Disusun Oleh:
KEDIRI
2023
Abstrak
Artikel ini berisi uraian tentang peradaban Islam pada masa Bani Umayyah Daulah di
Andalusia. Daulah Bani Umayyah merupakan kekhalifahan Islam pertama setelah Khulafaur
Rasyidin atau kekhalifahan Islam kedua setelah masa pemerintahan Rasulullah SAW.
Umayyah Daulah didirikan oleh Muawiyah Ibnu Abu Sufya pada tahun 661 Masehi. di
Damaskus (sebagai pusat pemerintahannya). Setelah jatuhnya pemerintahan Bani Umayyah
di Damaskus, daulah Bani Umayyah mampu bangkit dan berkuasa di Andalusia, dengan
Abdurrahman ad-Dakhil sebagai khalifah pertama. Pada mulanya pemerintahan ini dipimpin
oleh seorang emir, namun pada masa pemerintahan Abdurrahman III ia menjadi khalifah.
Ketika Islam mencapai Andalusia, negara tersebut mengalami kemajuan pesat baik dalam
bidang peradaban maupun pendidikan. Dalam proses penulisan, penulis menggunakan
metode kualitatif dengan menggunakan sumber berdasarkan abjad untuk mengumpulkan
informasi yang diperlukan.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
kebangkitan dan perkembangan peradaban Islam di Andalusia pada masa Dinasti Umayyah
Daulat. Dengan mempelajari peradaban Islam Andalusia, khususnya hasil kebudayaannya,
diharapkan baik penulis maupun pembaca dapat memperoleh pandangan yang lebih luas
mengenai sejarah Islam pada masa itu. Serta faktor apa saja yang menyebabkan runtuhnya
pemerintahan Bani Umayyah di Andalusia. Hal-hal inilah yang dapat menjadi pendorong
semangat kita terhadap kebangkitan peradaban Islam global.
PEMBAHASAN
Proses Kedatangan Islam di Andalusia Kedatangan Islam di Andalusia terjadi pada masa
Khalifah Daulah Umayyah Al- Walid (86-96 H./705-715 M.). Ketika itu Islam telah tersebar
sampai ke daratan Afrika. Di Afrika Musa Bin Nushair tampil sebagai gubernur di Afrika
Utara. Dia bertekad untuk menyebarluaskan Islam sampai ke wilayah Eropa dengan
menyeberangi selat yang memisahkan Benua Afrika dan Eropa yang kemudian disebut selat
Gibraltar. Dia pun mengutus Thariq Bin Ziyad sebagai panglima perang ke Andalusia.
Ketika Islam datang, Eropa terkhusus Andalusia dipimpin oleh Bangsa Visigoth yang
telah berkuasa sejak abad ke-5 M. Menjelang kedatangan Islam di sana, kondisi Andalusia
kacau balau. Hal itu terjadi akibat dari perebutan kekuasaan oleh Achila putra Raja Wittiza
yang berkuasa sebelumnya dengan Roderic yang berhasil merampas kerajaan dengan bantuan
sejumlah bangsawan dan tokoh agama. Perebutan kekuasaan tersebut tentu membuat
perpecahan di Andalusia dan membuat stabilitas politik menjadi kacau. Selain aspek politik
yang kacau balau, aspek sosial pun terbagi dalam beberapa strata sosial seperti golongan
bangsawan (pangeran bangsa Goth), golongan rohaniawan (tokoh agama), golongan kaum
rendahan (petani dan budak), Kaum Yahudi. Kondisi agama pun tidak kalah kacau. Ketika itu
para tokoh gereja berkuasa secara sewenang- wenang. Bahkan mereka mampu mengeluarkan
undang-undang yang melarang setiap orang meragukan kesucian Gereja Katolik, sistem
keinjilan, penafsiran para pendeta, lukisan-lukisan gereja ataupun kurban-kurban yang
disakralkan. Hal ini membuat masyarakat tidak senang terhadap pemerintahan Goth yang
pada akhirnya Julian sebagai penguasa Goth di Septum meminta bantuan kepada kaum
Muslimin di Afrika Utara agar mereka diselamatkan dari kekejaman Roderic Hal ini
membuktikan bahwa Islam dalam menyebarluaskan ajarannya tidak dengan inisiatif sendiri,
namun penduduk Andalusia yang menginginkan Islam datang ke negerinya.
Ketika kaum Muslimin sedang berjihad melawan Bangsa Goth ternyata raja Roderic
tidak berada di tempat. Raja Roderic hanya mengamanahkan pemerintahan untuk sementara
waktu kepada Theudimer, salah satu kepala daerahnya. Hal tersebut membuat kekuatan
Bangsa Goth melemah dan sangat menguntungkan bagi kaum Muslimin. Ketika itu Raja
Roderic sibuk dengan para revolusioner orang-orang Bosque di wilayah utara. Mendengar
kekalahan Bangsa Goth, raja Roderic kembali ke istana dan memimpin tujuh puluh ribu
pasukan atau seratus ribu pasukan guna melawan kaum Muslimin. Sementara kaum Muslimin
sendiri menerima bantuan pasukan sebanyak lima ribu pasukan yang berarti bahwa pasukan
kaum Muslimin berjumlah dua belas ribu pasukan. yang mayoritas orang-orang Berber.
Akhirnya pada tanggal 19 Juli 711 M./ 92 H. pasukan Thariq bertempur melawan pasukan
Roderic pada Perang Syidzunah di mulut sungai Barbate, sebagian referensi mengatakan
Lembah Lakka. Pertempuran ini berakhir dengan kekalahan Bangsa Gothic. Raja Roderic
sendiri tidak diketahui ke mana Dia menghilang karena mayatnya tidak ditemukan. Ada yang
mengatakan Dia tenggelam dan ada pula yang mengatakan Dia mati terbunuh. Setelah raja
Roderic kalah, Thariq Bin Ziyad akhirnya bergerak menuju wilayah utara Andalusia menuju
Toledo, ibu kota Gothic. Di Toledo, Dia berhasil meraih.
kemenangan. Begitu pula dengan kota Ecija setelah itu. Di kota tersebut sisa-sisa
pasukan Goth sepakat berdamai dengan jalan membayar jizyah.20 Selain itu, penaklukan-
penaklukan kota yang lain pun seperti Granada, Cordova, Alborea, Malaga dan lain-lain
berjalan dengan lancar selama 3,5 tahun (92-95 H./ 711-714 M.). yang bahkan ditangani
sendiri oleh Musa Bin Nushair bersama Thariq. Dengan demikian, Andalusia di daratan
Eropa telah terintegrasi dalam kekuasan Islam.
Pada masa akhir pemerintahan Daulah Umayyah di Damaskus terjadi konflik. Hal ini
terjadi akibat khalifah-khalifah yang berkuasa sepeninggal Hisyam Bin Abdul Malik sangat
lemah dan bermoral buruk. Hal ini menimbulkan pemberontakan sekaligus menjadi waktu
yang tepat bagi Bani Abbas untuk mengambil alih pemerintahan. Khalifah terakhir Daulah
Umayyah Marwan Bin Muhammad melarikan diri ke Mesir dan ditangkap serta dibunuh.
Meskipun demikian, tidak semua keluarga Umayyah terbunuh. Di antara mereka yang tidak
terbunuh adalah Abdu al-Rahman Bin Muawiyah, cucu dari Hisyam Bin Abdul Malik. Dia
melarikan diri dan menyeberangi sungai Eufrat dan berhasil sampai di sana kecuali adiknya
Hisyam yang kembali karena tidak sanggup lagi berenang. Setelah itu, pemerintahan Daulah
Umayyah Di Andalusia di mulai. Daulah ini adalah daualah yang pertama kali memisahkan
diri dari kekuasaan Bani Abbas di Baghdad sekaligus merupakan tandingan Daulah
Abbasiyah.
1
Itsnawati Nurrohmah Saputri, Daulah Umayyah Di Andalusia Dan Hasil Budayanya, Vol. 4, No. 2, Jurnal
SejarahPeradaban Islam, 2021.
Abdurrahman II diberi gelar al-Ausat (yang tengah-tengah). Pada masa
pemerintahannya teristimewa karena masa tenang, kas negara melimpah, pembangunan
istana dan tempat rekreasi. Pada masa pemerintahannya tercipta saluran air dari gunung ke
Cordova, pembangunan masjid, pembangunan jalan-jalan. Ia juga melakukan renovasi
terhadap bangunan sebelumnya. Abdurrahman II adalah ponolg ilmu dan sastra serta seni. Ia
sangat menyukai ilmu falak dan astrologi.
Muhammad bin Abdurrahman II (852-886 M)
Ia terkenal sebagai pendamai antara mazhab Maliki dan Hambali. Mazhab Hambali
dianggap baru di Andalusia. Ia beranggapan apabila ada pertentangan di umat Islam maka
akan menguntungkan umat Kristen. Oleh karena itu, ia mengajak sesama muslim untuk
berdamai dan bersatu menghadapi kekuatan Kristen.
Al-Mundir (886-888 M)
Al-Mundir pada tahun 886 M naik menjabat penguasa tertinggi di Andalusia
menggantikan ayahnya Muhammad I, dan ia merupakan khalifah keenam dalam sejarah
daulah Umayyah di Andalusia. Ia mewarisi suasana yang masih kacau di dalam dua tahun
pemerintahannya. Adanya pemberontakan oleh Ghalib ibn Omar. Terjadinya pemberontakan
di Barbastro.
Abdullah (888-912 M)
Ia menggantikan saudaranya al-Mundir. Ia memerintah selama duapuluhlima tahun.
Di pemerintahannya terjadi beberapa pemberontakan, pemberontakan dari Muhammad ibn
Taquete, pemberontakan Ibn Mirwan al-Galiki, Dinasti Aghlabites.
Abdurahman III (912-961 M)
Kebudayaan Islam di Andalusia semakin berkembang pada masa pemerintahan
Abdurrahman III. Abdurrahman III mengubah bentuk kekuasaannya dari Amir menjadi
khalifah. Ada tiga faktor yang melatarbelakangi tindakannya tersebut: a) kekhalifahan
Abbasiyah sejak meninggalnya Khalifah al-Mutawakkil sudah lemah karena khalifah sudah
bersifat semaunya, b) Daulah Fatimiyyah yang berhasil menumbangkan Dinasti Aghlabiyah
di Afrika, dan telah membebaskan diri dari kekuasaan pusat Baghdad serta menyebut para
pejabatnya sebagai khalifah, c) Daulah Fatimiyah telah sepenuhnya menguasai wilayah
Afrika Utara.
Al-Hakam II (961-976 M)
Al-Hakam II menduduki kursi kekhalifahan pada bulan Ramadhan, ketika itu ia
berusia 45 tahun. Ia di tunjuk ayahnya Abdurrahman III sebagai calon penggantinya. Ia
adalah tokoh yang cintai damai, disamping itu ia diberi gelar Khalifah cendekiawan.
Keterlibatan dan keasyikan al-Hakam dengan dunia ilmu pengetahuan tidak mengendorkan
perhatiannya kepada masalah politik, baik dalam maupun luar negeri. Segalanya dapat ia
kendalikan karena ia pandai dalam memilih pembantunya. Kepercayaannya terhadap
pembantunya, mengakibatkan akibat fatal di pemimpin selanjutnya.
Hisyam II (976-1000 M)
Khalifah Hisyam II diangkat menjadi khalifah pada usia 10 tahun. Usia yang masih
kanak-kanak maka jabatan, bagi pelaksanaan pemerintahan umum dijabat oleh emir
Mughairah ibn Abdurrahman, saudara khalifah Hakam II . Setelah khalifah Hisyam II terjadi
kemelut dalam kekuasaan sehingga sering terjadinya pergantian penguasa. 2
Kemajuan Peradaban Islam Daulah Umayyah di Andalusia
Kemajuan Islam di Spanyol sangat menonjol dalam berbagai bidang, baik dalam
bidang intelektual yang menyebabkan kebangkitan Eropa saat ini, bidangkebudayaan dalam
hal ini bangunan fisik atau arsitektur, maupun bidang-bidang lainnya. Puncak kemajuan
peradaban Islam di Spanyol berdampak bagi kemajuan peradaban Eropa.
1. Perkembangan Ekonomi Perkembangan baru spanyol juga didukung oleh
kemakmuran ekonomi pada abad Ke-9 dan abad ke-10. Perkenalan dengan pertanian irigasi
yang didasarkan pada polapola negeri Timur mengantarkan pada pembudidayaan sejumlah
tanaman pertanian yang dapat diperjual-belikan, meliputi buah ceri, apel, buah delima, pohon
ara, buah kurma, tebu, pisang, kapas, rami dan sutera. Beberapa kota seperti seville dan
Cordova Mengalami kemakmuran lantaran melimpahnya produksi pertanian dan
perdagangan internasional (Alibas & Khotimah, 2013).
2. Kemajuan Intelektual dan Ilmu Agama
a. Filsafat
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan, yakni selama
Pemerintahan Bani Umayah yang ke-5, Muh{ammad Ibn ‘Abd ArRahman (832-886). Kajian
filsafat ini dilanjutkan oleh penguasa selanjutnya, yakni Al-Hakam (961-976 M).Tokoh-
tokoh filsafat yang lahir pada masa itu, antara lain Abu Bakar Muhammad Ibn As-Sayiq yang
lebih dikenal dengan Ibn Bajah. Melalui pemikirannya, Ibn Bajah sering mengembangkan
berbagai permasalahan yang bersifat etis dan eskatologis. Filosof selanjutnya adalah Abu
Bakar Ibn Tufail, Melalui berbagai karyanya, ia banyak menulis masalah kedokteran,
astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal berjudul Hay Ibn Yaqzan. Para filosof
lainnya adalah Ibn Maimun, Ibn Arabi, Sulaiman Ibn Yahya, juga Ibn Rusyd yang juga
2
Ibid, h. 153
dikenal ahli Fiqh. 3
b. Sejarah
Dalam bidang sejarah, Spanyol Islam telah melahirkan banyak penulis sejarah
terkenal, di antaranya Zubair dari Valancia yang menulis sejarah tentang negeri-negeri 86
muslim di Mediterania serta Sisilia. Tokoh lainnya, Ibn Al-Khatib yang menulis sejarah
tentang Granada dan Ibn Khaldun yang merupakan seorang perumus filsafat sejarah. Karya
besar lainnya yang ditulis oleh sejarawan Spanyol Islam adalah tarikh Iftita AlAndalus yang
ditulis olehIbn Qutyah, dia lahir dan dibesarkan di Cordoba, wafat pada tahun 977 M. Selain
itu, karya besar lainnya ditulis oleh Ibn Hayyan yang berjudul AlMuqrabis fi Tarikh Ar-Rizal
Al-Andalus11 .
c. Sains
Sains yang berkembang di Andalusia pada masa itu banyak sekali, diantaranya Ilmu
Kedokteran, Farmasi, Kimia, Fisika, Pertanian, dan lainlain. Diantara para ilmuan yang
terkenal dalam bidang ilmu Kimia dan Astronomi adalah Abbas ibn Farnas. Ia adalah orang
pertama yang menemukan pembuatan kaca dan batu, tokoh lain yaitu ibn Yahya An-Naqosh.
Ilmuwan yang terkenal dalam bidang botani dan farmasi di Spanyol, bahkan di seluruh dunia
Islam, adalah Abdullah ibn Muhammad Al-Baytar yang lahir di Malaga. Di antara karyanya
adalah Al-Mughni fi al-Adwiyah al-Mufradah tentang pengobatan dan al-Jami‘ fi al-Adwiyah
al-Mufradah yang merupakan catatan mengenai obat-obatan dari binatang, sayuran dan
mineral (Hitti, 2010). Ibn Al-Khatib (1313-1374 M) adalah dokter ternama di Granada. Dia
telah pernah mengarang sebuah buku tentang penyakit menular dan epidemia. Pada saat itu
Al-Khatib muncul di antara dokter-dokter di Eropa, dia menerangkan dengan baik tentang
bentuk dan penyebab penyakit epidemia(Merduati, 2007).
d. Bahasa Sastra dan Musik Pada masa Islam di Spanyol banyak yang ahli dan mahir
dalam bahasa Arab, tokoh-tokoh dalam bidang bahasa diantaranya, Ibn Sayyidi, Ibn Malik
yang mengarang Alfiyah (tata bahasa Arab), Ibn Huruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu
al-Hasan ibn ´Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnati. Dibidang sastra tersohor nama Ibn Abd
Rabbih dengan karyanya al Iqd al-Farid, Ibn Bassam dengan karyanya al-Dhakhira fi
Mahasin ahl al-Jazira, dan al-Fath ibn Khaqan dengan karyanya Kitab al-Qalaid. Dalam
bidang musik dan kesenian, indikasi kemajuannya adalah berdirinya sekolah musik di
Cordova oleh Al-Hasan ibn Nafi (Zaryab) seorang artis dan pencipta lagu di zamannya.
e. Fiqih
Dalam bidang fiqih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang
3
Supriyadi,D. Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia,3008), h. 37
memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan
selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi (Hakim) pada masa Hisham ibn
Abd Al-Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya di antaranya adalah Abu Bakr Ibn Al-Qutiyah,
Munzir ibn Said Al-Baluti dan Ibn Hazm yang terkenal.
3. Kemajuan di Bidang Arsitektur Bangunan Kemegahan bangunan fisik Islam
Spanyol sangat maju, dan mendapat perhatian umat dan penguasa. Umumnya bangunan-
bangunan di Andalusia memiliki nilai arsitektur yang tinggi. Jalan-jalan sebagai alat
transportasi dibangun, pasar-pasar dibangun untuk membangun ekonomi. Demikian pula,
irigasi, jembatan-jembatan, saluran air, dan lain-lain. Pembangunan fisik yang aling menonjol
adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman,
dan taman-taman.Di antara Pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota Al-
Zahra, Istana Ja‘fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun, Masjid Seville, dan
Istana Al-Hamra di Granada.
a. Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil oleh banj
umayyah. Oleh penguasa Muslim kota ini dibangun dan diperindah. Di antara Kebanggaan
kota Cordova. Menurut Ibn Al-Dala‘i, terdapat 491 masjid di sana. Selain Itu, ciri khusus
kota-kota Islam adalah adanya tempattempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar
900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air
sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang
panjangnya 80 km . 4
b. Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul
sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Islam diambil alih oleh Granada di masa-
masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di
seluruh Eropa. Istana Al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian
arsitektur Spanyol Islam.
c. Sevilla Kota Sevilla dibangun pada masa pemerintahan Al-Muwahidin. Sevilla
pernah menjadi ibu kota uang indah bersejarah. Semula kota ini adalah rawarawa. Pada masa
Romawi kota ini bernama Romula Agusta, kemudian diubah menjadi Asyibiliyah (Sevilla).
Salah satu bangunan masjid yang didirikan pada tahun 1171 pada masa pemerintahan Sultan
Yusuf Abu Ya’kub, kini telah berubah dari masjid menjadi gereja dengan nama Santa Maria
de la Sede. Kota Sevilla jatuh ke tangan Raja Ferdinand pada tahun 1248 M (Amin, 2014). d.
4
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada,2008), h. 19
Toledo Toledo merupakan kota penting di Andalusia sebelum dikuasai Islam. Ketika Romawi
menguasai kota Toledo, kota ini dijadikan ibukota kerajaaan. Dan ketika Thariq Bin Ziyad
menguasai Toledo tahun 712 M, kota ini dijadikan pusat kegiatan umat Islam, terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan dan penerjemahan. Toledo jatuh dari tangan umat Islam
direbut oleh Raja Alfonso VI dari Castilia. Beberapa peninggalam bangunan masjid di
Toledo kini dijadikan gereja oleh umat Kristen.5
Kemunduran dan Kehancuran Kekuasaan Daulah Umayyah di Andalusi
Dalam masa kekuasaan Islam di Spanyol yang begitu lama tentu memberikan catatan besar
dalam mengembangkan dan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi peradaban
dunia. Namun, sejarah panjang yang telah diukir kaum muslim menuai kemunduran dan
kehancuran. Adapun menurut Badri Yatim, kemunduran dan kehancuran disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain:
1. Konflik Islam dengan Kristen
Keadaan ini berawal dari kurang maksimalnya para penguasa muslim di Andalusia
dalam melakukan proses Islamisasi. Hal ini mulai terlihat ketika masa kekuasaan setelah
al-Hakam II yang dinilai tidak secakap dari khalifah sebelumnya. Bagi para penguasa,
hanya mewajibkan membayar upeti saja, Mereka membiarkan umat Kristen menganut
agamanya dan menjalankan hukum adat dan tradisi kristen, asal tidak ada perlawanan.
Namun, kehadiran Arab Islam tetap dianggap sebagai penjajah sehingga malah
memperkuat nasionalisme masyarakat Spanyol Kristen. Hal ini menjadi salah satu
penyebab kehidupan.
negara Islam di Andalusia tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan
Kristen. Akhirnya pada abad ke-11, umat Islam Andalusia mengalami kemunduran,
sedang umat Kristen memperoleh kemajuan pesat dalam bidang IPTEK dan strategi
perang.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu Hal ini terjadi hingga abad ke-10 atas perlakuan
para penguasa muslim sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah terhadap para
mukalaf yang berasal dari umat setempat. Mereka diperlakukan tidak sama seperti
tempattempat daerah taklukan Islam lainnya. Kenyataan ini ditandai dengan masih
diberlakukannya istilah ibad dan muwalladun, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
Akhirnya kelompok-kelompok etnis non-Arab terutama etnis Salvia dan Barbar, sering
menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini menimbulkan dampak besar bagi
perkembangan sosio-ekonomi di Andalusia. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
5
Hasjmi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1995), h. 203
ideologi pemersatu yang mengikat kebangsaan mereka. Bahkan banyak diantara mereka
yang berusaha menghidupkan kembali fanatisme kesukuan guna mengalahkan Bani
Umayyah.6
3. Kesulitan Ekonomi Dalam catatan sejarah, pada paruh kedua masa Islam di
Andalusia, para penguasa begitu aktif mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban
Islam, sehingga mengabaikan pengembangan perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan
ekonomi yang memberatkan dan berpengaruh bagi perkembangan politik dan militer.
Kenyataan ini diperparah lagi dengan datangnya musim paceklik dan membuat para
petani tidak mampu membayar pajak. Selain itu, penggunaan keuangan negara tidak
terkendali oleh para penguasa muslim.
4. Tidak jelasnya Sistem Peralihan kekuasaan Kekuasaan merupakan hal yang
menjadi perebutan diantara ahli waris. Karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh
dan Al-mulukut Tawaif muncul.
5. Keterpencilan Spanyol Islam seperti negeri terpencil dari dunia Islam yang lain dan
selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Oleh karena
itu, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.
MASA KEPEMIMPINAN ABDURRAHMAN AN-NASHIR
Kebijakan Politik Abdurrahman An-Nashir Berdirinya pemerintahan Umayyah dalam
bentuk kekhilafahan yang dipimpin oleh seorang khalifah membawa banyak perubahan bagi
Andalusia. Dalam menjalankan roda pemerintahannya Abdurrahman An-Nashir melakukan
kebijakan-kebijakan di berbagai bidang.
a. Bidang Politik
Sosok Abdurrahman An-Nashir menjadi populer dan terkenal diseluruh dunia.
Banyak kerajaan-kerajaan yang mencari perlindungan darinya dengan cara mengikatkan
sebuah perjanjian dengan An-Nashir dan membayarkan upeti atau Jizyah kepadanya.
Dari berbagai belahan Eropa; seperti Jerman, Italia, Perancis, dan Inggris mengirimkan
duta-duta besar untuk meminta belas kasihan darinya. Bahkan, dari ujung Eropa Timur
yang sangat jauh, mereka datang meminta perdamaian dan mengirimkan hadiah untuk
An-Nashir. Salah satu hadiah yang terkenal adalah sebuah mutiara yang sangat besar dan
berharga, yang kemudian di letakkan oleh An-Nashir di tengah istana yang terletak di
Az-Zahra.
6
Merduati,Runtuhnya Kekuasaan Islam di Spanyol dan Implikasi Terhadap Umat Islam di Eropa, (Banda Aceh:
Ar-Raniry Press, 2007), h. 16
Keputusan untuk membuat pertahanan nasional adalah salah satu rancangan dari An-
Nashir dalam mengamankan kekuasaannya, yang mencerminkan salah satu masalah yang
abadi yang dihadapi setiap lapisan masyarakat sukses dari masa ke masa. Di bawah
tangan An-Nashir, tren dan kebijakan yang telah dimulai dengan prajurit saqalabi Elang
difinalisasi dengan penciptaan suatu bentuk lembaga militer profesional berbayaran
tinggi yang didominasi oleh orang-orang Berber, Afrika, dan Slav yang dipasok dari
peperangan tanpa henti di Eropa timur.
Dari catatan Ibnu Hayyan, yang tidak diragukan lagi wawasannya tentang abad
kesepuluh yang dikutip oleh David mengatakan bahwa Ia (Ibnu hayyan) sangat berjasa
kepada kekhalifahan baru mewakili kontribusi untuk kaum Yahudi terpelajar bagi
transmisi pengetahuan ke semesta yang gelap dan tertutup secara intelektual di luar
Andalusia. Ibnu Hayyanlah yang merupakan wakil dari AnNashir di Barcelona pada
tahun 939 atau 940.
Wilayah Barcelona ini merupakan wilayah yang tertanam dalam Spanish March
Charlemagne pada tahun 801, setelah dua tahun diadakan pengepungan ketat oleh Louis
yang Saleh. Sejak saat itu kota dan wilayah tersebut sebagian besar tetap berada di luar
orbit Andalusia yang lama, sembari menjaga otonomi yang sehat dari kerajaan Prancis.
Dengan adanya negosiasi perjanjian dari Duta Besar Hasdai ibn Ishaq dengan putra
Wilfrid "yang berbulu", pendiri dinasti kaum Frank dari para count di Barcelona. Hasdai
menghimbau untuk segenap bangsawan Barcelona agar tunduk dan mematuhi An-Nashir
Li Dinillah, dan untuk berdamai dengannya.
Dari perjanjian yang dilakukan oleh Hasdai dengan count Barcelona menjamin
kebebasan rakyatnya " untuk terlibat dalam perdagangan di manapun mereka
menginginkannya " di Andalusia, dengan syarat bahwa mereka " menghentikan bantuan dan
persahabatan dengan semua orang Kristen yang tidak berdamai dengan An-Nashir Li
Dinillah. Kesempatan ini sangat signifikan bagi An-Nashir, sehingga banyak para pembesar
Kristen dari wilayah yang agak jauh datang untuk melakukan perdamaian. Semisal count dari
Arles yang datang meminta jaminan keamanan untuk para pedagang dari negerinya "untuk
melakukan bisnis di Andalusia". Dan menurut Ibnu Hayyan, "sekelompok mereka menyetujui
ini". Dan sejak saat itu, berkat negosiasi dari Hasdai ibn Ishaq, keuntungan meningkat
karenanya.
Namun, keuntungan itu adalah hasil dari adanya hubungan yang meningkat antara
para count Barcelona dan rezim Andalusia tidak hanya bidang komersial. Neraca untuk
pengetahuan juga sangat signifikan. Barcelona merasa cukup Katolik untuk para paus namun
belum ada komitmen pembatas untuk menjaga Barat. Katolik dari Muslim. Sebaliknya,
terutama setelah Barcelona melakukan perjanjian dengan Andalusia, Barcelona mulai
menjadi sebuah perhatian antara dua Eropa, Muslim dan Kristen.
Pada masa selanjutnya hubungan yang baik antara Andalusia dan negara-negara lain
juga digalangkan oleh pemerintahan Andalusia. Masyarakat muslimSpanyol disatukan oleh
sebuah perdagangan regional dan internasional yang sangat berkembang pesat. Hubungan
perdagangan antara Andalusia dan Maroko misalnya, terjalin dengan baik. Maroko
mengimpor kayu, tawas, logam putih, dan pakaian. Juga sebaliknya, Andalusia mengekspor
pakaian dan tembaga ke Maroko. Andalusia juga menjalin hubungan dengan Mesir dan
Tunisia yang merupakan jembatan untuk tujuan Mesir.7
KESIMPULAN
Bani Umayyah di Andalusia telah berkuasa selama tujuh setengah abad, sejarah
panjang Bani Umayyah di Andalusia tersebut dibagi dalam enam periode, dimulai dari
Periode pertama (711-755 M) dan berakhir pada Periode keenam (1248-1492 M).
Adapun amir-amir Bani Umayyah yang memerintah di Andalusia (Spanyol) yaitu:
Abdurrahman ad-Dakhil (Abdurrahman I), tahun 756-788 M, Hisyam bin Abdurrahman
(Hisyam I), tahun 788-796 M, Al-Hakam bin Hisyam (al-Hakam I), tahun 796-822 M,
Abdurrahman al-Ausat (Abdurrahman II), tahun 822-852 M, Muhammad bin Abdurrahman
(Muhammad I), tahun 852-886 M, Munzir bin Muhammad, tahun 886-888 M, Abdullah bin
Muhammad, tahun 888-912 M, Abdurrahman an-Nasir (Abdurrahman III), tahun 912-961 M,
Hakam al-Muntasir (al-Hakam II), tahun 961-976 M, Hisyam II, tahun 976-1009 M,
Muhammad II, tahun 1009-1010 M, Sulaiman, tahun 1013-1016 M, Abdurrahman IV, tahun
1016-1018 M, Abdurrahman V, tahun 1018-1023 M, Muhammad III, tahun 1023-1025 M,
Hisyam III, tahun 1027-1031 M.
Kemajuan Bani Umayyah di Andalusia sangat menonjol dalam berbagai bidang, baik
dalam bidang Ekonomi, intelektual yang menyebabkan kebangkitan Eropa saat ini, bidang
kebudayaan dalam hal ini bangunan fisik atau arsitektur, maupun bidang-bidang lainnya.
7
Arip Septialona, Perkembangan Islam Di Andalusia Pada Masa Abdurrahman,Jurnal Tamadun,Vol.4,No.
1,2016,H.58
Penyebab kemunduran dan kehancuran konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya
ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan
Keterpencilan.