Anda di halaman 1dari 6

Protobiont (2018) Vol.

7 (3) : 62 –67

Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L. var. New Grand


Rapids) menggunakan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung
(THST) Tanpa Sirkulasi dengan Penambahan Giberelin (GA3)
Widya Sri Rahayu1, Mukarlina1, Riza Linda1
1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi Pontianak,
email korespondensi: ws.rahayyu@gmail.com

Abstract
Lettuce (Lactuca sativa L. var. New Grand Rapids) is a vegetable plant that has a contains high nutrients.
Efforts that can increase the production of lettuce is using hydroponics technology and the addition of growth
regulators is gibberellin (GA3). This research aims to determine the effect of addition of GA3 to gowth of
lettuce using floating technology system of hydroponics without circulation. The research was conducted for
four months from May to August 2017 in the Green House and Laboratory of Biology of the Faculty of
Mathematics and Natural Sciences, Tanjungpura University Pontianak. This research used a completely
randomized design with five treatments (K) and three repetitions. The treatments given is the addition of GA 3
with different consentrations: K0 (Control), K1 (5 ppm), K2 (10 ppm), K3 (15 ppm), and K4 (20 ppm). The
result showed that the addition of GA3 didn’t significant affect on the number of leaves, but showed a
significantly affected the height, root lenght, leaf areas, and fresh weight.

Keywords : Growth, Lactuca sativa, Hydroponics, GA3

PENDAHULUAN secara langsung (Kratky, 2009). Berdasarkan


penelitian Krisnawati, et al., (2014) terbukti bahwa
Selada (Lactuca sativa L. var. New Grand Rapids) THST yang dimodifikasi dengan penggunaan
merupakan salah satu jenis sayuran yang styrofoam menggantung mampu menyediakan
mengandung gizi yang cukup tinggi. Menurut kandungan oksigen terlarut di dalam larutan
USDA National Nutrient Data Base (2018), dalam nutrisi.
100 g selada terkandung energi 15 kalori,
karbohidrat 2,87 g, protein 1,36 g, dan lemak 0,15 Upaya lain yang dapat dilakukan untuk
g. Menurut Siregar, et al., (2015) salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas suatu tanaman
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan adalah dengan penambahan zat pengatur tumbuh
produksi tanaman selada adalah menggunakan (zpt). Giberelin (GA3) adalah zpt yang berperan
teknologi hidroponik. untuk menstimulasi pertumbuhan batang,
mempengaruhi inisiasi pembungaan, memacu
Hidroponik adalah metode bercocok tanam tanpa perkecambahan biji, merangsang pembentukan dan
menggunakan tanah sebagai media tanam pertumbuhan buah (Salisbury dan Ross, 1992).
melainkan menggunakan media lain seperti air,
pasir, kerikil, atau material lain (Irawan, 2003). Pemberian GA3 dengan konsentrasi berbeda akan
Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) mempengaruhi respon yang ditunjukkan oleh
adalah hasil modifikasi dari hidroponik Deep Flow tanaman. Hal ini dibuktikan oleh Syafi’i (2005)
Technique (DFT) dan hidroponik rakit apung atau bahwa pemberian GA3 dengan konsentrasi 60 ppm
lebih dikenal Floating Hydroponic System (FHS) memberikan hasil yang terbaik pada variabel berat
sebagai teknik budidaya hidroponik sederhana segar dan berat kering tanaman, diameter buah, dan
yang tidak memerlukan listrik untuk mesirkulasi tebal daging buah melon (Cucumis melo L.) pada
dan meningkatkan aerasi larutan nutrisi (Susila, sistem tanam hidroponik irigasi tetes. Sunardi, et
2013). al., (2013) juga membuktikan bahwa pemberian
giberelin 15 ppm mempengaruhi tinggi tanaman,
Permasalahan yang sering terjadi pada THST yaitu berat basah batang, dan berat basah akar tanaman
rendahnya kadar oksigen di zona perakaran akibat kangkung air (Ipomea aquatica Forsk L.) pada
terendamnya akar tanaman pada larutan nutrisi. sistem hidroponik Floating Raft Technique (FRT).
Salah satu usaha untuk memanipulasi aerasi di
zona perakaran yaitu dengan modifikasi styrofoam
menggantung atau tidak menyentuh larutan nutrisi
62
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 62 –67

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh Pembuatan Larutan Stok dan Larutan Nutrisi
penambahan GA3 terhadap pertumbuhan selada Nutrisi yang digunakan pada penelitian ini adalah
menggunakan THST tanpa sirkulasi. Nutrisi Hidroponik “Goodplant” yang terdiri dari
stok A dan stok B yang berbentuk serbuk. Masing-
BAHAN DAN METODE masing stok nutrisi dilarutkan dalam 500 ml
Waktu dan Tempat Penelitian akuades pada wadah berbeda. Penambahan larutan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai stok A dan stok B untuk penanaman dalam sistem
Agustus 2017 di Rumah Kaca dan Laboratorium hidroponik harus dilakukan sesuai aturan yaitu
Biologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan untuk setiap 990 ml akuades ditambahkan 5 ml
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura larutan stok A dan 5 ml larutan stok B. Lautan
Pontianak. nutrisi yang telah siap dipakai dimasukkan
kedalam bak plastik sebanyak 6 L, kemudian
Bahan ditambahkan GA3 sesuai perlakukan kedalam
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini larutan nutrisi. Konsentrasi larutan nutrisi diukur
adalah akuades, biji selada, giberelin (GA3), stok A dengan menggunakan TDS meter.
dan stok B nutrisi hidroponik “Goodplant”.
Penyemaian dan Penanaman Tanaman
Rancangan Penelitian Biji selada yang digunakan yaitu biji selada var.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak New Grand Rapids. Penyemaian biji selada
Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan dilakukan pada media semai rockwool yang telah
pada masing-masing perlakuan sehingga diperoleh dipotong berukuran ±2×2×2 (cm). Rockwool
15 unit percobaan. Perlakuan yang diberikan disusun diatas wadah penyemaian, lalu disiram
adalah penambahan GA3 dengan konsentrasi yang dengan akuades. Bagian tengah rockwool dilubangi
berbeda sebagai berikut: menggunakan tusuk gigi sedalam ±0,5 cm. Biji
K0 (Kontrol) selada dimasukkan ke dalam lubang pada rockwool
K1 (5 ppm) dan dibiarkan selama 24 jam di daerah yang tidak
K2 (10 ppm) terkena sinar matahari.
K3 (15 ppm)
K4 (20 ppm) Setelah biji selada berkecambah, wadah
penyemaian dipindahkan ke daerah yang terkena
Prosedur Kerja sinar matahari untuk menghindari etiolasi.
Pembuatan Teknologi Hidroponik Sistem Penyemaian dilakukan hingga diperoleh bibit yang
Terapung (THST) memiliki 4 daun dan akar cukup panjang untuk
THST dibuat dari bak plastik yang berukuran mencapai permukaan larutan nutrisi. Bibit tersebut
36×28×14 cm. Styrofoam dilubangi dengan kemudian dipindahkan kedalam netpot. Akar bibit
menggunakan alat pelubang, jarak antar pusat harus dipastikan menjulur keluar dari lubang netpot
lubang tanam yaitu 12×8 cm dan berdiameter 4 cm agar akar bibit dapat menyentuh larutan nutrisi
sehingga total lubang tanam yang diperoleh yaitu 6 pada saat penanaman pada THST (Siregar et al.,
lubang tanam. 2015).

Pembuatan Larutan Giberelin (GA3) Pemeliharaan Tanaman dan Pemanenan


Pembuatan larutan GA3 konsentrasi 100 ppm yaitu Pemeliharaan tanaman meliputi pengukuran
GA3 sebanyak 100 mg dilarutkan dalam 1000 ml konsentrasi larutan nutrisi dan pH larutan nutrisi.
akuades. Larutan GA3 yang diperoleh merupakan Pengendalian hama tanaman dilakukan secara
larutan stok awal. Pembuatan GA3 konsentrasi 20 manual dan tanpa menggunakan pestisida untuk
ppm dipipet sebanyak 20 ml dari larutan stok awal, menghindari kontaminasi tanaman dari bahan
kemudian dilarutkan dalam akuades sampai kimia berbahaya. Menurut Susila dan Koerniawati
volume 100 ml. Larutan stok awal GA3 yang (2004) pemanenan tanaman selada dilakukan pada
diambil dapat dihitung dengan rumus pengenceran umur empat minggu setelah tanam dengan cara
(Indrianto, 1990): mencabut tanaman selada beserta akarnya.

V1 × M1 = V2 × M2 Pengamatan Faktor Lingkungan


Keterangan : Pengamatan faktor lingkungan meliputi
V1 = volume larutan stok awal (ml) pengukuran pH larutan nutrisi, konsentrasi larutan
V2 = volume larutan pengenceran (ml) nutrisi, suhu lingkungan dan suhu larutan nutrisi.
M1 = konsentrasi larutan stok awal (ppm) Pengamatan ini dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi
M2 = konsentrasi larutan pengenceran (ppm) pada pukul 08.00-09.00 WIB, siang pada pukul

63
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 62 –67

12.00-13.00 WIB dan sore pada pukul 16.00-17.00 dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple
WIB (Wulan, 2006). Range Test (DMRT) dengan taraf uji 5%
(Gaspersz, 1991). Analisis data ini dibantu dengan
Parameter Pertumbuhan media pengolahan SPSS 21.
Parameter pertumbuhan yang diamati meliputi
jumlah daun (helai), tinggi tanaman (cm). HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan pertumbuhan ini dilakukan setiap
seminggu sekali hingga pemanenan. Pengukuran Hasil
panjang akar (cm), luas daun (cm2) dan berat basah Pengaruh Giberelin (GA3) terhadap Pertumbuhan
(g) dilakukan pada akhir pengamatan. Pengukuran Tanaman Selada
luas daun dapat dihitung dengan rumus berikut Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian
(Sitompul dan Guritno, 1995): GA3 untuk pertumbuhan tanaman selada tidak
BR berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun
LD = × LK (F4,10=1,743, p=0,358; ANOVA), tetapi
BK
Keterangan: berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi
LD = Luas daun (cm2) tanaman (F4,10=3,541, p=0,020; ANOVA); luas
BR = Berat replika daun (g) daun (F4,10=1,211, p=0,002; ANOVA); panjang
BK = Berat kertas (g) akar (F4,10=2,114, p=0,004; ANOVA); dan berat
LK = Luas kertas (cm2) basah (F4,10=0,947, p=0,0001; ANOVA); (Tabel
1).
Analisis Data
Data hasil variabel pengamatan dianalisis Tinggi tanaman selada perlakuan K3 (GA3 15 ppm)
menggunakan uji Analysis of Variance (ANOVA) dan perlakuan K4 (GA3 20 ppm) menunjukkan
dan apabila hasilnya menunjukkan adanya hasil tidak berbeda nyata dengan perlakuan K1
perbedaan yang berpengaruh nyata akan (GA3 5 ppm) dan K2 (GA3 10 ppm),

Tabel 1. Pengaruh pemberian GA3 terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, panjang akar, luas daun dan berat basah tanaman
selada
Perlakuan GA3 Jumlah Daun Tinggi Tanaman Panjang Luas Daun
Berat Basah (g)
(ppm) (helai) (cm) Akar (cm) (cm2)
K0 (0) 7,18a 16,93a 22,28c 8,15b 54,85d
a ab bc b
K1 (5) 7,23 17,43 21,49 7,88 52,77c
a ab ab b
K2 (10) 7,45 17,44 21,08 7,48 49,97b
a b a a
K3 (15) 7,16 17,83 20 6,34 48,92b
a b a a
K4 (20) 7,09 18,09 19,92 6,27 47,12a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji
Duncan dengan taraf 5%

tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol. Luas daun perlakuan K1 dan K2 tidak berbeda
Perlakuan K4 memberikan hasil tertinggi pada nyata dengan perlakuan kontrol namun berbeda
parameter tinggi tanaman sebesar 18,09 cm (Tabel nyata terhadap perlakuan K3 dan K4. Perlakuan
1). kontrol memberikan hasil tertinggi parameter luas
daun yaitu 8,15 cm2, sedangkan nilai luas daun
Parameter panjang akar tanaman selada perlakuan terendah ditunjukkan pada perlakuan K4 yaitu 6,27
K3 dan K4 menunjukkan hasil tidak berbeda nyata cm2 (Tabel 1).
dengan perlakuan K2, tetapi berbeda nyata
terhadap perlakuan kontrol dan K1. Perlakuan Daun selada perlakuan K4 memiliki ukuran lebih
kontrol memberikan hasil tertinggi pada parameter kecil dibandingkan daun selada perlakuan kontrol
panjang akar yaitu 22,28 cm (Tabel 1). (Gambar 1).

64
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 62 –67

Gambar 1. Perbandingan ukuran daun tanaman selada pada (1) perlakuan K0U1, (2) perlakuan K1U3, (3) perlakuan K2U2, (4)
perlakuan K3U2 dan (5) perlakuan K4U1

Parameter berat basah perlakuan K2 menunjukkan Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa suhu
hasil tidak berbeda nyata dengan perlakuan K3 lingkungan maksimum dan minimum berturut-
namun berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. turut yaitu 32˚C dan 26˚C, sedangkan suhu larutan
Perlakuan kontrol memberikan hasil berat basah nutrisi paling terendah pada pagi hari yaitu 25˚C
tertinggi yaitu 54,85 g (Tabel 1). dan tertinggi pada siang hari mencapai 31˚C. pH
larutan nutrisi pada saat penelitian berkisar 5,5-6,5.
Parameter Faktor Lingkungan Konsentrasi nutrisi yang digunakan pada awal
Data pengukuran parameter faktor lingkungan penelitian adalah 950 ppm dan pada akhir
yang telah diamati meliputi suhu lingkungan, suhu penelitian mengalami penurunan yaitu 685 ppm.
larutan nutrisi, pH larutan nutrisi dan konsentrasi
larutan nutrisi (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil pengukuran suhu


Suhu Lingkungan Suhu Larutan Konsentrasi Larutan
Waktu Pengukuran pH Larutan Nutrisi
(˚C) Nutrisi (˚C) Nutrisi (ppm)
Pagi 26-30 25-28 5,5-6,5 685-950
Siang 30-32 29-31 5,5-6,5 685-950
Sore 28-31 27-30 5,5-6,5 685-950

Pembahasan menstimulus pertumbuhan batang. Menurut Arteca


Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan (1996) GA3 mampu merangsang pertumbuhan
GA3 tidak memberikan pengaruh nyata terhadap batang pada berbagai spesies tumbuhan, terutama
parameter jumlah daun tanaman selada (Tabel 1). tumbuhan kerdil dan roset.
Hal tersebut diduga adanya peningkatan panjang
pada internodus, namun tidak meningkatkan Davies (2010) menyatakan GA3 merupakan
jumlah nodus yang terbentuk. Menurut Salisbury turunan dari asam giberelat yang berperan untuk
dan Ross (1992) pemberian GA3 pada tumbuhan pemanjangan batang dengan cara pembelahan sel
roset mampu memperpanjang internodus. dan pemanjangan sel sehingga ukuran sel akan
Pemberian GA3 tidak dapat meningkatkan jumlah bertambah. Selain itu, menurut Krishnamoorthy
nodus karena pemanjangan yang terjadi hanya pada (1981) dalam Maharani (2016), penambahan
internodusnya, sehingga jumlah daun yang panjang batang disebabkan karena GA3 dapat
dihasilkan tidak bertambah (Nurlatifah dan Setiati, meningkatkan aktifitas pembelahan sel di bawah
2016). meristem pucuk.

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa Panjang akar dan luas daun tanaman selada dengan
parameter tinggi tanaman pada perlakuan penambahan GA3 menunjukkan adanya pengaruh
penambahan GA3 perlakuan K3 dan K4 nyata, namun hasil yang diperoleh lebih rendah
menunjukkan adanya perbedaan nyata terhadap apabila dibandingkan dengan perlakuan kontrol
kontrol. Perlakuan GA3 20 ppm memberikan hasil (Tabel 1). Perlakuan kontrol memberikan hasil
tinggi tanaman tertinggi yaitu 18,09 cm. tertinggi pada parameter panjang akar yaitu sebesar
Peningkatan tinggi tanaman merupakan efek 22,28 cm. Hal ini diduga karena penambahan GA3
fisiologis dari penambahan GA3 yang mampu konsentrasi 5-20 ppm dapat memacu produksi

65
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 62 –67

hormon auksin. Konsentrasi auksin yang tinggi menurunnya luas daun tanaman selada yang
akan memacu produksi etilen yang dapat dihasilkan (Tabel 1). Menurtut Salisbury dan Ross
menghambat pertumbuhan akar. Hal ini sesuai (1995) luas daun akan menentukan besarnya
dengan pernyataan Prawiranata, et al., (1981) fotosintat yang dihasilkan, sehingga
bahwa GA3 memacu aktivitas auksin yang mempengaruhi berat basah tanaman selada.
umumnya menghambat pemanjangan sel-sel akar.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa
Gardner, et al., (1991) menyatakan bahwa GA3 penambahan GA3 untuk pertumbuhan tanaman
diketahui dapat menghambat pertumbuhan akar. selada pada THST menunjukkan hasil yang lebih
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dewi, et rendah dibandingkan perlakuan kontrol pada
al., (2013) pemberian GA3 pada benih kedelai parameter panjang akar, luas daun dan berat basah.
terbukti dapat menghambat pertumbuhan akar. Hal ini diduga penambahan GA3 konsentrasi 5 ppm
Benih kedelai yang diberi GA3 dihasilkan akar dan larutan nutrisi yang digunakan pada kontrol
lebih pendek yaitu 7,73 cm dibandingkan kontrol memiliki kombinasi hara yang cocok dan sesuai
atau tanpa pemberian GA3 yaitu 8,10 cm. Hasil untuk pertumbuhan tanaman selada, sehingga
penelitian Sinaga, et al., (2016) menunjukkan tanaman selada yang dihasilkan tanpa penambahan
bahwa pemberian larutan GA3 100 pmm pada tiga GA3 justru lebih baik. Menurut penelitian Siregar,
varietas benih bawang merah yakni varietas Tuk- et al., (2015) diketahui bahwa larutan nutrisi
tuk, Trisula dan Pancasona dihasilkan panjang akar “Goodplant” dan “Nutrimix” memberikan hasil
masing-masing sebesar 1,26 cm, 1,77 cm, dan 1,86 yang lebih baik dibandingkan dengan larutan
cm yang menunjukkan hasil lebih rendah nutrisi “Ryan Farm”, “Zoro Mix”, dan “AB Mix”
dibandingkan perlakuan kontrol. pada variabel tinggi tanaman, jumlah daun, dan
panjang akar tanaman selada dengan THST
Parameter luas daun perlakuan kontrol termodifikasi.
memberikan hasil tertinggi yaitu 8,15 cm2 (Tabel
1). Hal ini diduga pemberian GA3 yang DAFTAR PUSTAKA
merangsang pemanjangan batang selalu diikuti
dengan penurunan pembelahan sel-sel daun akibat Arteca, RN, 1996, Plant Growth Substances: Principles
produksi etilen sehingga menyebabkan and Applications, emDASH Inc, Springer
menurunnya luas daun (Gambar 1). Berdasarkan Science+Business Media Dordrecht
hasil penelitian Bahar, et al., (2016) menunjukkan Bahar, E, Yusoff, AM & Rasyad, A, 2016, ‘Pengaruh
etilen dapat menghambat pertumbuhan daun yang Etilen terhadap Daun pada Empat Varietas
ditunjukkan adanya penurunan panjang dan lebar Cabai (Capsicum annum L.) di Lingkungan dan
daun apabila dibandingkan dengan perlakuan Kondisi Iklim Kabupaten Rokanhulu’, Jurnal
kontrol pada tiga varietas hibrida dan satu varietas Sungkai, vol. 4, no. 2, hal 73-78, diakses 27
Juni 2018, <http://ejournal.upp.ac.
lokal tanaman Cabai (Capsicum annuum L.).
id/index.php/sungkai/article/download/1037/7
Berdasarkan hasil penelitian Fathonah (2008), 21>
bahwa pemberian GA3 dengan konsentrasi 25 ppm
menunjukkan hasil luas daun yang lebih kecil yaitu Davies, PJ, 2010, The Plant Hormones: Their Nature,
21,60 cm2 dibandingkan hasil perlakuan kontrol Occurence, and Fuctions, Department of Plant
sebesar 24,20 cm2. Biology, Cornell University, Ithaca, New York
Dewi, R, Sutrisno, H & Nazirwan, 2013, ‘Pemulihan
Berat basah tanaman selada dengan penambahan Deteriorasi Benih Kedelai (Glycine max L.)
GA3 menunjukkan adanya penurunan dengan Aplikasi Giberelin’, Jurnal Penelitian
dibandingkan perlakuan kontrol (Tabel 1). Hal Pertanian Terapan, vol. 13, no. 2, hal 116-122,
tersebut diduga sebagai akibat terhambatnya diakses 26 Juni 2018, <http://jurnal.
pertumbuhan akar sehingga penyerapan air dan Polinela.ac.id/index.php/JPPT/article/view/17
4/143>
unsur hara kurang optimal. Absorbsi air dan hara
yang tidak optimal, akan mempengaruhi proses Fathonah, D, 2008, Pengaruh IAA dan GA3 terhadap
fotosintesis dan fotosintat yang dihasilkan menjadi Pertumbuhan dan Kandungan Saponin
lebih rendah, sehingga akan mempengaruhi berat Tanaman Purwaceng (Pimpinella alpina,
basah tanaman. Hal ini didukung oleh pernyataan Molk.), Tesis, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta
Salisbury dan Ross (1995) bahwa penyerapan air
dan unsur hara oleh akar tanaman akan digunakan Gardner, FP, Pearce, RB & Mitchell, RL, 1991,
untuk proses metabolisme dan dimanfaatkan untuk Fisiologi Tanaman Budidaya, Alih Bahasa
pertumbuhan tanaman. Dugaan lain yang Herawati Susilo, UI Press, Jakarta
menyebabkan penurunan berat basah adalah
66
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 62 –67

Gaspersz, V, 1991, Metode Perancangan Percobaan, Pengembangan Teknologi Pertanian, Balai


Armico, Bandung Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung
Indrianto, A, 1990, Kultur Jaringan Tumbuhan, Siregar, J, Triyono, S & Suhandy, D, 2015, ‘Pengujian
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta beberapa Nutrisi Hidropinik pada Selada
(Lactuca sativa L.) dengan Teknologi
Irawan, A, 2003, Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa
Hidroponik Sistem Terapung (THST)
Media Tanah, M2S Bandung, Bandung
Termodifikasi’, Jurnal Teknik Pertanian
Kratky, BA, 2009, ‘Three Non-circulating Hydroponic Lampung, vol. 4, no. 1, hal. 65-72, diakses 4
Methods for Growing Lettuce’, Proceedings of Desember 2016, <http://jurnal.fp.unila.ac.id
the International Symposium on Soilles Culture /index.phpJTP/article/download/775/711>
and Hydroponics, Acta Hort., vol. 843, hal. 65-
Sitompul, SM & Guritno, B, 1995, Analisis
72, diakses 6 Juni 2016,
Pertumbuhan Tanaman, Universitas Gadjah
<https://www.ctahr.hawaii.edu/oc/freepubs/pd
Mada Press, Yogyakarta
f/VC1.pdf>
Sunardi, O, Adimihardja, SA & Mulyaningsih, Y, 2013,
Krisnawati, D, Triyono, S & Kadir, MZ, 2014,
‘Pengaruh Tingkat Pemberian ZPT Gibberellin
‘Pengaruh Aerasi Terhadap Pertumbuhan
(GA3) terhadap Pertumbuhan Vegetatif
Tanaman Baby Kailan (Brassica oleraceae var.
Tanaman Kangkung Air (Ipomea aquatica
achepala) pada Teknologi Hidroponik Sistem
Forsk L.) pada Sistem Hidroponik Floating
Terapung di Dalam dan di Luar Greenhouse’,
Raft Technique (FRT)’, Jurnal Pertanian, vol.
Jurnal Teknik Pertanian Lampung, vol. 3, no.
4, no. 1, hal. 33-47, diakses 24 November 2016,
3, hal 213-222, diakses 4 Desember 2016,
<http://ojs.unida.ac.id/index.
<http://jurnal.fp.unila.ac.id /index.php/JTP/
php/JP/article/view/338>
article/download/659/601>
Susila, AD, & Koerniawati, Y, 2004, ‘Pengaruh Volume
Maharani, A, 2016, Pengaruh Konsentrasi Giberelin
dan Jenis Media Tanam pada Pertumbuhan dan
(GA3) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kailan
Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa) dalam
(Brassica oleracea L. var Alboglabra) pada
Teknologi Hidroponik Sistem Terapung’,
berbagai Media Tanam dengan Hidroponik
Buletin Agronomi, vol 32, no. 3, hal. 16-21,
Wick System, Skripsi, Universitas Andalas,
diakses 3 Juni 2016,
Padang
<http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/
Nurlatifah, D & Setiati, Y, 2016, Pengaruh Zat 35516>
Pengatur Tumbuh Giberelin (GA3) dan
Susila, AD, 2013, Sistem Hidroponik, Departemen
Pemangkasan terhadap Pertumbuhan dan
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Hasil Tanaman Rami (Boehmeria nivea, L.
Pertanian, IPB Press, Bogor
Gaud), UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
Syafi’i, M, 2005, Pengaruh Konsentrasi dan Waktu
Prawiranata, W, Harran & Tjondronegoro, 1981, Dasar-
Pemberian Gibberellin (GA3) terhadap
Dasar Fisiologi Tumbuhan, Institut Pertanian
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Melon
Bogor, Bogor
(Cucumis melo L.) dengan Sistem Tanam
Salisbury, FB & Ross, CW, 1992, Fisiologi Tumbuhan, Hidroponik Irigasi Tetes, Skripsi, Universitas
Jilid 3, Edisi 5, diterjemahkan oleh Lukman, Sebelas Maret, Surakarta
DR, dan Sumaryono, penerbit ITB, Bandung
USDA National Nutrient Database for Standart
, 1995, Fisiologi Reference (2018), Lettuce Green Leaf, Basic
Tumbuhan, Jilid 2, Edisi Keempat, Report, The National Agricultural Library
diterjemahkan oleh Lukman, DR, dan
Wulan, ER, 2006, Optimasi Konsentrasi Larutan Hara
Sumaryono Penerbit ITB, Bandung
pada Budidaya Selada (Lactuca sativa L. var.
Sinaga, R, Waluyo, N & Rosliani, R, 2016, Pengaruh Crispa) dengan Teknologi Hidroponik Sistem
GA3 terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Terapung, Skripsi, Institut Pertanian Bogor,
Bawang Merah, Prosiding Seminar Nasional Bogor

67

Anda mungkin juga menyukai