Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS LANDASAN PSIKOLOGIS KURIKULUM PENDIDIKAN

ISLAM

Nama : Minati Hamisi


NIM : 22020003

MAKALAH

Makalah Diajukan Sebagai Bahan Diskusi Pada Mata Kuliah Kritik


Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Semester Satu

PASCASARJANA IAIN TERNATE

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum memasuki ranah pembahasan mengenai pendidikan Islam Al-
Syaikh Taqiyuddin Al-Nabhȃni (yang seterusnya disebut Al-Nabhȃni) tentunya
harus terlebih dahulu membahas mengenai konsep manusia itu sendiri. Sebab,
manusialah yang akan menjadi subjek dan objek pendidikan agar dapat berubah
menjadi mulia dan bangkit dari kebodohan atau kerusakan perilakunya.1
Jika membahas manusia, maka tentunya manusia itu adalah materi. Sebab
keberadaannya dapat diindra oleh panca indra, yakni jasadnya yang terindra.
Begitu pula perbuatannya adalah materi, karena terindra oleh manusia. Akan
tetapi, manusia itu haruslah mempunyai rȗẖ sebagai pengggerak dalam
kehidupannya. Rȗẖ yang berarti nyawa ini, tidak langsung begitu saja membuat
manusia itu mulia, kendati digabungkan antara jasad (materi) dengan rȗẖ begitu
saja, sebab hewan pun mempunyai keduanya. Melainkan ada hal lain, yang
membuat manusia itu akan melakukan perbuatan-perbuatan mulia.

Menarik jika konsep manusia ini diketahui, sebab Al-Syaikh Taqiyuddin


Al-Nabhȃni membahas ini dalam kitab Niẕȃm AlIslȃm mengenai materi dan rȗẖ,
hati (qalb), potensi manusia, dan perbuatan manusia yang menjadi konsep dasar
dalam mendidik subjek dan objek pendidikan (peserta didik) yang merupakan
manusia.2

Konsep kehidupan menurut haḏȃrah Islam, dapat dilihat dalam konsep


dasar Islam yang lahir dari akidah Islam serta yang menjadi dasar bagi kehidupan
dan perbuatan manusia di dunia. Konsep dasar itu adalah penggabungan materi
dengan ruh, yaitu menjadikan semua perbuatan manusia berjalan sesuai dengan

1
Renda fahrurrozie,”konsep pendidikan Islam Taqiyuddin Al-Nabhan;kajian kitab nihzom
al-islam,” https//www.researchgate.net/publication/353588973.(sabtu,24 september 2022:22.01)
2
Ibid.hal.36
perintah Allȃh dan laranganNya. Konsep ini yang menjadi dasar pandangannya
tentang kehidupan. Sebab, pada hakikatnya perbuatan manusia itu adalah materi.
Sedangkan kesadaran manusia akan hubungannya dengan Allȃh, ditinjau dari
halal-haramnya perbuatan, adalah ruh. Maka terjadilah penggabungan antara
materi dengan ruh3

Hakikat Hidup
Peran Hidup Manusia
Manusia Pembinaan Pendidikan
(Beribadah)

Paraga 1. Korelasi Hakikat Hidup Manusia Dengan Arah Pendidikan 4


Jadi, pendidikan dalam pandangan Islam harus merupakan upaya sadar
dan struktur serta sistematis untuk mensukseskan misi penciptaan manusia
sebagai Abdullah dan Khalifah Allah di muka Bumi.5
Untuk menjaga kesinambungan proses pendidikan dalam menjabarkan
pencapaian tujuan pendidikan, maka keberadaan kurikulum pendidikan menjadi
suatu kebutuhan yang tidak terelakkan. Kurikulum pendidikan islam sangat khas.
Kurikulum ini memiliki ciri-ciri yang sangat menonjol pada arah, asa dan tujuan
pendidikan, unsur-unsur pelaksana pendidikan serta pada struktur kurikulumnya.
Asas pendidikan islam adalah Aqidah Islam. Asa ini berpengaruh dalam

3
Taqiyuddin an-Nabhani,peraturan hidup dalam islam,cet.6 (jakarta:HTI-Press,2001)
hlm.112
4
Ismail yusanto,dkk.menggagas pendidikan islam;dilengkapi implementasi praktis
pendidikan islam terpadu di TK, SD dan SMU.Cet.4 (Bogor:Al-Azhar Press,2014) hlm. 59
5
Ibid.
penyusunan kurikulum pendidikan, sistem belajar mengajar, kualifikasi guru,
budaya yang dikembangkan dan interaksi di antara semua komponen
penyelenggara pendidikan.6
Tujuan pendidikan adalah suatu kondisi yang menjadi target dari proses-
proses pendidikan termasuk penyampaian ilmu pengetahuan yang dilakukan.
Tujuan pendidikan menjadi panduaan bagi seluruh kegiatan dalam sistem
pendidikan . sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, tujuan pendidikan
dalam islam adalah untuk membentuk manusia yang berkarakter, yakni (1)
berkepribadian islam, (2) menguasai tsaqofah islam, (3) menguasai ilmu
kehidupan (sains teknologi dan keahlian ) yang memadai7.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus
sebagai pedoman dalam pelaksanaa pendidikan. Kurikulum memcerminkan
falsafat hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak
akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang.
Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderum /selalu mengalami
perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kurikulum harus mengantisipasi perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah
cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut.8
Termaktub dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bab II pasal 3 bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung
jawab.9
6
Ibid.hal.61
7
Ibid.hal.65
8
Hamzah B.uno,Sutaradjo Almowidjoyo, Nina lama tenggo, pengembangan
kurikulum;rekayasa pedagogik dalam pembelajaran.cet.1(Depok:PT Raja Grafindo
Persada).hlm.14
9
Tujuan pembelajaran PAI (n.d).diakses pada tanggal 29 september 2022 dari berita online:
http://sudutpendidikan 1.blogspot.com.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional di atas, jelaslah bahwa iman dan
takwa merupakan cita-cita pertama yang ingin diwujudkan bangsa Indonesia dan
cinti nilai dari pendidikan. Tujuan metode pemebelajaran pendidikan islam
adalah membentuk kepribadian islam peserta didik serta membekalinya dengan
berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan.

B. Rumusan Masalah
1. Landasan Psikologis Kurikulum
2. Pengembangan peserta didik dan kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Psikologis Kurikulum


Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia. Dalam setiap
proses pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya,
baik lingkungan yang bersifat fisik maupun sosial melaluin pendidikan
diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didik menuju kedewasaan, baik
desawa dari fisik, mental, emosional, moral, intelektual, maupun sosial (Ruhimat,
2011:26).10
Secara faktual, pendidikan melibatkan tiga unsusr pelaksanaa: yaitu
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Paraga 2. Bagan faktual 3 unsusr pelaksa
pendidikan. Sinergi pengaruh negatif, menggambarkan kondisi obyektif
pendidikan saat ini, dimana ketiga unsur pelaksana tersebut belum berlajan secara
sinergi di samping masing-masing unsur tersebut belumlah berfungsi secara
benar. mengingat ditengah masyarakat terjadi interaksi antar ketiganya, maka
kenegatifan masing-masing itu juga memberikan pengaruh kepada unsur
pelaksana pendidikan yang lain. Maksudnya, buruknya pendidikan pendidikan
anak di rumah memberi beban berat kepada sekolah dan membawa ruwetnya
persoalan di tengah masyarakat seperti terjadinya tawuran pelajar, seks bebas,
narkoba dan sebagainya. Sementara, situasi masyarakat yang buruk jelas membuat
nilai-nilai yang mungkin sudah berhasil ditanamkan di tengah keluarga dan
sekolah menjadi kurang optimum. Apalagi bila pendidikan yang diterima di
sekolah juga kurang bagus, maka lengkaplah kehancuran dari tiga pilar
pendidikan tersebut.11

10
Priyanto,” landasan psikologis pengembangan kurikulum PAI.” Julna pendidikan dan
kemasyarakatan”.vol.2.no.1 (2017):20
11
Ismail yusanto,dkk. Op.Cit.,hlm.15
Rumah
(+/-)

Sekolah Masyarakat
(+/-) (+/-)

Paraga 2. Bagan faktual 3 unsusr pelaksa pendidikan.


Sememntara, kelemahan strategi fungsional terjadi pada tiga unsur
pendidikan, yaitu (1) lemahnya lembaga pendidikan yang tercermin dari kacaunya
kurikulum, tidak optimalnya peran dan fungsi guru, tidak berjalannya proses
belajar mengajar secara baik serta tumbuhnya budaya sekolah yang tidak sesuai
dengan kehendak islam, (2) kondisi pendidikan keluarga yang tidak mendukung,
dan (3) keadaan masyarakat tidak kondusif. Kacaunya kurikulum berawal dari
asasnya yang sekuler, kemudian mempengaruhi penyusunan struktur kurikulum
yang tidak memberikan ruang semestinya kepada proses penguasaan tsaqofah
islam dan pembentukan kepribadian islam.12
B. Pengembangan peserta didik dan kurikulum
Ditinjau dari segi kelembagaan, pendidikan untuk anak usia 2 hingga 6
tahun ini yang biasa disebut Taman Kanak-kanak di Indonesia telah dianggap
sebagai bagian dari pendidikan formal sebagai bagian resmi dari sisitem
pendidikan yang ada. Sehingga ia tidak lagi berlangsung secara non formal, dalam
arti memiliki kurikulum dan tujuan yang jelas. Sementara pememrintahan islam,
pendidikan untuk anak di atas usia 7 tahun dikenal dengan istillah kuttab.

12
Ibid.
Sememntara anak di bawah 7 tahun, pendidikannya dibimbing langsung oleh
orang tuanya.13
Dalam sistem pendidikan islam, Taman Kanak-kanak diselenggarakan
sebagai tempat anak-anak muslim bermain dan bertutur kata serta belajar Al-
Quran atau belajar huruf-huruf dan angka-angka melalui cara permainan yang
mengandung nilai-nilai Islam. TK juga berfungsi untuk mempersiapkan anak-
anak untuk memasuki sekolah dasar. Ringkasnya , taman kanak-kanak
diselenggarakan sebagai usaha untuk mengembangkan kepribadian anak-anak
dalam rangka menjembatani pendidikan dalam keluarga menuju pendidikan
sekolah formal.
Tabel 1. Tahap-tahap perkembangan Anak (Travers, 1976)14
Usia Perkembangan

2-7 Tahun  Disebut stadium realism fantasi


 Memulai penguasaan bahasa dan permainan simbolis
 Berfikir egosentris
7-11 Tahun  Disebut stadium operasional konkrit
 Terjadi perubahan berfikir dari pra operasional ke arah
operasional
 Sifat egosentris mulai menurun
 Memiliki minat yang tinggi untuk belajar
 Belum mampu mengaitkan berbagai hal terpisah menjadi
kesatuan yang bulat
 Selalu ingin tahu dan aktif

Lebih dari 11  Disebut fase operasional formal


tahun  Semakin bertambah intelektual
 Lebih senang berada dalam keadaan bebas

13
Ibid.hal.122
14
Ibid.
Model pendidikan yang baik semestinya bisa disediakan oleh negara
karena negaralah yang memiliki seluruh otoritas yang diperlukan bagi
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Negara wajib menyediakan
pendidikan dengan gratis agar semua masyarakat dapat mengases pendidikan yang
memadai. Tidak seperti sistem sekarang ini dimana banyak masyarakat/peserta
didik putus sekolah akibat biaya pendidikan yang tinggi. Agar tujuan pendidikan
bisa telaksana dengan baik yang mewujudkan kepribadian peserta didik menjadi
kepribadiann islam maka sudah sepantas segara negara menerapkan aqidah islam
sebagai asas bagi kurikulum.

Taqiyuddin an-Nabhani menyebut beberapa poin politik pendidikan Islam:

1) Kurikulum pendidikan wajib berlandaskan akidah Islam. Mata pelajaran serta


metodologi penyampaian pelajaran seluruhnya disusun tanpa adanya
pentimpangan sedikit pun dalam pendidikan dari asa tersebut.
2) Politik pendidikan adalah membentuk pola pikir dan pola jiwa Islam. Seluruh
mata pelajaran di susun berdasarkan dasar strategi tersebut.
3) tujuan pendidikan adalah membentuk kepribadian Islam serta membekalinya
dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan.
Metode penyampaian pelajaran dirancang untuk menunjang tercapainya
tujuan tersebut. Setiap metodologi yang tidak berorientasi pada tujuan
tersebut dilarang.
4) Waktu pelajaran untuk ilmu-ilmu Islam dan bahasa Arab yang diberikan
setiap minggu harus disesuaikan dengan waktu pelajaran untuk ilmu-ilmu
lain, baik dari segi jumlah maupun waktu
5) Ilmu-ilmu terapan -seperti olahraga- harus dipisahkan dengan ilmu-ilmu
tsaqofah. Ilmu-ilmu terapan diajarkan menurut kebutuhan dan tidak terikat
dengan jenjang pendidikan tertentu. Ilmu-ilmu tsaqofah diberikan mulai dari
tingkat dasar sampai tingkat aliyah sesuai dengan rencana pendidikan yang
tidak bertentangan dengan konsep dan hukum Islam. Ditingkat perguruan
tinggi ilmu-ilmu tsaqofah boleh diajarkan secara utuh seperti halnya ilmu
pengetahuan yang lain, dengan syarat tidak mengakibatkan adanya
penyimpangan dari strategi dan tujuan pendidikan.
6) Tsaqofah Islam harus diajarkan disemua tingkat pendidikan. Untuk tingkat
perguruan tinggi hendaknya diadakan/dibuka berbagai jurusan dalam
berbagai cabang ilmu keislaman, disamping diadakan jurusan lainnya seperti
kedokteran, teknik, ilmu pengetahuan alam dan sebagainya.
7) Ilmu kesenian dan keterampilan dapat digolongkan sebagai ilmu
pengetahuan, seperti perdagangan, pelayaran dan pertanian yang boleh
dipelajari tanpa terikat batasan atau syarat tertentu; dan dapat juga
digolongkan sebagai suatu kebudayaan apabila telah dipengaruhi oleh
pandangan hidup tertentu, seperti seni lukis dan pahat yang tidak boleh
dipelajari apabila bertentangan dengan pandangan Islam.
8) Kurikulum pendidikan hanya satu. Tidak boleh digunakan kurikulum selain
kurikulum negara. Tidak ada larangan untuk mendirikan sekolah-sekolah
swasta selama mengikuti kurikulum negara dan berdiri berdasarkan strategi
pendidikan yang di dalamnya terealisasi politik dan tujuan pendidikan. Hanya
saja pendidikan di sekolah itu tidak boleh bercampur baur antara laki laki
dengan perempuan baik di kalangan murid maupun guru. Juga tidak boleh
dikhususkan untuk kelompok, agama, mazhab, ras atau warna kulit tertentu.
9) Pengajaran hal-hal yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya merupakan
kewajiban negara yang harus terpenuhi bagi setiap individu, baik laki-laki
maupun perempuan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Negara
wajib menyediakannya untuk seluruh warga dengan cuma-cuma. Dan
kesempatan pendidikan tinggi secara cuma-cuma dibuka seluas mungkin
dengan fasilitas sebaik mungkin.
10) Negara menyediakan perpustakaan, laboratorium dan sarana ilmu
pengetahuan lainnya, disamping gedung-gedung sekolah, universitas untuk
memberi kesempatan bagi mereka yang ingin melanjutkan penelitian dalam
berbagai cabang pengetahuan, seperti fiqh, ushul fiqh, hadits dan tafsir,
termasuk di bidang ilmu murni, kedokteran, teknik, kimia, penemuan-
penemuan baru (discovery and invention) sehingga lahir di tengah-tengah
umat sekelompok besar mujtahidin dan para penemu.15

15
Taqiyuddin an-Nabhani, Daulah Islam cet.7 (jakarta:HTI-Press,2002) hlm.383-385
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. pendidikan dalam pandangan Islam harus merupakan upaya sadar dan
struktur serta sistematis untuk mensukseskan misi penciptaan manusia
sebagai Abdullah dan Khalifah Allah di muka Bumi.
2. Untuk menjaga kesinambungan proses pendidikan dalam menjabarkan
pencapaian tujuan pendidikan, maka keberadaan kurikulum pendidikan
menjadi suatu kebutuhan yang tidak terelakkan.
3. Ttujuan pendidikan dalam islam adalah untuk membentuk manusia yang
berkarakter; yakni (1) berkepribadian islam, (2) menguasai tsaqofah islam,
(3) menguasai ilmu kehidupan (sains teknologi dan keahlian ) yang memada.
4. Kurikulum pendidikan wajib berlandaskan akidah Islam. Mata pelajaran serta
metodologi penyampaian pelajaran seluruhnya disusun tanpa adanya
pentimpangan sedikit pun dalam pendidikan dari asa tersebut.
5. Politik pendidikan adalah membentuk pola pikir dan pola jiwa Islam. Seluruh
mata pelajaran di susun berdasarkan dasar strategi tersebut
B. Saran
Saya selaku penulis makalah ini sangat merasa masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan pada makalah ini, untuk itu saya berharap kepada
dosen pengampu dan para pembaca agar bersedia mengkitik dan memberikan
masuk pada makalah ini,agar kedepan dan selanjutkan penulis dapat memperbaiki
lagi penulisan makalah selanjutnya. Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA
Yusanto Ismail,dkk.menggagas pendidikan islam;dilengkapi implementasi praktis
pendidikan islam terpadu di TK, SD dan SMU. Bogor:Al-Azhar Press.2014

Hamzah B.uno,sutaradjo,almowidjoyo,nina lama tenggo, pengembangan


kurikulum;rekayasa pedagogik dalam pembelajaran.Depok:PT Raja
Grafindo Persada.2018

An-Nabhani T,peraturan hidup dalam islam.Jakarta:HTI-Press.2001

An-Nabhani T, Daulah Islam. Jakarta:HTI-Press.2002

Renda fahrurrozie,”konsep pendidikan Islam Taqiyuddin Al-Nabhan;kajian kitab


nihzom al-islam,” https//www.researchgate.net/publication/353588973.
Diakses pada tanggal 24 september 2022:22.01

Tujuan pembelajaran PAI (n.d).diakses pada tanggal 29 september 2022 dari


berita online: http://sudutpendidikan 1.blogspot.com.

Priyanto,” landasan psikologis pengembangan kurikulum PAI.” Julna pendidikan


dan kemasyarakatan”. 2017

Anda mungkin juga menyukai