PEMBUKA
Sebelumnya umat Islam telah menguasai kawasan Afrika Utara, Mesir,, dan Maroko
(Maghribi). Dalam sejarah perkembangannya, Spanyol merupakan pusat peradaban dan
intelektual Islam yang sangat penting terutama bagi kawasan dunia bagian Barat dan menyaingi
Baghdad di TImur. Selama kehadiran umat Islam di Spanyol selama hampir 8 (delapan) abad
(711-1402 M), Spanyol menjadi jauh lebih maju dari negeri-negeri yang ada dibenua Eropa.
Spanyol termasuk kawasan ‘Mediterania’ yang sangat strategis, tempat bertemunya
berbagai bangsa yaitu Romawi, Visigoth (Jerman), Barbar, Arab dan Yahudi.
Setelah Spanyol jatuh ke tangan Islam, stabilitas politik spanyol belum tercapai sempurna.
Hal ini diakibatkan oleh :
a. Gangguan dari para gerilyawan yang bersembunyi di balik pegunungan yang senantiasa
mencari kesempatan untuk menyerang.
b. Perselisihan diantara elit para penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan
golongan.
c. Perselisihan Khalifah di Damaskus dengan gubernur Afrika Utara yang mengklaim
bahwa mereka yang berhak atas wilayah Spanyol.
Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara orang Barbar asal Afrika
Utara dengan orang Arab. Tercatat pada masa ini pergantian gubernur sebanyak 20 kali.
Jabatan gubernur diperebutkan antara kabilah-kabilah Arab, yakni antara kabilah Mudhar dan
Yaman. Kondisi ini berakhir dengan datangnya Abd A-Raman Al-Dakhil pada 138 H/755 M ke
Spanyol.
C. PERIODE KEAMIRAN
Masa ini dimulai sejak masuknya Abd Al-Rahman ibn Mu’awiyah ibn Hisyam ibn Abd Al-
Malik ibn Marwan, atau lebih dikenal dengan Abdurrahman I ke Spanyol pada 138 H/755 M
yang kemudian menjadi ‘Amir’ pertama di Spanyol.
Ketika memasuki Spanyol ia diberi gelar “Al-Dakhil”. Mulanya ia berhasil mengadakan
ikatan perjanjian dengan kesatuan-kesatuan Syiria dan Qinnasrin yang menetap di Elvira dan
Jean. Berkat kesigapannya ia juga berhasil menghimpun kekuatan yang akhirnya dapat
mendirikan dinasti Umayyah di Spanyol. Untuk membangun kekuasaannya ia memakai gelar
‘Amir’. Gelar ini berlangsung hingga masa Abd Rahman III. Para penguasa Spanyol pada
periode ini secara berturut-turut adalah Abd Rahman I (Al-Dakhil), Hisyam I, Hakam I, Abd
Rahman ibn Austin, Mahmud ibn Abd Rahman, Munzir bin Muhammad dan Abdullah ibn
Muhammad.
Meskipun pada periode ini stabilitas dirasakan cukup stabil, namun kerusuhan dan
ancaman tetap saja ada, terutama dari gerakan Kristen fanatic yang ingin mencari mati
syahid. Gangguan politik yang serius justru datang dari umat Islam sendiri, yaitu
pemberontakan di Toledo, pemberontrakan Malaga yang dipimpin Hafsun, dan perselisihan
etnis antara orang Barbar dan orang Arab. Namun, semua pemberontakan dapat diredam
berkat kesigapan panglima Ubaidillah.
Selama periode Al-Muluk Al-Thawaif, antara sesama penguasa Islam Spanyol terus
mengalami konflik internal. Bahkan ironisnya ada diantara penguasa Islam Spanyol yang
meminta bantuan kepada pihak Kristen. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pihak Kristen Spanyol
untuk merebut Spanyol dari tangan umat Islam. Sejarah inilah yang kita saksikan, bahwa umat
Islam berakhir di Spanyol dengan sangat menyedihkan. Umat Islam dihadapkan pada dua
pilihan sulit yaitu masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Maka pada 1609 M dapat
dikatakan bahwa sudah tidak ada lagi umat Islam yang tinggal di Spanyol.