Anda di halaman 1dari 4

Abdurrahman ad-Dakhil (Orang yang memasuki).

 Abdurhaman bin Muawiyyah


juga dikenal dengan Al-Awwal .Adalah peletak dasar bagi berdirinya Dinasti Bani
Umayyah di Spanyol berkuasa 33 tahun 4,5 bulan(138-172 Hijiriyah )dan
Keemiran Bani Umayyah Andalusia berkuasa
selama 90 tahun. Pada tahun 750 Masehi/123 Hijiriyah ketika Dinasti
Abbasiyah melakukan pembunuhan terhadap keluarga Bani Umayyah, dia berhasil
melarikan diri. Ad Dakhil mengembara selama lima tahun
melalui Palestina, Mesir, Afrika Utara, dan akhirnya berakhir di Spanyol. Berkali-
kali ia terkepung oleh tentara dari Bani Abbas.
Di mampu menguasai Spanyol setelah mengalahkan Yusuf al-
Fihri, gubernur Andalusia (nama Spanyol waktu dulu) saat itu.
Masa pemerintahannya dikenal oleh para ahli
sejarah dengan masa pembangunan besar-besaran. Dia membangun kota menjadi
lebih indah, membuat pipa air agar masyarakat ibu kota memperolah air bersih,
kemudian mendirikan tembok yang kuat di sekeliling kota Kordoba dan istana. Ad
Dakhil juga membuat taman yang dinamakan Al-Rusafah di
luar kawasan Kordoba, menjadikan Kordoba
sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan yang paling menarik di wilayah Eropa,
dan sebagai tandingan dari Baghdad yang berada di bagian Timur.
Kontribusi yang diberikan olehnya dalam bidang penulisan ilmu menarik orang-
orang untuk belajar ke istananya. Selain itu, Ad Dakhil juga mendirikan
beberapa universitas, di antaranya Universitas Cordova, Universitas
Toledo dan Universitas Sevilla, juga membangun masjid Kordoba yang megah
(yang pada tahun 1236 di jadikan gereja yang kini dikenal dengan nama La
Mazquita.
Abdurrahman Ad-Dakhil Melarikan Diri ke Spanyol Abdurrahman Ad-Dakhil
– Setelah berakhirnya pemerintahan khalifah Hisyam bin Abdul Malik, seperti
yang kita ketahui, bahwa khalifah penggantinya tidak mampu mengemban tugas
sebagai khalifah. Mereka lebih suka bermegah-megahan dan tidak mampu
mengatur negara. Namun, pada masa khalifah Marwan bin Muhammad menjadi
khalifah, beliau mencoba untuk memperbaiki keadaan, akan tetapi mengalami
kegagalan disebabkan semakin banyaknya pemberontakan yang terjadi. Setelah
mengalami kekalahan dari Bani Abbasiyah, Marwan mencoba menyelamatkan
dirinya dengan pergi ke Mesir, dan tahun 134 H ia terbunuh. Akan tetapi, terdapat
seorang keturunan bani Umayyah bernama Abdurrahman ad-Dakhil yang
melarikan diri ke Spanyol. Beliau ialah keturunan khalifah Hisyam. Sebelumnya
beliau menjadi pengembara melewati Palestina, Mesir, dan Afrika, kemudian
tahun 755 M Abdurrahman ad-Dakhil sampai di Spanyol dan mendapat sambutan
yang baik, beliau mendapatkan dukungan dari masyarakat. Abdurrahman Ad-
Dakhil Mendirikan Kembali Dinasti Umayyah Kemudian pada tahun 756 M, beliau
mendeklarasikan dirinya sebagai penguasa yang bergelar Amir serta menyatakan
merdeka dari kekuasaan Abbasiyah yang berpusat di Bagdad. Setelah keruntuhan
dinasti Umayyah di Syiria, di Spanyol Abdurrahman kembali mendirikan dinasti
Umayyah. Pemerintahan Umayyah berpusat di Cordova, Abdurrahman
mengantisipasi jika terdapat pemberontakan dari beberapa kepala suku.
Disebabkan terdapat banyak pihak yang ingin memperebutkan kekuasaannya
seperti orang Tahiriyah, orang Barbar, dan orang Yamaniyah. Dia berhasil
menumpas pemberontakan dari para kepala suku. Gubernur Sevilla yang
bekerjasama dengan Abu Sabah kepala suku Yamaniyah dipecat kemudian
berhasil dibunuh. Terdapat sekitar 20.000 orang kaum Yamaniyah yang berada di
Selatan berhasil dihancurkan dan dibunuh. Kemudian, terdapat pemberontakan
dari mantan gubernur Toledo bernama Hisyam bin Urwa akan tetapi berhasil
dikalahkan dan dibunuh. Kaum Barbar yang dipimpin oleh Syaqna juga
menyebabkan sebuah kerusuhan, namun ia dibunuh oleh pengikutnya sendiri.
Baca Juga  Strategi Dakwah Islamisasi Sunan Kalijaga Maka dengan berbagai
banyaknya pemberontakan yang mengalami kegagalan para kepala suku tersebut,
kemudian mereka meminta bantuan kepada Charles yang agung untuk dapat
mengusir Abdurrahman agar ia pergi dari Spanyol. Kekalahan Raja Charles atas
Abdurrahman Ad-Dakhil Sebuah gagasan tersebut pun akhirnya disambut baik
oleh Raja Charles dan kemudian ia membawa pasukan yang begitu besar melalui
pegunungan Pyrenee. Akan tetapi, Charles mengalami kegagalan dalam melawan
Abdurrahman karena ia begitu tangguh. Pada akhirnya, Raja Charles kembali ke
Eropa dengan tangan hampa tidak membawa kemenangan. Akan tetapi, ia
memberikan komando kepada ksatria yang bernama Rolan. Rolan ialah panglima
Kristen yang disegani di masa itu. Namun, Rolan terbunuh dalam pertempuran
tersebut. Dengan kemenangan-kemenangan yang telah diperoleh Abdurrahman
tersebut, menjadikan dirinya mampu memperkokoh wilayah kekuasaannya serta
mendapat kesempatan untuk membangun daulah Umayyah di Spanyol. Dia
memperhatikan bahwa wilayah Andalusia terdiri dari suku yang berbeda-beda
seperti suku Arab yang terdiri dari suku Yamaniyah, Tahiriyah, masyarakat non-
muslim, dan muslim Spanyol serta orang Barbar. Abdurrahman Ad-Dakhil
Membangun Pasukannya Maka dengan ini, Abdurrahman membangun pasukan
yang telah dilatih dan diatur dengan baik terdiri sekitar 40.000 pasukan tentara
Barbar, serta menciptakan pasukan angkatan laut yang kuat. Diciptakannya
pasukan yang terorganisir dan kuat tersebut, bertujuan untuk memusnahkan
pemberontakan dan menciptakan kestabilan di dalam pemerintahannya.
Keberhasilannya dalam menghadapi ancaman serta ketangguhan mengadapi
berbagai pemberontakan yang terjadi semasa pemerintahannya, menjadikan
beliau mendapat julukan Rajawali Quraisy. Setelah masa pemerintahan, beliau
mengalami kestabilan politik dan memberikan kesempatan untuk membangun
peradaban Spanyol. Beliau membangun sebuah Masjid Agung di Cordova, dan di
kemudian hari dapat diselesaikan dan menjadi megah yang dilakukan oleh
pengganti beliau. Mengintip Perkembangan Islam di Spanyol Halaman masjid
tersebut begitu luas serta pilarnya begitu kuat dan kokoh. Namun, bangunan yang
bersejarah tersebut dijadikan sebagai gereja Kristen oleh Raja Ferdinand III pada
tahun 1236 saat ia berhasil menaklukkan Spanyol. Membangung Pusat Ilmu dan
Kebudayaan Pusat dari ilmu serta kebudayan Eropa dibangun oleh Abdurrahman
di Cordova. Istana beliau banyak dikunjungi oleh para cendikiawan. Sebab, para
cendikiawan tertarik pada ilmu kesustraan yang berhasil beliau kembangkan. Dan,
terdapat beberapa cendekiawan yang bertemu beliau yaitu Syaikh Abu Musa
Hawari, Abi al-Mutasya, Said bin Hasan, Yahya bin Yahya dan Isa bin Dinar. Dan
menjadikan bangsa Arab yang berada di Spanyol menjadi Guru bagi Eropa. Serta
terdapat Universitas di Sevilla, Toledo, dan Cordova yang bertujuan sebagai asal-
usul ilmu dan kebudayaan non-Arab dan Arab, Muslim, Yahudi, Kristen. Dalam
pemerintahan sebagai penguasa, beliau telah membagi wilayah pemerintahan
dalam enam provinsi. Terdapat seorang gubernur yang memerintah sebuah
provinsi. Setiap gubernur yang telah terorganisir, bertugas memerintah dengan
keadilan serta ketegasan di bawah kekuasaan pemerintahan Abdurrahman.
Beliau dikenal sebagai pendiri Daulah Umayyah di Spanyol. Beliau telah berkuasa
selama 32 tahun dan pada tahun 788 M beliau wafat. Setelah beliau wafat,
pemerintahan dilanjutkan oleh putranya yang bernama Hasyim I, dan putra beliau
mampu untuk memperluas wilayah daulah Umayyah sampai Barcelona dan
Saragosa.
Abdurrahman ad-Dakhil, anak muda bani Umayyah ini memiliki perjalanan hidup
yang luar biasa. Membaca kisahnya mendirikan Daulah Bani Umayyah II seperti
membaca kisah dongeng. Kalau Anda takjub dengan anak muda membuat
“kerajaan” bisnis; mendirikan perusahaan, sejuta pencapaian, atau dengan Mark
Zuckerberg yang mendirikan facebook, maka Anda akan lebih takjub lagi dengan
kisah Abdurrahman ad-Dakhil. Karena di usia belia, ia mendirikan kerajaan dalam
arti senyatanya. –atas izin Allah- Ia mampu melakukan lobi-lobi politik tingkat
tinggi, memimpin puluhan ribu pasukan untuk tunduk pada komandonya,
memadamkan puluhan pemberontakan, menyelamatkan nyawa dari ribuan
pedang, semua itu ia lakukan sejak berusia 19 tahun. Abdurrahman ad-Dakhil
menjadi buronan Abbasiyah saat berusia 19 tahun. Menjadi penguasa tunggal di
Andalusia pada usia 29 tahun. Dan terus memegang kekuasaan selama sekitar 34
tahun.

Abdurrahman ad-Dakhil adalah cucu dari Khalifah Hisyam bin Abdul Malik al-
Umawi. Pada saat Daulah Abbasiyah berdiri, maka terjadi pembantaian besar-
besaran terhadap bani Umayyah. Termasuk Abdurrahman bin Muawiyah bin
Hisyam ad-Dakhil menjadi sasaran. Ia pun kabur menyelamatkan diri. Saat dalam
pelarian itu, ia menyaksikan dua orang saudaranya dibunuh di hadapannya. Ia
terus berlari menuju Syam kemudian Mesir lalu Maroko. Dari Maroko, ia
menyeberang ke Andalusia. Di sanalah ia mendapatkan gelar ad-Dakhil.

Sejak umat Islam masuk ke Andalusia pada tahun 92 H hingga masuknya ad-
Dakhil pada tahun 138 H, orang-orang Arab belum memiliki posisi yang kokoh di
Jazirah Iberia itu. Tidak sampai setahun, ad-Dakhil telah berhasil mengokohkan
posisinya di Cordoba. Dari Cordoba, ia berhasil menguasai Zaragoza dan
Barcelona. Kedua kota tersebut ia taklukkan atas kecerdikannya melobi kekuatan
militer bangsa Frank untuk membantunya. Kemudian ia menguasai kota-kota
lainnya.

Mengingat ruwetnya lobi politik partai-partai pasca pemilu, kita bisa mengetahui
bagaimana kehandalan politik anak muda yang bernama Abdurrahman bin
Muawiyah ini. Kalau level partai, level nasional saja sulit menyatukan pendapat,
kita jadi tahu bagaimana jitunya lobi Abdurrahman ad-Dakhil yang bisa
merangkul bangsa Eropa agar mau bekerja untuknya.

Anda mungkin juga menyukai