A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang memiliki penganut terbesar yang ada di dunia.
Islam pernah memiliki masa-masa keemasan dimana Islam memiliki kejayaan
serta pengaruh yang besar terhadap dunia dan menguasai tiga perempat dari
wilayah yang ada di dunia. Salah satu wilayah yang dikuasai oleh Islam yaitu
Andalusia atau yang kita kenal sekarang sebagai negara Spanyol. Wilayah ini
membuat Islam dikenal di wilayah Barat. Andalusia mempengaruhi negara-negara
yang ada di Eropa menajdi maju. Eropa bangkit dari keterbelakangan,
kebangkitan itu terlihat dari bidang politik dengan didukung oleh pengetahuan
dan teknologinya.
B. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Islam di Spanyol
Islam memiliki peran yang sangat besar di Spanyol yakni sejak pertama
kali menginjakan kaki disana hingga jatuhnya kerajaan Islam. Masa itu
berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui oleh
umat Islam di Spanyol dibagi menjadi enam periode, yaitu:
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode pertama ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali
yang diangkat oleh Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini
stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-
gangguan masih terjadi, baik itu datang dari dalam maupun luar seperti: seperti
perselisihan antara elit penguasa, terutama akibat perbedaan antara etnis dan
golongan. Disamping itu perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dan
gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku
bahwa mereka yang berhak menguasai daerah spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi
dua puluh pergantian wali (gubernur) spanyol dalam jangka waktu yang amat
singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang
suadara.
Dengan banyaknya konflik internal dan eksternal, maka dalam periode ini
Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan
kebudayaan. Datangnya Abd al-Rahman al Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/
755 M menjadi tanda berakhirnya periode pertama.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada masa ini, Spanyol diperintah oleh seorang amir (panglima atau gubernur)
tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan yang ketika itu dipegang oleh
Khalifah 8 Abassiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang
memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar al Dakhil (yang masuk ke
Spanyol).
Abdurrahman al Dakhil adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil
melarikan diri dan olos dari kerajaan Bani Abassiyah yang telah menaklukan Bani
Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan Dinasti Bani
Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah
Aqbdurrahman al Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd al Rahmab al Ausath,
Muhammad Ibnu Abd al Rahman, Munzir Ibnu Muhammad, dan Abdullah
Ibnu Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh banyak kemjuan,
baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abd Rahman al
Dakhil mendirikan masjid Kordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar
Spanyol. Hisyam I dikenal berjasa sebagai pembaharu dalam kemiliteran.
Dialah yang memprakarsai tentara bayaran Spanyol. Adapun Abd. Al- Rahman al
Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat mulai
masuk, terutama di zaman Abdurrahman al Ausath, yang mengundang para ahli
dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol.
Akhirnya, kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol semakin berkembang.
Gangguan politik serius yang terjadi pada periode ini justru datang dari umat
Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk
negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu, sejumlah orang
yang tak puas menuntut terjadinya revolusi. Pemberontakkan yang dipimpin oleh
Hafsun dan anaknya, Umar, yang berpusat di pegunungan dekat Malaga
merupakan yang gangguan penting. Selain itu, perselisihan antara orang-orang
Barbar dan oreang Arab masih seringkali terjadi.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negeri
kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan atau al Muluk al Thawaif. Masa
ini merupakan masa kekalutan ibukota yang banyak dipergunakan oleh para amir
diberbagai provinsi untuk melepaskan wilayahnya masing-masing dari kekuasaan
khaifah di cordova, yang antara lain 11 berpusat di suatu kota Seville, Cordova,
dan Toledo.
Pemerintahan terbesar diantaranya adalah Abaddiyah di Seville. Pada
periode ini, umat Islam Spanyol kembali memasuki pertikaian internal. Jika
terjadi perang saudara, ada pihak-pihak tertentu yang meminta bantuan kepada
raja-raja Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan untuk
pertama kalinya. Akibat fatalnya, kekuatan Islam diketahui mulai menurun dan
tiba saatnya untuk dihancurkan ((Abrari dkk, Sejarah Peradaban Islam, 2016,
h.72).
Dalam rentang waktu selama kurang lebih tujuh stengah abad, umat Islam
di Spanyol telah mencapai kemajuan yang sangat pesat, baik dibidang ilmu
pengetahuan maupun kebudayaan. Berbagai disiplin ilmu berkembang pesat pada
masa itu. Hal ini ditandai dengan banyaknya berbagai figru-figur ilmuwan yang
cemerlang dibidangnya masing-masing dan sampai sekarang.
Hal ini terjadi pada tahun 961-976 M, atas inisiatif al-Hakam untuk
mengimpor karya-karya ilmiah dan filosofis dari Timur, sehingga Cordova
dengan perpustakaan dan Universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai
pusat utama ilmu pengetahuan di Dunia Islam. Tokoh utama dan pertama dalam
sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad Ibn Al Sayigh (Ibnu
Bajah). Dan filosof yang kedua adalah Abu Bakar Ibn Thufail. Melalui berbagai
karyanya, ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, filsafat. Karya
filsafatnya yang mahsyur berjudl Hay Ibn Yaqzhan.
b. Sains
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan
dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi (Zaryab).
e. Bahasa dan Sastra
e. Keterpencilan
Spanyol Islam terpencil dari Dunia Islam yang lain. Ia berjuang sendirian
tanpa mendapat sendirian tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara.
Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung
kebangkitan disana (Abrari dkk, Sejarah Peradaban Islam, 2016, h.78).
C. Pengaruh Peradaban Spanyol Di Eropa
Salah satu pemikiran terpenting yang hingga kini masih dianut dan
dikagumi adalah pemikiran Ibnu Rusyd (1120- 1198 M). Ibnu Rusyd telah
berhasil melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan cara yang memikat
sehingga banyak orang yang tertarik untuk berpikiran bebas. Ia mengedepankan
sunatullah menurut pengertian Islam daripada ajaran pantheisme dan
antropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Ertopa, hingga
timbul gerakan Averroism (Ibnu Rusyd-isme) dituntut kebebasan berpikir.
Meskipun begitu, pihak gereja tetap bersikeras menolahk pemikiran rasional yang
dibawa gerakan Avveroisme ini.
Gerakan Avveroisme di Eropa telah melahirkan gerakan reformasi pada
abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Buku-buku Ibnu Rusyd
dicetak di Venisia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Karya-karyanya
juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lynms, dan Strasbourg,
dan diawal abad ke-17 M diu Jenewa.
Dengan begitu, pikiran Ibnu Rusyd semakin populer dan telah menjadi
salah satu paham utama bagi masyarakat Eropa. Pengaruh peradaban Islam,
termasuk di dalamnya pemikiran Ibnu Rusy, ke Eropa berawal dari banyaknya
pemuda- pemuda Kristen Eropa yang belajar di Universitas Cordova, Seville,
Malaga, Granada, dan Samalanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif
menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim.
Pusat penerjemahan itu adalah 18 Toledo. Setelah pulang ke negerinya,
mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas Paris didirkan
pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibnu Rusyd. Di akhir
zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Ilmu yang mereka
peroleh dari universitas-universitas Islam, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan
filsafat, diajarkan disana. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah
pemikiran al-Farabi, dan Ibn Rusyd.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam di Eropa yang sudah berlangsung sejak
abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (Renaissance)
peninggalan pemikiran Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya
pemikiran Yunani di Eropa kali ini melalui terjemahan-terjemahan Arab yang
dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin.
Walaupun Islam akhirnya harus pergi meninggalkan negeri Spanyol
dengan cara menyakitkan, Islam telah membidani gerakan-gerakan penting di
Eropa. Gerakan-gerakan iyu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani
Klasik (renaissance) pada abad ke-14 yang bermula di Italia, kemudian gerakan
reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M, serta disusul
dengan pencerahan (Aufklarung) pada abad ke-18 M.
Dengan demikian, peran islam tetap terasa meski tidak lagi dalam bentuk
sebuah agama melainkan dalam bentuk sebuah agama melainkan dalam bentuk
peradaban yang tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
c. kesulitan ekonomi
e. keterpencilan.