatkan produksi benih rendah. Pengukuran RE dalam
pertanian dan mendukung program kondisi cekaman kekeringan diatur dengan
ketahanan pangan nasional. menggunakan metode polietilen glikol
Kekeringan adalah pembatas (PEG). Penggunaan PEG untuk identifikasi
produktivitas tanaman yang berkontribusi toleransi kekeringan telah banyak dilakukan
cukup besar pada penurunan hasil. pada tanaman pangan seperti padi, gandum,
Kekeringan didefinisikan sebagai kondisi jagung, dan kedelai (Afa et al. 2013;
saat air tanah yang tersedia tidak cukup Govindaraj et al. 2010; Hamayun et al.
untuk mendukung pertumbuhan tanaman 2010). Senyawa PEG dapat digunakan
secara optimal. Tanaman yang tercekam untuk simulasi atau menirukan kondisi
Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 42

kekeringan sebagaimana yang terjadi pada dan kamera. Bahan yang digunakan adalah
tanah kering (Mirbahar et al. 2013) karena benih cabai varietas Pesona dengan kadar
memiliki sifat yang larut di dalam air, tidak air awal 12,3%, aquades, PEG 6000,
beracun bagi tanaman, dan tidak mudah substrat perkecambahan (kertas CD), dan
diserap. Senyawa ini dilaporkan dapat boks perkecambahan (kotak plastik
menahan air sehingga menjadi tidak transparan).
tersedia bagi tanaman, melalui mekanisme Metode
gradien potensial air. Besarnya kemampuan Persiapan larutan PEG 6000 dengan
senyawa PEG untuk menahan air konsentrasi yaitu 0%, 10%, 20%, dan 30%.
bergantung pada bobot molekul dan Konsentrasi larutan PEG ini setara dengan
konsentrasinya. tekanan potensial air (Ψ) secara berurutan
Perpindahan air ke dalam dan keluar sebesar 0.0, -0,4, -0,6, dan -1,3 MPa
sel suatu tanaman erat kaitannya dengan (Steuter et al. 1981). Larutan PEG 10 %
potensial air. Air akan bergerak dari dibuat dengan melarutkan 100 g PEG di
potensial air yang tinggi menuju potensial dalam 1 liter aquades,PEG 20 % dengan
air yang lebih rendah, karena adanya melarutkan 200 g PEG di dalam 1 liter
bantuan dari potensial tekanan air. Imbibisi aquades, dan PEG 30 % dibuat dengan
pada benih dapat terjadi saat potensial air melarutkan 300 g PEG di dalam 1 liter
benih lebih kecil dibandingkan potensial air aquades.
di media tumbuhnya. Apabila diberikan Persiapan media perkecambahan
senyawa PEG pada media tumbuh, maka berupa boks perkecambahan, dialasi dengan
menyebabkan potensial air di media tiga lembar kertas substrat (metode UDK),
menurun, sehingga air tidak dapat bergerak kemudian dilembabkan substrat sampai
ke dalam benih tanaman. Oleh karena itu, kapasitas lapang dan diukur berapa ml air
perubahan potensial air di media tumbuh yang dibutuhkan, contoh 10 ml/boks;
sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan kapasitas lapang ditandai jika boks
embrio pada proses perkecambahan. perkecambahan yang telah berisi substrat
Penggunaan larutan PEG untuk lembab dibalik, tidak ada lagi air yang
menguji ketahanan varietas pada cekaman menetes.Percobaan dilaksanakan
kekeringan telah banyak dilakukan. tetapi menggunakan rancangan acak lengkap
informasi tentang penggunaannya sebagai (RAL) dengan empat taraf potensial air (Ψ)
metode uji vigor masih sangat kurang. Oleh yaitu 0, -0.4, -0.6, dan -1.3 MPa, dan tiga
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk ulangan, sehingga seluruhnya terdapat 24
mengidentifikasi karakteristik radicle satuan percobaan. Perkecambahan benih
emergence (RE) benih cabai dan pola dilakukan di dalam boks di atas kertas
imbibisi airnya pada potensial air berbeda substrat yang telah dilembabkan dengan
yang diatur menggunakan larutan PEG larutan PEG, jumlah benih yang ditanam
6000. yaitu 50 butir benih pada setiap boks
perkecambahan, dan boks ditempatkan
METODOLOGI pada suhu ruang.
Perkecambahan benih cabai diamati
Waktu dan Tempat selama 7 hari untuk pemunculan radikula
Percobaan dilakukan bulan Februari (RE) dan selama 14 hari untuk kecambah
2022 hingga Maret 2022, bertempat di normal. Pengukuran imbibisi air benih
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih dilakukan selama 7 hari awal dengan cara
Departemen Agronomi dan Hortikultura menimbang bobot basah benih cabai setiap
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. hari dan dilihat pola perkembangannya.
Alat dan Bahan Pada hari terakhir (hari ke 14), dilakukan
Alat yang digunakan meliputi pengukuran panjang plumula, panjang
timbangan digital, pinset, gelas ukur, oven,
43 Undang Pengembangan Metode Uji Vigor Benih
Cabai Merah Pada Beberapa Potensial Air

radikula, dan bobot benih kecambah media perkecambahan, dibungkus


normal. dengan menggunakan amplop,
Pengukuran dan Analisis Data kemudian dikeringkan dengan oven
1. Uji standar suhu 80 °C selama 24 jam. Setelah itu,
Pengujian viabilitas dan vigor benih kecambah dimasukkan ke dalam
dilakukan dengan metode uji di atas kertas- desikator selama ± 30 menit dan
(UDK) atau top of paper test (ISTA 2021), ditimbang. Pengujian ini dilakukan di
menggunakan 100 butir benih setiap akhir pengamatan ketika pengamatan
ulangan, empat ulangan setiap perlakuan. daya berkecambah telah selesai.
Benih dikecambahkan dalam kotak plastik e. Laju pertumbuhan kecambah
tertutup, media perkecambahan berupa tiga (mg/kecambah normal)
lembar kertas CD dan dua lembar kertas tisu Laju pertumbuhan kecambah (LPK)
yang dilembabkan dengan akuades. Peubah merupakan rasio antara total bobot
yang diamati, yaitu: kering kecambah normal (BKKN) dan
a. Daya berkecambah (%) jumlah kecambah normal. Laju
Daya berkecambah (DB) dihitung pertumbuhan kecambah dihitung
berdasarkan jumlah kecambah normal dengan rumus:
(KN) pada pengamatan pertama dan
kedua, yaitu pada hari ke-7 dan hari ke- BKKN
𝐿𝑃𝐾 =
Ʃ Kecambah normal
14 (ISTA 2021). Daya berkecambah
dihitung dengan rumus:
f. Panjang plumula dan radikula
Ʃ(𝐾𝑁 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 1 + 𝐾𝑁 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 2) Panjang plumula merupakan panjang
𝐷𝐵 = 𝑥 100%
Ʃ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 bagian atas kecambah normal (KN)
benih cabai dari pangkal hipokotil
b. Indeks vigor (%) hingga ujung daun primer. Panjang
Pengamatan indeks vigor (IV) radikula merupakan panjang bagian
dilakukan terhadap jumlah kecambah bawah kecambah normal benih cabai
normal (KN) pada hitungan pertama dari pangkal akar hingga ujung akar.
daya berkecambah, yaitu pada hari ke- Sampel yang digunakan untuk
7. Indeks vigor dihitung dengan rumus: pengukuran panjang plumula dan
radikula adalah sebanyak 10 kecambah
Ʃ(𝐾𝑁 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 1) tiap ulangan percobaan.
𝐼𝑉 = 𝑥 100%
Ʃ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 2. Uji Pemunculan Radikula (RE)
c. Kecepatan tumbuh (%KN/etmal) Uji pemunculan radikula dilakukan
Kecepatan tumbuh (KCT) diukur dengan dengan cara menanam 50 benih di atas
jumlah tambahan perkecambahan setiap kertas (top paper) menggunakan kertas
hari atau etmal pada kurun waktu filter dan diletakkan dalam boks plastik.
pengujian daya berkecambah, yaitu hari Penghitungan jumlah benih yang sudah
ke-1 hingga hari ke-14. Kecepatan muncul akar ≥ 2 mm sesuai dengan apa
tumbuh dihitung dengan rumus: yang disyaratkan (ISTA 2021) dan
pengamatan dilakukan setiap 24 jam sekali,
% kecambah normal ke − i
𝐾𝐶𝑇 = Ʃ14
𝑖=1 𝑥 100% selama 168 jam (Kusumawardana et al.
jam pengamatan ke − i/24
2019). Uji pemunculan radikula dihitung
d. Bobot kering kecambah normal/BKKN dengan rumus:
(g)
Ʃ radikula yang muncul
Berat kering kecambah normal dihitung 𝑈𝑗𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑘𝑢𝑙𝑎 =
Ʃ benih dikecambahkan
𝑥100%

pada akhir pengamatan uji daya


berkecambah yaitu pada hari ke-14.
Seluruh kecambah normal dicabut dari
Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 44

HASIL DAN PEMBAHASAN tiga fase yaitu fase I (0 – 24 jam), fase II (24
– 96 jam), dan fase III (> 96 jam). Fase I
Pola Imbibisi Air Berdasarkan Bobot merupakan tahap dimulainya imbibisi dan
Lot Benih aktivasi enzim serta hormon, fase II
Data perubahan imbibisi benih cabai merupakan tahap perombakan cadangan
selama proses perkecambahan diperoleh makanan, dan fase III merupakan tahap
dengan mengukur imbibisi air berdasarkan pertumbuhan embrio. Pemunculan radikula
bobot basah benihnya. Selama proses pertama kali terjadi pada fase II yaitu di 72
perkecambahan benih mengalami proses jam (Gambar 2) dan kecambah normal
penyerapan air dengan cara osmosis muncul pertama kali di fase III yaitu 168
ataupun imbibisi. Proses penyerapan air jam (Gambar 3).
oleh benih sampai ke jaringan biasanya
terjadi pada tahap pertama. Pada tahap
kedua penyerapan air pada benih tidak
sama, disebabkan kulit pada benih biji
tersebut mengandung suatu lapisan atau
substrat yang mudah larut dalam air,
sehingga air yang diserap lebih banyak. Jika
tekanan pada benih lebih kecil
dibandingkan dengan tekanan larutan maka
dapat meningkatkan proses imbibisi
(Wusono dan Matinahoru 2015). Pola Gambar 1. Pola imbibisi air benih cabai
perubahan imbibisi air pada benih cabai berdasarkan bobot benih pada
dapat dilihat pada Gambar 1. Perubahan potensial air (Ψ) media tumbuh
bobot basah benih cabai ini mewakili yang berbeda
gambaran volume air yang masuk ke dalam
benih selama proses perkecambahan. Pada Radicle emergence (RE)
semua potensial air, imbibisi air benih Benih merupakan material hidup
meningkat setelah ditanam selama 24 jam. yang mengalami kemunduran.
Setelah itu, terjadi perubahan bobot benih Perkecambahan benih yang lambat adalah
yang dinamis, yang berbeda antar potensial ekspresi fisiologi awal dari kemunduran
air. Pada potensial air (Ψ) 0.0 MPa, bobot benih yang merupakan penyebab utama
benih menurun sedikit, kemudian stabil dan penurunan vigor benih. Pengujian radicle
naik setelah 96 jam. Bobot benih pada Ψ - emergence (RE) dapat lebih awal
0.4 MPa tetap stabil dan kemudian mendeteksi ekspresi fisiologi tersebut.
mengalami peningkatan setelah 96 jam Dengan kata lain, pengujian RE merupakan
hingga 168 jam. Imbibisi air pada potensial metode uji yang cepat untuk menduga daya
air lainnya yaitu Ψ -0.6 MPa dan Ψ -1.3 vigor suatu lot benih, yang menggambarkan
MPa tidak mengalami kenaikan sampai kemampuan benih untuk tumbuh normal di
akhir pengamatan. Perubahan imbibisi air lapang. Uji pemunculan radikula (RE)
pada perlakuan Ψ -0.4 MPa merupakan metode pengujian vigor cepat
memperlihatkan kurva yang lebih sigmoid yang telah divalidasi untuk benih jagung
dibandingkan dengan perlakuan Ψ 0.0 Mpa. (ISTA 2021), benih lobak (Raphanus
Jika dilihat dari kurva imbibisi pada sativus L.) (Matthews et al. 2011), terung
potensial air (Ψ) -0.4 MPa, imbibisi air (Ozden et al. 2018), benih cabai
berhenti sejenak selama 3 hari yang (Kusumawardana et al. 2019), dan benih
menyebabkan bobot benih stabil, kemudian kedelai (Astuti et al. 2020).
bobot benih meningkat lagi sampai akhir
pengamatan. Berdasarkan percobaan ini,
penulis membagi garis kurva ini menjadi
45 Undang Pengembangan Metode Uji Vigor Benih
Cabai Merah Pada Beberapa Potensial Air

Daya Berkecambah (DB)


Pengujian daya berkecambah
merupakan pengujian standar yang sering
dilakukan untuk menentukan potensi
perkecambahan suatu lot benih, yang
selanjutnya dapat digunakan untuk
membandingkan mutu benih dari lot-lot
yang berbeda, serta untuk menduga nilai
pertanaman di lapang pada kondisi
lingkungan optimal.
Gambar 2. Kurva perkembangan pemunculan Pada percobaan ini, kecambah
radikula (RE) benih cabai pada normal benih cabai mulai muncul setelah
potensial air media tumbuh yang 168 jam perkecambahan atau pada hari
berbeda ketujuh perkecambahan. Sejak itu, daya
berkecambah benih cabai pada potensial air
Pada percobaan ini, pemunculan (Ψ) 0 MPa dan Ψ -0.4 MPa terus meningkat
pertama radikula terlihat setelah 72 jam tajam sampai dengan 240 jam, dan
perkecambahan di perlakuan Ψ 0.0 MPa setelahnya perkembangan daya
dan Ψ -0.4 MPa, sedangkan perlakuan berkecambah mulai melandai, dan akhirnya
lainnya mengalami keterlambatan yaitu 120 bernilai konstan. Daya berkecambah yang
jam di perlakuan Ψ -0.6 MPa dan 144 jam paling tinggi pada final account
di perlakuan Ψ -1.3 MPa. Selanjutnya ditunjukkan oleh perlakuan Ψ 0.0 MPa
jumlah radikula yang muncul pada yaitu 90,7%. Selanjutnya diikuti oleh
perlakuan Ψ 0.0 MPa terus meningkat perlakuan Ψ -0.4 MPa dan Ψ -0.6 MPa
sebesar 80,0% menjadi 97,3% di akhir berturut-turut sebesar 72,0% dan 5,3%,
pengamatan. Begitu juga dengan perlakuan sedangkan perlakuan Ψ -1.3 MPa tidak
Ψ -0.4 MPa meningkat sebesar 82,0% menunjukkan adanya benih cabai yang
menjadi 94,0% di akhir pengamatan, berkecambah.
sedangkan perlakuan Ψ -0.6 MPa hanya Jika dilihat kurva daya berkecambah
meningkat sebesar 28,7% dengan RE pada Gambar 4, perkecambahan benih cabai
terakhir adalah 33,3%, dan perlakuan Ψ -1.3 sangat dipengaruhi oleh potensial air media
MPa tidak bertambah sama sekali. tumbuh. Daya berkecambah benih dapat
Perlakuan dengan potensial air Ψ menurun seiring dengan penurunan
0.0 MPa merupakan kondisi yang optimum potensial air media tumbuh. Apabila
bagi pertumbuhan benih cabai pada potensial air diturunkan secara drastis
percobaan. Di sisi lain perlakuan potensial hingga Ψ -1.3 MPa, maka terjadi
air (Ψ) -0.4 MPa, Ψ -0.6 MPa, dan Ψ -1.3 penghambatan perkecambahan benih,
MPa dirancang sebagai kondisi sub sehingga tidak ada benih yang tumbuh.
optimum bagi perkecambahan benih cabai. Senyawa polyethylene glycol (PEG)
Semakin rendah potensial air maka semakin merupakan senyawa yang dapat
tinggi tingkat cekaman kekeringan media menurunkan potensial osmotik larutan
tumbuhnya. Dari ketiga perlakuan potensial melalui aktivitas matriks subunit etilen
air tersebut, benih cabai masih dapat oksida yang mampu mengikat molekul air
bertahan dan tumbuh dengan baik sama dengan ikatan hidrogen. Zuyasna et al.
dengan kontrol pada cekaman kekeringan (2016) menyatakan bahwa penambahan
dengan potensial air (Ψ) -0.4 MPa. Dengan konsentrasi PEG dalam media seleksi in
kata lain, berdasarkan kurva di Gambar 3 ini vitro, meningkatkan kematian benih.
pengujian vigor benih cabai di cekaman Konsentrasi PEG sebesar 20% dapat
kekeringan dapat menggunakan potensial digunakan sebagai konsentrasi sublethal
air (Ψ) maksimal -0.4 MPa.
Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 46

dan dapat digunakan untuk seleksi terhadap perlakuan PEG dengan potensial air yang
kekeringan pada benih kedelai mutan. berbeda disajikan pada Tabel 1. Daya
berkecambah merupakan tolok ukur untuk
menduga viabilitas lot benih, sedangkan
pemunculan radikula, kecepatan tumbuh,
indeks vigor dan laju pertumbuhan
kecambah merupakan tolok ukur untuk
menduga vigoritas suatu lot benih.
Perkecambahan merupakan fase
awal perkembangan tanaman berbiji, yaitu
pertumbuhan embrio yang dimulai kembali
setelah penyerapan air atau imbibisi. Dalam
tahap ini, embrio di dalam biji yang semula
Gambar 3. Kurva perkembangan daya
berkecambah benih cabai pada
berada pada kondisi dorman mengalami
potensial air media tanam yang sejumlah perubahan fisiologi yang
berbeda menyebabkannya berkembang menjadi
tumbuhan muda (Siregar et al. 2018).
Hal menarik dari kurva daya Namun, pengukuran viabilitas dengan daya
kecambah ini adalah bidang yang berada di berkecambah memiliki keterbatasan dalam
antara kurva daya berkecambah perlakuan menduga performa benih suatu tanaman
Ψ 0.0 MPa dan Ψ -0.4 MPa. Apabila garis setelah disimpan atau ketika ditanam di
Ψ 0.0 MPa digambarkan sebagai garis lapang pada kondisi lingkungan yang sub
optimum dan Ψ -0.4 MPa sebagai garis optimum. Tolok ukur daya berkecambah
yang sub optimum, maka bidang yang dinyatakan kurang sensitif dalam mengukur
terbentuk di antaranya dapat berfungsi vigoritas suatu lot benih, sehingga
sebagai tolok ukur bidang vigor yang dapat dikembangkan beberapa tolok ukur untuk
mendeteksi viabilitas absolut lot benih vigoritas benih seperti kecepatan tumbuh,
setelah melewati periode konservasi indeks vigor dan laju pertumbuhan
sebelum tanam (Sadjad 1994). kecambah. Akan tetapi tolok ukur ini masih
menggunakan kecambah normal dari
Karakteristik Perkecambahan Benih pengujian pada lingkungan optimum
Cabai dengan syarat yang ketat.
Nilai beberapa tolok ukur viabilitas
dan vigoritas benih cabai setelah diberi

Tabel 1. Viabilitas dan vigoritas benih cabai pada potensial air yang berbeda
Potensial air RE (%) DB (%) KCT (% etmal-1) IV (%) LPK (mg KN-1)
Ψ 0.0 Mpa 94,00 90,70 55,50 20,00 2,19
Ψ -0.4 Mpa 94,00 72,00 36,00 2,70 1,57
Ψ -0.6 Mpa 33,30 5,30 1,50 0,00 0,14
Ψ -1.3 Mpa 1,30 0,00 0,00 0,00 0,00

Penggunaan kecambah normal dengan tolok ukur yang lain pada potensial
untuk pengukuran vigoritas masih terkesan air yang diturunkan sampai dengan Ψ -0.4
lambat, karena harus menunggu benih MPa (Tabel 1). Persentase pemunculan
tumbuh hingga terbentuk perkecambahan radikula di Ψ -0.4 MPa menunjukkan nilai
yang utuh. Pengujian vigoritas dengan yang sama dengan kontrol yang notabene
pemunculan radikula pada percobaan ini tumbuh dalam kondisi sub optimum dan
menunjukkan lebih unggul dibandingkan kontrol adalah kondisi optimum.
47 Undang Pengembangan Metode Uji Vigor Benih
Cabai Merah Pada Beberapa Potensial Air

Tabel 2. Panjang plumula, panjang radikula, dan bobot kering kecambah normal (BKKN) benih
cabai pada 14 HSS (hari setelah semai)
Potensial air Panjang plumula (cm) Panjang radikula (cm) BKKN (g)
Ψ 0.0 Mpa 5,34 5,33 1,097
Ψ -0.4 Mpa 4,02 3,67 0,783
Ψ -0.6 Mpa 0,68 1,09 0,070
Ψ -1.3 Mpa 0,00 0,00 0,000

Pengaruh perlakuan PEG dengan penurunan terhadap semua variabel yang


potensial air yang berbeda terhadap panjang diamati dibandingkan kontrol. Sementara
plumula, panjang radikula, dan bobot Amoozadeh et al. (2013) melaporkan
kering kecambah benih cabai disajikan pada penggunaan PEG pada cekaman aluminium
Tabel 2. Panjang plumula, panjang radikula memiliki respons yang baik karena dapat
dan bobot kering kecambah normal mengikat aluminium. Konsentrasi yang
menurun seiring dengan penurunan tinggi pada larutan PEG 6000
potensial air. Nilai panjang plumula mengakibatkan nilai potensial air di sekitar
tertinggi yaitu di Ψ 0.0 MPa dan terendah di benih menjadi semakin negatif, sehingga air
Ψ -1.3 MPa. Begitu juga dengan panjang sulit diserap oleh benih sebab PEG
radikula dan bobot kering kecambah normal memiliki sifat yang mudah mengikat air
benih cabai. Pada perlakuan Ψ -0.4 MPa, (Agustiansyah et al. 2021; Gammoudi et al.
rata-rata panjang plumula, radikula dan 2021).
bobot kering kecambah normal masih
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Ψ - Korelasi RE dengan KCT, IV, LPK, DB
0.6 MPa dan Ψ -1.3 MPa. Diduga PEG 6000 Matriks korelasi antara tolok ukur
menyebabkan air menjadi lambat tersedia pemunculan radikula (RE), kecepatan
untuk benih saat perkecambahan dimulai. tumbuh (KCT), indeks vigor (IV), laju
Widyastuti et al. (2017) mengungkapkan pertumbuhan kecambah (LPK) dan daya
bahwa penggunaan PEG 25% berkecambah (DB) disajikan pada Tabel 3.
memperlihatkan genotipe padi mengalami

Tabel 3. Koefisien korelasi (r) pearson antara pemunculan radikula, kecepatan tumbuh, indeks
vigor, daya berkecambah, dan laju pertumbuhan kecambah
Peubah RE DB KCT IV
DB 0,958*
KCT 0,923tn 0,991**
tn
IV 0,651 0,790tn 0,865tn
LPK 0,945tn 0,997** 0,998** 0,833tn
Keterangan: RE= pemunculan radikula, KCT= kecepatan tumbuh, IV= indeks vigor, DB= daya berkecambah,
LPK= laju pertumbuhan kecambah, **= nyata pada taraf 1%, *= nyata pada taraf 5%, tn= tidak
nyata

Hasil metode uji pemunculan pengujian daya berkecambah, indeks vigor,


radikula 168 jam dikorelasikan dengan kecepatan tumbuh dan laju pertumbuhan
tolok ukur mutu fisiologi lainnya dan kecambah. Penelitian Khusna et al. (2021),
diharapkan memiliki hubungan yang erat melaporkan bahwa uji RE pada benih
(Matthews dan Powell 2011; jagung dengan metode uji antar kertas pada
Kusumawardana et al. 2019). Tabel 3 suhu 25 °C dan diamati saat 51 jam ± 15
menyajikan hasil analisis korelasi antara uji menit setelah pengecambahan terbukti
pemunculan radikula dengan tolok ukur berkorelasi erat dan dapat memprediksi
Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 48

daya berkecambah, rataan waktu Agustiansyah, Timotiwu PB, Pramono E,


perkecambahan, indeks vigor, kecepatan Maryeta M. 2021. Pengaruh priming
tumbuh, dan rataan waktu pemunculan pada vigor benih cabai (Capsicum
bibit. annuum L.) yang dikecambahkan pada
Uji pemunculan radikula kondisi cekaman aluminium. Jurnal
berkorelasi positif yang erat dengan daya Penelitian Pertanian Terapan. 21(3):
berkecambah (r=0,958) dan menunjukkan 204-211.
signifikansi yang nyata (p<0,04). Di lain Amoozadeh A, Rahmani S, Nemati F.
pihak hubungan pemunculan radikula 2013. Poly(ethylene)glycol/AlCl3 as a
dengan laju pertumbuhan kecambah new and efficient system for
(r=0,945), kecepatan tumbuh (r=0,923) dan multicomponent Biginelli-type
indeks vigor (r=0,651) meskipun memiliki synthesis of pyrimidinone derivatives.
koefisien korelasi yang tinggi tetapi Heterocyclic Communications. 19(1):
signifikansinya tidak nyata (p<0,055; 69–73.
p<0,077; dan p<0.349 secara berurutan). Astuti F, Budiman C, Ilyas S. 2020.
Pengembangan metode uji cepat vigor
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI benih kedelai dengan pemunculan
radikula J. Agron. Indonesia. 48(2):
Perubahan imbibisi air pada 135-141.
perlakuan Ψ -0.4 MPa memperlihatkan [BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik
kurva yang sigmoid, terdiri atas 3 fase Indonesia 2019. Subdirektorat
yaitu: fase I (0 – 24 jam), fase II (24 – 96 Publikasi dan Kompilasi Statistik
jam), dan fase III ( > 96 jam). Pemunculan Badan Pusat Statistik, Jakarta.
radikula pertama kali terjadi pada fase II Budi RS, Anwar A, Pandi A. 2019.
yaitu di 72 jam dan kecambah normal Pengaruh cekaman kekeringan
muncul pertama kali di fase III yaitu 168 terhadap penampilan dan produksi
jam. Pengujian pemunculan radikula benih beberapa galur padi asal sigambiri
cabai di cekaman kekeringan dapat merah pada tanaman M4. Agriland
menggunakan potensial air (Ψ) ≤ -0.4 MPa. Jurnal Ilmu Pertanian. 7(2): 39-45.
Pengujian vigor benih dengan pemunculan Damayanti I, Yolanda F. 2019. Harga cabai
radikula (RE) pada percobaan ini anjlok, petani minta harga acuan
menunjukkan lebih unggul dibandingkan ditentukan.https://www.republika.co.i
dengan peubah yang lain pada potensial air d/berita/ekonomi/pertanian/pt496a370
(Ψ) -0.4 MPa. Uji pemunculan radikula /harga-cabai-anjlok-petani-mintaharga
menunjukkan hubungan korelasi positif -acuan-ditentukan. [2 Oktober 2019].
dengan peubah laju pertumbuhan Gammoudi N, Nagaz K, Ferchichi A. 2021.
kecambah, daya berkecambah, dan Hydrotime analysis to explore the
kecepatan tumbuh dan indeks vigor . effect of H2O2- priming in the
Namun signifikansi korelasi yang nyata relationship between water potential
yaitu antara peubah pemunculan radikula (Ψ) and germination rate of Capsicum
dengan peubah daya berkecambah annuum L. seed under NaCl- and PEG
(p<0.04). induced stress. Plant Physiology and
Biochemistry. 167: 990–998.
DAFTAR PUSTAKA Govindaraj M, Shanmugasundaram P,
Sumathi P, Muthiah AR. 2010. Simple,
Afa LO, Purwoko BS, Junaedi A, Haridjaja rapid and cost effective screening
O, Dewi IS. 2013. Deteksi dini padi method for drought resistant breeding
hibrida terhadap kekeringan in pearl millet. Electronic Journal of
menggunakan PEG 6000. Jurnal Plant Breeding. 1(4): 590-599.
Agronomi Indonesia. 41(1): 9-15.
49 Undang Pengembangan Metode Uji Vigor Benih
Cabai Merah Pada Beberapa Potensial Air

Hamayun M, Khan SA, Shinwari ZK, Khan seed lots. Not Bot Horti Agrobo. 46(1):
AL, Ahmad N, In-Jung L. 2010. Effect 177-182.
of polyethylene glycol induced drought Sadjad S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme
stress on physio-hormonal attributes of Benih. Gramedia Widiasarana
soybean. Pak J Bot. 42(2): 977-986. Indonesia, Jakarta.
[ISTA] The International Seed Testing Siregar M, Refnizuida, Lubis N. 2018.
Association. 2021. International Rules Potensi pemanfaatan jenis media
for Seed Testing. Bassersdorf, tanam terhadap perkecambahan
Switzerland. beberapa varietas cabai merah
Jaleel CA, Manivannan P, Wahid A, Farooq (Capsicum annum L.). Journal of
M, Somasundaram R, Panneerselvam Animal Science and Agronomy Panca
R. 2009. Drought stress in plants: a Budi. 3(1): 11-14.
review on morphological Steuter AA, Mozafar A, Goodin JR. 1981.
characteristics and pigments Water potential of Aqueous
composition. Int J Agric. Biol. 11: 100- polyethylene glycol. Plant Physiol. 67:
105. 64-67.
Khusna AU, Zamzami A, Ilyas S. 2021. Utami JL, Kristanto BA, Karno. 2020.
Modifikasi suhu uji pemunculan Aplikasi silika dan penerapan cekaman
radikula untuk mempersingkat kekeringan terkendali dalam upaya
pengujian vigor benih jagung. Jurnal peningkatan produksi dan mutu
Agronomi Indonesia. 49(3): 266-272. simplisia binahong (Anredera
Kusumawardana A, Pujiasmanto B, cordifolia). J Agro Complex. 4(1): 69-
Pardono. 2019. Pengujian mutu benih 78.
cabai (Capsicum annuum) dengan Widyastuti Y, Purwoko BS, Yunus M.
metode uji pemunculan radikula. J 2016. Identifikasi toleransi kekeringan
Hort. 29(1): 9-16. tetua padi hibrida pada fase
Matthews S, Powell A. 2011. Towards perkecambahan menggunakan
automated single counts of radicle polietilen glikol (PEG) 6000. J. Agron.
emergence to predict seed and seedling Indonesia. 44 (3): 235-241.
vigour. Seed Testing International. Widyawati N, Tohari YP, Soemardi I.
142: 44-48. 2009. Permeabilitas dan
Matthews S, Wagner MH, Kerr L, Powell perkecambahan benih aren (Arenga
AA. 2018. Potential for early counts of pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal
radicle emergence and leakage of Agronomi Indonesia. 37(2): 152- 158.
electrolytes as quick test to predict the Wusono S, Matinahoru J. 2015. Pengaruh
percentage of normal seedlings. Seed Ekstrak Berbagai Bagian Dari
Science and Technology. 46(1): 1-18. Tanaman Swietenia Mahagoni
Mirbahar AA, Saeed R, Markhand GS. Terhadap Perkecambahan Benih
2013. Effect of polyethylene glycol- Kacang Hijau Dan Jagung. Jurnal
6000 on wheat (Triticum aestivum L.) Agrologia. 4(2): 105-113.
seed germination. Int J Biol Biotech. Zuyasna, Effendi, Chairunnas, Arwin.
10(3): 401-404. 2016. Efektivitas polietilen glikol
Ozden E, Ozdamar C, Demir I. 2018. sebagai bahan penyeleksi kedelai kipas
Radicle emergence test estimates merah bireun yang diradiasi sinar
predictions of percentage normal gamma untuk toleransi terhadap
seedlings in standard germination test cekaman kekeringan. J Floratek.
of aubergine (Solanum melongena L.) 11(1): 66-74.

Anda mungkin juga menyukai