Anda di halaman 1dari 26

Sebelum kedatangan umat Islam, daerah Iberia merupakan kerajaan Hispania yang dikuasai oleh

orang Kristen Visigoth. Pada tahun 711 M, pasukan Umayyah yang sebagian besar merupakan
bangsa Moor dari Afrika Barat Laut, menyerbu Hispania dipimpin jenderal Tariq bin Ziyad, dan
dibawah perintah dari Kekhalifahan Umayyah di Damaskus.

Pasukan ini mendarat di Gibraltar pada 30 April, dan terus menuju utara. Setelah mengalahkan
Raja Roderic dari Visigoth dalam Pertempuran Guadalete ( 711 M ), kekuasaan Islam terus
berkembang hingga pada tahun 719 M. Hanya daerah Galicia, Basque dan Asturias yang tidak
tunduk kepada kekuasaan Islam. Setelah itu, pasukan Islam menyeberangi Pirenia untuk
menaklukkan Perancis, namun berhasil dihentikan oleh kaum Frank dalam pertempuran Tours
(732 M). Daerah yang dikuasai Muslim Umayyah ini disebut provinsi Al-Andalus, terdiri dari
Spanyol, Portugal dan Perancis bagian selatan yang disebut sekarang.

A. Perkembangan Politik

Pada awalnya, Al-Andalus dikuasai oleh seorang wali Yusuf Al-Fihri (gubernur) yang ditunjuk
oleh Khalifah di Damaskus, dengan masa jabatan biasanya 3 tahun. Namun pada tahun 740an M,
terjadi perang saudara yang menyebabkan melemahnya kekuasaan Khalifah. Dan pada tahun 746
M, Yusuf Al-Fihri memenangkan perang saudara tersebut, menjadi seorang penguasa yang tidak
terikat kepada pemerintahan di Damaskus.

Pada tahun 750 M, bani Abbasiyah menjatuhkan pemerintahan Umayyah di Damaskus, dan
merebut kekuasaan atas daerah-daerah Arabia. Namun pada tahun 756 M, Abdurrahman I (Ad-
Dakhil) melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi penguasa Kordoba dengan gelar Amir
Kordoba. Abdurrahman menolak untuk tunduk kepada kekhalifahan Abbasiyah yang baru
terbentuk, karena pasukan Abbasiyah telah membunuh sebagian besar keluarganya.

Ia memerintah selama 30 tahun, namun memiliki kekuasaan yang lemah di Al-Andalus dan ia
berusaha menekan perlawanan dari pendukung Al-Fihri maupun khalifah Abbasiyah.

Selama satu setengah abad berikutnya, keturunannya menggantikannya sebagai Amir Kordoba,
yang memiliki kekuasaan tertulis atas seluruh Al-Andalus bahkan kadang-kadang meliputi
Afrika Utara bagian barat. Pada kenyataannya, kekuasaan Amir Kordoba, terutama di daerah
yang berbatasan dengan kaum Kristen, sering mengalami naik-turun politik, itu tergantung
kecakapan dari sang Amir yang sedang berkuasa. Amir Abdullah bin Muhammad bahkan hanya
memiliki kekuasaan atas Kordoba saja.

Cucu Abdullah, Abdurrahman III, menggantikannya pada tahun 912 M, dan dengan cepat
mengembalikan kekuasaan Umayyah atas Al-Andalus dan bahkan Afrika Utara bagian barat.
Pada tahun 929 M ia mengangkat dirinya sebagai Khalifah, sehingga keamiran ini sekarang
memiliki kedudukan setara dengan kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dan kekhalifahan Syi’ah
di Tunis.

B. Masa kekhalifahan

Andalusia – Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-
715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana Ummat
Islam sebelumnya telah mengusasi Afrika Utara. Dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat
tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn
Ziyad, dan Musa ibn Nushair Rahimahullahum ajma’in.

Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara
Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah
tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.

Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke
Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh
keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di
Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang,
Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di
bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah.

Thariq ibn Ziyad Rahimahullah lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku
Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah dan sebagian lagi orang Arab yang
dikirim Khalifah al-Walid Rahimahullah. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah
pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan
pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal
Thariq).

Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol.
Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan.
Dari situ Thariq Rahimahullah dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti
Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu). Sebelum Thariq Rahimahullah
berhasil menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair
Rahimahullah di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel,
sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan
pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad Rahimahullah membuat jalan untuk
penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair Rahimahullah merasa
perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan
Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu
kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa Rahimahullah berhasil menaklukkan
Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir
di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai
seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn
Abd al-Aziz Rahimahullah tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai
daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan
kepada Al-Samah Rahimahullah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun
102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman ibn Abdullah al-Ghafiqi
Rahimahullah. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordreu, Poiter, dan dari sini ia mencoba
menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles
Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali
ke Spanyol.
Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M,
ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Majorca, Corsia, Sardinia,
Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani
Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai
pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh
menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan
yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor
eksternal dan internal yang menguntungkan.

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri
Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik,
dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol
terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu
penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu
aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang
merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen.
Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.

Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan,
ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti
kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan
dengan itu Amer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan
Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan,
tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan
besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat
pada penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting
menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini
banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat
banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.

Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol,
ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol masih berada di bawah
pemerintahan Romawi (Byzantine), berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian
juga pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang
baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian
lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa
digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-
jalan tidak mendapat perawatan.

Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan
politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth
terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran kerajaan Ghoth adalah ketika Raja Roderick
memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu
menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing
amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit
menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan
bergabung dengan kaum muslimin.

Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah
Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha
umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal
yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa Rahimahumullah.

Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para
budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu, orang Yahudi yang
selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan
kaum Muslimin.

Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh
penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah
Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak,
bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap
persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam,
yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan
yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut
kehadiran Islam di sana.

C. Perkembangan Peradaban

Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak prestasi yang mereka
peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih
kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual.

Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai
kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa
Eropa, dan kemudian membawa dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.

Kemajuan Intelektual

Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang
tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir.

Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari :

– Komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan)

– Al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam)

– Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara)

– Al-Shaqalibah (tentara bayaran yang dijual Jerman kepada penguasa Islam)

– Yahudi

– Kristen Muzareb yang berbudaya Arab

– Kristen yang masih menentang kehadiran Islam


Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap
terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan
pembangunan fisik di Andalusia – Spanyol.

1. Filsafat

Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan
sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan
Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5,
Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).

Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam
jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu
menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan
oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk
melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.

Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar
di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan
meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah
Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian
filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al- Mujtahid.

2. Sains

IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang
dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama
yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu
astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa
lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata
surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan.
Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli
kedokteran dari kalangan wanita.

Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir
terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim
Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai
dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari
Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol,
yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.

3. Fiqih

Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang
memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya
ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli
Fiqh lainnya diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn
Hazm yang terkenal.

4. Musik dan Kesenian

Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-
Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab
selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu
yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada
budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.

5. Bahasa dan Sastra

Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu
dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor
duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik
keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik
pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu
Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan,
seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn
Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
Makalah Sejarah Peradaban Islam: Islam di Andalusia

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Sejarah Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang banyak menarik perhatian para
peneliti baik dari kalangan sarjana Muslim maupun non Muslim, karena banyak manfaat yang
dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat Islam, mempelajari sejarah Islam selain akan
memberikan kebanggaan juga sekaligus peringatan agar berhati-hati, misalnya dengan
mengetahui bahwa umat Islam dalam sejarah pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang
selama beratus-ratus tahun, akan memberikan rasa bangga dan percaya diri menjadi orang Islam.
Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat Islam juga mengalami kemunduran, penjajahan
dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat Islam untuk memperbaiki keadaan dirinya dan
tampil untuk berjuang mencapai kemajuan.
Sesungguhnya sejarah sebuah kaum adalah materi utama untuk mendidik generasi penerusnya,
terutama jika umat yang bersangkutan adalah umat yang berperadaban yang tinggi serta memiliki
peranan yang besar dalam memajukan dunia. Saat ini, yang wajib dilakukan umat Islam adalah
bagaimana agar mereka senantiasa belajar dari sejarah, baik tentang hal-hal yang positif maupun
negatif. Dari sinilah akan ditemukan betapa sejarah umat Islam memiliki keunggulan dari sejarah
umat yang lainnya. Pada saat Barat dan Eropa mengalami apa yang mereka sebut sebagai
“zaman kegelapan,” justru peradaban Islam sedang mengalami kecemerlangan yang ditandai
dengan pesatnya perkembangan dan inovasi ilmu pengetahuan. Dari peradaban Islam inilah,
Eropa mendapatkan pencerahan untuk sampai kepada sebuah kebangkitan.
Berdasarkan dengan pernyataan di atas, penulis ingin memaparkan dan menjelaskan tentang
sebuah sejarah dan peradaban besar Islam yang pernah tumbuh dan berkembang di benua Eropa,
tepatnya di Negara Spanyol yang dulunya terkenal dengan nama “Andalusia”. Oleh karena itu,
penulis ingin mengangkat sebuah makalah yang berjudul “ISLAM di ANDALUSIA” .
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang akan di
bahas sebagai berikut :
1.      Bagaimana proses masuknya Islam di Andalusia ?
2.      Bagaimana Perkembangan politik dan peradaban di Andalusia ?
C.  Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka di penulis berharap :
1.        Mahasiswa/mahasiswi dapat memahami bagaimana dan mengetahui bagaimana proses
masuknya Islam di Andalusia.
2.        Mahasiswa/mahasiswi dapat memahami dan mengetahui bagaimana perkembangan politik dan
peradaban di Andalusia.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Masuknya Islam di Andalusia


Pada tahun 133 M bangsa Romawi dapat menguasai semenanjung Andalusia, di masa
pemerintahan Romawi tersebut masuk pulalah ke sana sejumlah besar bangsa Yahudi, kemudian
pada abad kelima, bangsa Vandal menyerang semenanjung itu, sesudah itu pada permulaan abad
keenam, bangsa Got menyerangnya pula dan mereka mengusir bangsa Vandal ke pantai Afrika.1
[1] Demikianlah negeri-negeri di semenanjung itu didiami oleh penduduk yang berbeda-beda
kebangsaan dan agamanya. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya permusuhan yang
meruncing antara orang-orang Masehi dan Yahudi, dan seringkali orang Yahudi yang mengalami
kekalahan. Sementara itu perebutan singgasana antara pangeran-pangeran di sana hampir-hampir
tak henti-hentinya, lebih-lebih di masa sebelum terjadinya serangan kaum Muslimin ke sana.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan kaum Muslimin memandang ringan terhadap pemerintah
dan kekuatan militer di negeri-negeri itu. Maka timbullah pikiran untuk melancarkan serangan ke
daerah tersebut.2[2]
Kemudian datanglah suatu peluang yang baik untuk melaksanakan pikiran itu, yaitu ketika
Roderik merebut singgasana Spanyol--setelah meninggalnya raja Got Barat “Witiza”--peristiwa
ini menyebabkan putra-putra raja Witiza sangat marah dan mereka meninggalkan Spanyol pergi
ke Afrika, di sana mereka mengadakan perjanjian persekutuan dengan kaum Muslimin. Begitu
juga telah terjadi perselisihan antara Count Julian di satu pihak dan Roderik di pihak lain.
perselisihan ini kabarnya karena Roderik mencemarkan kehormatan puteri dari Julian, karena itu
Julian ingin membalas dendam untuk membela kehormatan dan nama baiknya. Julian berusaha
mendorong dan meminta kaum Muslimin untuk menyerbu ke Spanyol. Permintaan itu
dimajukannya kepada Gubernur Islam di Afrika Utara yaitu Musa bin Nusair. Ia ditunjuk

1[1] Ponda Samarkandi, http://ponda-samarkand.blogspot.com/2013/01/sejarah-islam-di-


andalusia.html. Di akses pada 02-mei

2
Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (al-Walid I) 86 H/705 M, Khalifah keenam Dinasti umayyah,
menjadi Gubernur Afrika Utara menggantikan Hasan. Demi menantang kezaliman dan
membantu keadilan, Gubernur Musa memperkenankan permintaan itu, atas persetujuan dari
Khalifah Walid bin Abdul Malik.3[3]
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga orang pahlawan Islam yang berjasa memimpin
satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibnu Malik. Thariq bin Ziyad dan Musa bin
Nushair. Tharif ibnu Malik adalah orang yang pertama melakukan penyerbukan ke Spanyol dan
dia dapat di sebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara
Marokko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah
tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam
penyerbuan itu Tharif  mendapat kemenangan dan kembali ke Afrika Utara membawa harta
rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
Keberhasilan dan sukses yang diperoleh Tharif ini mendorong Amir Qairawan untuk melakukan
tindakan yang pasti, guna mendapatkan kekuasaan dan stabilitas di Andalus. Tugas berat ini
diserahkannya kepada Thariq bin Ziyad. Maka berangkatlah Thariq memimpin 7.000 orang
tentara yang terdiri dari bangsa Barbar dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim khalifah Al-
Walid. Mereka menyeberangi selat itu dengan kapal-kapal yang disediakan oleh Julian. Thariq
beserta pasukannya kemudian mendarat dan menempati suatu gunung yang sampai kini masih
dikenal dengan namanya sendiri, yaitu “Jabal Thariq”(Gibraltar).
Setelah berhasil menyeberang ke daratan Spanyol, tiba-tiba Thariq mengambil langkah yang
hingga sampai kini membuat tercengang para ahli sejarah. Ia membakar perahu-perahu yang
digunakan untuk mengangut pasukannya itu. Lalu ia berdiri di hadapan para tentaranya seraya
berpidato dengan lantang berwibawa, dan tegas. Dalam pidatonya yang penuh semangat,
panglima Thariq berkata;
“Di mana jalan pulang? Laut berada di belakang kalian. Musuh di hadapan kalian. Sungguh
kalian tidak memiliki apa-apa kecuali sikap benar dan sabar. Musuh-musuh kalian sudah siaga
di depan dengan persenjataan mereka. Kekuatan mereka besar sekali. Sementara kalian tidak
memiliki bekal lain kecuali pedang, dan tidak ada makanan bagi kalian kecuali yang dapat
kalian rampas dari tangan musuh-musuh kalian. Sekiranya perang ini berkepanjangan, dan
kalian tidak segera dapat mengatasinya, akan sirnalah kekuatan kalian. Akan lenyap rasa gentar

3
mereka terhadap kalian. Oleh karena itu, singkirkanlah sifat hina dari diri kalian dengan sifat
terhormat. Kalian harus rela mati. Sungguh saya peringatkan kalian akan situasi yang saya pun
berusaha menanggulanginya. Ketahuilah, sekiranya kalian bersabar untuk sedikit menderita,
niscaya kalian akan dapat bersenang-senang dalam waktu yang lama. Oleh karena itu,
janganlah kalian merasa kecewa terhadapku, sebab nasib kalian tidak lebih buruk daripada
nasibku…”
Selanjutnya ia berteriak kencang: “Perang atau mati!” Pidato yang menggugah itu merasuk ke
dalam sanubari seluruh anggota pasukannya.
Disanalah Thariq mempersiapkan satuan-satuannya untuk menyerbu semenanjung Andalusia
yang luas dan makmur itu. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, raja
Roderik dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting
seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibukota kerajaan Goth saat itu). Sebelum Thariq
menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa bin Nushair di Afrika
Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan
Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini tidak sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh
lebih besar yaitu 100.000 orang.
Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud
membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi
selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukannya. Setelah Musa berhasil
menaklukkan kota Sidonia, Karmona, Seville dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan
Gothik, ia bergabung dengan Thariq  di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai
seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Berdasarkan referensi-referensi yang telah dibaca oleh penulis, bahwa kemenangan-kemenangan
tersebut disebabkan oleh faktor eksternal dan internal yang sangat menguntungkan. Faktor
eksternalnya adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol. Pada penaklukan
Spanyol oleh umat Islam baik dalam bidang sosial, politik dan ekonomi, negeri ini berada dalam
keadaan yang menyedihkan. Secara politik wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi ke
dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Ghotik bersikap tidak toleran
terhadap agama-agama yang dianut oleh berbagai aliran. Adapun faktor internalnya adalah suatu
kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang
terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya dan lebih penting lagi adalah ajaran
Islam itu sendiri yang ditunjukan oleh tentara Islam yaitu sifat toleransi, persaudaraan dan tolong
menolong. Sikap toleransi dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimim
menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam disana.
1.    Perkembangan Politik
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir
di sana,4[4] Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh
setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat islam di Spanyol itu dapat di bagi menjadi
beberapa periode:
a)   Periode Pertama (Gerakan Pembebasan)
Periode pertama ini antara tahun 711-755 M, Andalus diperintah oleh para wali yang diangkat
oleh khalifah bani Umayah yang berpusat di Damaskus.5[5] Pada periode ini stabilitas politik
negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang
dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elit
penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Adapun gangguan dari luar datang dari
sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang
memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam.
b)   Periode Kedua
Periode ini antara tahun 755-1013 M pada waktu Andalus dikuasai oleh daulah Umayyah II.
Periode ini dibagi dua:
1)   Masa Keamiran
Pada masa ini, spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima
atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, 6[6] yang ketika itu
dipegang oleh khalifah Abbasyiah di Baghdad.
Sebagaimana telah diceritakan dalam sejarah Islam bahwa  pada tahun 750 M kerajaan bani
Umayyah dapat direbut oleh bani Abbasyiah. Naiknya bani Abbasyiah dalam tahta kerajaan
diikuti dengan pembunuhan dan penumpasan terhadap keluarga bani Umayyah, hanya sedikit
warganya yang lolos dari peristiwa tersebut, diantaranya Abd al-Rahman yang dikenal dalam
sejarah Abd al-Rahman al-Dakhil artinya Abd al-Rahman yang lolos dari pembantaian bani

6
Abbasyiah. Dengan kecerdikannya, ia dapat mendirikan kerajaan baru di sana, dan menyebabkan
Al-Manshur (pendiri Daulah Abbasiyah) menjadi kagum dan memberinya gelar “Sakhar
Quraisy” (garuda kaum Quraisy).
Masa keamiran tahun 755-912 M. Masa ini dimulai ketika Abd al-Rahman al-Dakhil, seorang
keturunan bani Umayyah I yang berhasil menyelamatkan diri dari pembunuhan yang dilakukan
bani Abbas di Damaskus, mengambil kekuasaan di Andalus pada masa Amir Yusuf al-Fihr. Ia
kemudian memproklamirkan berdirinya daulah Umayyah II di Andalus kelanjutan Umayyah I di
Damaskus.
2)   Masa Kekhalifahan
Masa kekhalifahan tahun 912-1013 M, masa ini mencapai puncaknya di bawah kekuasaan
pemerintahan amir kedelapan, ‘Abd al-Rahman III (912-961), orang pertama yang menyandang
gelar Khalifah. Ia menggelari diri dengan khalifah al-Nashir li Dinillah. Spanyol telah mencapai
puncak kejayaannya di bawah para penguasa daulah Umayyah, Abd al-Rahman III (912-961 M),
al-Hakam II (961-976 M). Pada waktu itu, ibukota Cordova menyala bagaikan cahaya kilau-
kemilau di dalam gelapnya daratan Eropa dan dengan Baghdad dan Konstantinopel dapat
diperkerikakan sebagai salah satu daripada tiga pusat peradaban dunia. Selama periode
Umayyah, Cordova di Spanyol tetap menjadi ibukota dan menikmati periode kemegahan yang
tiada tandingannya, seperti pesaingnya di Irak (Baghdad).
Awal dari kehancuran khilafah bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam II (976-1009 M),
naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para
pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi amir sebagai pemegang kekuasaan
secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan
melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan saingan-saingannya. Atas
keberhasilan tersebut, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan
digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan.
Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki
kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, Negara yang tadinya makmur dilanda
kekacauan dan akhirnya kehancuran total.
  Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri dan beberapa orang yang dicoba untuk
menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013
M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapus jabatan Khalifah. Ketika itu, Spanyol
sudah terpecah dalam banyak sekali Negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
c)   Periode ketiga
Periode ketiga ini antara tahun 1013-1492 M, ketika umat Islam Andalus terpecah dan menjadi
kerajaan-kerajaan kecil. Periode ini dibagi menjadi tiga masa:
1)  Masa kerajaan-kerajaan kecil yang sifatnya lokal tahun 1013-1086 M. Pada masa ini, Spanyol
terpecah menjadi lebih dari tiga puluh Negara kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan,
masa ini disebut Muluk al-Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo
dan sebagainya. Pada masa ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern.
Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta
bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan tersebut, orang-orang
Kristen mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun
kehidupan intelektual terus berkembang pada masa ini.
2)  Masa antara tahun 1086-1235 M, pada masa ini, Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam
beberapa Negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yaitu dinasti Murabithun (1086-
1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah
sebuah gerakan agama yang didirikan bangsa Barbar di Afrika Utara dipimpin oleh Yusuf ibn
Tasyfin. Dinasti ini datang ke Andalus mengusir umat Kristen yang menyerang Sevilla pada
tahun 1086 M, tetapi menggabungkan Muluk al-Thawaif ke dalam dinasti yang dipimpinnya
sampai tahun 1143 M, ketika dinasti ini melemah digantikan oleh dinasti Barbar lain Al-
Muwahhidin (1146-1235 M). Dinasti ini datang ke Andalus dipimpin Abd al-Mu’min. Pada
masa putranya Abu ya’kub Yusuf bin Abd al-Mu’min (1163-1184 M) Andalus mengalami masa
kejayaan. Namun sepeninggal Sultan ini Al-Muwahhidin mengalami kelemahan. Bersamaan
dengan kelemahan yang dialami kaum muslimin, gerakan reconquista atau pengambilan kembali
wilayah-wilayah dari tangan Muslim oleh pasukan Kristen telah dimulai yaitu ditandai dengan
kekalahan kaum Muslimin yang fatal di pertempuran Las Navas de Tolosa pada tahun 608
H/1212 M. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya
memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Dalam
kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang
semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun
1248 M, seluruh Spanyol lepas dari kekuasan Islam, kecuali Granada yang dikuasai oleh bani
Ahmar sejak tahun 1232 M.
3)  Masa antara tahun 1232-1492, ketika umat Islam Andalus bertahan di wilayah Granada di bawah
kuasa dinasti bani Ahmar. Pendiri dinasti ini adalah Sultan Muhammad bin Yusuf bergelar al-
Nasr, oleh karena itu kerajaan ini disebut juga Nasriyyah. Kerajaan ini merupakan kerajaan
terakhir umat Islam Andalus yang berkuasa di wilayah antara Almeria dan Gibraltar, pesisir
Tenggara Andalus. Dinasti ini dapat bertahan karena dilingkupi oleh bukit sebagai pertahanan
dan mempunyai hubungan yang dekat dengan negeri Islam Afrika Utara yang waktu itu di bawah
kerajaan Marin. Ditambah lagi Granada tempat berkumpulnya pelarian dan umat Islam dari
wilayah selain Andalus ketika wilayah itu dikuasai tentara Kristen. Oleh karena itu, dinasti ini
pernah mencapai kemajuan diantaranya membangun istana Al-Hambra. Namun pada dekade
terakhir abad XIV M dinasti ini telah lemah akibat perebutan kekuasaan. Kesempatan ini
dimanfaatkan oleh kerajan Kristen yang telah mempersatukan diri melalui pernikahan antara
Isabella dari Aragon dengan raja Ferdinand dari Castilla untuk bersama-sama merebut kerajaan
Granada. Pada tahun 1487 mereka dapat merebut Malaga, tahun 1489 menguasai Almeria, tahun
1492 menguasai Granada. Raja terakhir Granada, Abu Abdullah, melarikan diri ke Afrika Utara.
Gerakan reconquista terus berlanjut. Tahun 1499 kerajaan Kristen Granada melakukan
pemaksaan terhadap orang Islam untuk memeluk Kristen, buku-buku tentang Islam dibakar.
Tahun 1502 kerajaan Kristen ini mengeluarkan perintah supaya orang Islam Granada keluar dari
negeri itu kalau tidak mau menukar agama menjadi Kristen. Umat Islam harus memilih antara
masuk Kristen atau keluar dari Andalus sebagai orang terusir. Maka banyak orang Islam yang
menyembunyikan keislamannya melahirkan kekristenannya. Timbul pula pemberontakan-
pemberontakan. Pada tahun 1596 sekali lagi orang Islam Granada memberontak dibantu oleh
kerajaan Ostmaniyah. Antara tahun 1604-1614 kira-kira setengah juta orang Islam Spanyol
pindah ke Afrika Utara. Ini merupakan perpindahan terakhir umat Islam Spanyol. Sejak saat itu
tak ada lagi umat Islam di Andalus.
Setelah peristiwa itu, mereka hilang di mata dunia luar dari panggung sejarah pada abad
kesembilan Hijriah/ketujuh belas Masehi, meskipun demikian, pengaruh Islam dan budayanya
masih bisa dirasakan di Spanyol sampai hari ini.
B.  Perkembangan Peradaban Islam di Andalusia
1.    Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam di Andalusia sangat
banyak,7[7] diantaranya:
a)      Pembangunan Masjid, Istana, Perkotaan, Pertamanan dan Pemandian Umum
Pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-
gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Diantara
pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja'fariyah di Saragosa,
tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hambra di Granada.8[8]
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani
Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di
atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota
Spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota
berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan
taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik. Diantara kebanggaan
kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut ibn al-Dala'i, terdapat 491 masjid di sana.
Disamping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova
saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang
indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari
pegunungan yang panjangnya 80 Km.
Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul
sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-
masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh
Eropa. Istana al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur
Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang
kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota, istana al-Gazar, menara
Girilda dan lain-lain. Pada abad sepuluh, khalifah juga membangun sebuah kota kerajaan yakni
Madinat al-Zahrah, sebuah kota yang dihiasi dengan berbagai istana, pancuran air, pertamanan
yang megah menandingi keindahan komplek istana Baghdad.
b)     Pembangunan Pertanian (tebu, tembakau dan lain-lain), Irigasi, Industri, Perkapalan
dan Perluasan Perdagangan

8
Beberapa perkembangan baru yang didukung oleh kemakmuran ekonomi pada abad
kesembilan dan kesepuluh yaitu perkenalan dengan pertanian irigasi yang didasarkan pada pola-
pola negeri Timur mengantarkan pada pembudidayaan sejumlah tanaman pertanian yang dapat
diperjualkanbelikan, meliputi buah ceri, buah apel, buah delima, ponoh ara, buah kurma, tebu,
kapas dan lain-lain.9[9] Tipe irigasi yang digunakan yaitu tipe irigasi Damaskus (membagi
pengairan kepada setiap petani sesuai ukuran tanah mereka masing-masing), tipe irigasi Yamani
(membagikan air berdasarkan batas waktu pengaliran tertentu) yang diterapkan di wilayah oasis.
Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian
juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal
sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air
didirikan.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam
digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan
air). Pengaturan hidrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia
yang dinamakan naurah (Spanyol: Noria). Disamping itu, orang-orang Islam juga
memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman. Industri,
disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol
Islam. Diantaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar. Pada
saat yang sama, Spanyol memasuki fase perdagangan yang cerah lantaran hancurnya penguasaan
armada Bizantium terhadap wilayah barat Laut Tengah. Beberapa kota seperti Seville dan
Cordova mengalami kemakmuran lantaran melimpahnya produksi pertanian dan perdagangan
internasional.
2.    Perkembangan Pembangunan
Kemajuan Bani Umayyah di Andalusia diraih pada masa pengganti Abd al-Rahman al-Dakhil. 10
[10] Kemajuan Kordova ditandai dengan pembangunan yang megah diantaranya:
1)      Al-Qashr al-Kabir, kota satelit yang didalamnya terdapat gedung-gedung istana megah.
2)      Rushafat, istana yang dikelilingi oleh taman yang di sebelah barat laut Cordova.
3)      Masjid jami’ Cordova, dibangun tahun 170 H/786 M yang hingga kini masih tegak.

10
4)      Al-Zahra, kota satelit di bukit pegunungan Sierra Monera pada tahun 325 H/936 M. Kota ini
dilengkapi dengan masjid tanpa atap (kecuali mihrabnya) dan air mengalir ditengah masjid,
danau kecil yang berisi ikan-ikan yang indah, taman hewan (margasatwa), pabrik senjata, dan
pabrik perhiasan.
3.    Perkembangan Ekonomi
Perkembangan baru spanyol juga didukung oleh kemakmuran ekonomi pada abad ke-9 dan abad
ke-10. Perkenalan dengan pertanian irigasi yang didasarkan pada pola-pola negeri Timur
mengantarkan pada pembudidayaan sejumlah tanaman pertanian yang dapat diperjual-belikan ,
meliputi buah ceri, apel, buah delima, pohon ara, buah kurma, tebu, pisang, kapas, rami dan
sutera. Pada saat yang sama, Spanyol memasuki fase perdagangan yang cerah lantaran hancurnya
penguasaan armada Bizantium terhadap wilayah barat laut Tengah. Beberapa kota seperti seville
dan Cordova mengalami kemakmuran lantaran melimpahnya produksi pertanian dan
perdagangan internasional.
4.    Perkembangan Intelektual
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai
kejayaannya di sana. Banyak sekali kontribusi bagi kebangunan budaya Barat. Kebangkitan
intelektual dan kebangunan kultural Barat terjadi setelah sarjana-sarjana Eropa mempelajari,
mendalami dan menimba begitu banyak ilmu-ilmu Islam dengan cara menerjemahkan buku-buku
ilmu pengetahuan Islam ke dalam bahasa Eropa. Mereka dengan tekun mempelajari bahasa Arab
untuk dapat menerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Islam.
Dalam sejarah Andalusia, kota Toledo pernah menjadi pusat penerjemahan. Banyak sarjana-
sarjana Eropa yang berdatangan ke kota Toledo untuk belajar dan mendalami buku-buku ilmu
pengetahuan Islam. Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian
dalam bentangan sejarah Islam. Sains dan Teknologi.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-
komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang spanyol yang masuk Islam),
Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara
Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam
untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Mujareb yang berbudaya Arab, dan Kristen
yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir,
memberikan sumbangan intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalusia yang
melahirkan kebangkitan llmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol. Disamping dari faktor
kemajemukan masyarakatnya, negeri yang subur juga mendorong negeri Spanyol dalam
mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan
pemikir. Berikut dibawah ini uraian mengenai perkembangan intelektual di masing-masing
bidang:
a)   Astronomi
Di bidang astronomi, sarjana Islam al-Khawarizmi banyak sekali memberikan
sumbangannya dengan karya-karyanya dan mempunyai pengaruh terbesar terhadap kontribusi
ilmu pasti diantara semua penulis di abad pertengahan. Ia menulis buku al Jabr wa al-
Muqabalah, yang memuat daftar astronomi yang tertua dan al-Khwarizmi merupakan orang
pertama yang menyusun buku ilmu berhitung dan aljabar.
Namun disamping itu, tokoh yang paling terkenal dalam ilmu astronomi adalah Ibrahim
ibn Yahya al-Naqqash. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan
berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara
tata surya dan bintang. Ada pula Al-majiriyah dari Cordova, al-Zarqali dari Toledo dan Ibn Aflah
dari Seville, merupakan para pakar ilmu perbintangan yang sangat terkenal saat
itu.                                      
b)   Matematika
Ilmu eksakta yakni matematika mulai berkembang karena didorong dengan adanya
perkembangan filsafat. Ilmu pasti dikembangkan orang Arab berasal dari buku India yaitu
Sinbad, yang diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-fazari (154 H/ 771 M). Dengan
perantara buku ini, kemudian Nasawi seorang pakar matematika memperkenalkan angka-angka
India seperti 0,1, 2, hingga 9), sehingga angka-angka India di Eropa lebih dikenal dengan angka
Arab.
c)    Filsafat
Sumbangan Islam dalam filsafat tak kurang pula terhadap dunia Barat. Minat filsafat dan
ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M di masa Khilafah Bani Umayyah,
Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M). Karya-karya ilmiah dan filosofis dalam jumlah
besar diimpor dari Timur, sehingga Cordova menjadi perpustakaan dan universitas besar yang
dapat menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan didunia Islam. Dalam keadaan
ini, maka Spanyol banyak melahirkan filosof-filosof besar.
Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-
Sayigh (Ibn Bajjah). Ia lahir di Saragosa, lalu pindah ke Sevilla dan Granada. Ia bersifat etis dan
eskatologi dalam masalah yang dikemukakannya seperti al-Farabi dan Ibn Sina. Magnum
opusnya adalah tadbir al-Mutawahhid.Tokoh kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli
Wadi Asy (sebuah dusun kecil disebelah timur Granada. Karya filsafatnya yang sangat terkenal
adalah Hay ibn Yaqzhan.
Abad 12 sampai abad 16, aliran Ibn Rusyd (1126-1198 M) mendominasi lapangan filsafat
di Iberia dan Eropa. Ibn Rusyd dari Cordova ini, dikenal sebagai komentator pikiran-pikiran
Aristoteles sehingga dijuluki Aristoteles II. Ia juga memiliki ciri kehati-hatian dalam menggeluti
masalah-masalah tentang keserasian filsafat dan agama. Sedang al-Kindi terkenal dengan
menggabungkan dalil-dalil Plato dan Aristoteles dengan cara Neo-Platonis.
d)   Kedokteran
Ada banyak sumbangan Islam yang sangat menonjol dan telah menjadi dasar kemajuan
Barat dalam ilmu kedokteran. Dokter Islam, al-Kindi (809-873 M), telah menulis buku Ilmu
Mata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Optics. Selain itu, terkenal pula ar-Razi
(865-925 M) yang oleh orang Barat-Latin disebut Rhazez. Ia mengarang sebuah buku kedokteran
berjudul al-Hawi. Buku tersebut telah diterjemahkan oleh Faraj bin Salim (seorang tabib Yahudi
dari Sicilia) ke dalam bahasa Latin dengan judul Continens atas perintah Raja Farel dari Anyou.
Ia memuat dan merangkum ilmu ketabiban dari Persi, Yunani dan Hindu, dan hasil-hasil
penyelidikan.11[11]
Ahli kedokteran yang terkenal pada saat itu antara lain adalah Abu al-Qasim al-Zahrawi.
Di Eropa ia dikenal dengan nama Abulcassis. Beliau adalah seorang ahli bedah terkenal dan
menjadi dokter istana. Ia wafat pada tahun 1013 M. Di antara karyanya yang terkenal adalah al-
tasrif terdiri dari 30 jilid. Selain al-Qasim, terdapat seorang filosuf besar bernama Ibn Rusyd
yang juga ahli dalam bidang kedokteran. Di antara karya besarnya adalah Kulliyat al-Thib.
Dokter islam lain yang terkenal adalah Ibnu Sina (Avecinna). Ia menulis buku yang
berjudul al-Qonun fit-Thib, diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul Qonun of Medicine
dan menjadi buku pegangan diperguruan-perguruan tinggi selama 30 tahun terakhir dari abad 15.
Buku kedoteran lain Ibn Sina berjudul Materia Medica memuat kira-kira 760 macam ilmu
dipakai pedoman terutama di Barat. Dikatakan oleh William Osler, bahwa diantara kitab-kitab

11
yang lain, kitab Ibnu Sina lah yang tetap merupakan dasar ilmu ketabiban untuk masa yang
paling lama.
e)    Sastra
Lahirnya karya-karya sastra di dorong oleh kemajuan bahasa pada waktu itu. Bahasa
Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol baik oleh orang-
orang Islam maupun non-islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli
mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan
berbicara maupun tata bahasa. Karya-karya sastra yang banyak bermunculan, seperti al-‘Iqd al-
Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-
Qalaid karya al-Fath Ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
f)    Sejarah
Dalam bidang ilmu sejarah ternyata karya-karya ilmu sejarah ternyata juga memberikan
sumbangan dan pengaruh dalam pemikiran-pemikiran sarjana Barat. Ibnu Khaldun, melalui
karya Muqaddimah-nya, dialah yang pertama kali mengemukakan teori perkembangan sejarah,
baik berdasarkan penyelidikan faktor jasmani dan iklim, maupun kekuatan moral dan ruhani.
Sebagai orang yang mencari dan merumuskan hukum kemajuan dan keruntuhan bangsa, maka
Ibnu Khaldun dapat dianggap sebagai pencipta ilmu baru, karena tak ada penulis Arab maupun
Eropa yang mempunyai pandangan sejarah yang sejelas itu dan mengulasnya secara filsafat.
BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
Berdasarkan uraian yang telah  dipaparkan secara komprehensif,  maka penulis akan menarik
beberapa simpulan dan analisis yang terkait dengan rumusan masalah tersebut.
1.    Awal proses masuknya Islam di Andalusia adalah diawali dengan penyerbuan pasukan Islam
Afrika Utara yang dipimpin oleh Tharif Ibnu Malik, orang kepercayaan Musa ibn Nusair,
gubernur terkemuka di Afrika Utara pada periode Umayyah. Keberhasilan dan sukses yang
diperoleh Tharif ini mendorong Amir Qairawan untuk melakukan tindakan yang pasti, guna
mendapatkan kekuasaan dan stabilitas di Andalus. Tugas berat ini diserahkannya kepada Thariq
bin Ziyad. Maka berangkatlah Thariq beserta pasukannya, kemudian mereka mendarat dan
menempati suatu gunung yang sampai kini masih dikenal dengan namanya sendiri, yaitu “Jabal
Thariq”(Gibraltar). Disanalah Thariq mempersiapkan satuan-satuannya untuk menyerbu
semenanjung Andalusia yang luas dan makmur itu. Setelah itu berkembanglah Islam di sana
selama lebih dari tujuh abad.
2.    Perkembangan politik Islam di Andalusia terbagi menjadi beberapa periode yaitu:
a)   Periode Pertama (Gerakan Pembebasan) tahun 711-755 M, Andalus diperintah oleh para wali
yang diangkat oleh khalifah bani Umayah yang berpusat di Damaskus. 
b)   Periode Kedua tahun 755-1013 M pada waktu Andalus  dikuasai oleh daulah Umayyah II.
Periode ini dibagi dua.
1)   Masa Keamiran (755-912 M). Masa ini dimulai ketika Abd al-Rahman al-Dakhil, seorang
keturunan bani Umayyah I yang berhasil menyelamatkan diri dari pembunuhan yang dilakukan
bani Abbas di Damaskus, ia mengambil kekuasaan di Andalus pada masa Amir Yusuf al-Fihr,
kemudian memproklamirkan berdirinya daulah Umayyah II di Andalus kelanjutan Umayyah I di
Damaskus.
2) Masa Kekhalifahan (912-1013 M), masa ini mencapai puncaknya di bawah kekuasaan
pemerintahan amir kedelapan, ‘Abd al-Rahman III (912-961), orang pertama yang menyandang
gelar Khalifah. Awal dari kehancuran khilafah bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam
II (976-1009 M), naik tahta dalam usia sebelas tahun, dan  kekuasaan aktual berada di tangan
para pejabat. 
Adapun di bidang peradaban Andalusia mengalami kemajuan antara lain:
1)      Kemajuan ilmu pengetahuan dan intelektual seperti filsafat, sains, fikih, tafsir, hadis, tasawuf,
musik, kesenian, bahasa dan Sastra
2)      Kemegahan Pembangunan Fisik diantaranya:
a.       Pembangunan Masjid, Istana, Perkotaan, Pertamanan dan Pemandian Umum.
b.      Pembangunan Pertanian (tebu, tembakau dan lain-lain), Irigasi, Industri, Perkapalan dan
Perluasan Perdagangan.
B.  Saran
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan media pembelajaran kita untuk lebih mengetahui
bagaimana sejarah masuknya Islam di Andalusia dan perkembangan-perkembanganya.

Anda mungkin juga menyukai