Anda di halaman 1dari 5

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum (Curriculum) berasal dari bahasa yunani yaitu curir yang
berarti berlari dan Currere yang artinya tempat berpacu.1 Kurikulum adalah
seperangkat rencana pembelajaran yang terdiri dari isi dan materi-materi
pelajaran yang terstruktur, terprogram dan terencana dengan baik yang berkaitan
dengan berbagai kegiatan dan interaksi sosial di lingkungan dalam
menyelenggarakan kegiatan belajarmengajar dengan tujuan mencapai tujuan
pendidikan.2
Menurut S. Nasution, kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun
untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung
jwab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajaran.3
Menurut J. Galen Saylor kurikulum adalah sebuah perencanaan untuk
memperbaiki seperangkat pembelajaran untuk seseorang agar menjadi terdidik.4
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19 adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman pembelajaran untuk mencapai tujuan penmdidikan.5
Dengan demikian kurikulum adalah serangkaian susunan rencana proses
pembelajaran yang telah disepakati dan disesuaikan untuk kelancaran proses
pembelajaran. Kurikulum akan terus mengalami pengembangan. Ada empat
landasan pengembangan kurikulum yakni landasan filosofis, psikologis,
sosiologis serta landasan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.
B. Landasan Filosofis Kurikulum
Landasan filosofis kurikulum merupakan landasan penting yang ada
dalam sebuah kurikulum. Menurut Kneller bahwa fondasi kurikulum yaitu
landasan filosofis kurikulum, sedangkan Beauchamp, menempatkan filsafat
sebagai syarat pertama dalam pengembangan kurikulum, sebagaimana Rupert C.
Lodge menjelaskan bahwa filsafat dan kurikulum satu kesatuan yang tidak bisa
terpisahkan, Noor Syam memisalkannya seperti tubuh dengan ruh menjadi mati
bila tidak menyatu, bahkan Muhmidyeli menegaskan bahwa tidak bisa disangkal
keberadaan filsafat merupakan material dasar membangun kurikulum yang

1
Imam Machali, ‘Kebijakan perubahan kurikulum 2013 dalam menyongsong Indonesia emas
tahun 2045’, Jurnal Pendidikan Islam, vol. 3, no. 1 (2014), p. 73.
2
Syamsul Bahri, ‘Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya’, Jurnal Ilmiah Islam Futura,
vol. 11, no. 1 (2017), p. 19.
3
Ibid., p. 17.
4
Seiski Afrita Riska and Hade Afriansyah, Administrasi Kurikulum (OSF Preprints, 2019), p. 1.
5
Ibid.
sempurna.6 Berdasarkan landasan filosofis kurikulum inilah ditentukan arah dan
tujuan pelaksanaan pendidikan.
Pandangan filosofis disetiap daerah tentu berbeda di Indonesia sendiri
yang menjadi pandangan filsafat yang digunakan harus berdasarkan pancasila.
Pandangan filsafat pancasila inilah yang dijadikan sebagai arah dan tujuan
pendidikan di Indonesia.
Landasan filsafat dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas
peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum,
proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan
peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam disekitarnya.7
C. Landasan Psikologis Kurikulum
Aspek psikologi sangat perlu untuk diperhatikan dalam menentukan
sebuah kurikulum. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku
manusia. Oleh karena itulah landasan psikologis kurikulum menuntut kurikulum
untuk memberikan perhatian dan pertimbangan aspek peserta didik dalam
pelaksanaan kurikulum. Dengan mempelajari perilaku peserta didik maka
pendidik dapat memahami dengan baik kurikulum seperti apa yang dapat
digunakan untuk menyesuaikan dengan aspek psikologis peserta didik itu
sendiri.
Dengan memperhatikan aspek psikologis maka tujuan pendidikan akan
tercapai secara maksimal. Hal ini dikarenakan belajar adalah perubahan perilaku
yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman dan bukan hasil dari
perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan dan bisa melaksanakannya pada
pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain.
Sebagaimana prinsip belajar yang diungkapkan oleh Gagne (1979) yakni:
1. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan
pendidik tentang respon anak yang diharapkan beberapa kali secara berturut-
turut.
2. Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang atau dipraktekan agar
proses belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.
3. Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk
mempertahankan dan menguatkan respon itu.
4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar
5. Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-
anak.

6
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Filsafat Pendidikan Islam: Analisis Pemikiran Filosofis
Kurikulum 2013 (Uwais Inspirasi Indonesia, 2018), p. 16.
7
Ibid., p. 14.
6. Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar
sepertiapersepsi dalam mengajar.
7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar
8. Aspek-aspek jiwa anak harus dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam
pengajaran.8
Dengan melaksanakan hal tersebut dalam pelaksanaan kurikulum akan
meningkatkan kualitas peserta didik dalam proses pembelajaran dan
perkembangannya. Made Pidarta menyebutkan implikasi psikologi terhadap
konsep pendidikan yakni sebagai berikut:
1. Psikologi perkembangan yang bersifat umum, yang berorientasi pada
kognisi, afeksi, dan psikomotor memberi petunjuk pada pendidik untuk
menyiapkan dan mengorganisasikan materi pendidikan serta bagaimana
dapat membina dan mengembangkan kemampuan anak secara optimal.
2. Psikologi belajar berimplikasi pada proses pembelajaran. Teori belajar klasik
masih sering digunakan walaupun umumnya sudah lama. Teori belajar
disiplin mental bermanfaat untuk melatih mental dan melatih soal-soal. Teori
behaviorisme lebih cocok untuk membentuk perilaku nyata, seperti mau
menyumbang, gaiat bekerja dan sebagainya sedangkan teori kognifisme
untuk mempelajari pelajaran yang lebih rumit yang dibutuhkan pemahaman
untuk memecahkan masalah dan berkreasi menciptakan bentuk ide baru.9
D. Landasan Sosiologis
Landasan Sosiologis dalam pengembangan kurikulum merupakan
asumsi-asumsi yang berasal dari perilaku sosial yang dijadikan sebagai acuan
dalam pengembangan kurikulum. Hal ini didasari dengan pendidikan sebagai
proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sebagaimana
Nana Syaodih yang mengatakan bahwa: “Dengan pendidikan kita tidak
mengharapkan muncul manusia yang lain dan asing terhadap masyarakat, tetapi
manusia lebih bermutu, mengerti dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh
karena itu, tujuan, isi maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan
kondisi karakteristik, kekayaan dan perkembangan masyarakat tersebut.”10
Landasan sosiologis dalam pendidikan memang tidak dapat dipandang
remeh. Berikut merupakan beberapa fektor penting yang menjadikan sosiologi
sebagai landasan dalam pengembangan kurikulum pendidikan:

8
Nur Ulwiyah, ‘Landasan Psikologi Dan Aktualisasinya Dalam Pendidikan Islam’, Religi: Jurnal
Studi Islam, vol. 6, no. 1 (2015), p. 84.
9
Ibid., p. 91.
10
Ahmad Dwi Nur Khalim, ‘Landasan Sosiologis Pengembangan Kurikulum Sebagai Persiapan
Generasi Yang Berbudaya Islam’, As-Sibyan, vol. 2, no. 1 (2019), p. 58.
1. Pendidikan mengandung dan memberikan pertimbangan nilai. Hal ini
dikarenakna pendidikan diarahkan pada pengembangan pribadi anak agar
sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan diharapkan masyarakat.
2. Pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan bukan
hanya untuk pendidikan tetapi menyiapkan anak untuk kehidupan dalam
masyarakat.
3. Pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan
masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung. Seperti dukungan
penyediaan fasilitas, personalia, sistem sosial budaya, politik keamanan dan
lain-lain.11
E. Landasan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK)
Kurikulum yang baik tentu harus memiliki keserasian dengan
perkembangan pengetahuan, teknologi serta seni. Hal-hal ini akan berpengaruh
terhadap mutu pembelajaran yang diterapkan. Tanpa menerapkan IPTEK
kurikulum akan ketinggalan dengan zaman dan peserta didik tidak dapat
memperoleh ilmu yang dituntut dalam dunia kerja.
Selain itu alasan pentingnya penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yakni
sebgai berikut:
1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dapat membawa manusia
kepada kemajuan yang tak pernah terbayangkan
2. Banyaknya kemunculan terhadap masalah-masalah penyalahgunaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
3. Kurikulum perlu diupdate selaras dengan perkembangan teknologi
4. Terdapat perubahan yang perlu untuk diperhatikan dan diantisipasi yakni
perubahan pola hidup dan sosial politik.
Adapun hal-hal yang dijadikan dasar dalam pengembangan IPTEK yakni:
1. Pengembangan IPTEK selayaknya berada dalam keseimbangan yang efektif
dan dinamis dengan pembinaan SDM, pelaksanaan penelitian pengembangan
sarana, prasarana IPTEK.
2. Penyusunan IPTEK terarah pada peningkatan kehidupan bangsa dan kualitas
kesejahteraan.
3. Pembangunan IPTEK sepadan dengan nilai-nilai agama, kondisi sosial
budaya, nilai luhur dan lingkungan hidup.
4. Penyusunan IPTEK harus berdasar pada upaya peningkatan efektivitas
penelitian, efisiensi, produktifitas dan perkembangan yang lebih tinggi.

11
Ibid., p. 62.
5. Pembangunan IPTEK harus dapat memberikan solusi penyelesaian masalah
konkret.12

12
Farrah Camelia, ‘Analisis Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Pengembangan
Kurikulum’, SAP (Susunan Artikel Pendidikan), vol. 5, no. 1 (2020), p. 62-63.

Anda mungkin juga menyukai