Anda di halaman 1dari 3

ISLAM DI SPANYOL

PEMBUKA
Sebelumnya umat Islam telah menguasai kawasan Afrika Utara, Mesir,, dan Maroko
(Maghribi). Dalam sejarah perkembangannya, Spanyol merupakan pusat peradaban dan
intelektual Islam yang sangat penting terutama bagi kawasan dunia bagian Barat dan menyaingi
Baghdad di TImur. Selama kehadiran umat Islam di Spanyol selama hampir 8 (delapan) abad
(711-1402 M), Spanyol menjadi jauh lebih maju dari negeri-negeri yang ada dibenua Eropa.
Spanyol termasuk kawasan ‘Mediterania’ yang sangat strategis, tempat bertemunya
berbagai bangsa yaitu Romawi, Visigoth (Jerman), Barbar, Arab dan Yahudi.

A. SEJARAH ISLAM DI SPANYOL


Keberhasilan umat Islam menduduki Spanyol terjadi pada zaman khalifah Al-Walid bin
Abdul Malik (705-715 M) yang berpusat di Damaskus. Penguasaan sepenuhnya atas kawasan
Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M) ayah Khalifah Al-Walid.
Khalifah Abdul Malik ketika itu mengingkat Hasan bin Nu’man Al Ghazani menjadi gubernur di
daerah itu.
Pada masa khalifah Al-Walid, Hasan bin Nu’man digantikan oleh Musa bin Nushair. Di
zaman Khalifah Al-Walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan
menduduki Aljazair dan Maroko (Maghribi) yang sebelumnya wilayah tersebut menjadi basis
kekuasaan Romawi. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum
Muslimin dalam menaklukan Spanyol.

B. PERIODE AWAL PENAKLUKAN (711-755 M)


Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat 3 (tiga) pahlawan Islam yang paling berjasa,
yaitu :
1. Tharif bin Malik (sebagai perintis dan penyelidik)
2. Thariq bin Ziyad (sebagai penakluk)
3. Musa bin Nushair (sebagai penyokong dan pendukung)
Pada awalnya Tharif atas persetujuan dan perintah Musa bin Nushair (gubernur Afrika
Utara tahun 710 M) menyeberangi selat yang terdapat antara Benua Afrika dan Eropa
bersama 500 bala tentara, 100 diantaranya tentara berkuda menuju Spanyol. Dalam
ekspedisi itu dia berhasil menaklukan bagian selatan wilayah yang ada di bagian selatan
pegunungan Paninsula. Kemudian dia kembali dengan membawa harta rampasan perang
yang berjumlah banyak.
Selanjutnya Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak
7.000 orang tentara dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad (lebih dikenal sebagai penakluk
Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata). Pasukannya terdiri dari
sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang
Arab yang dikirim Khalifah Al-Walid.
Sebuah gunung sebagai tempat pendaratan Thariq dan pasukannya yang kemudian
dikenal dengan sebutan Gibraltar (Jabal Thariq) dijadikannya sebagai basis pertahanan dan
mengatur strategi militer dalam sebuah pertempuran yang bernama Bakkah, dimana tentara
Spanyol dipimpin oleh Raja Roderick berhasil dikalahkan umat Islam. Kota Toledo, ibukota
kerajaan Goth juga berhasil ditaklukan. Demikian pula beberapa kota penting lainnya seperti
Cordoba dan Granada. Penyerangan selanjutnya dilanjutkan dan dipimpin oleh Musa bin
Nushair sendiri. Ia berhasil menaklukan beberapa kota seperti Sidonia, Karmona, Seville,
Merida, Malaga dan Theodomir. Dan untuk selanjutnya Musa bin Nushair bergabung dengan
Thariq di Toledo. Keduanya bekerjasama dan berhasil menguasai seluruh kota penting di
Spanyol termasuk bagian utara, mulai dari Saragosa sampai ke Navarre.
Faktor kemenangan umat Islam :
 Faktor Eksternal, yaitu kondisi yang terdapat dalam negeri Spanyol.
a. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi Spanyol dalam keadaan krisis.
b. Penguasa Gothic (sebutan kerajaan Goth) bersikap tidak toleran terhadap aliran agama
yang dianut oleh kelompok lain. Penganut agama Yahudi dipaksa dibaptis memeluk
agama Kristen. Yang tidak bersedia dibaptis akan disiksa dan dibunuh.
c. Rakyat dibagi menjadi beberapa sistem kelas ekonomi, sehingga keadaannya diliputi
kemelaratan dan ketiadaan juru pembebas.
d. Perselisihan Raja Roderick dengan Ratu Witiza (penguasa Achilla) dan Ratu Julian.
e. Roderick tidak memiliki semangat perang.
 Faktor Internal, yaitu kondisi umat Islam.
a. Konsolidasi dan persatuan terjalin baik, supra struktur dan infra struktur juga sangat
baik.
b. Ajaran Islam ditunjukkan oleh tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong
menolong.

Setelah Spanyol jatuh ke tangan Islam, stabilitas politik spanyol belum tercapai sempurna.
Hal ini diakibatkan oleh :
a. Gangguan dari para gerilyawan yang bersembunyi di balik pegunungan yang senantiasa
mencari kesempatan untuk menyerang.
b. Perselisihan diantara elit para penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan
golongan.
c. Perselisihan Khalifah di Damaskus dengan gubernur Afrika Utara yang mengklaim
bahwa mereka yang berhak atas wilayah Spanyol.

Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara orang Barbar asal Afrika
Utara dengan orang Arab. Tercatat pada masa ini pergantian gubernur sebanyak 20 kali.
Jabatan gubernur diperebutkan antara kabilah-kabilah Arab, yakni antara kabilah Mudhar dan
Yaman. Kondisi ini berakhir dengan datangnya Abd A-Raman Al-Dakhil pada 138 H/755 M ke
Spanyol.

C. PERIODE KEAMIRAN
Masa ini dimulai sejak masuknya Abd Al-Rahman ibn Mu’awiyah ibn Hisyam ibn Abd Al-
Malik ibn Marwan, atau lebih dikenal dengan Abdurrahman I ke Spanyol pada 138 H/755 M
yang kemudian menjadi ‘Amir’ pertama di Spanyol.
Ketika memasuki Spanyol ia diberi gelar “Al-Dakhil”. Mulanya ia berhasil mengadakan
ikatan perjanjian dengan kesatuan-kesatuan Syiria dan Qinnasrin yang menetap di Elvira dan
Jean. Berkat kesigapannya ia juga berhasil menghimpun kekuatan yang akhirnya dapat
mendirikan dinasti Umayyah di Spanyol. Untuk membangun kekuasaannya ia memakai gelar
‘Amir’. Gelar ini berlangsung hingga masa Abd Rahman III. Para penguasa Spanyol pada
periode ini secara berturut-turut adalah Abd Rahman I (Al-Dakhil), Hisyam I, Hakam I, Abd
Rahman ibn Austin, Mahmud ibn Abd Rahman, Munzir bin Muhammad dan Abdullah ibn
Muhammad.
Meskipun pada periode ini stabilitas dirasakan cukup stabil, namun kerusuhan dan
ancaman tetap saja ada, terutama dari gerakan Kristen fanatic yang ingin mencari mati
syahid. Gangguan politik yang serius justru datang dari umat Islam sendiri, yaitu
pemberontakan di Toledo, pemberontrakan Malaga yang dipimpin Hafsun, dan perselisihan
etnis antara orang Barbar dan orang Arab. Namun, semua pemberontakan dapat diredam
berkat kesigapan panglima Ubaidillah.

D. PERIODE KEKHALIFAHAN (912-1013 M)


Periode ini berlangsung sejak dari pemerintahan Abd Rahman III yang bergelar “Al-Nashir”
sampai pada masa munculnya “Muluk Al-Thawaif”. Pada masa ini Spanyol diperintah oleh
seorang penguasa yang disebut “Khalifah”. Penggunaan gelar khalifah tersebut berawal dari
berita yang sampai pada Abd Rahman III bahwa Al-Muktadir (khalifah Abbasiah) dibunuh oleh
pengawalnya sendiri. Keadaan ini menunjukkan suasana pemerintahan Abbasiah dalam
keadaan kacau. Momen ini dianggap paling tepat untuk memproklamasikan dirinya sebagai
khalifah yang hilang dari Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Di masa pemerintahan Abd
Rahman III ini, Spanyol mencapai puncak kejayaan dari kemajuan di segala bidang.
Seperti yang dikatakan Philip K. Hitti, bahwa Abd Rahman III lebih pantas disebut penguasa
modern dibanding raja pada zaman pertengahan. Karena dia mengangkat harkat negeri yang
berantakan menuju pada suatu keadaan yang sukar dibayangkan. Khalifah besar yang
memerintah pada periode ini ada 3 (tiga) orang yaitu Abd Rahman III (912-961 M), Hakam II
(961-971 M), dan Hisyam II (976-1000 M). Setelah masa pemerintahan Hisyam II, para
penggantinya semakin melemah.
Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah berupaya menghapuskan
jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah belah dalam banyak sekali negara kecil
yang berpusat di kota-kota tertentu. Sejak itu pula Islam Spanyol memasuki periode “Al-muluk
Al-Thawaif”.
E. PERIODE AL-MULUK AL-THAWAIF (1013-1492 M)
Pada masa ini, pemerintahan Spanyol tidak lagi berada pada seorang pemimpin seperti
khalifah yang memiliki otoritas terhadap seluruh wilayah Spanyol. Wilayah Spanyol pada masa
ini telah terbagi dalam banyak kekuatan politik di kota-kota kecil. Kondisi ini dibagi menjadi 3
(tiga) masa, yaitu :
1. Pada tahun 1013-1086 M, di Spanyol terdapat tidak kurang dari 30 kerajaan (negara) kecil
yang berpusat di kota-kota tertentu, seperti Sevilla, Cordova, Toledo, dan sebagainya,
tanpa ada kekuatan yang dominan.
2. Pada tahun 1086-1248 M, Islam Spanyol terpecah pada beberapa negara (kerajaan),
namun terdapat satu kekuatan yang dominan yaitu dinasti Murabithun (1146-1235 M).
Dinasti ini mulanya hanya gerakan keagamaan yang ada di Afrika Utara tetapi berubah
menjadi kekuatan politik dan berkuasa di Spanyol. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti
Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut wilayah ini. Sejak itu, meski terdapat
beberapa negara kecil di Spanyol, namun kekuatan didominasi oleh dinasti Muwahhidun.
3. Tahun 1248-1402 M, di tahun 1492 M dinasti Muwahhidun berakhir. Sejak itu kerajaan kecil
banyak yang jatuh ke tangan penguasa Kristen. Pada masa ini, kerajaan penguasa Islam
yang tinggal satu-satunya adalah dinasti Bani Ahmar yang hanya berkuasa di daerah
Granada hingga tahun 1492 M.

Selama periode Al-Muluk Al-Thawaif, antara sesama penguasa Islam Spanyol terus
mengalami konflik internal. Bahkan ironisnya ada diantara penguasa Islam Spanyol yang
meminta bantuan kepada pihak Kristen. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pihak Kristen Spanyol
untuk merebut Spanyol dari tangan umat Islam. Sejarah inilah yang kita saksikan, bahwa umat
Islam berakhir di Spanyol dengan sangat menyedihkan. Umat Islam dihadapkan pada dua
pilihan sulit yaitu masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Maka pada 1609 M dapat
dikatakan bahwa sudah tidak ada lagi umat Islam yang tinggal di Spanyol.

Anda mungkin juga menyukai