Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK 8

DAULAH UMAYYAH BARAT

Disusun oleh:

1. Angga Putra Mahardika 2384110048


2. Indy Rahmadani 2384110072
3. Alifia Ramadhani 2384110047

1.1.ASAL USUL
Daulah Umayyah Barat, juga dikenal sebagai Kekhalifahan Cordova,
adalah sebuah dinasti Islam yang berdiri di Spanyol pada tahun 756 M. Dinasti ini
Didirikan oleh Abd al-Rahman I setelah ia menyatakan dirinya sebagai penguasa
Spanyol yang merdeka dari kekuasaan Daulah Abbasiyah di Timur Tengah.
Dinasti Umayyah Barat berlangsung dari tahun 756 sampai 1031, dengan ibukota
Cordova sebagai pusat pemerintahannya. Dinasti ini merupakan kelanjutan dari
Dinasti Umayyah di Jazirah Arab yang berkuasa dari tahun 661 sampai 750 M.
Asal usul nama Bani Umayyah sendiri berasal dari nama kakek khalifah pertama,
yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan.

1.2.MASA KEMAJUAN PEMERINTAHAN DINASTI UMAYYAH

Pada periode ketiga, Abdurrahman III menggantikan ayahnya naik tahta dalam
usia 23 tahun pada tahun 912 M. memakai gelar khalifah. Dia termasuk di antara
khalifah yang kuat, mempesona dan berbakat, sehingga membuka pertanda bagi
munculnya fajar kedamaian, kemakmuran dan kemegahan. Dia disebut sebagai
penyelamat imperium muslim Spanyol, setelah melewati masa kemerosotan dan
terancam bahaya di tangan ayahnya Abdullah.Setelah naik takhta, Abdurrahman
menuntut semua warganya agar tunduk tanpa syarat dan tidak memandang kelas
dan kepercayaan. Dia bertekad memadamkan semua pemberontakan dan
menegakkan kekuasaan Daulah Umayyah Spanyol. Membasmi penyeleweng-
penyeleweng dan pengacau, memulihkan perdamaian dan stabilitas.
Meskipun banyak rintangan-rintangan, tetapi Abdurrahman berhasil
menjadikan daulah Umayyah kuat kokoh dan lebih besar dari pemerintahan
sebelunnya. Abdurahman membentuk pasukan polisi, sehingga masyarakat
menjadi aman, orang asing dan para pedagang bebas bepergian ke daerah-daerah
yang paling sukar tanpa merasa takut ada penganiayaan dan gangguan Selain itu,
diapun membangun istana yang indah di dekat Cordova bernama “al-Zahra”,
dengan 400 buah kamar. Istana yang dibangun Abdurrahman III merupakan yang
paling mengagumkan di Eropa. Duta-duta dari raja-raja Jerman dan Italia
berduyun-duyun datang ke istananya. Bahkan raja-raja Inggris, Perancis, Jerman
dan Italia hanya orang-orang kecil dibandingkan Abdurrahman III yang cemerlang
saat itu.

Keamanan benar-benar dijaga Abdurrahman III. Dia mempunyai tentara


regular yang sangat disipilin. Sehingga orang-orang Kristen, Yahudi dan suku-
suku lain, tidak dapat bergolak atau memberontak. Dia melebur semua ras negeri
itu menjadi satu bangsa. Abdurrahman III juga membelanjakan sepertiga dari
pendapatan Negara setiap tahun untuk kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian dan
kebudayaan. Banyak karya orang Yunani diterjamahkan ke dalam bahasa Arab.

Perkembangan Universitas-universitas mencapai puncak kemajuan yang pesat.


Pada saat itu Spanyol memiliki 75 perpustakaan belum pernah Cordova begitu
makmur Andalusia begitu kaya dan Negara begitu jaya seperti pada masa
Abdurahman III. Dia adalah khalifah daulah Umayyah yang paling berhasil di
Spanyol, karena dapat merubah negeri yang berantakan menjadi negeri yang
makmur, kaya, jaya dan mempesona.

Abdurrahman III meninggal dunia bulan Oktober 961 M setelah memerintah


selama 49 tahun dan digantikan oleh anaknya Hakam II. Beliau adalah seorang
penguasa yang adil, bijak dan penuh pengertian, menjalankan ajaran agama
dengan ketat dan memaksakan ajaran-ajaran Sunnah di seluruh wilayah
kekuasaannya. Setiap selesai shalat Jum’at dia membagi-bagikan derma kepada
fakir miskin. Dia menegakkan ketenteraman di dalam negerinya, sangat toleran
terhadap agama-agama lain, sehingga orang menikmati kebebasan beragama
secara sempurna. Walaupun begitu dia tidak sehebat ayahnya, Abdurrahman III.
Namun Hakam II lebih dikenal sebagai seorang pencinta ilmu pengetahuan dan
kesusasteraan serta menabur pemberian kepada para cendikiawan. Hakam II
adalah penguasa daulah Umayyah yang menyempurnakan perdaban Spanyol dan
membuat Cordova bercahaya bagaikan mercusuar di atas kegelapan Eropa.

Banyak Universitas yang dibangun di bawah kekuasaannya. Para mahasiswa,


baik Kristen, Yahudi maupun Islam banyak berdatangan ke Spanyol untuk
memasuki perguruan tinggi tersebut, tidak hanya dari Eropa tetapi juga dari
Afrika dan Asia. Di ibu kota Negara saja terdapat 27 sekolah gratis. Tidak ada
kota betapapun kecilnya yang tidak memiliki sekolah. Bahkan setiap kota
memiliki perguruan tinggi. Dia mengundang dosen dan professor dari Baghdad
untuk mengajar di universitas-universitas yang ada di Spanyol. Maka di Spanyol
semua orang dapat membaca dan menulis, sedang di Eropa berada dalam
kegelapan ilmu pengetahuan.

Pada masa kemajuan pemerintahan ini tergambarlah kemegahan Spanyol yang


begitu indah. Hal itu terlihat dari pembangunan fisik banyak yang mendapat
perhatian umat Islam Spanyol di antaranya adalah bidang perdagangan, jalanan
dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian diperkenalkan irigasi baru kepada
masyarakat Spanyol yang tidak mereka kenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal,
saluran-saluran air dan bahkan jembatan air didirikan. Dengan begitu tempat-
tempat yang tinggi mendapat jatah air. Disamping itu, orang Islam juga
memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan tanam-
tanaman. Selain perdaganagan dan pertanian, juga dibangun industri-industri,
sebagai tulang punggung ekonomi Islam Spanyol. Di antaranya, adalah tekstil,
kayu kulit, logam dan industri barang-barang tembikar.
1.3.KONDISI POLITIK, EKONOMI, DAN SOSIAL BUDAYA

A. Kondisi Politik

Kekhalifahan pada masa dinasti Bani Ummayyah (661-750 M), yaitu


dinasti yang berkuasa setelah berakhir masa Khulafau al-Rasyidin. Hal tersebut
disebabkan atas beberapa alasan, di antaranya; Pertama, pada masa ini menjadi
masa transisi dari sistem kekhalifahan yang dipilih berdasarkan musyawarah
(demokratis) menjadi sistem monarchiheridetis (kerajaan turun temurun). Kedua,
Sebelum terbentuk dinasti ini terlebih dahulu diawali dengan peristiwa politik
antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sofyan, yang berujung pada
persoalan teologi dan lahirnya sekte-sekte dalam Islam (dari masalah politik ke
masalah teologi), dan Ketiga, dikarenakan sosok Muawiyah bin Abi Sofyan yang
“kontroversial” dalam catatan sejarah. Di satu sisi ia adalah sahabat Nabi yang
berjasa dalam penyebaran Islam, ia dikenal juga sebagai gubernur Damaskus yang
berhasil pada masa Khulafau al-Rasyidin, tetapi di sisi lain, tidak sedikit juga
yang menilai negatif kepadanya, dikarenakan perseteruannya dengan Ali bin Abi
Thalib pada perang Siffin dan proses tahkim.

Muawiyah bin Abi Sofyan adalah pendiri dinasti Umayyah. Dia adalah
tokoh pembangunan yang besar, namanya disejajarkan dalam deretan khulafau al-
Rasyidin. Meskipun pada awalnya banyak yang tidak bersimpati terhadapnya,
akibat tindakannya dalam peristiwa perang Siffin yang menggunakan berbagai
cara dan strategi yang kurang baik yaitu dengan cara kekerasan, diplomasi dan
tipu daya, begitupun pada masa awal pemerintahannya tidak dengan pemilihan
yang demokratis. Meski demikian, Muawiyah tetap dianggap sebagai pendiri
Dinasti Umayyah yang telah banyak melakukan kebijakan yang baru dalam
bidang politik, pemerintahan dan lain sebagainya. Bahkan kesalahannya yang
mengkhianati prinsip demokrasi yang diajarkan Islam dilupakan orang karena
jasa-jasa dan kebijaksanaan politiknya yang mengagumkan.
Adapun yang dilakukan Muawiyah pada awal masa pemerintahannya
ialah; Pertama, memindahkan ibu kota Negara dari Madinah (Kufah) ke
Damascus, daerah yang pernah ia tempati menjabat sebagai gubernur pada masa
Khalifah Usman dan Ali. Kedua, merubah sistem pemerintahan yang bersifat
demokrasi menjadi monarchiheridetis (turun temurun). Hal ini tercermin ketika
sukses kepemimpinan Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk
menyatakan setia kepada Yazid anaknya. Muawiyah bermaksud menerapkan
monarchi yang ada di Persia dan Bizantium. Walaupun dia tetap menggunakan
istilah khalifah. Namun, ia memberi interpretasi baru dari kata itu untuk
mengagungkan jabatan tersebut, Dia menyebutnya “khalifah Allah” dalam
pengertian “penguasa yang diangkat oleh Allah” bahwa semua khalifah Dinasti
Umayyah tidak ada yang diangkat melalui majelis syuro (musyawarah) seperti
pada masa Khulafau al-Rasyidin, melainkan menggunakan sistem waris
sebagaimana layaknya sebuah kerajaan. Oleh karena itu, menurut Abu A’la
Maududi mereka tak pantas mendapat sebutan khalifah sebagaimana layaknya
Khulafau al-Rasyidin.

B. Ekonomi

Perekonomian Islam pada masa Dinasti Umayyah mengalami kemajuan


dengan berbagai kebijakan seperti mendirikan lembaga-lembaga pemerintahan
yang independen sehingga memudahkan relasi antar mereka tanpa ada intervensi
dari kekuatan lain, menjadikan Cordova sebagai pusat bisnis dan ilmu
pengetahuan, yang mana melakukan reformasi agraria dan pembukaan pasar
khusus, menjalin hubungan harmonis, penguasa, pengusaha dan ulama, serta
peningkatan bidang perindustrian dan kelautan.

Sedangkan kemunduran ekonomi dinasti Umayyah di Andalusia banyak


dilatarbelakangi kepemimpinan yang tidak berintegritas, kehadiran kelas sosial
baru yang sering mengganggu kelancaran aktivitas ekonomi, dan sikap
diskriminatif terhadap golongan tertentu seperti Barbar, Nasrani dan Yahudi serta
menganakemaskan kaum Arab.

C. Sosial Budaya

Muawiyah sebagai khalifah pertama Dinasti Umayyah dipandang


berhasil men-ciptakan budaya baru dalam sistem pemerin-tahan negara dan
kehidupan beragama. Budaya baru yang diperkenalkan dalam pemerintahan
Muawiyah antara lain: membangun dinas pos termasuk penyediaan kuda dan
perlengkapannya; mengangkat qadi atau hakim sebagai profesi; memerintahkan
prajurit-prajuritnya untuk mengangkat senjata-tembok bila mereka berada
dihadapannya; membuat “anjung” di dalam masjid untuk tempat sembahyang,
untuk menjaga keamanan dirinya dari serangan musuh-musuhnya Ketika ia
sedang sembahyang Diteruskan kemudian oleh Khalifah Abdul Malik dengan
mencetak mata uang sendiri yang menggunakan tulisan Arab sebagai pengganti
uang Byzantium dan Persia. Administrasi pemerintahan dibenahi, bahasa Arab
ditetap-kan sebagai bahasa resmi pemerintahan. Langkah ini dilanjutkan oleh
putra Abdul Malik Walid (705-715 M). Ia membangun panti-panti asuhan
untuk orang-orang cacat; pekerja untuk pembangunan rumah-rumah dibayar
sebagai pegawai; membangun infrastruktur, berupa jalan raya yang
menghubungkan antarwilayah.

1.4.PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Muslim Andalusia banyak yang menuntut ilmu ke negeri Islam belahan


Timur, dan tidak sedikit pula ulama timur yang mengembangkan ilmunya di
Andalusia. Tokoh populer yang mengembangkan ilmu Fiqih di Andalusia adalah
seorang sastrawan Abu Bakar Muhammad bin Marwan bin Zuhr (w. 1031). Ilmu
agama yang berkembang sangat pesat adalah ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang
membahas cara membaca lafadh-lafadh al-Quran yang baik dan benar.
A. Ilmu Pengetahuan

A.1.Ilmu Qiraat

Ilmu qiraat ialah ilmu yang mempelajari tentang bacaan Al-Qur’an. Dalam
dunia islam dikenal ada tujuh macam bacaan Al-Qur’an yang disebut Qira’atus
Sab’ah. Tokoh yang menjadi pelopor Qira’atus Sab’ah ialah Abdullah bin Katsir
di Mekah dan Asim bin Abi Nujud di Kufah.

A.2.Ilmu Hadis

Khalifah Bani Umayyah yang membukukan hadis ialah Umar bin Abdul
Aziz ia memberi perintah kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr dan Abu
Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah. Tokoh-tokoh ulama hadis pada
abad ke-2 H (periode kodifikasi/Tadwinul Hadis yaitu pembukuan hadis) ialah
Ibnu Juraij di Mekah, Muhammad Ishak di Madinah, dan Sa’id bin Abi Urwah di
Basrah.

A.3.Ilmu Nahwu dan Balaghah

Ilmu Nahwu dan Balaghah sama-sama mempelajari tentang tata bahasa


arab, yang membedakan ialah ilmu Nahwu mempelajari dasar-dasar dan proses-
proses pembentukan susunan kata menjadi kalimat. Sedangkan ilmu Balaghah
mempelajari kefasihan dalam berbicara. Tokoh-tokoh ilmu Nahwu dan Balaghah
ialah Nu’man bin Basyir al-Ansari, Ibnu Mafragg al-Hamiri, Miskin ad-Daramy,
Al-Akhtal, dan Jarir.

A.4.Ilmu Tafsir

Ahli hadis dari sahabat yang masih hidup sampai masa Bani Umayyah
ialah Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbbas) ia dijuluki Tarjum Al-Qur’an (juru
bicara Al-Qur’an dan Al-Bahr karena keluasan ilmunya.
A.5.Ilmu Fikih

Ulama ahli fikih pada masa Bani Umayyah antara lain Ata’ bin Rabbah di
Mekah, Ibrahim an-Nakha’i di Kufah, Tawus di Yaman.

A.6.Ilmu Sejarah

Ilmu dikembangkan sejak masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan,


ia memerintahkan Ubaid bin Syaryah al-Jurhumi untuk mencatat peristiwa
sejarah. Ubaid pun berhasil mencatat peristiwa-peristiwa sejarah dan
menjadikannya Kitab al-Muluk wal Akhbar al-Madhi (catatan sejarah raja-raja
masa lalu.

A.7.Ilmu Kedokteran

Ilmu ini berkembang pada masa pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik,
ia berhasil mendirikan sekolah tinggi ilmu kedokteran yang bekerja sama dengan
para dokter di Jundisahur. Ahli kedokteran pada saat itu ialah Al-Haris bin Kildah,
An-Nazher (putranya), Atsal, dan Hakam al-Dimisyqi.

A.8.Ilmu Seni Rupa

Seni rupa yang berkembang pada masa Bani Umayyah adalah seni pahat
dan seni ukir yang menggunakan kaligrafi sebagai motif. Kemajuan ilmu dalam
bidang ini dapat dilihat pada dinding Qusair Amrah dan Istana Mungil Amrah,
yang dibangun oleh khalifah al-Walid bin Abdul Malik.

A.9.Seni Bangunan atau Arsitektur

Kemajuan seni bangunan dapat dilihat pada Kubah as-Sakhra yang dibuat
pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan, ia juga membangun Masjidil Aqsa.
Khalifah Walid bin Abdul Aziz dengan membangun masjid di Damaskus.
A.10.Ilmu Bahasa dan Sastra

Salah seorang ulama yang ahli dalam bidang Bahasa Arab adalah Ibnu
Malik yang mengarang kitab berjudul alfiyyah. Tokoh lain ada Ibnu Sayyidin,
Ibnu Khuruf dan Abu Hayyan al-Garnati. Sedangkan ahli bidang sastra ada Ibnu
Abdi Rabbih yang mengarang buku al-‘Iqd al-Farid.

A.11.Ilmu Bumi (al- Jughrafia)

Ilmu ini muncul oleh karena adanya kebutuhan kaum muslimin pada saat
itu, yaitu untuk keperluan menunaikan ibadah Haji, menuntut ilmu dan dakwah,
seseorang agar tidak tersesat di perjalanan, perlu kepada ilmu yang membahas
tentang keadaan letak wilayah. Ilmu ini pada zaman Bani Umayyah baru dalam
tahap merintis.

A.12.Al-Ulumud Dakhilah

Yaitu ilmu-ilmu yang disalin dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab dan
disempurnakannya untuk kepentingan kebudayaan Islam.

B. Kemajuan Ilmu Pemerintahan

B.1.Sistem Pemerintahan

Lembaga yang didirikan pada masa pemerintahan Muawiyah ialah an-


Nizam as-Siyasi untuk membahas masalah jabatan khalifah, lembaga Wizarah
untuk menangani masalah di departemen, lembaga Kitabah (kesektariatan negara),
dan lembaga Hijabah (pengawal khalifah) untuk menjaga khalifah dan
keluarganya dari berbagai ancaman.

B.2.Al-Wazir atau Lembaga Kementrian

Sistem al-Wazir ini dimulai dari masa pemerintaha Muawiyah bin Abu
Sufyan. Seorang Wazir berfungsi sebagai pendamping khalifah yang memiliki
wewenang untuk menggantikan beban dan tanggung jawab dalam tugas sehari-
hari jika sang khalifah berhalangan. Wazir pertama yang diangkat Muawiyah ialah
Zaid bin Abihi.

B.3. An-Nizam al-Idary atau Tata Usaha Negara

Tujuannya ialah untuk mengatur sistem pemerintahan antar pusat dan


daerah. Tata usaha ini membawahi departemen perpajakan (diwanu al-kharraj),
departemen sekretariat (diwanu ar-ras’il), departemen pos (diwanu al-barid),
departemen pekerjaan umum (diwanu al-mustagillat), dan departemen kearsipan
(diwanu al-khatim).

B.4.An-Nizam as-Siyasi atau Kelembagaan Negara

Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan dibentuk 3 lembaga negara yakni
Khalifah (kepala negara dan penguasa tertinggi), Ahlul Halli wa al-Aqdi (para
anggota dewan), dan Qadi al-Qudat (lembaga kehakiman).

B.5.Al-Imarah alal Buldan atau Pemerintahan Pusat atau Daerah

Dinasti Umayyah membagi wilayah kekuasaannya menjadi 7 provinsi


yaitu prvinsi Hijaz, provinsi Yaman, provinsi Irak, provinsi al-Jazirah, provinsi
Syam, provinsi Mesir, provinsi Afrika Utara. Untuk menjalankan pemerintahan
disetiap provinsi ada yang namanya Amir al-Umara atau yang biasa disebut
gubernur.

B.6.An-Nizam al-Mali atau Lembaga Keuangan

Lembaga ini dibentuk untuk mengelola baitul mal, ganimah (rampasan


perang), jizyah (pajak tanah), zakat, dan usyur (pajak lainnya). Pada masa Hisyam
bin Abdul Malik, Kharraj (pajak tanah dan pertanian) dikenakan pada seluruh
penduduk untuk mengatasi krisis keuangan yang banyak berkurang pada masa
Umar bin Abdul Aziz.

B.7.Nizam al-Harby atau Lembaga Ketentaraan

Untuk memperkuat posisi strategis dinasti Umayyah membentuk tentara


angkatan laut dan departemen kepolisian yang bertugas menjaga stabilitas
keamanan, melindung hukum atau peraturan serta menangkap pelaku kejahatan.

B.8.An-Nizam al-Qadi atau Lembaga Kehakiman

Lembaga kehakiman dibagi menjadi 3 yaitu Al-Qada yang bertugas


menyelesaikan perkara negara, Al-Hisbah yang bertugas menyelesaikan
penyimpangan masyarakat, An-Nadar fi al-Madalim (mahkamah agung atau
mahkamah tinggi).

Tokoh Yang Membawa Ke Zaman Keemasan

Masa Keemasan Dinasti Umayyah II Periode (755-912 M) Hisyam dikenal


berjasa menegakkan hukum Islam, Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam
bidang militer. Ialah yang memprakarsai tentara bayaran. Abd Al-Rahman Al-
Ausihat dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pada masa Abdurrahman an-
Nashir (912-961 M) inilah dinasti bani Umayyah II mencapai puncak kejayaan
dan masih dipertahankan di bawah kepemimpinan Hakam II al-Mustanshir (961-
976 M).
1. Kemajuan Intelektual

Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan


penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak
menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat
majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab, al-Muwalladun,
Barbar, al-Shaqalibah, Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan
Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas
tersebut kecuali Kristen memberikan saham intelektual terhadap
terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan
ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.

2. Filsafat

Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan abad


ke-9 M pada masa Muhammad ibn Abd Al-Rahman (832-886 M). Atas
inisiatif Al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor
dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan
dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat
utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Tokoh utama yang pertama dalam
sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn Al-Sayigh
terkenal dengan sebutan Ibn Bajjah. Masalah yang dikemukakan bersifat
etis dan eskatologis. Tokoh kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail. Ia banyak
menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Bagian akhir abad
ke12 M menjadi saksi munculnya seorang Aristoteles yaitu Ibn Rusyd dari
Cordova. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-
naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah
menahun tentang keserasian filsafat agama. Dia juga ahli fiqh dengan
karyanya Bidayah al-Mujtahid. 4

3. Sains

Abbas ibn Farnas ahli dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang
pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya
Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi.Ia dapat menentukan waktu
terjadinya gerhana matahari dan menentu-kan berapa lamanya. Ia juga
berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara
tata surya dan bintang-bintang. Ahmad Ibn Ibas ahli dalam bidang obat-
obatan. Umm Al-Hasan binti Abi Ja’far dan saudaranya perempuan Al-
Hafidz adalah orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.5
4. Fiqih

Dalam bidang fiqih, Spanyol dikenal sebagai penganut Mazhab Maliki,


karena diperkenalkan oleh Ziyad ibn Abd Al-Rahman.

5. Musik dan Kesenian

Dalam bidang musik dan seni suara mencapai kecermelangan dengan


tokohnya Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab.

6. Bahasa dan Sastra

Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerin-tahan


Islam. Hal tersebut dapat diterima oleh orang Islam dan Non-Islam.
Bahkan, penduduk asli Spanyol menomerduakan bahasa asli mereka.
Mereka juga banyak ahli dan mahir dalam Bahasa Arab, baik keterampilan
berbicara maupun tata bahasa dan mulai banyak karya-karya sastra
bermunculan.

7. Kemegahan Pembangunan Fisik

Aspek-aspek pembangunan fisik yang diperhatikan sangat banyak oleh


umat islam. Dalam bidang pertanian diperkenalkan sistem irigasi kepada
masyarakat Spanyol yang tidak mengenalnya sebelumnya.

BAGAIMANA PENYEBARAN AGAMA ISLAM

Menilik kembali kepada masa lampau, Daulah Umayyah memang menjadi


pelopor atas kejayaan peradaban Islam pada tahun 661-1031 M. Daulah umayyah
merupakan daulah yang berdiri setelah pemerintahan Khulafaur Rasyidin berakhir.
Di masa itu, peradaban Islam mengalami peningkatan drastis, terlebih saat
pemerintahan Khalifah Al-Walid I atau Al-Walid bin Abdul Malik (705-715
Masehi).
Banyak orang yang akhirnya berbondong-bondong mempelajari agama Islam.
Lantas, metode pendekatan apa yang digunakan untuk melakukan penyebaran
agama Islam pada masa itu?

1. Melalui kemajuan ilmu peengetahuan


Pertama, penyebaran agama Islam pada masa Daulah Umayyah dilakukan
dengan pendekatan kemajuan ilmu pengetahuan. Di zaman itu, ilmu
pengetahuan di berbagai bidang, termasuk agama, bahasa, kimia, fisika,
sejarah, arsitektur, astronomi, hingga kedokteran mengalami kemajuan
yang sangat pesat.

Banyak temuan-temuan yang sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia


saat ini yang lahir di masa Daulah Umayyah. Adapun beberapa temuan
dari masa Daulah Umayyah yang begitu populer hingga saat ini adalah
sebagai berikut.

- Dasar-dasar teknik ilmu bedah modern dan alat bedah oleh Az-Zahrawi.
- Ilmu kimia oleh Abu al-Qasim Abbas ibn Farnas dan As-Sibai.
- Ilmu fisika yang berpengaruh terhadap teori Newton dan Galileo oleh
Ibnu Bajjah.
- Ilmu dan alat astronomi oleh Abu Ishaq az-Zarqali. 400 buku sejarah
yang ditulis oleh Ali Ibnu Hazm.
- Kodifikasi dan pembukuan hadits oleh Umar bin Abdul Aziz.
- Ilmu mengenai tata Bahasa Arab oleh Sibawaihi.
- Tanda vokal dan titik huruf hijaiyah sebagai pembeda antar huruf yang
bentuknya serupa oleh Hajaj ibn yusuf.

Pemikiran filsafat Islam oleh Al-Farabbi. Dengan majunya ilmu


pengetahuan dan peradaban, banyak orang yang begitu tertarik dengan
agama Islam dan mulai mempelajarinya tanpa paksaan. Khalifah Bani
Umayyah pun memfasilitasi rasa keingintahuan orang lain tersebut
terhadap Islam. Maka pada masa itu, banyak dibangun masjid di pusat
perdagangan komunitas muslim dan sekolah-sekolah gratis yang
mengajarkan ilmu pengetahuan sekaligus agama Islam.

2. Kebangkitan Seni
Kebangkitan bidang seni pada masa Daulah Umayyah juga menjadi salah
satu upaya penyebaran agama Islam. Masyarakat Persia dan Roma yang
tertarik pada seni juga begitu tertarik dengan agama Islam.

Salah satu contoh dari kebangkitan seni yang terjadi pada Daulah
Umayyah adalah adanya ukiran halus yang dihiasi dengan batu-batu
berwarna-warni pada masjid Damsyik. Banyak desain masjid di masa
Daulah Umayyah yang terlihat begitu cantik.

3. Perluasan wilayah
Daulah Umayyah juga melakukan perluasan wilayah hingga ke Andalusia,
Spanyol. Maka tak heran jika pusat pemerintahan Daulah Umayyah
sempat berada di Andalusia sejak 756-1031.

Banyak negara-negara di dunia yang akhirnya masuk ke wilayah


kekuasaan Islam, diantaranya adalah Spanyol, Afrika Utara, Arab, Syiria,
Palestina, Irak, Persia, Afghanistan, India, Uzbekistan, dan Rusia. Hal ini
karena pasukan militer yang dimiliki Daulah Umayyah begitu kuat dan
dipimpin oleh orang-orang yang tangguh.

KEMUNDURAN DAULAH UMAYYAH DAN PENYEBABNYA

Kekuasaan Daulah Umayyah berlangsung selama kurang lebih 90 tahun.


Dengan masa kekuasaan hampir seabad itu, Daulah Umayyah mencatatkan
kemajuan di sejumlah bidang, seperti ilmu pengetahuan, ekonomi, pembangunan
kota, pendidikan, hingga arsitektur. Sebanyak 14 khalifah tercatat pernah
memimpin Dinasti Umayyah. Beberapa khalifah dianggap sukses memimpin
setelah era Muawiayah. Sebut saja Abdul Malik bin Marwan (685-705 M) yang
mencetak uang dinar pengganti mata uang Byzantium. Kemudian, Walid bin
Abdul Malik (705-715 M), penakluk Andalusia dan pengembang seni bercorak
Islam.

Setelah berjaya, Dinasti Umayyah mulai mengalami kemunduran. Menurut


Philip K. Hitti dalam buku History of the Arabs (2010), faktor yang menjadi
penyebab kemunduran Dinasti Umayyah adalah perpecahan antarsuku, konflik
internal, dan menguatnya gerakan oposisi. Selama Dinasti Umayyah berdiri,
hanya 4 dari 14 khalifah yang dapat mewariskan kekuasaan kepada anaknya.
Keempat khalifah itu adalah Muawiyah I, Yazid I, Marwan I, dan 'Abd al-Malik.
Hal ini menunjukkan adanya persoalan terkait suksesi kepemimpinan. Selama ini,
tak ada regulasi yang tegas mengenai peralihan kekuasaan turun-temurun.

Prinsip senioritas dan pengakuan masyarakat cenderung lebih familiar di Arab.


Ini membuat kekuasaan dinasti mendapatkan tantangan dan rawan memicu
konflik. Di sisi lain, persaingan antar suku yang melibatkan kelompok Arab
Mudariyah (Arab Utara) dan Arab Himyariyah (Arab Selatan) terus menguji
kekuasaan Dinasti Umayyah. Terlebih, Umayyah hanya condong pada salah satu
kubu.

Faktor berikutnya yang menyebabkan kemunduran Umayyah adalah


berkembangnya gerakan oposisi. Gerakan ini diwakili oleh kaum Syiah dan
Khawarij yang sudah merongrong sejak Daulah Umayyah terbentuk. Kedua
kelompok itu kerap tak sejalan dengan Umayyah. Selain Syiah dan Khawarij,
terdapat pula kekuatan lain yang tengah aktif.

Keluarga 'Abbas, kelompok para keturunan paman Nabi, mulai muncul dan
menuntut kedudukan di pemerintahan. Kemunduran Umayyah menjadi
momentum mencuatnya keturunan 'Abbas. Para keturunan 'Abbas menganggap
lebih berhak memegang kekuasaan daripada Bani Umayyah. Pasalnya, mereka
mengklaim lebih dekat dengan Nabi karena cabang dari Bani Hasyim. Keturunan
'Abbas juga menyatakan bahwa Umayyah bisa merebut kekuasaan melalui tragedi
Perang Siffin.

Kemunduran Daulah Umayyah akhirnya berdampak pada kejatuhan dinasti


tersebut. Marwan bin Muhammad (745-750) menjadi khalifah terakhir Daulah
Umayyah. Selama pemerintahannya, ia kerap disibukkan dengan pemadaman
pemberontakan, terutama dari keturunan 'Abbas. Menghadapi perlawanan
keturunan 'Abbas, Marwan kewalahan. Ia terdesak dan melarikan diri hingga ke
Damsyik. Marwan berhasil mencapai Mesir. Namun, ia akhirnya tewas dalam
suatu pertempuran dengan orang-orang Abbas di daerah Bani Suweif. Tewasnya
Marwan mengakhiri kekuasaan Daulah Umayyah. Dinasti Abbasiyah akhirnya
muncul dan menjadi pemegang kekuasaan berikutnya di sebagian besar wilayah
Arab.

DAFTAR NAMA PARA KHALIFAH DAULAH UMAIYAH II DI SPANYOL

1. Abdurrahman I (756-788 M)

2. Hisyam I (788-796)

3. Hakam I (796-822)

4. Abdurrahman II (822-852)

5. Muhammad I (852-886 M)

6. Munzir (886-888 M)

7. Abdullah (888-912 M)

8. Abdurahman III (912-961 M)

9. Hakam II (961-976 M)

10. Hisyam II (976 M)

11. Muhammad II bin Abi Amir atau Hajib al-Mansur (9761009 M)

12. Sulaiman (1009-1010 M)

13. Hisyam II (1010-1013 M)


14. Sulaiman 1013-1016 M)

Anda mungkin juga menyukai