Anda di halaman 1dari 13

1

PENGARUH RASIO PUPUK MAKRO DAN MIKRO TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN KALE (Brassica oleracea) VARIETAS
GREEN DWARF CURLY DENGAN SISTEM HIDROPONIK RAKIT
APUNG
Maulida Ayu Lestari1, M. Subandi2, Yati Setiati3
1
Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung,
2
Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

ABSTRAK
Kale merupakan tanaman segolongan dengan kubis, kailan, dan brokoli ini,
memiliki jumlah permintaan yang cukup tinggi. Upaya memenuhi pupuk
hidroponik alternatif diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan. Dengan itu
perlu diperhitungkan rasio pupuk makro dan mikro sesuai kebutuhan unsur hara
tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio pupuk makro
dan mikro terhadap pertumbuhan tanaman kale (Brassica oleracea). Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2018 di rumah kaca Kebun
Percobaan Universitas Padjajaran Ciparanje, Jatinangor, Kabupaten Sumedang,
Jawa Barat menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan
empat kali ulangan. Penelitian dilakukan untuk menguji beragam rasio pupuk
makro (NPK, CaSO4, MgSO4 , K2SO4 dan Mikro (Soluble Micro Mix) yakni A (AB
Mix) sebagai kontrol, B (1250 : 312,1 : 583,68 : 250 : 50), C (1250 : 312,1 : 583,68
: 250 : 70), D (1250 : 312,1 : 583,68 : 250 : 90), E (1250 : 312,1 : 583,68 : 250 :
110), F (1562,5 : 350,12 : 730,1 : 324,78 : 50), G (1562,5 : 350,12 : 730,1 : 324,78
: 70), H (1562,5 : 350,12 : 730,1 : 324,78 : 90) dan I (1562,5 : 350,12 : 730,1 :
324,78 : 110). Hasil penelitian menunjukan bahwa beragam rasio pupuk makro dan
mikro memberikan pengaruh yang berbeda terhadap parameter pertumbuhan
tanaman berupa tinggi tanaman dan nisbah pupus akar serta parameter hasil
tanaman berupa jumlah daun, jumlah klorofil, luas daun, berat basah tanaman dan
berat kering tanaman. Perlakuan A (AB Mix) dan pemanfaatan nutrisi alternatif
dengan rasio pupuk H (1562,5 : 350,12 : 730,1 : 324,78 : 90) menunjukkan hasil
pertumbuhan terbaik pada tanaman kale.

Kata kunci : Rasio pupuk makro dan mikro, Kale, Hidroponik


PENDAHULUAN
Kale saat ini merupakan salah bahwa semakin tinggi minat
satu komoditas hortikultura yang jika masyarakat dalam mengkonsumsi
dilihat dari data produksi hingga 10 sayuran sehingga permintaan sayuran
tahun terakhir ini dapat disimpulkan termasuk kale menjadi naik terutama
2

di supermarket hingga restauran. Jika satunya penopang tumbuhnya suatu


dilihat dari segi ekonomis, kale tanaman sehingga mutlak diperlukan
memiliki daya jual yang cukup tinggi, pemberian nutrisi.
sehingga budidaya kale ini layak Nutrisi hidroponik yang
diusahakan dan perlu suatu usaha umum digunakan karena praktis dan
peningkatan produksi demi memiliki unsur hara yang lengkap
menunjang kebutuhan pasar. yaitu AB mix. Akan tetapi, AB mix
Salah satu metode ini ketersediaannya agak sulit ditemui
intensifikasi yang dapat serta harga yang tinggi. Selain itu, AB
meningkatkan pertumbuhan dan hasil Mix di pasaran bervariasi dan belum
tanaman kale yaitu hidroponik. ada standar kualitas pupuk AB Mix,
Hidroponik merupakan suatu metode sehingga meramu bahan nutrisi secara
penanaman tanaman yang sangat mandiri lebih menjamin kualitas. Hal
produktif dan efisien serta ramah ini mengakibatkan terhambatnya
lingkungan (Wijayani dan Widodo, petani untuk melakukan budidaya
2005). Salah satu metode yang cocok hidroponik. Sehingga, penggunaan
untuk diterapkan dalam budidaya alternatif nutrisi dapat efisien
tanaman secara hidroponik yaitu digunakan yakni nutrisi yang dibuat
dengan menggunakan sistem rakit sendiri dari bahan-bahan yang lebih
apung. mudah ditemukan dan berharga
Salah satu pengaruh penting murah.
dalam hidroponik terhadap Formulasi nutrisi sendiri yang
pertumbuhan tanaman yaitu nutrisi, akan digunakan harus diperhatikan
karena nutrisi merupakan sumber dengan menghitung nutrisi sesuai
utama pasokan unsur hara bagi dengan kebutuhan tanaman. Untuk
tanaman. Setiap jenis pupuk berbeda unsur makro dapat digunakan yaitu
dalam hal komposisi unsur haranya, pupuk NPK 16:16:16. Lalu untuk
serta setiap jenis dan umur tanaman nutrisi mikro yang digunakan yaitu
berbeda kebutuhan unsur haranya pupuk mikro soluble mix di pasaran
(Subandi et al., 2015). Dalam dengan komposisi K (6%), Mg
pertumbuhannya, kebutuhan unsur (0,4%), S (12%), Fe (9%), Mn (6%),
hara tanaman kale harus terpenuhi Cu (1%), Zn (4,5%), B (1%), dan Mo
dengan baik agar tidak mengganggu (0,04%). Untuk pemenuhan unsur Ca,
pertumbuhan tanaman tersebut. . ditambahkan CaSO4 dengan
Penggunaan formulasi nutrisi komposisi Ca (40%), S (32%), dan O
yang tepat pada budidaya hidroponik (16%). Untuk pemenuhan Mg,
termasuk sistem rakit apung ditambahkan MgSO4 dengan
merupakan faktor penting, karena komposisi Mg (9,7%) dan S (13%).
sistem rakit apung menggunakan Serta untuk pemenuhan unsur K,
media air yang merupakan satu- ditambahkan K 2 SO4 dengan
3

komposisi K (44,8%), S (18,4%), dan seperti EC meter, pH meter,


O (16%). higrometer, klorofilmeter, timbangan
Penelitian ini bertujuan untuk digital, penggaris, kamera, laptop.
mengetahui dan mempelajari Rancangan percobaan yang
pengaruh rasio pupuk makro bagi digunakan dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan tanaman kale (Brassica Rancangan Acak Lengkap (RAL)
oleraceae) varietas Green Dwarf satu faktor dengan 4 kali ulangan.
Curly dengan sistem hidroponik rakit A = AB Mix (Kontrol)
apung serta untuk mengetahui rasio B = 1250 : 312,1 : 583,68 : 250 : 50
pupuk makro dan mikro yang tepat C = 1250 : 312,1 : 583,68 : 250 : 70
pengaruhnya terhadap pertumbuhan D = 1250 : 312,1 : 583,68 : 250 : 90
tanaman kale (Brassica oleraceae) E = 1250 : 312,1 : 583,68 : 250 : 110
varietas Green Dwarf Curly dengan F = 1562,5 : 350,12 : 730,10 : 324,78
sistem hidroponik rakit apung. : 50
METODE G = 1562,5 : 350,12 : 730,10 : 324,78
: 70
Penelitian ini dilaksanakan
H = 1562,5 : 350,12 : 730,10 : 324,78
pada bulan April hingga bulan Juni
: 90
2018 di rumah kaca Kebun Percobaan
I = 1562,5 : 350,12 : 730,10 : 324,78
Universitas Padjajaran Ciparanje,
: 110
Jatinangor, Kabupaten Sumedang,
Terdapat 9 perlakuan dengan
Jawa Barat dengan ketinggian sekitar
dilakukan 4 kali pengulangan,
700 m diatas permukaan laut (m dpl).
sehingga diperoleh 36 unit percobaan.
Bahan yang digunakan untuk Menurut Sastrosupadi (2000)
pelaksanaan penelitian ini model linier RAL yang digunakan
diantaranya benih tanaman kale adalah :
(Brassica oleracea) varitas Green Yij(t) = µ + P(t) + ε(t)
Dwarf Curly, aquades, air panas, Keterangan :
unsur-unsur penyusun AB Mix, unsur i = 1,2, ....n; dan t = 1, 2, ....n
makro (NPK Mutiara Yaramila, Yj = Respon atau pengamatan
MgSO4 , CaSO4 , dan K 2 SO4 ), unsur pada suatu percobaan yang
mikro (Soluble Micro Mix). memperoleh
Adapun alat yang digunakan perlakuan taraf ke-i ulangan
dalam penelitian ini yaitu bak ke-j
penampungan ukuran 30 cm x 25 cm µ = nilai rata-rata umum
x 10 cm dengan volume 5 l, styrofoam P(t) = pengaruh perlakuan ke-t
ketebalan 2 cm, netpot, rockwool, ε(t) = pengaruh galat yang
aerator, pipa T, batu udara, selang memperoleh perlakuan ke-t
udara, baki semai, jerigen 10 l, jerigen
5 l, gelas ukur serta alat penunjang Hasil percobaan dianalisis
4

dengan Analisis Ragam taraf nyata dihitung sesuai rumus. Pengamatan


5%. Jika perlakuan berpengaruh dilakukan saat permanenan yaitu 8
nyata, diuji lanjut dengan Uji DMRT minggu setelah tanam (MST).
5% (duncan multiple range test). d. Bobot segar tanaman (g)
Pengamatan penunjang yang Dengan menimbang seluruh
dilakukan meliputi : bagian tanaman sampel dengan
a. Nilai pH dan EC larutan menggunakan timbangan dan
Nilai pH awal air diamati dengan dilakukan saat pemanenan yaitu umur
menggunakan pH meter sedangkan 8 minggu setelah tanam (MST).
nilai EC awal air diamati dengan e. Berat kering tanaman (g)
menggunakan EC meter. Pengukuran Dengan menimbang seluruh
dilakukan selama penelitian. bagian tanaman sampel yang sudah
b. Suhu dan Kelembaban Harian dikeringkan pada oven dengan
Pengamatan suhu harian diukur menggunakan timbangan dan
menggunakan thermometer selama dilakukan saat pemanenan yaitu
penelitian lalu dihitung suhu rata umur 8 minggu setelah tanam
ratanya. (MST).
Adapun pengamatan utama
yang dilakukan meliputi : PELAKSANAAN PENELITIAN
a. Tinggi tanaman (cm) 1. Sanitasi Green House
Tinggi tanaman diukur mulai dari Sanitasi greenhouse merupakan
pangkal batang sampai dengan titik kegiatan membersihkan areal screen
tumbuh dengan menggunakan benang house dari rumput atau sisa tanaman
yang kemudian diukur menggunakan lain, sampah dan benda-benda lainnya
penggaris. Pengukuran tinggi yang tidak diinginkan di dalam
tanaman dilakukan pada saat tanaman greenhouse. Tujuan sanitasi ini
berumur 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 minggu diantaranya untuk menciptakan
setelah tanam (MST). lingkungan yang baik bagi tanaman,
b. Jumlah daun (helai) agar terhindar dari gulma dan
Dengan menghitung semua daun sampah-sampah yang dapat
yang telah tumbuh pada tanaman menimbulkan hama dan penyakit
sampel. Pengukuran tinggi tanaman (Fitriani, 2012).
dilakukan pada saat tanaman berumur 2. Persemaian
3, 4, 5, 6, 7 dan 8 minggu setelah Benih kale disemaikan dengan
tanam (MST). media tanam rockwool. Rockwool
c. Luas daun (cm2) dipotong persegi lalu dibasahi dan
Dengan menggunakan metode disimpan pada baki semai, kemudian
bobot kering dimana daun yang utuh benih dimasukkan ke dalam sela-sela
dipotong berukuran 3x2 lalu rockwool. Jika bibit telah tumbuh
dikeringkan kemudian ditimbang dan minimal dua lembar daun, sekitar 14
5

hari setelah semai (HSS), bibit netpot yang sudah disiapkan.


dipindahkan kedalam netpot yang Nantinya, netpot disimpan pada
telah disiapkan. styrofoam yang sudah dilubangi
3. Persiapan instalasi rakit apung sehingga akar dari tanaman akan
Instalasi rakit apung ini dibuat mengapung di atas larutan nutrisi.
dari bak penampungan berukuran 30 6. Pemeliharaan
cm x 25 cm x 10 cm yang dapat diisi Pemeliharaan dilakukan dengan
air dengan banyak volume kurang beberapa tahap yaitu penyulaman,
lebih 7 l. Bak penampungan tersebut pengecekan nutrisi dari jumlah air
diatasnya disimpan styrofoam yang dalam bak hingga EC dan pH larutan,
sudah diberi lubang untuk netpot serta serta pemeliharaan instalasi.
sudah disimpan batu udara yang 7. Pemanenan
disambungkan dengan selang udara Kale (Brassica oleraceae)
yang menyambung pada aerator yang Varietas Green Dwarf Curly di panen
ujungnya sudah dihubungkan dengan pada 56 hari setelah tanam (HST)
gelembung udara yang berfungsi sesuai deskripsi tanaman. Pemanenan
memecah udara yang keluar. dilakukan secara perlahan dengan
Kemudian bak penampungan diisi cara menarik batangnya untuk
larutan nutrisi sehingga akar mengeluarkan tanaman dari netpot.
mengapung diatasnya.
4. Persiapan nutrisi HASIL DAN PEMBAHASAN
Nutrisi yang dipersiapkan yaitu Nilai pH dan EC larutan
AB Mix (sebagai kontrol) untuk Pada sistem hidroponik kunci
sayuran batang dan daun menurut utama dalam pemberian larutan
Sutiyoso (2006). Bahan-bahan nutrisi atau pupuk adalah
dicampurkan dilarutkan masing- pengontrolan konduktivitas elektrik
masing 5 L air sebagai larutan stok A atau yang disebut sebagai nilai EC di
dan B. dalam air dan kualitas larutan nutrisi
Untuk nutrisi alternatif, NPK dan tergantung pada konsentrasinya. Nilai
unsur lainnya dicampurkan dan EC menunjukkan kemampuan larutan
dilarutkan secara terpisah masing- hara menghantarkan listrik yang
masing 10 L sesuai banyaknya unsur berkaitan dengan penyerapan unsur
pada 8 perlakuan yang telah hara oleh tanaman (Hanlon, 2015).
diperhitungkan. Pada hasil pengamatan, nilai
5. Penanaman EC dan pH yang diberikan pada
Bibit tanaman kale yang telah tanaman kale berbeda-beda tiap 2
berumur 14 hari setelah semai siap minggu sekali. Pada 3 dan 4 MST, EC
dipindahkan ke areal penanaman. yang digunakan 1,8 mS cm-1. Lalu
Bibit yang ditanam dalam media pada 5 dan 6 MST, EC yang
tanam rockwool dimasukkan ke digunakan mS cm-1. Kemuadian pada
6

7 dan 8 MST, EC yang digunakan 2,3 meningkat, maka perkembangan


mS cm-1. Menurut Storey (2016), EC tanaman dari satu tahap ke tahap
yang ideal untuk tanaman kale adalah perkembangan lainnya mengalami
berkisar 1,8 – 3,0 mS cm-1. percepatan perkembangan.
Menurut Rosliani dan Suhu tempat penelitian yang
Sumarni (2005), kebutuhan EC tinggi menyebabkan perlu
dipengaruhi oleh kondisi cuaca dilakukannya pembersihan dinding
seperti suhu, kelembaban dan green house karena proses transpirasi
penguapan. Oleh karena itu, yang dilakukan tanaman semakin
pengecekan EC juga sangat tinggi. Tingginya proses transpirasi
diperhatikan agar memenuhi menyebabkan terjadinya akumulasi
kebutuhan tanaman tiap harinya. unsur hara pada daun sehingga daun
tanaman menjadi layu dan proses
Suhu dan Kelembaban fotosintesis menjadi tidak optimal
Suhu dan kelembaban (Tjitrosomo et al., 2010).
merupakan salah satu faktor eksternal Tingginya suhu pada green
yang berpengaruh terhadap house mengakibatkan beberapa
pertumbuhan dan perkembangan kerusakan pada tanaman kale di
tanaman khususnya di dalam beberapa perlakuan yakni tanaman
budidaya hidroponik. Adapun suhu kerdil, kuning, layu, hingga kering
rata-rata di tempat penelitian yaitu terbakar.
31oC, dengan suhu maksimal 40oC Adapun nilai kelembaban
dan suhu minimum 24oC. Suhu yang nisbi (RH) di lokasi penelitian
optimum untuk pertumbuhan dan berkisar antara 22% - 49%.
perkembangan tanaman kale adalah Kelembaban yang ada di tempat
25oC – 30oC. penelitian dinilai rendah. Kondisi RH
Kale biasanya disebut dengan yang optimum untuk budidaya
tanaman yang cukup tangguh karena tanaman secara hidroponik yaitu
dapat tumbuh di daerah yang sebesar 70%. Pada RH 70%, proses
bercuaca dingin bahkan hingga -7oC. evapotranspirasi masih tergolong
Menurut Tjasyono (2004), suhu dapat cukup besar untuk menunjang
mengendalikan proses perkembangan pertumbuhan tanaman.
tanaman. Suhu berhubungan dengan Kelembaban optimum yang
total panas yang diberikan dan dikehendaki untuk pertumbuhan
dibutuhkan tanaman untuk tanaman kale yang baik yaitu pada
melakukan proses metabolisme. Suhu kelembaban 60% hingga 90%.
yang semakin tinggi hingga mencapai
batas maksimum dapat menyebabkan Tinggi Tanaman (cm)
laju metabolisme tanaman semakin Tinggi tanaman merupakan
meningkat. Apabila laju metabolisme salah satu parameter pengamatan
7

pertumbuhan untuk mengetahui laju terlihat setelah tanaman mencapai 5


fotosintat secara kualitatif. MST (Huett, 1985).

Tabel 1. Pengaruh Rasio Pupuk Makro dan Mikro terhadap Tinggi Tanaman
Tanaman Kale

Rata-rata tinggi tanaman


Perlakuan Minggu Setelah Tanam (MST)
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
--cm--
A 1,48 a 2,00 b 2,58 b 3,35 c 2,26 c 2,44 c
B 1,38 a 1,63 ab 1,88 a 2,18 ab 1,67 a 1,78 a
C 1,30 a 1,58 ab 1,85 a 2,40 b 1,68 a 1,82 a
D 1,25 a 1,48 a 1,75 a 1,98 ab 1,55 a 1,64 a
E 1,15 a 1,38 a 1,60 a 1,83 a 1,56 a 1,75 a
F 1,28 a 1,48 a 1,55 a 1,85 a 1,53 a 1,66 a
G 1,15 a 1,43 a 1,83 a 2,10 ab 1,66 a 1,81 a
H 1,45 a 1,63 ab 1,98 a 2,43 b 1,96 b 2,13 b
I 1,35 a 1,58 ab 1,83 a 2,15 ab 1,60 a 1,68 a
Keterangan : Nilai rata-rata tiap kolom yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan Uji Lanjut Duncan pada taraf nyata 5%

Hasil analisis ragam pengaruh Terdapat beberapa faktor yang


rasio pupuk makro dan mikro mengakibatkan kurang tercukupinya
menunjukkan pengaruh nyata rasio pupuk pada perlakuan H. Faktor
terhadap pengamatan tinggi tanaman pertama adalah adalah karena
kale. Rerata tinggi tanaman pada kandungan unsur Ca dari CaSO4,
penelitian ini menunjukkan hasil yang dimana menurut Sutiyoso (2006),
tidak jauh berbeda dengan penelitian CaSO4 memiliki sifat yang kurang
Hidayati., et al (2017) dimana sama- dapat larut dalam air yaitu
sama menggunakan alternatif pupuk mempunyai daya larut 1,25 %
hidroponik. sehingga termasuk pupuk slow
Pada 1 MST sampai 4 MST, release (larutnya lambat) serta dapat
tanaman belum dapat menyerap hara mengakibatkan pengendapan saat
secara optimal karena masih berada dilarutkan.
dalam tahap penyesuaian setelah Unsur Ca ini besar kaitannya
pemindahan tanam persemaian. dengan pemenuhan unsur Mg karena,
Tanaman mulai menyerap unsur hara apabila Ca dalam kondisi kekurangan,
secara aktif mulai dari 5 MST penyerapan Mg akan terlalu besar dan
sehingga respon terhadap dapat meracuni tanaman. Menurut
pertumbuhan tanaman mulai dapat Munawar (2011), unsur Ca ini paling
8

berperan penting pada titik tumbuh Jumlah daun sangat


akar. Sehingga, jika kekurangan dipengaruhi oleh unsur nitrogen (N)
unsur ini, pembentukan dan dimana fungsi unsur nitrogen (N)
pertumbuhan akar terganggu yaitu mempercepat pertumbuhan
sehingga tidak dapat menyerap unsur tanaman yang berkaitan dengan daun,
hara dengan optimal. jumlah cabang, dan jumlah anakan
Kemudian, faktor yang paling sehingga unsur nitrogen (N) ini sangat
mempengaruhi adalah faktor dibutuhkan untuk pertumbuhan serta
lingkungan, dimana lingkungan perbanyakan daun. Akan tetapi,
penelitian ini yaitu di dalam green kurangnya dalam perlakuan H
house yang beratap kaca, memiliki tersebut adalah terhambatnya fungsi
suhu yang tinggi, kelembaban rendah, unsur Mg, dimana fungsinya yang
serta intensitas cahaya yang cukup sama pentingnya untuk fotosintesis
rendah. Karsono et al (2003) dan pembentukan klorofil. Hal ini
menyatakan pertumbuhan tanaman dikarenakan ion Mg yang berlebihan
akan terhambat jika suhu udara tinggi sehingga dapat menimbulkan gejala
dan evapotransporasi berjalan terus- keracunan. Upaya yang dapat
menerus. dilakukan adalah memberikan unsur
Ca yang cukup. Akan tetapi,
Jumlah daun (helai) pengendapan unsur Ca ini membuat
Pengamatan jumlah daun upaya tersebut tidak berjalan dengan
dilakukan mulai tanaman berumur 3 baik sehingga hampir sebanyak 70
MST. Hasil analisis ragam tanaman dalam semua bak perlakuan
menunjukkan tidak berpengaruh terdapat tanaman yang tidak tumbuh
nyata pada umur tanaman 3 MST dan hijau segar melainkan agak
4 MST akan tetapi berpengaruh nyata kekuningan.
pada 5 MST hingga 8 MST terhadap Hasil analisis (Tabel 2)
pertumbuhan jumlah daun tanaman jumlah daun menunjukkan hasil yang
kale. tidak berbeda nyata pada perlakuan H
Tabel 2. Pengaruh Rasio Pupuk dibandingkan perlakuan A (kontrol)
Makro dan Mikro terhadap Jumlah serta berbeda nyata pada beberapa
Daun Tanaman Kale perlakuan. Hal ini dapat disebabkan
kurangnya penyerapan unsur hara
oleh tanaman yang ditandai dengan
penurunan EC dan jumlah air tiap
harinya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rosmarkam dan Yuwono
(2002), yakni keseimbangan unsur
hara makro dan mikro sangat penting
untuk pertumbuhan dan hasil
9

tanaman. Kelebihan dan kekurangan Tabel 3. Pengaruh Rasio Pupuk


menyebabkan menurunnya hasil Makro dan Mikro terhadap Luas Daun
produksi tanaman. Tanaman Kale
Disamping unsur makro yang
berperan penting dalam pertumbuhan Luas Daun
Perlakuan
-- cm2 --
tanaman, unsur mikro juga turut
A 17,18 d
berperan dalam pertumbuhan
B 7,29 a
tanaman. Terdapat unsur Mn dan Cu,
C 7,07 a
dimana fungsinya sebagai aktivator D 9,44 bc
enzim sehingga enzim ini nantinya E 7,67 a
dapat merangsang pembelahan sel F 7,33 a
dan pembentukan tunas di batang G 9,16 b
sehingga semakin banyak ruas untuk H 14,14 c
tumbuhnya daun. I 6,50 a
Keterangan : Nilai rata-rata tiap kolom
Luas daun (cm2) yang ditandai dengan huruf yang sama
Pada dasarnya, luas daun yang menunjukkan tidak berbeda nyata
lebar dan pertumbuhan tanaman akan berdasarkan Uji Lanjut Duncan pada taraf
nyata 5%
seiring dengan umur tanaman, maka
tingkat kebutuhan unsur hara semakin
tinggi. Dalam proses penyerapan didapatkan menjadi maksimal
sinar matahari sebagai sumber energi (Irianto, 2008).
dalam fotosintesis, daun merupakan Hasil rerata luas daun
tempat untuk memproduksi asimilat tanaman kale pada masa panen (8
(Sirait, 2008). MST) menunjukkan hasil yang tidak
Hasil analisis ragam berbeda jauh dengan hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh nyata Perwtasari, et al (2012) yang
rasio pupuk makro dan mikro menggunakan nutrisi goodplant
terhadap pertumbuhan luas daun sebagai nutrisi alternatif untuk
tanaman kale pada umur tanaman 8 hidroponik. Dengan ini dapat
MST. dikatakan bahwa pemberian nutrisi
Peningkatan luas daun kale alternatif memiliki hasil yang cukup
disebabkan faktor genetis dan faktor optimal asalkan diberikan sesuai
lingkungan dalam keadaan seimbang kebutuhan tanaman akan unsur
dan menguntungkan. Dalam keadaan haranya.
tersebut, keadaan genetis tanaman Menurut Irianto (2008),
untuk membentuk daun dan organ semakin meningkatnya luas daun
tanaman lainnya didukung oleh maka semakin meningkat luas daun
keadaan lingkungan yang bidang penerimaan cahaya, sehingga
menguntungkan sehingga hasil yang semakin besar fotosintat dan bahan
10

organik yang dihasilkan yang Tabel 4. Pengaruh Rasio Pupuk


kemudian ditranslokasikan ke bagian Makro dan Mikro terhadap Berat
lain. Fotosintat yang dihasilkan akan Basah Tanaman Kale
ditranslokasikan ke bagian terdekat
Berat Basah
untuk pertumbuhan dan Perlakuan
-- g --
perkembangan tanaman. Pada bagian A 8,69 d
tersebut terjadi pemanjangan sel B 5,19 b
sehingga menyebabkan pertumbuhan C 3,52 a
meninggi disertai dengan D 5,20 b
bertambahnya luas daun serta besar E 4,66 ab
batang. F 4,04 ab
G 4,65 ab
Berat basah tanaman (g) H 7,12 c
Hasil analisis ragam pengaruh I 4,20 a
rasio pupuk makro dan mikro
Keterangan : Nilai rata-rata tiap kolom
memberikan pengaruh nyata terhadap yang ditandai dengan huruf yang sama
berat basah tanaman kale. menunjukkan tidak berbeda nyata
Berat basah tanaman berdasarkan Uji Lanjut Duncan pada taraf
nyata 5%
merupakan hasil akumulasi fotosintat
dalam bentuk biomassa tanaman dan dan lingkungan tanaman dalam
kandungan air pada daun (Irianto, kondisi optimum (Harjadi, 1991).
2008). Sebagian berat segar tanaman Dalam penelitian Polii (2009),
disebabkan oleh kandungan air. Air dikemukakan bahwa dengan
berperan dalam turgiditas sel, meningkatnya jumlah daun tanaman
sehingga sel-sel daun akar membesar. maka akan secara otomatis
Untuk mencapai berat segar yang meningkatkan berat segar tanaman.
optimal, tanaman masih Daun pada tanaman sayuran
membutuhkan banyak energi maupun merupakan organ yang banyak
unsur hara agar peningkatan jumlah mengandung air, sehingga dengan
maupun ukuran sel dapat optimal jumlah daun yang semakin banyak
serta memungkinkan adanya maka kadar air tanaman akan tinggi
peningkatan kandungan air tanaman dan menyebabkan berat tanaman
yang optimal pula. semakin tinggi pula.
Berat basah tanaman disebut Peningkatan berat basah
juga cerminan dari aktivitas berkaitan dengan parameter
metabolisme selama masa pertumbuhan lainnya seperti tinggi
pertumbuhan tanaman. Proses tanaman, jumlah daun, dan akar.
pertumbuhan akan berjalan baik Wijayani dan Widodo (2000)
apabila faktor dalam (sifat genetik) menyatakan bahwa laju pembelahan
sel dan pembentukan jaringan
11

sebanding dengan pertumbuhan Salah satu faktor masih ada


batang, daun, dan sistem perakaran. hasil tanaman kale yang kurang dapat
Hal tersebut bergantung pada tumbuh dengan baik adalah
ketersediaan karbohidrat pada kurangnya fotosintat yang dihasilkan
tanaman. dari proses fotosintesis. Fotosintesis
mengakibatkan peningkatan berat
Berat kering tanaman (g) kering tanaman karena pengambilan
Berat kering tanaman CO2 , sedangkan respirasi
merupakan dampak dari laju mengakibatkan penurunan berat
fotosintesis suatu tanaman dengan kering karena pengeluaran CO2
tidak mengikut sertakan kadar airnya. (Gardner, 1991). Oleh karena itu,
Hasil dari berat kering tanaman kale kebutuhan unsur K sangat diperlukan,
tergantung dari berat basah tanaman dimana memiliki peran penting dalam
kale, hasil rata-rata berat kering yaitu proses fisiologis tanaman seperti
hanya sebesar 10% dari hasil berat fotosintesis.
basah tanaman kale. Semakin besar fotosintat yang
Hasil analisis ragam pengaruh dihasilkan maka pertumbuhan organ
rasio pupuk makro dan mikro tanaman semakin baik sehingga bobot
memberikan pengaruh nyata terhadap kering tanaman yang dihasilkan
berat kering tanaman kale. semakin tinggi. Bobot kering
merupakan indikasi keberhasilan
Tabel 5. Pengaruh Rasio Pupuk pertumbuhan tanaman karena bobot
Makro dan Mikro terhadap Berat kering tanaman merupakan petunjuk
Kering Tanaman Kale adanya kandungan protein dan
organik lainnya yang merupakan hasil
Berat Kering fotosintesis yang dapat diendapkan
Perlakuan
-- g -- setelah kadar air dikeringkan
A 2,65 d (Lizawati et al, 2014). Semakin besar
B 1,27 b berat kering tanaman menunjukkan
C 0,94 a semakin efisien proses fotosintesis
D 1,92 c yang terjadi dan produktivitas serta
E 1,29 b perkembangan sel jaringan semakin
F 0,84 a tinggi dan cepat, sehingga
G 1,25 b pertumbuhan tanaman kale menjadi
H 2,17 c lebih baik, yang akhirnya berat kering
I 0,85 a tanaman meningkat.
Hasil bobot kering merupakan
Keterangan : Nilai rata-rata tiap kolom keseimbangan antara fotosintesis dan
yang ditandai dengan huruf yang sama respirasi. Produksi tanaman biasanya
menunjukkan tidak berbeda nyata
lebih akurat dinyatakan dengan
berdasarkan Uji Lanjut Duncan pada taraf
nyata 5%
ukuran berat kering daripada dengan
berat basah, karena berat basah sangat
dipengaruhi oleh kondisi kelembaban
(Sitompul dan Guritno, 1995).
12

SIMPULAN Department of Agriculture New


Berdasrkan hasil penelitian yang telah South Wales. Sydney.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Irianto, 2008. Pertumbuhan Dan
1. Pemberian ragam rasio pupuk Hasil Kailan (Brassica
makro dan mikro pada tanaman oleraceae) Pada Berbagai Dosis
kale memberikan pengaruh nyata Limbah Cair Sayuran. Jurnal
terhadap parameter pertumbuhan Agronomi. 12(1) :50 – 53 hal.
tanaman kale. Irianto, 2008. Pertumbuhan Dan
2. Perlakuan pupuk yang terbaik Hasil Kailan (Brassica
untuk pertumbuhan tanaman kale oleraceae) Pada Berbagai Dosis
yaitu perlakuan pupuk AB Mix Limbah Cair Sayuran. Jurnal
serta pemanfaatan nutrisi Agronomi. 12(1) :50 – 53 hal.
alternatif dengan rasio pupuk Karsono, Sudarmodjo, dan Y.
1562,5 : 350,12 : 730,1 : 324,78 : Sutiyoso. 2002. Hidroponik
90. Skala Rumah Tangga
Memanfaatkan Rumah dan
DAFTAR PUSTAKA Pekarangan. Depok: PT.
Gardner F.B., Pearce R.B., and Agromedia Pustaka.
Mitchell R.L. 1991. Phsycoloy of Lizawati, E. Kartika, Y. Alia, dan R.
Crop Anatomi. Diterjemahkan Handayani. 2014. Pengaruh
oleh H. Susilo.Universitas pemberian kombinasi isolat fungi
Indonesia Press. Jakarta. mikoriza arbuskula terhadap
Gardner, Franklin. 1991. Fisologi pertumbuhan vegetative tanaman
Penanaman Budidaya jarak pagar (Jatropha curcas L.)
(terjemahan). Jakarta : UI Press. yang ditanam pada tanah bekas
Hanlon, E.A. 2015. Soil pH and tambang batubara. Jurnal
Electrical Conductivity: A Biospecies7(1): 14-21.
County Extention Soil Munawar, Ali. 2011. Kesuburan
Laboratory Manual. IFAS Tanah dan Nutrisi Tanaman.
Extension. University of Florida. IPB Press. Bogor.
Harjadi, S.S. 1991. Pengantar Agro- Perwtasari B., Tripatmasari M., dan
nomi. Gramedia. Jakarta. Wasonowati C. 2012. Pengaruh
Harjoko D. 2009. Studi macam media Media Tanam dan Nutrisi
dan debit aliran terhadap terhadap Pertumbuhan dan
pertumbuhan dan hasil tanaman Hasil Tanaman Pakchoi
sawi (Brassica juncea L.) secara (Brassica juncea L.) dengan
hidroponik NFT. Jurnal Sistem Hidroponik. Madura:
Agrosains 11(2): 58-62. Universitas Trunojoyo
Huett, D.O. 1985. Plant Nutrition, In Polii, M. G. M. 2009. Respon
Vegetable Growing Handbook. Produksi Tanaman Kangkung
13

terhadap Variasi Waktu


Pemberian Pupuk Kotoran
Ayam. Soil Environment, (7) 1 :
18-22.
Sirait, Juniar. 2008. Luas Daun,
Kandungan Klorofil dan Laju
Pertumbuhan Rumput Pada
Naungan dan Pemupukan yang
Berbeda. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sitompul, S. M dan B. Guritno. 1995.
Analisis pertumbuhan tanaman.
Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press. 421 hal.
Sutiyoso, Y. 2003. Meramu Pupuk
Hidroponik: Tanaman Sayur,
Tanaman Buah, Tanaman
Bunga. Penebar Swadaya,
Jakarta
Sutiyoso, Y. 2004. Hidroponik ala
Yos. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sutiyoso, Y. 2006. Hidroponik ala
Yos. Jakarta: Penebar Swadaya
Sutiyoso, Y. 2013. Nutrisi Pupuk
Hidroponik. Penebar Swadaya.
Jakarta
Tjasyono, Bayong 2004. Klimatologi.
ITB, Bandung
Tjasyono, Bayong 2004. Klimatologi.
ITB, Bandung
Wijayani, A., W Widodo.(2005).
Usaha Meningkatkan Kualitas
Beberapa Varietas Tomat
Dengan Sistem Budidaya
Hidroponik, Ilmu Pertanian 12(1)

Anda mungkin juga menyukai