Anda di halaman 1dari 22

KEGIATAN BELAJAR 3:

PERKEMBANGAN ISLAM MASA


BANI UMAYYAH DI ANDALUSIA

Capain Pembelajaran
Menganalisis perkembangan Islam pada masa Bani Umayyah di Andalusia.

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Memahami proses berdirinya Bani Umayyah di Andalusia.
2. Menganalisis kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah di Andalusia.
3. Memahami perkembangan pemikiran Islam dan tokoh-tokohnya pada masa
Bani Umayyah di Andalusia.
Menganalisis faktor-faktor runtuhnya Bani Umayyah di Andalusia.

Pokok-Pokok Materi

1. Proses berdirinya Bani Umayyah di Andalusia.


2. Kebudayaan Islam masa Bani Umayyah di Andalusia.
3. Perkembangan pemikiran Islam dan tokoh-tokohnya masa Bani Umayyah
di Andalusia.
4. Faktor-faktor runtuhnya Bani Umayyah di Andalusia.

1
PERKEMBANGAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH DI ANDALUSIA

A. Proses berdirinya Bani Umayyah di Andalusia


Bani Umayyah di Andalusia adalah kekhalifahan Dinasti Umayyah atau kekhalifahan
Islam yang pernah berkuasa di Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) dalam rentang
waktu antara tahun abad ke-8 sampai abad ke-12.
1. Faktor Masuknya Islam di Andalusia
a. Faktor Internal
Faktor Internal adalah kemauan kuat para penguasa Islam untuk mengembangkan
dan membebaskan menjadi wilayah Islam. Andalusia atau Semenanjung Iberia (Spanyol
dan Portugal termasuk selatan Perancis sekarang) mulai ditaklukan oleh umat Islam pada
zaman khalifah Bani Umayyah, Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M), di mana tentara Islam
yang sebelumnya telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu
propinsi dari Dinasti Bani Umayyah.
Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara ini terjadi pada masa Abdul Malik bin
Marwan (685-705 M), di mana dia mengangkat Hasan bin Nu‟man Al-Ghassani menjadi
Gubernur di daerah itu. Dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam
yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif bin Malik, Tariq bin Ziyad, dan Musa bin
Nushair. Pada masa ini, Hasan bin Nu‟man sudah digantikan Musa bin Nushair, yang
kemudian memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko.
Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan
bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan
berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan
sebelumnya.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuat jalan untuk
penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa bin Nushair merasa perlu
melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan
tersebut. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu
persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa bin Nushair berhasil
menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan
Goth lainnya, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Tariq bin Ziyad di Toledo.
Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk
bagian utaranya, mulai dari Zaragoza sampai Navarre.

2
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri.
Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi
negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-
koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa
Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut penguasa, yaitu aliran
Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang
merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen
yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk
ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol masih
berada di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine), berkat kesuburan tanahnya, pertanian
maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh
sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan
kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran
tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah
dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.

2. Kepemimpinan Dinasti Umayyah II di Andalusia


Sejarah panjang umat Islam di Spanyol terbagi pada enam periode, yaitu:

3
a. Periode Pertama (711 -755 M)
Spanyol di bawah pemerintahan Wali yang diangkat Khalifah di Damaskus. Pada
masa ini masih terdapat gangguan dari dalam, antara lain antar elit penguasa akibat
perbedaan etnis dan golongan. Antara Khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara di
Kairawan saling mengklaim paling berhak menguasai Spanyol, hingga terjadi pergantian
Gubernur sebanyak 30 kali dalam waktu singkat. Perbedaan etnis antara suku Barbar dan
Arab menimbulkan konflik politik sehingga tidak ditemukan figure yang tangguh. Gangguan
dari luar dating dari sisa musuh-musuh Islam yang terus memperkuat diri dan tidak pernah
tunduk pada pemerintahan Islam.Gangguan ini menyebabkan belum terwujudnya
peradaban dan periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman al-Dakhil tahun 138
H/755 M.

b. Periode Kedua (755-912 M)


Spanyol di bawah pemerintahan Amir namun tidak tunduk pada pusat pemerintahan
Islam yang saat itu dipegang Khilafah Bani Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama
Abdurrahman I (ad-Dakhil) keturunan Bani Umayyah yang lolos dari kejaran Bani
Abbasiyah. Penguasa Spanyol periode ini:
1) Abdurrahman al-Dakhil, berhasil mendirikan masjid di Cordova dan sekolah-sekolah.
2) Hisyam I, berhasil menegakkan hukum Islam.
3) Hakam I, sebagai pembaharu bidang militer.
4) Abdurrahman al-Ausath, penguasa yang cinta ilmu.
5) Muhammad bin Abdurrahman
6) Munzir bin Muhammad
7) Abdullah bin Muhammad
Pada abad ke-9, stabilitas negara terganggu akibat gerakan Martyrdom Kristen fanatik
yang mencari kesyahidan.Namun pihak Gereja tidak mendukung gerakan itu karena
pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama.Pemerintah menyediakan
peradilan hukum khusus Kristen dan tidak dihalangi untuk bekerja sebagai pegawai pada
instansi militer. Gangguan juga timbul akibat pemberontak di Toledo, percobaan revolusi
yang dipimpin Hafshun yang berpusat di pegunungan dekat Malaga, serta perselisihan
orang Barbar dan Arab.

c. Periode Ketiga (912-1013 M)


Dimulai oleh Abdurrahman an-Nashir, Spanyol di bawah pemerintahan bergelar
Khalifah (mulai tahun 929 M). Bermula dari berita terbunuhnya Khalifah al-Muqtadir oleh
pengawalnya sendiri, menurutnya ini saat yang tepat untuk memakai gelar Khalifah setelah

4
150 tahun lebih hilang dari kekuasaan Bani Umayyah. Sejarah tidak pernah leas dari masa
Khalifah yang memerintah pada periode ini antara lain:
1) Abdurrahman al-Nashir (912-961 M)
Abdur Rahman menggantikan kedudukan ayahnya pada usia 21 tahun. Penobatannya
disambut dan diterima segenap kalangan. Pada tahun 301 H/913 M, Abdur Rahman
mengumpulkan pasukan militer yang sangat besar. Pihak perusuh dan pihak musuh gentar
dengan kekuatan militer Abdur Rahman III. Dengan demikian tanpa perlawanan ia
menaklukkan kota-kota besar di belahan utara Spanyol, kemudian Saville. Suku Berber dan
umat Kristen Spanyol yang selama ini menjadi perintang, tunduk kepada Abdur Rahman III.
Hanya masyarakat Toledo yang berusaha melawan sang Sultan, namun segera dapat
ditundukkan. Selanjutnya Abdur Rahman mengerahkan pasukannya ke belahan utara
Spanyol untuk menundukkan umat Kristen wilayah ini yang senantiasa berusaha
menghancurkan kekuatan Muslim.
Dua tahun dari masa penobatan Abdur Rahman III, Ordano II, kepala suku Leon,
datang menyerbu beberapa wilayah lslam. Pada saat itu Abdur Rahman sedang terlibat
perselisihan dengan Khalifah Fatimiyah di Mesir. Ahmad lbn Abu Abda ditunjuk memimpin
pasukan untuk menghadapi pasukan Ordano II. Setelah terdesak Ordano ll kemudian
bersekutu dengan Sancho, kepala suku Navarre. Suku Leon dan suku Navarre dihancurkan
oleh pasukan yang dipimpin oleh Abdur Rahman sendiri, bersamaan dengan terbunuhnya
Ordano ll dan Sancho. Penguasa Muslim Spanyol selama ini berkedudukan sebagai Amir
atau Sultan. Abdur Rahman merupakan orang pertama yang mengklaim kedudukannya
sebagai khalifah dengan gelar an-Nasir Li Dinillah (penegak agama Allah), setelah ia
berhasil dalam perjuangan menumpas pemberontakan Kristen suku Leon dan Navarre serta
mencapai puncak kemajuan menyaingi kemajuan Daulah Bani Abbasiyah di Baghdad.
Dengan demikian pada masa ini terdapat dua khalifah Sunni di dunia Islam: Khalifah
Abbasiyah di Bagdad dan Khalifah Umayyah dispanyol, dan seorang khalifah Syi‟ah
Fatimiyah Afrika Utara.

2) Hakam II (961-976 M)
Hakam II menggantikan kedudukan ayahnya, Abdur Rahman. Seorang kolektor buku
dan pendiri perpustakaan. Masyarakat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran karena
pembangunan yang berlangsung cepat. Pada masa ini pimpinan suku Navarre, yang semula
telah mengakui otoritas pemerintahan Islam semasa Abdur Rahman III, berusaha
melepaskan diri dengan anggapan bahwa Hakam yang terkenal suka perdamaian dan
terpelajar tersebut tidak akan menuntut ketentuan dalam perjanjian sebelumnya, dan
seandainya dia memilih jalan perang niscaya kekuatan Hakam tidak sekuat kecakapan
militer ayahnya. Tapi ternyata bahwa Hakam membuktikan dirinya tidak hanya sebagai

5
orang terpelajar melainkan juga pemimpin militer yang cakap. Sancho, pimpinan Kristen
suku Leo, dan pimpinan Kristen lainnya ditundukkan ketika melancarkan pemberontakan. Ia
juga mengerahkan pasukannya yang dipimpin Ghalib ke Atrika untuk menekan kekuatan
Fatimiyah. Ghalib mencapai sukses menegakkan kekuasaan Umayyah Spanyol di Afrika
Barat. Suku Berber di Maghrawa, Mikansa, dan Zenate mengakui kepemimpinan Hakam.
Setelah berhasil mengamankan situasi politik dalam negeri, Hakam selanjutnya
menunjukkan jati dirinya dalam gerakan pendidikan. la mengungguli seluruh penguasa
sebelumnya dalam kegiatan intelektual. Ia mengirimkan sejumlah utusan ke seluruh wilayah
timur untuk membeli buku-buku dan manuskrip, atau harus menyalinnya jika sebuah buku
tidak terbeli sekalipun dengan harga mahal untuk dibawa pulang ke Cordoba. Dalam
gerakan ini ia berhasil mengumpulkan tidak kurang dari 100.000 buku dalam perpustakaan
negara di Cordoba. Katalog perpustakaan ini terdiri 44 jilid. Para ilmuan, filosof dan ulama
dapat secara bebas memasukinya. Untuk meningkatkan kecerdasan rakyatnya, ia
mendirikan sejumlah sekolah di ibukota. Hasilnya, seluruh rakyat Spanyol mengenal baca
tulis. Sementara itu umat Kristen Eropa, kecuali-para pendeta, tetap dalam kebodohan,
masyarakat atasan sekalipun. Universitas Cordoba merupakan universitas termasyhur di
dunia pada saat itu. Dengan meninggalnya Hakam pada tahun 366 H/976 M, masa
kejayaan Dinasti Umayyah di Spanyol berakhir.

3) Hisyam II (976-1009 M)
Hakam mewariskan kedudukannya kepada Hisyam II, anaknya yang baru berusia
sebelas tahun. Karena usianya yang terlalu belia, ibunya yang bernama Sulthana Subh dan
seorang yang bernama Muhammad bin Abi Amir mengambil alih kekuasaan pemerintahan.
Muhammad bin Abi Amir seorang yang sangat ambisius. Setelah berhasil merebut jabatan
perdana menteri, ia menggelari namanya sebagai Hajib al-Manshur. Ia merekrut militer dari
kalangan suku Berber menggantikan militer Arab. Dengan kekuatan militer Berber inilah
berhasil menundukkan kekuatan Kristen di wilayah utara Spanyol, dan berhasil memperluas
pengaruh Bani Umayyah di Barat Laut Afrika. Ia akhirnya memegang seluruh cabang
kekuasaan negara, sementara sang khalifah tidak lebih sebagai boneka mainannya. Surat
resmi dan maklumat negari diterbitkan atas namanya.
Hajib Al Manshur meninggal tahun 393 H/1002 M di Madinaceli. Ia merupakan
negarawan dan jenderal Arab yang terbesar di Spanyol. Ia merupakan seorang jenderal
yang paling berjasa yang pernah hidup di Spanyol. Pada masa ini, rakyat lebih makmur
daripada masa sebelumnya. Ia digantikan oleh anaknya yang bernama al-Muzaffar yang
berhasil mempertahankan kondisi ini selama enam tahun.

6
Sepeninggal al-Muzaffar, Spanyol dilanda berbagai kerusuhan. Muzaffar mewariskan
jabatan Hajib kepada saudaranya yang bernama Abdur Rahman yang mendapat julukan
“Sanchol”. Ia lebih ambisius daripada pendahulunya, lantaran ia menginginkan jabatan
sebagai khalifah Cordoba. Ketika ia sedang melancarkan ekspedisi ke wilayah utara, timbul
gerakan pemberontakan di Cardoba yang dipimpin oleh Muhammad. Sang pemberontak
berhasil menghancur pertahanan khalifah Spanyol dan menurunkan Hisyam dari jabatan
khalifah dan menduduki jabatan ini dengan gelar al-Mahdi. Sanchol ditangkap dan
dipenjarakan. Tidak lama setelah berhasil merebut jabatan khalifah, Muhammad al-Mahdi
meninggal.

4) Sulaiman
Muhammad al-Mahdi digantikan tokoh Umayyah lainnya yang bernama Sulaiman.
Semenjak masa ini proses kemunduran dan kejatuhan kekhalifahan Spanyol berlangsung
secara cepat. Tidak beberapa lama Hisyam II merebut jabatan khalifah untuk kedua kalinya.
Bersamaan dengan ini Kordoba, pusat kekhilafahan Spanyol, dilanda kekacauan politik.
Akhirnya pada tahun 1013 M dewan menteri yang memerintah Cordoba menghapuskan
jabatan khalifah.
Pada saat ini kekuatan Muslim Spanyol terpecah dalam banyak negara kecil di bawah
pimpinan raja-raja atau muluk al Thawaif. Tercatat lebih tiga puluh negara kecil yang
berpusat di Seville, Cordoba, Toledo dan lain-lain.Kekuatan Kristen wilayah utara Spanyol
bergerak untuk bangkit. Kekacauan pemerintahan pusat dimanfaatkan mereka sebaik-
baiknya. Alfonso VI, penguasa Castille yang menjabat sejak tahun 486 H/1065 M. berhasil
menyatukan tiga basis kekuatan Kristen: Castile, Leon, dan Navarre, menjadi sebuah
kekuatan militer hebat untuk menyerbu Toledo.

d. Periode Keempat (1013-1086 M)


Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil dibawah pemerintahan al-
Muluk ath-Thawaif (raja-raja golongan) berpusat di Seville, Cordova, Toledo dan
sebagainya. Konflik internal antar raja terjadi dan mereka yang bertikai sering meminta
bantuan raja-raja Kristen.Orang-orang Kristen yang melihat kelemahan ini pun memulai
inisiatif penyerangan. Meski situasi politik tidak stabil, namun pendidikan dan peradaban
terus berkembang karena para sarjana dan sastrawan terlindungi dari satu istana ke istana
lain.

e. Periode Kelima (1086-1248 M)


Meski terpecah dalam beberapa negara, terdapat kekuatan dominan yaitu Dinasti
Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun

7
didirikan Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara. Memasuki Spanyol tahun 1086 M dengan
mengalahkan pasukan Castilia. Perpecahan di kalangan Muslim menyebabkan Yusuf bin
Tasyfin mudah menguasai Spanyol. Tahun 1143 M kekuasaannya berakhir karena para
penggantinya lemah dan diganti DInasti Muwahhidun yang didirikan Muhammad bin Tumart
tahun 1146 M. Untuk beberapa decade mengalami kemajuan dan setelah itu mengalami
kemunduran akibat serangan tentara Kristen di Las Navas de Tolessa 1212 M, di Cordova
1238 M, dan Seville 1248 M. Seluruh kekuasaan Islam lepas kecuali Granada.

f. Periode Keenam (1248-1492 M)


Granada dikuasai Bani Ahmar (1232-1492 M) dan mengalami kemajuan
peradabanseperti masa Abdurrahman al-Nashir.Namun secara politik mereka lemah karena
perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad tidak senang pada ayahnya yang
menunjuk anaknya yang lain menggantikan sebagai raja. Ayahnya terbunuh dan diganti
Muhammad bin Sa‟ad. Abu Abdullah pun meminta bantuan Raja Ferdinand dan Isabella
yang akhirnya ia naik tahta. Namun Ferdinand dan Isabella ingin merebut kekuasaan Islam
dan dengan terus menyerang kekuasaan Islam.Abu Abdullah menyerah dan hijrah ke Afrika
Utara.Umat Islam dihadapkandua pilihan yakni masuk Kristen atau pergi dari Spanyol.
Tahun 1609 M tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.

B. Kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah di Andalusia


Kebudayaan Islam masa Bani Umayyah mengalami perkembangan yang sangat
mengesankan dan mengagumkan pada periode pemerintahan Abdurrahman III an-Nashir
(300-350 H/912-961 M). Di bawah khalifah „Abd al-Rahmân III dan penerusnya, al-Hakam II
dan al-Manshûr, Andalusia benar-benar mencapai puncak kejayaannya dalam bidang
keagamaan maupun kebudayaan. Kota Kordova berkembang menjadi pusat kebudayaan
yang sebanding dengan Kairawan, Damaskus, atau Baghdad. Menurut satu laporan pada
pengujung abad ke 4/ 10 kota Kordova saja memiliki 1.600 masjid, 900 pemandian umum,
60.300 villa, 213.077 rumah, dan 80.455 toko.18 Kemegahan dan kemeriahan kota Kordova
juga dimiliki oleh kota-kota lain di Andalusia. Ibn Hawqal yang mengunjungi Andalusia pada
pertengahan abad ke 4/10 melaporkan bahwa semua kota di wilayah tersebut besar dan
ramai, memiliki fasilitas perkotaan yang sangat lengkap: jalan-jalan yang lapang dan bersih,
pemandian, dan penginapan. Pada saat yang sama dia juga mencatatkan bahwa Andalusia
masih memiliki sejumlah wilayah pedesaan yang kurang berkembang, biasanya dihuni oleh
penduduk beragama Kristen. Implisit dalam pernyataan ini adalah bahwa kesediaan ber-
interaksi dengan Islam dan bahasa Arab dipersepsi sebagai satu jalan menuju kemajuan
dan perkembangan peradaban saat itu.

8
Menurut analisis Chejne, laporan tentang banyaknya pemandian umum dapat
digunakan sebagai indikasi tingkat Islamisasi yang telah terjadi di kota-kota Andalusia.
Sebab, pemandian umum adalah sebuah fitur budaya yang tidak dikenal di Andalusia
sebelum masuknya Islam. Lagi pula pemandian umum pada masa tersebut lebih banyak
diperguna- kan untuk kepentingan keagamaan. Karena itu pula (asosiasi pemandian umum
dengan agama Islam) penduduk Kristen Andalusia pada umumnya tidak menyukai
pemandian umum, sama seperti mereka tidak menyukai adanya masjid dalam jumlah besar.
Pada masa kejayaan ini, ketergantungan kultural Andalusia kepada Dunia Islam
Timur sudah berakhir, dan Andalusia mulai mengembangkan kebudayaannya sendiri
dengan identitasnya yang khas Andalusia. Islam dan bahasa Arab jelas merupakan faktor
terpenting dan sekaligus menjadi identitas dalam kemajuan budaya Andalusia saat itu, sama
dengan di berbagai belahan dunia Islam lainnya. Akan tetapi, kini Andalusia mulai
membangun identitas sosio kulturalnya sendiri. Sekadar contoh, jika di berbagai tempat lain
pendidikan anak dimulai dengan menghapal al-Qur‟an, di Andalusia pendidikan anak dimulai
dengan pelajaran membaca dan menulis menggunakan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai materi.
Dengan cara itu mereka dapat menguasai keterampilan membaca, menulis dan penguasaan
kitab suci pada saat yang bersamaan. Contoh lain adalah penggunaan penang- galan non-
hijri oleh sementara penulis Muslim di Andalusia. Bukan hal yang aneh jika seorang penulis
Muslim di Andalusia menggunakan secara paralel penanggalan hijri (Islam), penanggalan
Romawi (Masehi), dan penanggalan Koptik. Praktik ini misalnya dapat dilihat dalam karya-
karya Ibn al-Banna‟ al-Marakkusyi, Ibn al-Idzari, dan Ibn al- Khathib. Di sisi lain hal yang
sama juga dilakukan oleh beberapa penulis beragama Kristen.
Pada masa keemasan ini Islamisasi Andalusia benar-benar mengalami kemajuan.
Kemajuan ini tentu saja dimungkinkan karena tersedianya stabilitas dan kemapanan sosial
politik yang diupayakan oleh para penguasanya. Dalam iklim yang mendukung inilah
kemudian tercapai berbagai pencapaian spektakuler pada berbagai bidang. Ilmu-ilmu
keagamaan berkembang sedemikian rupa mengimbangi perkembangan yang terjadi di
lingkup dinasti Abbasiyah. Lembaga pendidikan madrasah juga berkembang dengan baik
dan menjadi wadah pengembangan ilmu-ilmu keislaman secara umum. Ibn Rusyd dikenal
sebagai seorang penulis besar di bidang fikih, terutama sekali karena karyanya Bidâyah al-
Mujtahid. Perkembangan di bidang ini dapat juga diapresiasi secara umum melalui berbagai
karya yang merekam biografi para ulama, di bidang fikih khususnya.
Sebuah observasi menarik disampaikan oleh Watt dan Cachia tentang dominannya
paham dan pengamalan mazhab Maliki di Andalusia berbanding dengan mazhab-mazhab
fikih lainnya yang lebih popular di bagian dunia Islam lainnya. Menurut mereka, kuatnya akar
Helenisme di provinsi-provinsi Islam Timur menjadi landasan bagi populernya mazhab
Hanafi dan Syafi„i yang lebih rasionalistik di lingkungan dinasti Abbasiyah. Sementara itu di

9
Andalusia, agama dan kebudayaan Islam dapat dikatakan sepenuhnya ditafsirkan dan
diamalkan sesuai dengan selera asli orang Arab pendatang, dan karenanya menjadi lebih
cenderung kepada penafsiran imam Malik yang lebih literalistik dan berbasis pada
pengalaman umat Islam Hijaz. Dengan kata lain Islam Andalusia tidak bersentuhan secara
intens dengan Helenisme.
Ibn Rusyd juga dikenal luas berkat pemikiran-pemikiran filsafatnya yang kemudian
menjadi sebuah paham tersendiri, lumrah dikenal sebagai Averroisme. Masih dalam
kelompok filsafat dan sains terdapat nama-nama popular semacam Ibn Bajah atau Ibn
Thufayl. Tetapi ada juga Ibn Barghut, Ibn Khayrah al-„Attar, Ibn Ahmad al-Sarqasti, atau
Muhammad ibn al-Layth. Pada bidang bahasa dan sastra Arab, zaman keemasan Andalusia
juga melahirkan sejumlah besar nama-nama cemerlang. Al-Andalusi, misalnya, men-
cantumkan nama-nama Ibn Syahr al-Ra„ini, Yahya ibn Hisyâm al-Qarsyi, dan sejumlah
nama lainnya. Tentu saja sejumlah besar nama lain dapat dengan mudah ditambahkan
sebagai bintang-bintang terang para ilmuan besar dari Andalusia. Khusus berkenaan
dengan bahasa dan sastra Arab, setelah masa awal ketergantungan dengan dunia Islam
Timur, pada akhirnya Andalusia melahirkan invensinya sendiri yang menjadi keunikan
kontribusinya. Ella Marmura menyatakan sebagai berikut:
“In poetry the Andalusian poets had at first modelled their compositions after the
eastern poets, but by the end of the tenth century a new strophic form had appeared called
the muwashshah, ‘the girdled’. Using the lighter metres and having a refrain sugegstive of its
origin as song, it broke with the monorhyme and developed varied rhyme shemes of its own.
The themes of a muwashshah were usually love and description of nature... Another strophic
form was to appear later in the West, the zajal, i.e. melody, expressed mostly in the
vernacular”.

C. Perkembangan pemikiran Islam dan tokoh-tokohnya masa Bani Umayyah di


Andalusia
Perkembangan syair yang ditorehkan oleh umat Islam di Andalusia, nantinya ber-
pengaruh cukup signifikan terhadap perkembangan puisi di kalangan bangsa-bangsa Eropa.
Hal ini telah ditelusuri oleh seorang peneliti, Roger Boase. Jelaslah dengan demikian bahwa
pada penghujung abad ke 4/10 Andalusia telah mengalami perkembangan peradaban yang
sangat tinggi, dan dalam perkembangan ini Islam dan bahasa Arab jelas merupakan unsur
pembentuk yang sangat penting.
Di antara kemajuan yang bahkan memengaruhi Eropa yaitu:
1. Kemajuan Intelektual Filsafat
Dikembangkan abad ke-9 selama pemerintahan Mihammad bin Abdurrahman.
Tokohnya adalah: Abu Bakar Muhammad bin al-Sayigh (Ibn Bajjah). Masalah yang

10
dikemukakan bersifat etis dan eskatologis. Magnum Opusnya adalah Tadbir al-
MutawahhidAbu Bakar bin Thufail. Karyanya: Hay ibn Yaqzhan.Ibn Rusyd, menafsirkan
naskah-naskah Aristoteles dengan cermat dan hati-hati dalam menyelaraskan antara filsafat
dan agama. Sains Abbas bin Farnas ahli kimia dan astronomi. Ialah penemu pembuatan
kaca dari batu.Ibrahim al-Naqqash ahli astronomi. Ia dapat menentukan waktu gerhana
matahari, membuat teropong, dan dapat menentuklan jarak antara tata surya dan bintang-
bintang. Ahmad bin Ibas dari Cordova merupakan ahli farmasi. Umm al-Hasan bint Abi Ja‟far
dan saudara perempuan al-Hafidz, dua ahli kedokteran dari kalangan wanita. Ibn Jubair,
menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterranea dan Sicilia.Ibn Batutah, menulis tentang
negeri Samudera Pasai dan CinaIbn Khaldun, perumus filsafat sejarah. Fiqh Ziyad bin
Abdurrahman yang memperkenalkan mazhab Maliki. Ibn Yahya yang menjadi Qadhi.Abu
Bakr bin al-QuthiyahMunzir bin Sa‟id al-BaluthiIbn Hazm Musik dan Seni al-Hasan bin Nafi,
sang penggubah lagu yang dijuluki Zaryab Bahasa dan Sastra Ibn SayyidihIbn Malik,
pengarang AlfiyahIbn KhurufIbn al-HajjAbu Ali al-IsybiliAbu Hasan bin UsfurAbu Hayyan al-
Gharnathi.
Kita kembali lagi ke seorang cendekiawan Ibn Rusyd. Ibn Rusyd yang dianggap
sebagai “Avicenna dari Barat”, mencurahkan tenaganya pada filosofi, matematika,
kedokteran, astronomi, logika, dan hukum Islam. Karya-karyanya disampaikan kepada dunia
melalui Renan. Adapun karya filosofinya yang utama adalah “Tahafut al-Tahafut.”
Mempelajari filsafat mulai dikembangkan pada abad ke 9 M selama pemerintahan penguasa
Bani Umayyah yang ke-5 yakni, Muhammad Ibn al-Rahman (832-886). Tokoh utama
pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad bin alSayigh
yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr bin Thufail,
penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia
lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya
filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay bin Yaqzhan.
Pada akhir abad ke-12 M, muncullah seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di
gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyd dari Cordova. Ciri khasnya adalah
kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam
menggeluti keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fikih dengan karyanya Bidayatul
Mujtahid. Dari berbagai tokoh cendekiaean muslim diatas ternyata mereka mencoba berfikir
keras dan mendalam. Maka bisa dikatakan bahwa kemajuan peradaban itu dipengaruhi
oleh kemajuan intelektual yang di dalamnya terdapat ilmu filsafat, sains, fikih, musik dan
kesenian, begitu juga dengan bahasa dan sastra, dan kemegahan pembangunan fisik.
Islam telah membuktikan pada masa lalu bahwa dengan kemajuan intelektual,
khususnya ilmu filsafat, kejayaan dan keemasan akan diraih dan dirasakan.

11
2. Kemajuan Pembangunan
a. Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh
Bani Umayyah. Oleh penguasa Muslim, kota ini dibangun, diperindah untuk nantinya
dijadikan pusat kota juga pusat pemerintahan Andalusia. Jembatan besar dibangun di atas
sungai yang mengalir di tengah kota. Masjid-masjid hingga taman-taman tak lupu dibangun
untuk peribadahan umat muslim juga menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu.

Masjid Cordoba di Spanyol (sumber: www.republika.co.id)

12
Masjid Cordoba yang beralih fungsi menjadi Gereja Kathedral.(sumber: www.republika.co.id)

Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-
istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman
diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsyik. Di antara kebanggaan
kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova.
Posisi Cordova diambil alih Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di
Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hambra
yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana
itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan
pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana az-Zahra, istana al-
Gazar, dan menara Girilda.

Reruntuhan Istana Az-Zahra di Cordoba, Spanyol (sumber: www.republika.co.id)

b. Perdagangan: pembangunan jalan raya dan pasar


Banyak karya orang Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dekat
Cordoba, ia juga membangun sebuah istana yang indah, Az-Zahra, yang dianggap sebagai
suatu keajaiban kesenian Islam. Istana kerajaan ini memiliki 400 kamar yang konon dapat
menampung ribuan budak dan pegawai. Istana Az-Zahra terbuat dari pualam putih yang
didatangkan dari Nurmidia dan Carthago. Ia juga menerangi sebuah jalan Cordoba
sepanjang 16 kilometer dengan cahaya yang begitu terang. Padahal, jalan-jalan yang bagus
di Inggris dan Prancis pada saat itu masih langka.
Bagi melancarkan aktivititas perniagaan dan perdagangan, peranan sesebuah pasar
amatlah penting. Kewujudan pasar-pasar sebagai tempat berniaga akan memudahkan
segala aktiviti jual beli pelbagai barangan. Pada zaman pemerintahan Banu Umayyah di
Andalus, terdapat banyak pasar yang didirikan untuk menjadi pusat kegiatan perdagangan

13
dan memudahkan rakyat mendapatkan barangan keperluan mereka. Imamuddin telah
membuat kajian mengenai pasar-pasar yang terdapat di Andalus dengan memberikan butir-
butir yang agak terperinci mengenai barangan yang dijual, lokasi dan transaksi yang
dilakukan di setiap pasar. Kebiasaannya, setiap bandar di Andalus mempunyai pasar
masing-masing. Antara pasar-pasar yang terdapat di Andalus ialah al-qaysariyyah (special
market) dan pasar-pasar biasa (common market). Penduduk di Andalus juga mengamalkan
sistem pemusatan pasaran (centralization of market) yang terdiri daripada suq al-itr (pasar
minyak wangi), suq al-attarin (pasar rempah ratus), al-bazzazin (pasar pakaian), al-qarraqin
(pasar kasut), suq al-zayyatin (pasar minyak zaitun) dan banyak lagi (Yusuf dan Ezad Azraai
Jamsari, 2012: 68).

c. Pertanian: sistem irigasi


Sektor pertanian dengan memanfaatkan dam untuk mengecek curah air, waduk
untuk konservasi, dan pengaturan hidrolik dengan water wheel (roda air). Antara tanaman
lain yang turut dihasilkan di Andalus ialah buah zaitun, buah anggur, sayur-sayuran dan
beberapa jenis buah-buahan yang lain. Hasil pertanian ini penting untuk memenuhi
keperluan penduduk di Andalus. Selain tanaman untuk dimakan, Andalus juga
menghasilkan tanaman seperti kapas dan linen untuk diproses dan dijadikan pakaian
mereka sehari-hari. Tanaman kapas dan linen ini kebanyakannya terdapat di wilayah Jativa
(Imamuddin 1963: 2). Di samping itu, Andalus turut menghasilkan produk-produk hutan
seperti kayu-kayan bermutu tinggi. Di wilayah Carthago Nova, sejenis spesis tumbuhan liar
yang dikenali sebagai esparto dalam bahasa Sepanyol tumbuh dengan banyak. Tumbuhan
ini digunakan oleh orang Rom untuk membuat tali dan tikar.

3. Kemajaun sains dan teknologi


a. Ilmu Kedokteran
Dalam ilmu kedokteran juga mengalami kemajuan yang cukup menonjol. Spanyol
yang membentuk sebuah unit kebudayaan, juga melahirkan ahli kedokteran. Di antara
mereka dapat disebutkan Ibn Rusyd, Juljul. Nama lengkapnya Dawud Sulaeman bin Hassan
al-Andalusia. Ibn Juljul disamping sebagai dokter juga dikenal sebagai filosof.
Abu Qasim al-Zanrawi yang namanya dilatinkan sebagai Abulcasim of the west
adalah figure seorang ahli bedah yang besar. Dia mengembangkan ilmunya di masa
pemerintahan Abdurrahman al-Nasir. Dia dikenal sebagai perintis ilmu pengenalan penyakit
diagnotic, cara menyembuhkan dan pembedahan bagi penyakit lainnya. Dia juga seorang
dokter gigi. Ibnu Khatib dan Ibn Khatima, kedua-duanya ahli dalam penyakit kolera dan juga

14
ahli dalam penyakit kolera dan juga ahli dalam penyakit mata. Tokoh lain dalam ilmu
kedokteran adalah Ibn Wafid (Abu Guefit) yang terkenal dalam metode rasional di dalam
makanan. Ahmad Ibnu Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Ummul
Hasan binti Abi Ja‟far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran
dari kalangan wanita. Dari berbagai cendekiawan muslim di atas terutama dibagian
kedokteran, merupakan dasar pengembangan ilmu kedokteran zaman sekarang, baik itu
metode kedokterannya hingga peralatan yang dibutuhkannya.

b. Astronomi
Dalam bidang astronomi dapat disebutkan adalah Abu Ma‟syar alias Albumasar. Ia
dikenal sebagai seorang astronomi yang sangat terkenal. Dia mempunyai kepercayaan
tentang adanya pengaruh bintang dalam pokok-pokok kehidupan manusia, tentang lahir
maupun matinya.
Al-Majriti juga salah seorang ahli astronomi disamping itu pula juga seorang ahli
hitung, kedokteran dan kimia. Sedang Al-Zarqali adalah seorang ahli astronomi dan juga ahli
nujum yang terkenal pada masanya. Dia juga mengemukakan perkiraan gerak matahari
dengan melihat posisi bintang-bintang. Ibrahim bin Yahya al- Naqqash terkenal dalam ilmu
astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan
berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak
antara tata surya dan bintang-bintang.

c. Matematika
Dalam bidang matematika yang berkembang pada masa itu adalah perhitungan.
Terkadang kita berfikir nilai nol tidak begitu penting, tetapi cendekiawan muslim matematika
angka not merupakan bagian dari angka, sehingga mereka menemukan angka nol dalam
perhitingan. Hal ini dikemukakan oleh seorang ahli matematika bahwa dengan angka nol
akan mempermudah dalam penggunaan bilangan bila dibandingkan dengan angka romawi
yang dipakai di dunia Kristen ketika itu.

4. Musik dan Kesenian


Dalam bidang musik dan seni, Umayyah juga telah mengalami pengembangan
hingga mencapai puncak kecemerlangan dengan tokohnya, al- Hasan Ibn Nafi yang dijuluki
Zaryab, setiap kali diselenggarakan pertemuan dan perjamuan, Zaryab selalu tampil
mempertahankan kebolehannya menggubah lagu. Keahliannya atau ilmu yang dimilikinya
itu diwariskan kepada anak-anaknya dan juga kepada budak-budak sehingga
kemasyhurannya tersebar luas.

15
5. Bahasa dan Sastra
Bahasa dan sastra telah menjadi bahasa administrasi pemerintahan Islam di Spanyol
khususnya di Cordova. Hal ini dapat diterima oleh orang-orang muslim dan non muslim.
Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak
yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa.
Mereka itu antara lain: bin Sayyidih, bin Malik pengarang Alfiyah ibn Malik, Ibnu Khuruf, Ibnu
al- Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan bin Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring
dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-‟Iqd al-Farid karya
Ibnu Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibnu Bassam, Kitab al-Qalaid
buah karya al-Fath bin Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
Seiring dengan kemajuan bahasa, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti
kitab al-Qalaid karya al-Fath Khaqam. Pada masa pemerintahan Abdurrahman al-Nasir
tercapai apa yang dinamakan keemasan ilmu pengetahuan dan sastra Andalusia. Syed Amir
Ali melukiskan Cordova sebagai berikut: “Istana-istana dan taman-taman Cordova adalah
indah tapi kurang kekaguman orang terhadapnya mengenai soal-soal yang lebih tinggi.
Maha guru dan guru-gurunya menjadikannya pusat kebudayaan Eropa, siswa-siswa yang
biasanya berdatangan dari seluruh pelosok Eropa untuk belajar pada dokter-dokternya yang
mashur.”
Dengan kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan itu, tidak terlepas dari keberadaan
perpustakaan. Di mana perpustakaan merupakan lembaga pengajaran yang digunakan
untuk mempermudah ilmu pengetahuan di tengah-tengah masyarakat yang tidak mampu
membeli buku-buku.

6. Sejarah dan Geografi


Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak
pemikir terkenal, Ibnu Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri
Muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibnu Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai
Samudera Pasai dan Cina. Ibnu Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada,
sedangkan Ibnu Khaldun dari Tunisia adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di
atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-
nama besar dalam bidang sains.

D. Faktor-faktor runtuhnya Bani Umayyah di Andalusia


Dalam sejarah dan literatur yang ada mengisyaratkan bahwa, kedigdayaan Islam di
Andalusia hanya mampu bertahan sekitar delapan abad saja, kalau di hitung memang waktu
yang cukup panjang dan terjadinya beberapa kali pergantian dinasti. Khalifah terakhir
Daulah Umayyah di Andalusia adalah Hisyam III al-Mu‟tadd. Runtuhnya dinasti ini

16
disebabkan oleh karena sering terjadinya perseteruan, rivalitas politik, dan konflik internal
dalam pemerintahan yang saling memperebutkan kekuasaan. Situasi tersebut diperparah
dengan oleh kelemahan pemerintah pusat sejak Ibnu Amir al-Mansur meninggal dunia pada
tahun 399 H/1008 M.
Selama 50 tahun, Andalusia tidak mempunyai satu kesatuan komando, terpecah dan
tercabik menjadi 20-30 thaifah (golongan). Kurun waktu sejak tahun 400 H/1010 M sampai
dengan Dinasti Murabithun merebut kekuasaan di Andalusia pada tahun 480 H/1090 M
disebut sebagai muluk ath-thawaif (raja-raja golongan). Di antara raja-raja golongan tersebut
yang masa pemerintahan cukup panjang sebagai berikut.
1. Hamudiyah (400-449 H/1010-1058 M) di Malaga
2. Abbadiyah (414-484 H/1023-1091 M) di Sevilla
3. Jahwariyah (422-461 H/1031-1069 M) di Cordova
4. Afthasiyah (413-487 H/1022-1094 M) di Badajoz
5. Dzunnuniyah (Abad ke-5-abad ke-11) di Toledo
6. Amriyah I (412-457 H/1021-1065 M), Amriyah II (468-478 H/1076-1085 M), dan Amriyah
III (483-489 H/1090-1096 M) di Valencia.
7. Tujibiyah (410-430 H/1019-1039 M) di Saragossa.
Keruntuhan Daulah Umayyah di Andalusia semakin dekat ketika terjadi saling serang
antar dinasti demi mencapai ambisi politik dan kekuasaan dinastinya sendiri. Pada akhirnya
datang juga masa yang ditakuti yaitu masa-masa kehancuran, yang sampai pada hari ini
masih belum bangkit dari keluluhan itu. Di antara penyebab keruntuhan peradaban dan
pendidikan Islam di Andalusia:
1. Konflik Agama
Pada akhir-akhir kemajuan peradaban pendidikan Islam di Andalusia, telah muncul
kepermukaan paham-paham dan perbedaan keyakinan. Kondisi yang tidak menguntungkan
bagi umat Islam telah membuat “berani” umat kristiani menampakkan dirinya kepermukaan.
Bahkan terang-terangan telah pula berani menentang kebijakan penguasa Islam di kala itu.
Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna, mereka sudah mera
puas dengan menagih upeti dari kerajaan-kerajaan kristen taklukannya dan membiarkan
mereka mempertahan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hierarki tradisional, asal
tidak ada perlawanan bersenjata. Kondisi seperti ini dapat diprekdiksi, bahwa kelengahan
umat Islam termasuk toleransi dan wewenang yang diberikan kepada umat Kristen telah
dimanfaatkan untuk mencari kelemahan Islam di saat Islam lengah di kala itu. Hal ini
diperkuat pula oleh al-Qur‟an bahwa umat Kristen itu tidak akan pernah diam dan senang,
sebelum Islam bertekuk lutut kepadanya.
2. Ideologi Perpecahan

17
Istilah ‘ibad dan muwalladu perendahan derajat kepada orang pribumi yang mukallaf
selalu dilakukan oleh orang-orang Islam keturunan Arab, sehingga kelompok-kelompok etnis
non-Arab selalu menimbulkan kegaduhan dan sering menggerogoti serta merusak
perdamaian atas celaan dan pemisahan kasta tersebut. Kultur sosial kemasyarakatan ketika
itu amat berpeluang besar terjadinya pertikaian, apalagi dengan tidak adanya sosok
pemimpin yang dapat mempersatukan ideologi yang telah memecah belah persatuan.
Sehingga keamanan negeri tidak lagi bisa terjamin dengan baik dan terjadinya perampokan
dimana-mana. Kondisi seperti ini dimanfaatkan oleh umat Kristiani untuk menyusun
kekuatan.
3. Krisis Ekonomi
Dalam situasi yang semakin sulit, umat Kristiani tidak lagi jujur membayarkan
upetinya kepada penguasa Islam. Dengan berbagai dalih, supaya upeti dan pajak tidak lagi
dikumpulkan kepada penguasa. Sering terjadi perampokan yang di skenario oleh kelompok
Kristiani, dan pada akhirnya menuduh umat Islam yang berbuat aniaya kepadanya.
Keadaan yang tidak kondusif ini membuat inkam negara jauh berkurang, dan akhirnya
berdampak besar kepada masyarakat. Padahal dipertengahan kekuasaan Islam, pemerintah
lebih memperhatikan kemajuan dan lupa menata perekonomian, sehingga melemahkan
ekonomi negara dan kekuatan militer serta politik.
4. Perang salib dan peralihan Kekuasaan
Awal mula Perang Salib adalah Perang antar Gereja dan Yahudi, jadi bukan bermula
Perang antara Kristen dan Islam, yang penengertian umum saat ini.Berkut adalah
Riwayatnya: Perang Salib Pertama dilancarkan pada 1095 oleh Paus Urban II untuk
mengambil kuasa kota suci Yerusalem dan tanah suci Kristen dari Muslim. Apa yang dimulai
sebagai panggilan kecil untuk meminta bantuan dengan cepat berubah menjadi migrasi dan
penaklukan keseluruhan wilayah di luar Eropa. Perang Salib Pertama dilancarkan pada
1095 oleh Paus Urban II untuk merebut kembali kota suci Yerusalem dan tanah suci Kristen
dari penaklukan Muslim. Apa yang dimulai sebagai panggilan kecil untuk meminta bantuan
dengan cepat berubah menjadi migrasi dan penaklukan keseluruhan wilayah di luar Eropa.
Baik ksatria dan orang awam dari banyak negara di Eropa Barat, dengan sedikit
pimpinan terpusat, berjalan melalui tanah dan laut menuju Yerusalem dan menangkap kota
tersebut pada Juli 1099, mendirikan Kerajaan Yerusalem atau kerajaan Latin di Yerusalem.
Meskipun penguasaan ini hanya berakhir kurang dari dua ratus tahun, Perang salib
merupakan titik balik penguasaan dunia Barat, dan satu-satunya yang berhasil meraih
tujuannya.6 Meskipun menjelang abad kesebelas sebagian besar Eropa memeluk agama
Kristen secara formal — setiap anak dipermandikan, hierarki gereja telah ada untuk
menempatkan setiap orang percaya di bawah bimbingan pastoral, pernikahan
dilangsungkan di Gereja, dan orang yang sekarat menerima ritual gereja terakhir — namun

18
Eropa tidak memperlihatkan diri sebagai Kerajaan Allah di dunia. Pertikaian selalu
bermunculan di antara pangeran-pangeran Kristen, dan peperangan antara para
bangsawan yang haus tanah membuat rakyat menderita.Pada tahun 1088, seorang
Perancis bernama Urbanus II menjadi Paus. Kepausannya itu ditandai dengan pertikaian
raja Jerman, Henry IV kelanjutan kebijakan pembaruan oleh Paus Gregorius VIII yang tidak
menghasilkan apa-apa. Paus yang baru ini tidak ingin meneruskan pertikaian ini. Tetapi ia
ingin menyatukan semua kerajaan Kristen. Ketika Kaisar Alexis dari Konstantinopel meminta
bantuan Paus melawan orang-orang Muslim Turki, Urbanus melihat bahwa adanya musuh
bersama ini akan membantu mencapai tujuannya. Tidak masalah meskipun Paus telah
mengucilkan patriark Konstantinopel, serta Katolik dan Kristen Ortodoks Timor tidak lagi
merupakan satu gereja. Urbanus mencari jalan untuk menguasai Timur, sementara ia
menemukan cara pengalihan bagi para pangeran Barat yang bertengkar terus.
Pada tahun 1095 Urbanus mengadakan Konsili Clermont. Di sana ia menyampaikan
kotbahnya yang menggerakkan: "Telah tersebar sebuah cerita mengerikan ... sebuah
golongan terkutuk yang sama sekali diasingkan Allah ... telah menyerang tanah (negara)
orang Kristen dan memerangi penduduk setempat dengan pedang, menjarah dan
membakar." Ia berseru: "Pisahkanlah daerah itu dari tangan bangsa yang jahat itu dan
jadikanlah sebagai milikmu." "Deus vult! Deus vult! (Allah menghendakinya)," teriak para
peserta. Ungkapan itu telah menjadi slogan perang pasukan Perang Salib. Ketika para
utusan Paus melintasi Eropa, merekrut para ksatria untuk pergi ke Palestina, mereka
mendapatkan respons antusias dari pejuang-pejuang Perancis dan Italia. Banyak di
antaranya tersentak karena tujuan agamawi, tetapi tidak diragukan juga bahwa yang lain
berangkat untuk keuntungan ekonomi. Ada juga yang ingin berpetualang merampas kembali
tanah peziarahan di Palestina, yang telah jatuh ke tangan Muslim.
Mungkin, para pejuang tersebut merasa bahwa membunuh seorang musuh non-
Kristen adalah kebajikan. Membabat orang-orang kafir yang telah merampas tanah suci
orang Kristen tampaknya seperti tindakan melayani Allah. Untuk mendorong tentara Perang
Salib, Urbanus dan para paus yang mengikutinya menekankan "keuntungan" spiritual dari
perang melawan orang-orang Muslim itu. Dari sebuah halaman Bible, Urbanus meyakinkan
para pejuang itu bahwa dengan melakukan perbuatan ini, mereka akan langsung masuk
surga, atau sekurang-kurangnya dapat memperpendek waktu di api penyucian.
Dalam perjalanannya menuju tanah suci, para tentara Perang Salib berhenti di
Konstantinopel. Selama mereka ada di sana, hanya satu hal yang ditunjukkan: Persatuan
antara Timur dan Barat masih mustahil. Sang kaisar melihat para prajurit yang berpakaian
besi itu sebagai ancaman bagi takhtanya. Ketika para tentara Perang Salib mengetahui
bahwa Alexis telah membuat perjanjian dengan orang-orang Turki, mereka merasakan
bahwa "pengkhianat" ini telah menggagalkan bagian pertama misi mereka: menghalau

19
orang-orang Turki dari Konstantinopel. Dengan bekal dari sang kaisar, pasukan tersebut
melanjutkan perjalanannya ke selatan dan timur, menduduki kota-kota Antiokhia dan
Yerusalem. Banjir darah mengikuti kemenangan mereka di Kota Suci itu. Taktik para tentara
Perang Salib ialah "tidak membawa tawanan". Seorang pengamat yang merestui tindakan
tersebut menulis bahwa para prajurit "menunggang kuda mereka dalam darah yang
tingginya mencapai tali kekang kuda". Setelah mendirikan kerajaan Latin di Yerusalem, dan
dengan mengangkat Godfrey dari Bouillon sebagai penguasanya, mereka berubah sikap,
dari penyerangan ke pertahanan. Mereka mulai membangun benteng-benteng baru, yang
hingga kini, sebagian darinya masih terlihat. Pada tahun-tahun berikutnya, terbentuklahordo-
ordo baru yang bersifat setengah militer dan setengah keagamaan. Ordo paling terkenal
adalah Ordo Bait Allah (bahasa Inggris: Knights Templars) dan Ordo Rumah Sakit (bahasa
Inggris: Knights Hospitalers). Meskipun pada awalnya dibentuk untuk membantu para
tentara Perang Salib, mereka menjadi organisasi militer yang tangguh dan berdiri sendiri.
Perang Salib pertama merupakan yang paling sukses. Meskipun agak dramatis dan
bersemangat, berbagai upaya kemiliteran ini tidak menahan orang-orang Muslim secara
efektif.

Perang Salib (Ilustrasi) (sumber: www.republika.co.id)

Philip K. Hitti berpendapat bahwa perang Salib terjadi tiga angkatan, segala negara
Kristen mempersiapkan tentara yang lengkap persenjataannyauntuk pergi berperang
merebut Palestina. Dari sinilah bermula suatu penyerbuan Barat Kristen ke dunia Islam yang
berjalan selama 200 tahun lamanya dari mulai 1095-1293 M dengan 8 kali penyerbuan.
Tentara Alp Arsenal yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit dalam peristiwa ini berhasil
mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara romawi,
Ghuz, Al-Akraj, Perancis, dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan

20
dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan
perang salib. Dengan akal sehat dapat dipahami bahwa, peperangan yang memakan waktu
begitu lama, mau tidak mau akan memporak-porandakan segalanya.keadaan sepertini
mengakibatkan leburnya seluruh perjuangan yang sudah ditata dengan baik. Keamanan
tidak lagi bisa dijamin, penduduk saling curiga mencurigai, pendidikan tidak lagi berjalan
seperti yang diharapkan. Ketidakdinamisan ini tinggal menunggu kehancuran. Dari beberapa
kisah sejarah dapat dipatok bahwa, tujuan perang salib itu tersirat minimal ada 3 tujuan:
1. Umat Kristen ingin kembali menguasai kota Yerussalem yang ketika itu dikuasai oleh
bani Saljuq. Karena pada masa itu beredar hembusan bahwa, umat Kristen akan sulit
memasuki daerah Yerussalem, karena bani Saljuq telah mengumumkan peraturan-
peraturan untuk pendatang yang berkunjung kesana;
2. Adanya kesumat unsur dan agama yang terselubung yang sangat susah untuk diterka,
karena Yerussalem adalah kota suci tiga umat beragama ( Islam, Kristen, Hindu);
3. Membalaskan dendam Timur Barat dan faktor ekonomi yang sangat potensial di
Yerussalem.
Akibat yang ditimbulkan oleh perang salib yang berlangsung selama lebih dua abad
itu amat banyak sekali, diantaranya:
1. Pemeluk Islam yang menduduki Andalusia dan Sisilia terpaksa hengkang dari dua
daerah ini, karena kemenangan ratu Isabella dan Raja Ferdinand membuat mereka
memberikan tiga tawaran yang tidak menguntungkan satu pun, dari tiga tawaran
tersebut diantaranya yaitu muslim harus keluar dari Spanyol atau tatap di Spanyol tetapi
memeluk agama Kristen atau pilihan terakhir di bunuh.
2. Delapan kali perang salib, hanya serangan pertama yang dianggap menang oleh
sejarawah, sedangkan yang lainnya adalah gagal, sehingga tujuan perang dialihkan
untuk merebut kota Mesir.
3. Kegagalan merebut mesir membuat perang salib selanjutnya tidak terarah, maka
Spanyol dan Sisilia yang jauh berada dari Baghdad diserang dengan membabibuta
tanpa pandang bulu, sehingga daerah ini mendapat getah dari perang salib.
4. Dengan dikuasainya Sisilia dan Spanyol oleh Raja Ferdinand dan Ratu Isabella yang
sangat membenci Islam karena perang salib, sehingga mereka mengikis habis seluruh
jejak Islam dan peradabannya, kecuali bangunan-bangunan yang dianggap perlu yang
masih eksis sampai sekarang. Bangunan-bangunan berupa istana-istana masih tetap
digunakan untuk tempat tinggal. Bahkan salah satu ikon kota Cordova yaitu masjid
Cordova yang semula difungkikan sebagai tempat peribadahan umat muslim, diubah
menjadi gereja untuk peribadahan umat nasrani. Masjid Cordova pun masih dapat kita
temui hingga saat ini dan nuansa khas corak Islam masih dapat kita rasakan hingga kini.

21
Dapat dikatakan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella sukses dalam ekspansi daerah
Andalusia ataupun Spanyol.

Kota Granada (www.republika.co.id)

Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan
Ferdinand dan Isabella. Sementera dikalangan Islam sendiri terjadi perpindahan kekuasaan
dengan sistem ahli waris. Pola yang masih dipertahankan umat Islam dalam mengganti
tampuk kepemimpinan kadang jauh dari kelayakan. Sebagaimana bukti sejarah yang
mengangkat seorang raja atas pertimbangan keturunan yang masih berusia belasan tahun.
Peralihan kekuasaan seperti ini (raja yang masih berusia belia) sering keliru dalam
mengambil keputusan dan kadang kala terdapat kesalahan besar dan fatal akibatnya, baik
terhadap pamornya, maupun kestabilan kedaulatan dalam negeri Islam sendiri. Dengan
demikian tidak ada lagi kekuatan islam untuk membendung kebangkitan Kristen di daerah
ini.

22

Anda mungkin juga menyukai