Anda di halaman 1dari 17

Perkembangan Daulah Umayah Andalusia

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:


Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Zetty Azizatun Ni’mah, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Layna Khoizanatul Muna (22205122)


2. Fatimatuz Zahroh (22205123)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

KEDIRI

2023
Abstrak
Artikel ini berisi uraian tentang peradaban Islam pada masa Bani Umayyah Daulah di
Andalusia. Daulah Bani Umayyah merupakan kekhalifahan Islam pertama setelah Khulafaur
Rasyidin atau kekhalifahan Islam kedua setelah masa pemerintahan Rasulullah SAW.
Umayyah Daulah didirikan oleh Muawiyah Ibnu Abu Sufya pada tahun 661 Masehi. di
Damaskus (sebagai pusat pemerintahannya). Setelah jatuhnya pemerintahan Bani Umayyah
di Damaskus, daulah Bani Umayyah mampu bangkit dan berkuasa di Andalusia, dengan
Abdurrahman ad-Dakhil sebagai khalifah pertama. Pada mulanya pemerintahan ini dipimpin
oleh seorang emir, namun pada masa pemerintahan Abdurrahman III ia menjadi khalifah.
Ketika Islam mencapai Andalusia, negara tersebut mengalami kemajuan pesat baik dalam
bidang peradaban maupun pendidikan. Dalam proses penulisan, penulis menggunakan
metode kualitatif dengan menggunakan sumber berdasarkan abjad untuk mengumpulkan
informasi yang diperlukan.

Kata - Kata Kunci : Andalusia, Daulah Umayyah, Peradaban Islam


PENDAHULUAN

Umayyah Daulah merupakan kekhalifahan pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin


yang didirikan oleh Muawiyah Ibnu Abu Sufyan. Daulah Bani Umayyah memerintah Jazirah
Arab pada tahun 661-750 Masehi. dan 756-1031 M di Andalusia sebagai Kekhalifahan
Cordoba. Nama Umayyah Daulah diberikan kepada pemimpin kaum Quraisy pada masa pra
Islam yaitu Umayyah Ibnu Abdis Syam. Abdurrahman Ibnu Muawiyah Ibn Hisham yang saat
itu masih berusia 22 tahun berhasil melarikan diri bersama asistennya Baddar. Setelah
melalui perjuangan yang sulit dan dukungan dari suku Yaman (salah satu suku Arab
terpenting yang berebut kekuasaan dengan suku Mudhar), Gus Dur berhasil merebut
kekuasaan dari suku Mudhar dan mendirikan Daulah Bani Umayyah di Andalusia.

Setelah memenangkan pertempuran al-Musharah, Abdurrahman Ibnu Muawiyah


berhasil mencapai Cordoba. Disebut ad-Dakhil karena berhasil mencapai Andalusia dan
mendirikan daula Umaiad di sana.Pada masa pemerintahannya, Gus Dur memindahkan ibu
kota dari Toledo ke Cordoba. Hal ini disebabkan berbagai pertimbangan, termasuk
memfasilitasi pembangunan sosial ekonomi. Wilayah Andalusia terbentang dari
Semenanjung Iberia/Selat Gibraltar di selatan hingga Pyrenees di utara, meliputi wilayah
Toledo, Zaragoza, Seville, Malaga, dan Cordoba. Córdoba, ibu kota Andalusia, menjadi kota
besar dan pusat peradaban Islam di Barat, terbukti dengan semakin majunya bidang
kebudayaan dan ilmu pengetahuan, seperti kedokteran, filsafat, sastra, seni, arsitektur dan
bidang kebudayaan lainnya. . Pada masa itu peradaban Islam memberikan pengaruh yang
besar terhadap Eropa pada Abad Pertengahan.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
kebangkitan dan perkembangan peradaban Islam di Andalusia pada masa Dinasti Umayyah
Daulat. Dengan mempelajari peradaban Islam Andalusia, khususnya hasil kebudayaannya,
diharapkan baik penulis maupun pembaca dapat memperoleh pandangan yang lebih luas
mengenai sejarah Islam pada masa itu. Serta faktor apa saja yang menyebabkan runtuhnya
pemerintahan Bani Umayyah di Andalusia. Hal-hal inilah yang dapat menjadi pendorong
semangat kita terhadap kebangkitan peradaban Islam global.

PEMBAHASAN

Proses Kedatangan Islam di Andalusia Kedatangan Islam di Andalusia terjadi pada masa
Khalifah Daulah Umayyah Al- Walid (86-96 H./705-715 M.). Ketika itu Islam telah tersebar
sampai ke daratan Afrika. Di Afrika Musa Bin Nushair tampil sebagai gubernur di Afrika
Utara. Dia bertekad untuk menyebarluaskan Islam sampai ke wilayah Eropa dengan
menyeberangi selat yang memisahkan Benua Afrika dan Eropa yang kemudian disebut selat
Gibraltar. Dia pun mengutus Thariq Bin Ziyad sebagai panglima perang ke Andalusia.

Ketika Islam datang, Eropa terkhusus Andalusia dipimpin oleh Bangsa Visigoth yang
telah berkuasa sejak abad ke-5 M. Menjelang kedatangan Islam di sana, kondisi Andalusia
kacau balau. Hal itu terjadi akibat dari perebutan kekuasaan oleh Achila putra Raja Wittiza
yang berkuasa sebelumnya dengan Roderic yang berhasil merampas kerajaan dengan bantuan
sejumlah bangsawan dan tokoh agama. Perebutan kekuasaan tersebut tentu membuat
perpecahan di Andalusia dan membuat stabilitas politik menjadi kacau. Selain aspek politik
yang kacau balau, aspek sosial pun terbagi dalam beberapa strata sosial seperti golongan
bangsawan (pangeran bangsa Goth), golongan rohaniawan (tokoh agama), golongan kaum
rendahan (petani dan budak), Kaum Yahudi. Kondisi agama pun tidak kalah kacau. Ketika itu
para tokoh gereja berkuasa secara sewenang- wenang. Bahkan mereka mampu mengeluarkan
undang-undang yang melarang setiap orang meragukan kesucian Gereja Katolik, sistem
keinjilan, penafsiran para pendeta, lukisan-lukisan gereja ataupun kurban-kurban yang
disakralkan. Hal ini membuat masyarakat tidak senang terhadap pemerintahan Goth yang
pada akhirnya Julian sebagai penguasa Goth di Septum meminta bantuan kepada kaum
Muslimin di Afrika Utara agar mereka diselamatkan dari kekejaman Roderic Hal ini
membuktikan bahwa Islam dalam menyebarluaskan ajarannya tidak dengan inisiatif sendiri,
namun penduduk Andalusia yang menginginkan Islam datang ke negerinya.

Setelah melakukan beberapa persiapan dalam rangka memasuki wilayah Eropa,


akhirnya Thariq Bin Ziyad berangkat ke Andalusia dengan pasukan tujuh ribu tentara melalui
Selat Gibraltar. Dia kemudian menduduki gunung yang mengabadikan namanya yakni Jabal
Thariq (gunung Thariq). Gunung Thariq merupakan tempat penting pertama yang harus di
duduki, mengingat tempat itu adalah gerbang bagi Thariq untuk memasuki wilayah
Andalusia. Di sana Dia melawan pasukan Cordoba, namun pasukan Cordoba mengalami
kekalahan. Dia pun menjadikan tempat itu sebagai pangkalan tentara kaum Muslimin.

Ketika kaum Muslimin sedang berjihad melawan Bangsa Goth ternyata raja Roderic
tidak berada di tempat. Raja Roderic hanya mengamanahkan pemerintahan untuk sementara
waktu kepada Theudimer, salah satu kepala daerahnya. Hal tersebut membuat kekuatan
Bangsa Goth melemah dan sangat menguntungkan bagi kaum Muslimin. Ketika itu Raja
Roderic sibuk dengan para revolusioner orang-orang Bosque di wilayah utara. Mendengar
kekalahan Bangsa Goth, raja Roderic kembali ke istana dan memimpin tujuh puluh ribu
pasukan atau seratus ribu pasukan guna melawan kaum Muslimin. Sementara kaum Muslimin
sendiri menerima bantuan pasukan sebanyak lima ribu pasukan yang berarti bahwa pasukan
kaum Muslimin berjumlah dua belas ribu pasukan. yang mayoritas orang-orang Berber.
Akhirnya pada tanggal 19 Juli 711 M./ 92 H. pasukan Thariq bertempur melawan pasukan
Roderic pada Perang Syidzunah di mulut sungai Barbate, sebagian referensi mengatakan
Lembah Lakka. Pertempuran ini berakhir dengan kekalahan Bangsa Gothic. Raja Roderic
sendiri tidak diketahui ke mana Dia menghilang karena mayatnya tidak ditemukan. Ada yang
mengatakan Dia tenggelam dan ada pula yang mengatakan Dia mati terbunuh. Setelah raja
Roderic kalah, Thariq Bin Ziyad akhirnya bergerak menuju wilayah utara Andalusia menuju
Toledo, ibu kota Gothic. Di Toledo, Dia berhasil meraih.

kemenangan. Begitu pula dengan kota Ecija setelah itu. Di kota tersebut sisa-sisa
pasukan Goth sepakat berdamai dengan jalan membayar jizyah.20 Selain itu, penaklukan-
penaklukan kota yang lain pun seperti Granada, Cordova, Alborea, Malaga dan lain-lain
berjalan dengan lancar selama 3,5 tahun (92-95 H./ 711-714 M.). yang bahkan ditangani
sendiri oleh Musa Bin Nushair bersama Thariq. Dengan demikian, Andalusia di daratan
Eropa telah terintegrasi dalam kekuasan Islam.

Pada masa akhir pemerintahan Daulah Umayyah di Damaskus terjadi konflik. Hal ini
terjadi akibat khalifah-khalifah yang berkuasa sepeninggal Hisyam Bin Abdul Malik sangat
lemah dan bermoral buruk. Hal ini menimbulkan pemberontakan sekaligus menjadi waktu
yang tepat bagi Bani Abbas untuk mengambil alih pemerintahan. Khalifah terakhir Daulah
Umayyah Marwan Bin Muhammad melarikan diri ke Mesir dan ditangkap serta dibunuh.
Meskipun demikian, tidak semua keluarga Umayyah terbunuh. Di antara mereka yang tidak
terbunuh adalah Abdu al-Rahman Bin Muawiyah, cucu dari Hisyam Bin Abdul Malik. Dia
melarikan diri dan menyeberangi sungai Eufrat dan berhasil sampai di sana kecuali adiknya
Hisyam yang kembali karena tidak sanggup lagi berenang. Setelah itu, pemerintahan Daulah
Umayyah Di Andalusia di mulai. Daulah ini adalah daualah yang pertama kali memisahkan
diri dari kekuasaan Bani Abbas di Baghdad sekaligus merupakan tandingan Daulah
Abbasiyah.

Islam di Andalusia Sebelum Berdirinya Daulah Umayyah II


Andalusia Merupakan bagian dari Eropa. Andalusia pertama kali dipanggil dengan
sebutan Iberia, yaitu nama dari bangsa pertama yang menempati daerah tersebut. kemudian
dikenal dengan sebutan nama Asbania, yaitu ketika bangsa Romawi menguasai daerah Iberia
pada abad kedua Masehi. Setelah kedudukan dari bangsa Romawi, Andalusia diduduki oleh
bangsa Vandal, sehingga daerah ini dinamakan bangsa Vandalusia. Setelah itu Andalusia
diduduki oleh bangsa muslim dan menyebutnya dengan Andalus, yaitu berasal dari kata
Vandalisia yang kemudian pengucapan oleh lidah orang Arab Andalus.
Penaklukan Andalusia oleh Islam (Daulah Umayyah) terdorong karena Afrika Utara
dan Andalusia hanya dipisahkan oleh Selat Gibraltar (Jabal Thariq). Pada masa pemerintahan
Khalid bin Abdul Malik seluruh Afrika Utara merupakan kekuasaan Daulah Umayyah.
Andalusia berbatasan dengan Afrika Utara di sebelah Utara, Perancis di sebelah Timur, Laut
Eropa di sebelah Barat, dan Asturia di sebelah Selatan.
Sebagaimana telah di jelaskan di latar belakang masalah, Andalusia di kuasai Islam
pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik (705-715 M), salah satu khalifah Daulah
Umayyah di Damaskus. Andalusia yang telah di taklukan oleh Daulah Umayyah, diperintah
oleh para wali yang diangkat oleh khalifah Daulah Umayyah di Damaskus. Pada masuknya
Islam di Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik
dari luar maupun dari dalam. Gangguan dari dalam antara lain perselisihan di antara elite
penguasa, terutama perbedaaan etnis dan golongan. Perselisihan antara penguasa,
mengakibatkan terjadinya dua puluh kali pergantian wali dalam waktu yang amat singkat.
Perbedaan pandangan politik tersebut mengakibatkan sering terjadinya perang saudara.
Perbedaan etnik sering menimbulkan politik, ketika tidak ada figur yang tangguh. Oleh
karena itu, tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka
waktu yang lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Andalusia yang bertempat
tinggal di pegunungan, yang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini
terus memperkuat diri, sehingga mereka dapat mengusir Islam. Kekuatan Kristen Eropa yang
melampaui Islam, sehingga memperlemah kondisi kekuasaan Islam di Andalusia. Perebutan
kekuasaan internal penguasa muslim menambah kekacauan Andalusia. Seringnya terjadi
konflik internal menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode Islam belum memasuki
kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Kekacauan ini berakhir ketika
datangnya Abd Rahman I bin Mu’awiyah ke Andalusia pada tahun 755 M.
Sejarah Daulah Umayyah di Andalusia
Pada tahun 750 Daulah Abbasiyah meraih kekuasaan dengan ditandai pembantaian
massal terhadap anggota keluarga Umayyah. Meski demikian, ada segelintir orang yang luput
dari pembantaian, salah satunya Abdurrahman bin Mu’awiyah, cucu Hisyam, khalifah
kesepuluh Daulah Umayyah di Damaskus. Pelarian dirinya didampingi oleh ajudannya
bernama Baddar. Abdurrahman masih berusia 22 tahun pada saat ia melarikan diri dari
kecaman Daulah Abbasiyah. Ia memasuki Mesir, Barca (Libya), dan Afrika Utara. Ia
berjuang kurang lebih selama enam tahun, Abdurrahman memasuki Andalusia. Ia mendapat
dukungan dan bantuan dari suku Yamani. Akhirnya ia berhasil merebut kekuasaan dari suku
Mudhari. Ia dijuluki Abdurrahman al-Dakhil (Abdurrahman yang masuk ke Andalusia). Ia
dijuluki al-Dakhil karena ia merupakan pangeran Daulah Umayyah pertama yang memasuki
wilayah Andalusia.
Pada tahun 756, ia menyingkirkan Yusuf bin Abd al-Rahman al-Fihri, Gubernur
Andalusia yang tunduk kepada pemerintahan Abbasiyah. Pada tahun 757, ia mulai
menghapuskan nama khalifah Abbasiyah dari khotbah-khotbah Jumat yang biasa dilakukan
oleh gubernur sebelumnya, serta memproklamasikan wilayah itu lepas dari kekuasaan Daulah
Abbasiyah. Al-Dakhil menyebut dirinya hanya sebagai Amir, karena menurutnya
kekhalifahan itu satu dan tidak dapat dibagi.
Al-Dakhil berhasil meletakkan sandi dasar yang kokoh bagi tegaknya Daulah
Umayyah di Andalusia (Daulah Umayyah II). Selama 32 tahun masa kekuasaannya, ia
mampu mengatasi berbagai ancaman dari dalam maupun dari luar. Gelar amir dipertahankan
sampai dengan khalifah kedelapan, Abdurrahman III (912-961 M).
Dinasti Umayyah di Andalusia berkuasa dari 756-1031 M banyak capaian atau
kemajuan yang banyak menginspirasi peradaban Eropa untuk keluar dari zaman kegelapan,
terutama ketika dijabat oleh Abdurrahman I, Abdurrahman III, Hakam II, dan Al-Hajib al-
Mansur Billa atau Muhammad II. Dinasti Umayyah di Andalusia berkuasa selama 275 tahun
dengan 16 khalifah sebagai pemimpinnya.
Andalusia mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik
maupun dalam bidang peradaban. Ad-Dakhil mendirikan sekolah dan di kota besar
Andalusia. Pada masa pemerintahan Hisyam amir kedua berjasa menegakkan hukum Islam.
Pada masa Abdurrahman al-Aushat pecinta ilmu pengetahuan, dan munculnya pemikiran
filsafat.
Pada masa pemerintahan Abdurrahaman III yang bergelar al-Nashir (912-961M)
dilakukan perubahan untuk panggilan raja dipemerintahan, yang awalnya disebut dengan
Amir diubah menjadi Khalifah. Pada masa pemerintahannya bergelar khalifah. Pada masa al-
Nashir inilah Daulah Umayyah II mencapai puncak kejayaan dan tetap dipertahankan pada
masa kepemimpinan Hakam II (961-976 M).
Pada masa pemerintahan Abdurrahaman III, ia meredam pemberontakan Umar bin
Hafsun. Pada tahun 917 M, ia menguasai Tolox, sebagai pusat kekuataan kubu Ibn Hafsun.
Hakam II (961-976 M) naik tahta menggantikan al-Nashir. Ia unggul sebagai seorang
penguasa sekaligus ilmuwan. Di perpustakaan pribadinya, ia memiliki naskah, dan ia paham
terhadap buku yang dikoleksinya. Periode ini puncak kejayaan intelektual. Ilmuwan dari
seluruh dunia berkumpul di Cordova. Periode ini rakyat bebas dari buta huruf. Pada masa
Hakam II telah ada dewan guru besar yang bertempat di Universitas Cordova.
Setelah Hakam II wafat, puteranya menggantikan kepemimpinannya yang berusia 10
tahun, ia dinobatkan sebagai khalifah. Oleh karena itu, kekuasaan aktual berada di tangan
para pejabat. Pada tahun 981 M, khalifah menunjuk Ibn Abi ‘Amir sebagai pemegang
kekuasaan yang mutlak. Ia seorang yang ambisius yang berhasil mencampakan kekuasaannya
dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-
saingannya. Atas keberhasilannya ia mendapat gelar al-Mansur Billah. Ia wafat 1002 M dan
digantikan putranya al-Muzaffar (1003-1009M) yang masih unggul dalam mempertahankan
keunggulan. Akan tetapi, setelah wafatnya 1009 ia digantikan oleh adiknya Abdurrahman bin
Muhammad (1009M), terjadi kemelut di dalam negeri yang menghantarkan kedaulatan
Umayyah II kehancuran.
Kehancuran mulai melanda ketika pemuka Daulah Umayyah II memecat al-
Mu’ayyad dan menggantikannya dengan Abdurrahman bin Muhammad. Setelah wafatnya
Abdurrahman bin Muhammad, kursi khalifah menjadi perebutan. Pergantian khalifah
sebanyak 14 kali selama 22 tahun, umumnya melalui kudeta, dan lima orang.1
Khalifah-khalifah pada Masa Daulah Umayyah di Andalusia
Abd Rahman I bin Mu’awiyyah (758-788 M)
Abd Rahman adalah keturunan dari Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan bin Hakam
khalifah ke 10 Dualah Umayyah di Damaskus. Abd Rahman mendapatkan gelar ad-
Dakhil ( yang masuk ke daratan Andalusia). Abd Rahman memerintah Andalusia
selama tiga puluh tiga tahun. Pada saat Abd Rahman menetap di Cordova, di sana ia
membangun istana dan masjid. Ia melarang propaganda bagi kepentingan kaum
Abbasi di seluruh wilayah Andalusia. Di sana ia membangun kerajaan besar dan
kembali menghidupkan jejak kekhalifahan. Al-Dakhil, tidak membedakan suku
bangsa dan agama. Ia merupakan sahabat, namun di pihak yang lain ia merupakan
seorang lawan yang gagah dan berani di hadapan musuh-musuhnya. Selain sebagai
Amir ia juga menjadi seorang Imam Masjid yang Tawadlu’. Ia lebih berkenan
mendapatkan gelar sebagai Amir, dari pada Khalifah sekalipun sudah independen.
Ad-Dakhil juga bertindak sebagai hakim agung.
Hisyam 1 bin Abd Rahman (788-796 M)
Pada masa pemerintahan Hisyam 1, ia adil dan perhatian kepada kaum muslimin.
Hisyam adalah orang bertaqwa dan saleh. Masa pemerintahannya dihabiskan untuk
mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan. Kota Cordova diperindah dengan gedunggedung
megah dan taman-taman hijau. Ia juga memperbarui bangun yang sudah ada.
Al Hakam 1 bin Hisyam (786-822 M)
Pada masa pemerintahan Hakam berbeda dengan pemerintahan ayahnya Hisyam 1.
Politik yang ditempuhnya mengurangi pengaruh dari ahli fiqh dalam urusan agama. Hisyam
merupakan orang pertama yang mengangkat tentara bergaji di Andalusia dan mengumpulkan
senjata.
Abdurrahman II bin al- Hakam 1 (822-852 M)

1
Itsnawati Nurrohmah Saputri, Daulah Umayyah Di Andalusia Dan Hasil Budayanya, Vol. 4, No. 2, Jurnal
SejarahPeradaban Islam, 2021.
Abdurrahman II diberi gelar al-Ausat (yang tengah-tengah). Pada masa
pemerintahannya teristimewa karena masa tenang, kas negara melimpah, pembangunan
istana dan tempat rekreasi. Pada masa pemerintahannya tercipta saluran air dari gunung ke
Cordova, pembangunan masjid, pembangunan jalan-jalan. Ia juga melakukan renovasi
terhadap bangunan sebelumnya. Abdurrahman II adalah ponolg ilmu dan sastra serta seni. Ia
sangat menyukai ilmu falak dan astrologi.
Muhammad bin Abdurrahman II (852-886 M)
Ia terkenal sebagai pendamai antara mazhab Maliki dan Hambali. Mazhab Hambali
dianggap baru di Andalusia. Ia beranggapan apabila ada pertentangan di umat Islam maka
akan menguntungkan umat Kristen. Oleh karena itu, ia mengajak sesama muslim untuk
berdamai dan bersatu menghadapi kekuatan Kristen.
Al-Mundir (886-888 M)
Al-Mundir pada tahun 886 M naik menjabat penguasa tertinggi di Andalusia
menggantikan ayahnya Muhammad I, dan ia merupakan khalifah keenam dalam sejarah
daulah Umayyah di Andalusia. Ia mewarisi suasana yang masih kacau di dalam dua tahun
pemerintahannya. Adanya pemberontakan oleh Ghalib ibn Omar. Terjadinya pemberontakan
di Barbastro.
Abdullah (888-912 M)
Ia menggantikan saudaranya al-Mundir. Ia memerintah selama duapuluhlima tahun.
Di pemerintahannya terjadi beberapa pemberontakan, pemberontakan dari Muhammad ibn
Taquete, pemberontakan Ibn Mirwan al-Galiki, Dinasti Aghlabites.
Abdurahman III (912-961 M)
Kebudayaan Islam di Andalusia semakin berkembang pada masa pemerintahan
Abdurrahman III. Abdurrahman III mengubah bentuk kekuasaannya dari Amir menjadi
khalifah. Ada tiga faktor yang melatarbelakangi tindakannya tersebut: a) kekhalifahan
Abbasiyah sejak meninggalnya Khalifah al-Mutawakkil sudah lemah karena khalifah sudah
bersifat semaunya, b) Daulah Fatimiyyah yang berhasil menumbangkan Dinasti Aghlabiyah
di Afrika, dan telah membebaskan diri dari kekuasaan pusat Baghdad serta menyebut para
pejabatnya sebagai khalifah, c) Daulah Fatimiyah telah sepenuhnya menguasai wilayah
Afrika Utara.
Al-Hakam II (961-976 M)
Al-Hakam II menduduki kursi kekhalifahan pada bulan Ramadhan, ketika itu ia
berusia 45 tahun. Ia di tunjuk ayahnya Abdurrahman III sebagai calon penggantinya. Ia
adalah tokoh yang cintai damai, disamping itu ia diberi gelar Khalifah cendekiawan.
Keterlibatan dan keasyikan al-Hakam dengan dunia ilmu pengetahuan tidak mengendorkan
perhatiannya kepada masalah politik, baik dalam maupun luar negeri. Segalanya dapat ia
kendalikan karena ia pandai dalam memilih pembantunya. Kepercayaannya terhadap
pembantunya, mengakibatkan akibat fatal di pemimpin selanjutnya.
Hisyam II (976-1000 M)
Khalifah Hisyam II diangkat menjadi khalifah pada usia 10 tahun. Usia yang masih
kanak-kanak maka jabatan, bagi pelaksanaan pemerintahan umum dijabat oleh emir
Mughairah ibn Abdurrahman, saudara khalifah Hakam II . Setelah khalifah Hisyam II terjadi
kemelut dalam kekuasaan sehingga sering terjadinya pergantian penguasa. 2
Kemajuan Peradaban Islam Daulah Umayyah di Andalusia
Kemajuan Islam di Spanyol sangat menonjol dalam berbagai bidang, baik dalam
bidang intelektual yang menyebabkan kebangkitan Eropa saat ini, bidangkebudayaan dalam
hal ini bangunan fisik atau arsitektur, maupun bidang-bidang lainnya. Puncak kemajuan
peradaban Islam di Spanyol berdampak bagi kemajuan peradaban Eropa.
1. Perkembangan Ekonomi Perkembangan baru spanyol juga didukung oleh
kemakmuran ekonomi pada abad Ke-9 dan abad ke-10. Perkenalan dengan pertanian irigasi
yang didasarkan pada polapola negeri Timur mengantarkan pada pembudidayaan sejumlah
tanaman pertanian yang dapat diperjual-belikan, meliputi buah ceri, apel, buah delima, pohon
ara, buah kurma, tebu, pisang, kapas, rami dan sutera. Beberapa kota seperti seville dan
Cordova Mengalami kemakmuran lantaran melimpahnya produksi pertanian dan
perdagangan internasional (Alibas & Khotimah, 2013).
2. Kemajuan Intelektual dan Ilmu Agama
a. Filsafat
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan, yakni selama
Pemerintahan Bani Umayah yang ke-5, Muh{ammad Ibn ‘Abd ArRahman (832-886). Kajian
filsafat ini dilanjutkan oleh penguasa selanjutnya, yakni Al-Hakam (961-976 M).Tokoh-
tokoh filsafat yang lahir pada masa itu, antara lain Abu Bakar Muhammad Ibn As-Sayiq yang
lebih dikenal dengan Ibn Bajah. Melalui pemikirannya, Ibn Bajah sering mengembangkan
berbagai permasalahan yang bersifat etis dan eskatologis. Filosof selanjutnya adalah Abu
Bakar Ibn Tufail, Melalui berbagai karyanya, ia banyak menulis masalah kedokteran,
astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal berjudul Hay Ibn Yaqzan. Para filosof
lainnya adalah Ibn Maimun, Ibn Arabi, Sulaiman Ibn Yahya, juga Ibn Rusyd yang juga

2
Ibid, h. 153
dikenal ahli Fiqh. 3
b. Sejarah
Dalam bidang sejarah, Spanyol Islam telah melahirkan banyak penulis sejarah
terkenal, di antaranya Zubair dari Valancia yang menulis sejarah tentang negeri-negeri 86
muslim di Mediterania serta Sisilia. Tokoh lainnya, Ibn Al-Khatib yang menulis sejarah
tentang Granada dan Ibn Khaldun yang merupakan seorang perumus filsafat sejarah. Karya
besar lainnya yang ditulis oleh sejarawan Spanyol Islam adalah tarikh Iftita AlAndalus yang
ditulis olehIbn Qutyah, dia lahir dan dibesarkan di Cordoba, wafat pada tahun 977 M. Selain
itu, karya besar lainnya ditulis oleh Ibn Hayyan yang berjudul AlMuqrabis fi Tarikh Ar-Rizal
Al-Andalus11 .
c. Sains
Sains yang berkembang di Andalusia pada masa itu banyak sekali, diantaranya Ilmu
Kedokteran, Farmasi, Kimia, Fisika, Pertanian, dan lainlain. Diantara para ilmuan yang
terkenal dalam bidang ilmu Kimia dan Astronomi adalah Abbas ibn Farnas. Ia adalah orang
pertama yang menemukan pembuatan kaca dan batu, tokoh lain yaitu ibn Yahya An-Naqosh.
Ilmuwan yang terkenal dalam bidang botani dan farmasi di Spanyol, bahkan di seluruh dunia
Islam, adalah Abdullah ibn Muhammad Al-Baytar yang lahir di Malaga. Di antara karyanya
adalah Al-Mughni fi al-Adwiyah al-Mufradah tentang pengobatan dan al-Jami‘ fi al-Adwiyah
al-Mufradah yang merupakan catatan mengenai obat-obatan dari binatang, sayuran dan
mineral (Hitti, 2010). Ibn Al-Khatib (1313-1374 M) adalah dokter ternama di Granada. Dia
telah pernah mengarang sebuah buku tentang penyakit menular dan epidemia. Pada saat itu
Al-Khatib muncul di antara dokter-dokter di Eropa, dia menerangkan dengan baik tentang
bentuk dan penyebab penyakit epidemia(Merduati, 2007).
d. Bahasa Sastra dan Musik Pada masa Islam di Spanyol banyak yang ahli dan mahir
dalam bahasa Arab, tokoh-tokoh dalam bidang bahasa diantaranya, Ibn Sayyidi, Ibn Malik
yang mengarang Alfiyah (tata bahasa Arab), Ibn Huruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu
al-Hasan ibn ´Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnati. Dibidang sastra tersohor nama Ibn Abd
Rabbih dengan karyanya al Iqd al-Farid, Ibn Bassam dengan karyanya al-Dhakhira fi
Mahasin ahl al-Jazira, dan al-Fath ibn Khaqan dengan karyanya Kitab al-Qalaid. Dalam
bidang musik dan kesenian, indikasi kemajuannya adalah berdirinya sekolah musik di
Cordova oleh Al-Hasan ibn Nafi (Zaryab) seorang artis dan pencipta lagu di zamannya.
e. Fiqih
Dalam bidang fiqih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang
3
Supriyadi,D. Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia,3008), h. 37
memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan
selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi (Hakim) pada masa Hisham ibn
Abd Al-Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya di antaranya adalah Abu Bakr Ibn Al-Qutiyah,
Munzir ibn Said Al-Baluti dan Ibn Hazm yang terkenal.
3. Kemajuan di Bidang Arsitektur Bangunan Kemegahan bangunan fisik Islam
Spanyol sangat maju, dan mendapat perhatian umat dan penguasa. Umumnya bangunan-
bangunan di Andalusia memiliki nilai arsitektur yang tinggi. Jalan-jalan sebagai alat
transportasi dibangun, pasar-pasar dibangun untuk membangun ekonomi. Demikian pula,
irigasi, jembatan-jembatan, saluran air, dan lain-lain. Pembangunan fisik yang aling menonjol
adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman,
dan taman-taman.Di antara Pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota Al-
Zahra, Istana Ja‘fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun, Masjid Seville, dan
Istana Al-Hamra di Granada.
a. Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil oleh banj
umayyah. Oleh penguasa Muslim kota ini dibangun dan diperindah. Di antara Kebanggaan
kota Cordova. Menurut Ibn Al-Dala‘i, terdapat 491 masjid di sana. Selain Itu, ciri khusus
kota-kota Islam adalah adanya tempattempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar
900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air
sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang
panjangnya 80 km . 4
b. Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul
sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Islam diambil alih oleh Granada di masa-
masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di
seluruh Eropa. Istana Al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian
arsitektur Spanyol Islam.
c. Sevilla Kota Sevilla dibangun pada masa pemerintahan Al-Muwahidin. Sevilla
pernah menjadi ibu kota uang indah bersejarah. Semula kota ini adalah rawarawa. Pada masa
Romawi kota ini bernama Romula Agusta, kemudian diubah menjadi Asyibiliyah (Sevilla).
Salah satu bangunan masjid yang didirikan pada tahun 1171 pada masa pemerintahan Sultan
Yusuf Abu Ya’kub, kini telah berubah dari masjid menjadi gereja dengan nama Santa Maria
de la Sede. Kota Sevilla jatuh ke tangan Raja Ferdinand pada tahun 1248 M (Amin, 2014). d.
4
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada,2008), h. 19
Toledo Toledo merupakan kota penting di Andalusia sebelum dikuasai Islam. Ketika Romawi
menguasai kota Toledo, kota ini dijadikan ibukota kerajaaan. Dan ketika Thariq Bin Ziyad
menguasai Toledo tahun 712 M, kota ini dijadikan pusat kegiatan umat Islam, terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan dan penerjemahan. Toledo jatuh dari tangan umat Islam
direbut oleh Raja Alfonso VI dari Castilia. Beberapa peninggalam bangunan masjid di
Toledo kini dijadikan gereja oleh umat Kristen.5
Kemunduran dan Kehancuran Kekuasaan Daulah Umayyah di Andalusi
Dalam masa kekuasaan Islam di Spanyol yang begitu lama tentu memberikan catatan besar
dalam mengembangkan dan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi peradaban
dunia. Namun, sejarah panjang yang telah diukir kaum muslim menuai kemunduran dan
kehancuran. Adapun menurut Badri Yatim, kemunduran dan kehancuran disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain:
1. Konflik Islam dengan Kristen
Keadaan ini berawal dari kurang maksimalnya para penguasa muslim di Andalusia
dalam melakukan proses Islamisasi. Hal ini mulai terlihat ketika masa kekuasaan setelah
al-Hakam II yang dinilai tidak secakap dari khalifah sebelumnya. Bagi para penguasa,
hanya mewajibkan membayar upeti saja, Mereka membiarkan umat Kristen menganut
agamanya dan menjalankan hukum adat dan tradisi kristen, asal tidak ada perlawanan.
Namun, kehadiran Arab Islam tetap dianggap sebagai penjajah sehingga malah
memperkuat nasionalisme masyarakat Spanyol Kristen. Hal ini menjadi salah satu
penyebab kehidupan.
negara Islam di Andalusia tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan
Kristen. Akhirnya pada abad ke-11, umat Islam Andalusia mengalami kemunduran,
sedang umat Kristen memperoleh kemajuan pesat dalam bidang IPTEK dan strategi
perang.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu Hal ini terjadi hingga abad ke-10 atas perlakuan
para penguasa muslim sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah terhadap para
mukalaf yang berasal dari umat setempat. Mereka diperlakukan tidak sama seperti
tempattempat daerah taklukan Islam lainnya. Kenyataan ini ditandai dengan masih
diberlakukannya istilah ibad dan muwalladun, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
Akhirnya kelompok-kelompok etnis non-Arab terutama etnis Salvia dan Barbar, sering
menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini menimbulkan dampak besar bagi
perkembangan sosio-ekonomi di Andalusia. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
5
Hasjmi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1995), h. 203
ideologi pemersatu yang mengikat kebangsaan mereka. Bahkan banyak diantara mereka
yang berusaha menghidupkan kembali fanatisme kesukuan guna mengalahkan Bani
Umayyah.6
3. Kesulitan Ekonomi Dalam catatan sejarah, pada paruh kedua masa Islam di
Andalusia, para penguasa begitu aktif mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban
Islam, sehingga mengabaikan pengembangan perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan
ekonomi yang memberatkan dan berpengaruh bagi perkembangan politik dan militer.
Kenyataan ini diperparah lagi dengan datangnya musim paceklik dan membuat para
petani tidak mampu membayar pajak. Selain itu, penggunaan keuangan negara tidak
terkendali oleh para penguasa muslim.
4. Tidak jelasnya Sistem Peralihan kekuasaan Kekuasaan merupakan hal yang
menjadi perebutan diantara ahli waris. Karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh
dan Al-mulukut Tawaif muncul.
5. Keterpencilan Spanyol Islam seperti negeri terpencil dari dunia Islam yang lain dan
selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Oleh karena
itu, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.
MASA KEPEMIMPINAN ABDURRAHMAN AN-NASHIR
Kebijakan Politik Abdurrahman An-Nashir Berdirinya pemerintahan Umayyah dalam
bentuk kekhilafahan yang dipimpin oleh seorang khalifah membawa banyak perubahan bagi
Andalusia. Dalam menjalankan roda pemerintahannya Abdurrahman An-Nashir melakukan
kebijakan-kebijakan di berbagai bidang.

a. Bidang Politik
Sosok Abdurrahman An-Nashir menjadi populer dan terkenal diseluruh dunia.
Banyak kerajaan-kerajaan yang mencari perlindungan darinya dengan cara mengikatkan
sebuah perjanjian dengan An-Nashir dan membayarkan upeti atau Jizyah kepadanya.
Dari berbagai belahan Eropa; seperti Jerman, Italia, Perancis, dan Inggris mengirimkan
duta-duta besar untuk meminta belas kasihan darinya. Bahkan, dari ujung Eropa Timur
yang sangat jauh, mereka datang meminta perdamaian dan mengirimkan hadiah untuk
An-Nashir. Salah satu hadiah yang terkenal adalah sebuah mutiara yang sangat besar dan
berharga, yang kemudian di letakkan oleh An-Nashir di tengah istana yang terletak di
Az-Zahra.

6
Merduati,Runtuhnya Kekuasaan Islam di Spanyol dan Implikasi Terhadap Umat Islam di Eropa, (Banda Aceh:
Ar-Raniry Press, 2007), h. 16
Keputusan untuk membuat pertahanan nasional adalah salah satu rancangan dari An-
Nashir dalam mengamankan kekuasaannya, yang mencerminkan salah satu masalah yang
abadi yang dihadapi setiap lapisan masyarakat sukses dari masa ke masa. Di bawah
tangan An-Nashir, tren dan kebijakan yang telah dimulai dengan prajurit saqalabi Elang
difinalisasi dengan penciptaan suatu bentuk lembaga militer profesional berbayaran
tinggi yang didominasi oleh orang-orang Berber, Afrika, dan Slav yang dipasok dari
peperangan tanpa henti di Eropa timur.

Dari catatan Ibnu Hayyan, yang tidak diragukan lagi wawasannya tentang abad
kesepuluh yang dikutip oleh David mengatakan bahwa Ia (Ibnu hayyan) sangat berjasa
kepada kekhalifahan baru mewakili kontribusi untuk kaum Yahudi terpelajar bagi
transmisi pengetahuan ke semesta yang gelap dan tertutup secara intelektual di luar
Andalusia. Ibnu Hayyanlah yang merupakan wakil dari AnNashir di Barcelona pada
tahun 939 atau 940.

Wilayah Barcelona ini merupakan wilayah yang tertanam dalam Spanish March
Charlemagne pada tahun 801, setelah dua tahun diadakan pengepungan ketat oleh Louis
yang Saleh. Sejak saat itu kota dan wilayah tersebut sebagian besar tetap berada di luar
orbit Andalusia yang lama, sembari menjaga otonomi yang sehat dari kerajaan Prancis.
Dengan adanya negosiasi perjanjian dari Duta Besar Hasdai ibn Ishaq dengan putra
Wilfrid "yang berbulu", pendiri dinasti kaum Frank dari para count di Barcelona. Hasdai
menghimbau untuk segenap bangsawan Barcelona agar tunduk dan mematuhi An-Nashir
Li Dinillah, dan untuk berdamai dengannya.

Dari perjanjian yang dilakukan oleh Hasdai dengan count Barcelona menjamin
kebebasan rakyatnya " untuk terlibat dalam perdagangan di manapun mereka
menginginkannya " di Andalusia, dengan syarat bahwa mereka " menghentikan bantuan dan
persahabatan dengan semua orang Kristen yang tidak berdamai dengan An-Nashir Li
Dinillah. Kesempatan ini sangat signifikan bagi An-Nashir, sehingga banyak para pembesar
Kristen dari wilayah yang agak jauh datang untuk melakukan perdamaian. Semisal count dari
Arles yang datang meminta jaminan keamanan untuk para pedagang dari negerinya "untuk
melakukan bisnis di Andalusia". Dan menurut Ibnu Hayyan, "sekelompok mereka menyetujui
ini". Dan sejak saat itu, berkat negosiasi dari Hasdai ibn Ishaq, keuntungan meningkat
karenanya.
Namun, keuntungan itu adalah hasil dari adanya hubungan yang meningkat antara
para count Barcelona dan rezim Andalusia tidak hanya bidang komersial. Neraca untuk
pengetahuan juga sangat signifikan. Barcelona merasa cukup Katolik untuk para paus namun
belum ada komitmen pembatas untuk menjaga Barat. Katolik dari Muslim. Sebaliknya,
terutama setelah Barcelona melakukan perjanjian dengan Andalusia, Barcelona mulai
menjadi sebuah perhatian antara dua Eropa, Muslim dan Kristen.

Pada masa selanjutnya hubungan yang baik antara Andalusia dan negara-negara lain
juga digalangkan oleh pemerintahan Andalusia. Masyarakat muslimSpanyol disatukan oleh
sebuah perdagangan regional dan internasional yang sangat berkembang pesat. Hubungan
perdagangan antara Andalusia dan Maroko misalnya, terjalin dengan baik. Maroko
mengimpor kayu, tawas, logam putih, dan pakaian. Juga sebaliknya, Andalusia mengekspor
pakaian dan tembaga ke Maroko. Andalusia juga menjalin hubungan dengan Mesir dan
Tunisia yang merupakan jembatan untuk tujuan Mesir.7
KESIMPULAN
Bani Umayyah di Andalusia telah berkuasa selama tujuh setengah abad, sejarah
panjang Bani Umayyah di Andalusia tersebut dibagi dalam enam periode, dimulai dari
Periode pertama (711-755 M) dan berakhir pada Periode keenam (1248-1492 M).
Adapun amir-amir Bani Umayyah yang memerintah di Andalusia (Spanyol) yaitu:
Abdurrahman ad-Dakhil (Abdurrahman I), tahun 756-788 M, Hisyam bin Abdurrahman
(Hisyam I), tahun 788-796 M, Al-Hakam bin Hisyam (al-Hakam I), tahun 796-822 M,
Abdurrahman al-Ausat (Abdurrahman II), tahun 822-852 M, Muhammad bin Abdurrahman
(Muhammad I), tahun 852-886 M, Munzir bin Muhammad, tahun 886-888 M, Abdullah bin
Muhammad, tahun 888-912 M, Abdurrahman an-Nasir (Abdurrahman III), tahun 912-961 M,
Hakam al-Muntasir (al-Hakam II), tahun 961-976 M, Hisyam II, tahun 976-1009 M,
Muhammad II, tahun 1009-1010 M, Sulaiman, tahun 1013-1016 M, Abdurrahman IV, tahun
1016-1018 M, Abdurrahman V, tahun 1018-1023 M, Muhammad III, tahun 1023-1025 M,
Hisyam III, tahun 1027-1031 M.
Kemajuan Bani Umayyah di Andalusia sangat menonjol dalam berbagai bidang, baik
dalam bidang Ekonomi, intelektual yang menyebabkan kebangkitan Eropa saat ini, bidang
kebudayaan dalam hal ini bangunan fisik atau arsitektur, maupun bidang-bidang lainnya.

7
Arip Septialona, Perkembangan Islam Di Andalusia Pada Masa Abdurrahman,Jurnal Tamadun,Vol.4,No.
1,2016,H.58
Penyebab kemunduran dan kehancuran konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya
ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan
Keterpencilan.

Anda mungkin juga menyukai