Anda di halaman 1dari 47

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………..
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………...
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1

B. Fokus Peneitian dan Deskripsi Fokus……………………………………..7

C. Rumusan Masalah………………………………………………………....8

D. Kajian Pustaka………………………………………………………….…8

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………………...……….10

BAB II TINJAUAN TEORETIS……………..………………………………..11

A. Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam………………………………...…11

B. Metode Pembiasaan……………………………………………………...20

C. Tadarus Al-Qur’an……………………..………………………………..23
D. Kerangka Konseptual…………………………………………………….31

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………...……..32

A. Jenis dan Lokasi Penelitian……………………………………………....32

B. Pendekatan Penelitian………………………………………..…………..32

C. Sumber Data…………………………………………………………...…33

D. Instrumen Penelitian……………………………………………………...34

E. Metode Pengumpulan Data………………………………………………35

F. Tehnik Pengolahan Data…………………………………………...…….36

G. Pengujian Keabsahan Data……………………………………………….38

ii
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...42

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pemerintah melalui

bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung disekolah dan luar sekolah

sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan

peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.

Pelajaran terprogram dalam bentuk pengalaman-pengalaman melalui pendidikan


formal, non formal, dan informal di sekolah maupun diluar sekolah yang

berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi. Pertimbangan

kemampuan-kemampuan individu agar di kemudian hari dapat memainkan

peranan hidup yang tepat.1

Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana yang tertuang dalam Undang-

Undang (UU) Pasal 3 No. 20 tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk


berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakep,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.2 Menurut rumusan konferensi pendidikan Islam sedunia yang ke-2, pada

tahun 1980 di Islamabad, Pendidikan Islam adalah :


“Pendidikan harus ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan
personalitas manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal,
perasaan, dan fisik manusia. Dengan demikian, pendidikan diarahkan
untuk mengembangkan manusia pada seluruh aspeknya: spiritual,
intelektual, daya imajinasi, fisik, keilmuan, dan bahasa, baik secara
individual maupun kelompok, serta mendorong seluruh aspek tersebut
1
Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009) , h. 5
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 200 tahun 2003 Pendidikan Nasional
(Bandung Citra Umbara, 2006), h. 7

1
2

untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan


diarahkan pada upaya merealisasikan pengabdian manusia kepada Allah,
baik pada tingkat individual maupun masyarakat dan kemanusiaan secara
luas”.3

Tujuan dari pendidikan Nasional sebagaimana yang tercantum dalam

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan

untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa.4

Pendidikan Islam adalah aspek penting dari keseluruhan ajaran Islam.

Karena itu, tujan pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan hidup

manusia, seperti untuk menciptakan hamba Allah yang selalu patuh atau takwa

kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Pendidikan keIslaman atau pendidikan Agama Islam , yakni upaya mendidikkan

Agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life

(pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian yang kedua ini dapat

berwujud: (1) segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu

seorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan atau

menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan sebagai

pandangan hidupnya yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan

dalam keterampilan hidupnya sehari-hari ; (2) segenap fenomena atau peristiwa

perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya atau

tumbuhkembangnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa

3
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam Edisi Pertama , (Jakarta: Prenadamedia, 2010), h.
25
4
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi dan Evaluasi,
(Yogyakarta: Teras, 2009), h. 81
3

pihak.5Nilai, Agama khususnya Agama Islam bersumber dan berakar dari

keimanan terhadap keesaan Tuhan. Semua nilai kehidupan manusia berakar dari

keimanan terhadap keesaan Tuhan menjadi dasar Agama. Adapun yang

dikemukakan Jamaliah Hasballah dalam pandangan Kuntowijoyo mengenai

struktur keagamaan Islam sebagai berikut :


“Didalam struktur keagamaan Islam, tidak dikenal dikotomi antara domain
duniawi dan domain Agama. Konsep tentang Agama di dalam Islam
bukan semata-mata teologi, sehingga serba-pemikiran-teologi bukanlah
karakter Islam . Nilai-nilai Islam pada dasarnya bersifat all-embracing
bagi penataan sistem kehidupan social, politik, ekonomi, dan budaya.”

Dalam pandangan ini terungkap bahwa nilai Islam pada dasarnya

memberikan penataan yang bersifat saling berangkulan antara berbagai lapangan

hidup manusia, seperti kehidupan social, politik, ekonomi, dan budaya. Dengan

demikian perlu diungakp lebih lanjut tentang apa yang disebut nilai-nilai Islam

itu. Pada hakikatnya, nilai-nilai Islam itu adalah kumpulan dari prinsip-prinsip

hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana manusia seharusnya menjalankan

kehidupan didunia ini, yang satu prinsip dengan lainnya saling terkait membentuk

satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah-pisahkan. Nilai juga merupakan suatu

gagasan atau konsep tentang apa yang dipikirkan seseorang dan dianggap penting

dalam kehidupannya. Melalui nilai dapat menentukan suatu objek, orang, gagasan,

cara bertingkah laku yang baik atau buruk.6

Agama sendiri memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat

manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan

yang bermakna, damai dan bermartabat. Selain itu, agama juga sebagai sumber

5
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam; Mengurangi Benang Kusut Dunia
Pendidikan, (Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.4-5
6
Jamaliah Hasballah, Nilai-Nilai Budi Pekerti Dalam Kurikulum, (Banda Aceh PPS IAIN
Ar-Ranir, 2008), h. 25
4

pemikiran yang etik dalam kehidupan yang penuh makma serta sumber kehidupan

utamanya dalam kehidupan toleransi dan ukhuwah. Untuk itu, dalam upaya

menyadari betapa pentingnya peran Agama bagi kehidupan umat manusia, maka

internalisasi nilai-nilai Agama dalam kehidupan pribadi menjadi sebuah

keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik dilingkungan pendidikan

keluarga, sekolah maupun masyarakat.7

Internalisasi adalah proses penanaman nilai-nilai Agama Islam pada

pribadi siswa yang diwujudkan dengan sikap, perilaku dan penghayatan terhadap

suatu pengajaran sehingga mampu menumbuhkan keyakinan, kesadaran dan dapat

memotivasi dirinya yang diwujudkan dalam suatu sikap dan tingkah laku.

Internalisasi pada hakikatnya adalah usaha berbagi ilmu (knowledge sharing).

Internalisasi dapat pula diartikan sebagai salah satu metode, prosedur dan tehnik

dalam siklus manajemen pengetahuan yang digunakan oleh pendidik untuk

memberikan kesempatan kepada peserta didik agar berbagi pengetahuan yang

mereka miliki kepada orang lain.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan Agama Islam, dalam upaya

penyelenggaraan pendidikan pun harus berlangsung tidak hanya proses transfer

ilmu (transfer of knowledge) namun harus beriringan dengan penanaman nilai-

nilai (transfer of values). Ini berarti dalam proses belajar mengajar senantiasa

harus disertai dengan penanaman nilai-nilai religious. Oleh karena itu, output

yang dihasilkan dari proses pendidikan adalah sosok manusia yang memiliki

intelektual tinggi, terampil, bermoral, berakhlakul karimah dan beriman kepada

7
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius Di Sekolah, (Upaya Mengembangkan
PAI Dari Teori Ke Aksi, ( Malang : Uin Maliki Press; 2019), h. 17
5

tuhan yang maha Esa.8 Jadi, untuk mencapai tujuan pendidikan diatas perlu

namanya pendidikan agama Islam, terutama pada aspek afektif sangat perlu

diperhatikan, sehingga peserta didik dalam menjalani kehidupannya sesuai kontrol

dalam menghadapi globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang selama ini berlangsung

terasa kurang terkait terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan

agama yang bersifat kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang perlu

diinternalisasikan dalam diri peserta didik, yang selanjutnya menjadi sumber

motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat, dan berperilaku secara

konkrit-agamis dalam kehidupan praktis sehari-hari.

Sesuai dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 57 tahun 2021 pasal 12 ayat

1 tentang standar proses: pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam

pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar yang : a)

Interaktif b) Inspiratif, c) Menyenangkan, d) Menantang, e) Memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif , dan f) Memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik.9

Tindakan dari pihak sekolah untuk dapat menginternalisasikan nilai-nilai

ajaran Islam dalam diri peserta didik menjadi sangat penting dan salah satu upaya

yang dilakukan yakni dengan metode pembiasaan khususnya tadarus Qur’an yang

8
Dede Abdul Hakim, Internalisasi Nilai-Nilai pendidikan Agama Islam Melalui Metode
Pembiasaan Siswa Ibtidaiyah, (Jurnal Penelitian Pengabdian Masyarakat, vol 1No. 12 April 2022)
1231-1251
9
Peraturan Pemerintah Republik Indoonesia No. 57, tentang Standar Nasional
Pendidikan, SK No. 102501 A, 2021
6

ada dilingkungan sekolah di Mts Al-Qalam Teppo sebagaimana observasi awal

peneliti bahwa proses pembiasaan tersebut dilakukan dengan tujuan agar peserta

didik gemar dalam membaca atau bertadarus Qur’an, dengan melalui kegiatan-

kegiatan praktik membaca yang diadakan disekolah dan dilaksanakan setiap awal

pembelajaran sehingga peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan nilai-

nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di

lingkungan masyarakat.

Internalisasi yang akan dilakukan oleh pihak sekolah melalui pembiasaan

nilai-nilai agama Islam khususnya pembiasaan tadarus Qur’an akan berhasil

dengan baik apabila adanya kerjasama antara pihak sekolah dengan orangtua.

Kerjasama yang dimaksud disini adalah ketika orangtua dapat memberikan

perhatian kepada peserta didik saat berada dirumah berupa bimbingan membaca

atau bertadarus Quran. Pengawasan oleh orangtua ketika berada dirumah sangat

perlu dilakukan agar proses internalisasi melalui pembiasaan tadarus Qur’an yang

dilakukan disekolah tidakhanya berjalan ketika berada dilingkungan sekolah akan

tetapi ketika berada dilingkungan keluarga juga berjalan dengan baik.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan

mengangkat judul tentang “Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam Melalui

Metode Pembiasaan Tadarus Qur’an Di Mts Al-Qalam Teppo” dengan alasan

karena pendidikan Islam merupakan pendidikan nilai yang perlu adanya proses

internalisasi terutama internalisasi nilai ajaran Islam kepada peserta didik

khususnya pembiasaan tadarus Qur’an, meneropong anak muda terlebih remaja

kini yang kurang perhatian akan Al-Qur’an sehingga penulis tertarik meneliti

judul di atas. salah satu metode yang dapat digunakan sebagai upaya internalisasi
7

nilai ajaran Islam adalah dengan metode pembiasaan. Maka, melalui metode

pembiasaan ini akan lahir suatu kebiasaan kepada peserta didik.

B. Fokus penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian yang dimaksud adalah berupa aspek-aspek yang

menjadi topik pembahasan dalam penelitian tersebut. Berikut merupakan

aspek dalam penelitian, yakni :

a. Proses internalisasi nilai-nilai Agama Islam melalui metode pembiasaan

tadarus Qur’an peserta didik di Mts Al-Qalam Teppo.

b. Penerapan metode pembiasaan tadarus Qur’an dalam pembelajaran pendidikan

Agama Islam di Mts Al-Qalam Teppo.

2. Deskripsi Fokus

Terkait fokus penelitian yang dibahas maka deskripsi fokusnya adalah

sebagai berikut :
NO Fokus Penelitin Deskripsi Fokus

a. Proses Internalisasi nilai-nilai Agama Islam a. Gemar Membaca

melalui metode pembiasaan tadarus Qur’an peserta b. Taqarrub

didik di Mts. Al-Qalam Teppo

b. Penerapan metode pembiasaan tadarus Qur’an a. Baca Kolektif

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di b. Baca satu persatu

Mts Al-Qalam Teppo.


8

C. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang, fokus penelitian dan deskripsi fokus yang

dikemukakan di atas, maka secara pokok penelitian ini ingin merumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai Agama Islam melalui metode

pembiasaan tadarus Qur’an peserta didik di Mts Al-Qalam Teppo?

2. Bagaimana penerapan metode pembiasaan tadarus Qur’an dalam

pembelajaran PAI di Mts Al-Qalam Teppo?

D. Kajian Pustaka

Adapun beberapa penelitian yang mengkaji penelitian terkait Internalisasi

Nilai-Nilai Agama Islam Melalui Metode Pembiasaan yakni :

1. Tulisan dari Nadya Ulfa Khoerunnisya yang berjudul “Internalisasi

Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam melalui Metode Pembiasaan

Keagamaan di SMP Negeri Purwokerto”. Penelitian ini memiliki

persamaan dan perbedaan. Persamaaan penelitian tersebut masing-

masing membahas tentang internalisasi nilai-nilai pendidikan agama

islam yang metodenya juga tentang metode pembiasaan keagamaan.

Perbedaanya ialah tentang pembiasaan keagamaanya dimana penelitian

penulis membahas tentang pembiasaan tadarus Qur’an sedangkan

penelitian sebelumnya membahas pembiasaan keagamaan yang dimana

keagamaan itu sendiri dapat mencakup seluruh aspek keagamaan seperti

akhlak, akidah, praktik ibadah dll. yang menyangkut keagamaan dalam

sekolah itu. Berbeda dengan penelitian penulis yang hanya terfokus pada
9

pembiasaan Tadarus Qur’an pada peserta didik.10

2. Tulisan dari Firmansyah yang berjudul “Internalisasi Nilai-Nilai PAI

Melalui Metode Pembiasaan pada Mts Al-Kautsar Ranggo. Persamaan

penelitian penulis yakni sama-sama membahas tentang internalisasi nilai-

nilai Pendidikan Agama Islam. Sedangkan perbedaannya adalah

penelitian sebelumnya hanya membahas metode pembiasaan yaitu

menyangkut seluruh aspek nilai-nilai Agama seperti nilai Akhlak, Ibadah

dll. berbeda dengan penelitian penulis yakni membahas tentang metode

pembiasaan tadarus Qur’an.11

3. Tulisan dari wahyuni yang berjudul “Internalisasi nilai-nilai keislaman

dengan metode pembiasaan di SMP Negeri 2 Bissappu Kecamatan

Bissappu Kabupaten Bantaeng. Persamaan yang ada pada penelitian ini

yakni sama-sama membahas tentang internalisasi nilai-nilai islam.

Sedangkan perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya

yaitu pada penelitian sebelumnya menerapkan metode pembiasaan ini di

sekolah formal yakni sekolah tingakat SMP sedangkan penelitian penulis

menerapkan metode pembiasaan ini di sekolah tingkat Madrasah

tsanawiah atau lebih umum dikenal MTs.12

10
Nadya Ulfa Khoerunnisya, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Melaluoi
Metode Pembiasaan Keagamaan di SMP Negeri Purwokerto Kab. Banyumas, (Institut Agama
Islam Negeri Purwokerto, 2018).
11
Firmansyah, Internalisasi Nilai-Nilai PAI melalui Metode Pembiasaan pada Siswa
MTs. Al-Kautsar, (Jurnal Studi Pendidikan Agama Islam, Vol. VII No. 2 Edisi September 2017-
Februari 2018)
12
Wahyuni, Internalisasi Nilai-Nilai Keislamanan Dengan Metode Pembiasaan pada
Siswa SMP Negeri 2 Bisappu Kecamatan Bisappu Kabupaten Bantaeng, (Skripsi Universitas
Muhammadiyah Makassar, 1442 H/2021 M)
10

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam setiap melakukan penelitian tentunya mempunyai sebuah tujuan

yang jelas, sehingga apa yang dihasilkan nantinya diharapkan dapat

memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan. Adapun tujuan penelitian ini

adalah :

a. Untuk mendeskripsikan penerapan metode pembiasaan Tadarus

Qur’an dalam pembelajaran PAI di Mts Al-Qalam Teppo.

b. Untuk mendeskripsikan proses internalisasi nilai-nilai Agama Islam

dengan metode pembiasaan Tadarus Qur’an di Mts Al-Qalam Teppo.

2. Kegunaan penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis

maupun praktis, antara lain :

a. Bagi peneliti

1) Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam

internalisasi nilai-nilai Agama Islam melalui pembiasaan Tadarus

Qur’an.

2) Memberikan gambaran dan informasi tentang proses internalisasi nilai-

nilai Agama Islam melalui proses pembiasaan Tadarus Qur’an.

3) Sebagai pengetahuan peneliti sekaligus pengalaman dalam menyusun

skripsi.

b. Bagi guru

1) Sebagai bahan informasi atau bahan ajar guru dalam upaya

meningkatkan pembiasaan tadarus Qur’an di Mts Al-Qalam Teppo.


11

c. Bagi Peserta Didik

1) Meningkatkan motivasi belajar dan membaca dalam proses tadarus Al-

Qur’an

2) Membangkitkan peserta didik agar senantiasa belajar dan mengamalkan

ajaran Al-Qur’an
BAB II
TINJAUAN TEORETIS

A. Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam

1. Pengertian Internalisasi

Internalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah upaya

menghayati dan mendalami nilai, agar nilai tersebut tertanam dalam diri setiap

manusia. Pendidikan Agama Islam berorientasi pada pendidikan nilai sehingga

perlu adanya proses internalisasi tersebut. Internalisasi merupakan ke arah


pertumbuhan batiniah atau rohaniah peserta didik. Pertumbuhan itu terjadi

ketika siswa menyadari sesuatu “nilai” yang terkandung dalam pengajaran

Agama dan kemudian nilai-nilai itu dijadikan suatu “sistem nilai diri” sehingga

menuntun segenap pernyataan sikap, tingkah laku, dan perbuatan moralnya

dalam menjalani kehidupan ini.1

Internalisasi nilai adalah suatu proses yang menjadikan nilai sebagai

bagian dari diri seseorang. Karena itu, dapat dijelaskan bahwa proses tersebut

tercipta dari pendidikan nilai dalam arti yang sebenarnya, yaitu terciptanya
suasana, lingkungan dan interaksi belajar mengajar yang memungkinkan

terjadi proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai pendidikan.2Internalisasi

menurut Mulyasa dalam Muhammad Munif yaitu proses penghayatan dan

pendalaman nilai, agar tertanam dalam diri setiap manusia, dimana tehnik

pengajarannya dapat dilakukan dengan pembiasaan, penegakan aturan dan

motivasi.3Berdasarkan gagasan tersebut dapat disimpulkan bahwasanya

1
Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, 2002), h.39
2
Eni Nuraini, “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Membina Moral
Siswa di SMAN 1 Prambon” (Skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam, Kediri: 2016), h. 14-15
3
Muhammad Munif, “Strategi Internalisasi Nilai-Nilai PAI dalam Membentuk Karakter
Siswa” Vol. 01, No. 01, (Institut Agama Islam Nurul Jadid Paiton Propolinggo, Propolinggo:
2017), h. 3

12
13

Internalisasi merupakan proses yang mendalam untuk menghayati nilai-nilai

Agama yang dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh yang

sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu

karakter atau watak peserta didik. Dengan kata lain, proses penanaman suatu

nilai melalui proses penghayatan dan pendalaman pembiasaan sehingga

membentuk sebuah keyakinan dan kesadaran yang tertanam dalam diri

manusia yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku.

2. Tahap-Tahap Internalisasi

Pembinaan peserta didik atau mengasuh anak didik dalam sebuah

internalisasi mencakup beberapa tahapan. Tahap-tahap internalisasi tersebut

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Tahap Transformasi Nilai

Tahap ini merupakan komunikasi verbal tentang nilai, pada tahap

ini seorang guru seolah menyampaikan informasi nilai-nilai yang baik dan

yang kurang baik kepada peserta didik, yang semata-mata merupakan

komunikasi yang verbal tentang nilai. Pada tahap ini internalisasi nilai

dilakukan dengan cara penyampaian materi fisik melalui pengajaran di

kelas, ceramah-ceramah singkat agar para siswa mengetahui nilai-nilai yang

pro dan kontra dengan ajaran Agama Islam dan nilai budaya yang luhur.

Tahapan ini dapat juga disebut dengan proses pemahaman atau

menumbuhkan tingkat afektif siswa mengenai nilai-nilai Agama Islam.

b. Tahap Transaksi Nilai

Tahap ini merupakan tahapan dengan jalan komunikasi dua arah atau

interaksi antar siswa dengan guru yang sifatnya timbal balik. Internalisasi
14

nilai dilakukan dengan komunikasi timbal balik yakni informasi nilai yang

didapat dan dipahami siswa melalui contoh amalan yang dilakukan guru,

sehingga para siswa juga dapat merespon nilai yang sama. Dengan kata lain

tahapan ini adalah fase penghayatan yang bermuara pada peningkatan

kognitif siswa mengenai nilai-nilai agama Islam.4

c. Tahap Transinternalisasi

Tahap ini merupakan tahap yang jauh lebih dalam daripada sekedar

transaksi. Dalam tahap ini guru dihadapan siswa bukan lagi sosok fisiknya,

melainkan sikap mentalnya (kepribadiannya). 5Pada tahap ini bukan hanya

dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental dan

kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan

secara aktif.

Berdasarkan gagasan diatas dapat disimpulkan bahwa internalisasi sebagai

proses penanaman nilai kedalam jiwa manusia sehingga, muncullah sebuah sikap

dan perilaku yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang

diinternalsiasikan berupa nilai yang sesuai dengan norma atau aturan-aturan yang

berlaku di masyarakat.

3. Nilai-Nilai Agama Islam

a. Pengertian Nilai-Nilai Agama Islam

Nilai dalam bahasa inggris “Value”, dalam bahasa latin “velere”,

bahasa prancis kuno ”Valoir” atau nilai dapat diartikan berguna, mampu

4
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, ( Bandung : Remaja Rosdakarya , 2006), h.14
5
Abdul Hamid,“Metode Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 17 kota Palu”, Jurnal Pendidikan Agama Islam,( No 2,
2016), h. 197
15

akan, berdaya, berlaku, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan

seseorang atau sekelompok orang”.6 Dalam kamus besar bahasa Indonesia

nilai diartikan sebagai sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan

atau sesuatu yang menyempurnakan manusia.7 Selain itu, Nilai juga berarti

konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga

masyarakat pada beberapa masalah pokokdalam kehidupan keagamaan

yang bersifat suci sehingga menjadikan pedoman bagi tingkah laku

keagamaan bagi manusia.8

Nilai keagamaan secara etimologi, terbagi atas dua yakni nilai dan

keagamaan. Menurut Rokeach dan bank mengemukakan bahwa nilai

merupakan suatu tipe kepercayaan yang berada pada suatu lingkup sistem

kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan,

atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas. Sedangkan

keagamaan merupakan suatu sikap atau kesadaran yang muncul dengan

dasar keyakinan atau kepercayaan seseorang terhadap suatu agama.9

Beberapa pengertian tentang nilai di atas dapat dipahami bahwa nilai itu

adalah sesuatu yang abstrak ideal, dan menyangkut persoalan keyakinan terhadap

yang dikehendaki, memberikan corak pada pola pikiran, perasaan dan perilaku.

Dengan demikian, untuk melacak sebuah nilai harus melalui pemaknaan terhadap

kenyataan lain berupa tindakan, tingkah laku, pola pikir dan sikap seseorang atau

sekelompok orang. Jika dikaitkan dengan pendidikan nilai itu sangat berharga dan

6
Sutarjo Adisusilo, JR. Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada,
2012), h. 56
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat (Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama, 2008), h.
963
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed. Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 783
9
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Reliogius di Sekolah, (Malang: UIN Maliki
Press,2010), h. 1
16

bermakna dalam implementasi kehidupan sehari-hari menurut catatan dalam

agama dan pandangan dalam ajaran rasulullah.

Adapun menurut pandangan salah satu pakar yang mendefinisikan

bahwa nilai sebagai acuan tingkah laku hidup yang mempunyai tahapan, nilai

tersebut yaitu:

a) Values Thinking, yaitu nilai-nilai tahapan yang dipikirkan atau values

cognitive.

b) Values affective yaitu nilai-nilai yang menjadi keyakinan atau niat pada

diri orang untuk melakukan sesuatu.

c) Tahap terakhir adalah sactions yaitu tahap dimana nilai yang telah

menjadi keyakinan dan menjadi niat (komitmen kuat) diwujudkan

menjadi suatu tindakan nyata atau perbuatan konkrit.

Dikemukakan bahwa seseorang bisa saja berhenti pada tahap pertama,

yaitu tahu atau paham tentang nilau-nilai kehidupan, tetapi tidak sampai pada

perwujudan tingkah laku. Secara kognitif seseorang memang dapat tahu banyak

tentang nilai, tetapi tidak sampai melangkah pada value affective apalagi sampai

value sactions.10

Jadi, berdasarkan pandangan menurut pakar diatas dapat disimpulkan

bahwa nilai yang diajarkan pada peserta didik itu mempunyai tingkatan, dari

beberapa tingkatan tersebut sering kali peserta didik hanya mempelajari dari tahap

pemikiran sampai dengan keyakinan atau niat saja tanpa mewujudkan menjadi

suatu tindakan atau dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, oleh sebab itu dalam

10
Sutarjo Adi Susilo, JR. Pembelajaran Nilai Karakter . (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2012), h. 60.
17

penelitian ini, ingin mengetahui tingkatan nilai yang di capai oleh peserta didik

serta nilai apa saja yang sudah tertanam dalam diri peserta didik

Al-Qur’an merupakan sumber pendidikan terlengkap, baik pendidikan

kemasyarakatan, moral (akhlak), spiritual, material (kejasmanian), dan alam

semesta. Al-Qur’an merupakan sumbe nilai yang absolut, utuh, dan tidak dibatasi

oleh ruang dan waktu. Penerapan nilai-nilai Islam dalam tatanan empiris tidak

dapat dipisahkan oleh hadits Nabi. Hal ini disebabkan, secara umum Al-Qur’an

masih bersifat global. Hadits Nabi merupakan perjelas dan penguat hukum-hukum

Qur’aniah sekaligus petunjuk dan pedoman bagi kemaslahatan hidup manusia

dalam semua aspeknya. 11 Adapun aspek nilai-nilai ajaran islam dapat dibedakan

tiga jenis yaitu :

a) Nilai akidah mengajarkan manusia akan adanya Allah yang Maha Esa

dan Maha Kuasa sebagai sang pencipta alam semesta, yang akan

sesantiasa mengawasi dan pmemperhitungkan segala perbuatan

manusia di dunia. Dengan merasa sepenuh hati bahwa Allah itu ada dan

Maha Kuasa, maka manusia akan lebih taat untuk menjalankan segala

sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan takut untuk berbuat

dzalim atau kerusakan di muka bumi ini.

b) Nilai Ibadah mengajarkan pada manusia agar dalam setiap

perbuatannya senantiasa dilandasi hati yang ikhlas guna mencapai ridho

Allah SWT. Pengalaman konsep nilai ibadah akan melahirkan manusia-

manusia yang adil, jujur dan suka membantu sesamanya

11
Samsu Nizar. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Cet. 1, (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2001), h. 95-99
18

c) Nilai Akhlak mengajarkan kepada manusia untuk bersikap dan

berperilaku yang baik sesuai norma atau adab yang benar dan baik,

sehingga akan membawa pada kehidupan manusia yang tentram,

damai, harmonis dan seimbang. Dengan demikian jelas bahwa nilai

ajaran islam merupakan nilai yang mampu membawa manusia pada

kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemaslahatan manusia baik dalam

kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat kelak.12

b. Nilai-Nilai Agama Islam yang diinternalisasikan

1) Gemar membaca

Menumbuhkan kegemaran membaca pada anak tidaklah terlepas

dari peranan orangtua, anak yang gemar membaca biasanya adalah anak

yang cara membacanya baik, serta pemahamannya terhadap bahasa dan

imajinasinya juga sangat baik. Tidak ada aktivitas yang lebih penting

dalam mempersiapakan anak menjadi pembaca yang baik, selain read a

load together (membaca keras bersama-sama). Membaca keras pada anak-

anak akan merangsang imajinasi dan memperluas pemahaman mereka

tentang dunia. Hal ini akan mengembangkan bahasa dan keterampilan

mendengar, apabila ritme dan melodi bahasa menjadi bagian hidup anak,

maka belajar membaca bukanlah semacam belajar formal, melainkan

alamiah seperti belajar berjalan dan berbicara. Di antara kiat

menumbuhkan kegemaran membaca pada anak tersebut antara lain sebagai

berikut :

12
Lukman Hakim, Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam Dalam Pembentukan Sikap Dan
Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya, (Jurnal Pendidikan
Agama Islam Ta’lim Vol. 10. No. 1, 2012) , h. 69
19

a. Keteladanan orangtua dalam membaca

b. Menanamkan betapa nikmatnya membaca

c. Membaca sebagai bagian hidup

d. Menciptakan suasana yang menyenangkan

e. Menciptakan ruang membaca yang menarik.13

3) Takarub

Takarub berasal dari kata qurb -‫ –ٌقرة‬- berarti menghampiri,

mendekati. arti takarub menurut kamus Al-Munawwir adalah mencari

kedekatan. Sedangkan Qurb menurut bahasa adalah dekat. Namun dekat yang

dimaksud tidak berarti tempat, tetapi dekat dalam hati, seperti kata pepatah

“jauh dimata dekat dihati”. Secara istilah, qurb berarti kedekatan seorang

hamba dengan Tuhannya. Kedekatan itu diperoleh melalui kesungguhan

dalam menjalankan ketaatan kepada Tuhan dan disiplin dalam menjaga serta

menunaikan ibadah. Lawan dari qurb adalah al-bu’d (menjauh), yaitu

menjauhkan diri dari Allah dengan cara menentang perintah-Nya dan tidak

mau menaati perintah-Nya.14

Menurut Abu Nashr As-Sarraj, qurb adalah kedekatan seorang hamba

dengan Allah. Ia mendekat kepada Allah dengan melakukan segala perintah-

Nya dan mengerahkan segala keinginannya kepada Allah semata dengan cara

mengingat-Nya baik pada saat banyak orang maupun saat sendiri. Kedekatan
Allah pada hamba-Nya banyak disebut dalam Q.S. Al-Maidah/5 :35

        


13
Muhammad Zulkifli, Penelitian pembentukan Karakter Gemar Membaca Al-Qur‟an
Vol. 1 No. 1, (Amuntai : Jurnal Madrasah Ibtidaiyah Amuntai, sungai Hulu selatan, 2016) h. 57
14
Muhammad Rosyidi, Ensiklopedi Tasawuf, Bandung: Angkasa, 2008), h. 1001
20

    

Battuanna‟ :
“E inggannana to matappa‟, pe‟atakwao‟ mie‟ lao di Puang Allah Taala
anna itai mie‟ tanggalalang iyau mala mappakadeppu‟o di sese-Na. Anna
panjiha‟o mie‟ lao di tanggalalang-Na, mamoare‟o mie‟ mallolongangan
passaroang.
Terjemahan Bahasa Indonesia:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah carilah dan
wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, berjihadlah
(berjuanglah) dijalan-Nya agar kamu memperoleh keberuntungan.” 15
Jadi, maksud ayat tersebut adalah Allah menyuruh hamba-hamba-Nya

bertakwa kepada-Nya. Jika ketakwaan di barengi dengan menaati-Nya, maka yang

dimaksud takwa ialah menahan diri dari segala perkara yang diharamkan dan

meninggalkan segala hal yang dilarang. Sesudah perintah takwa Allah berfirman,

“carilah wasilah kepada-Nya “. Ibnu Abbas berkata, “maksudnya kedekatan “.

Menurut Qatadah, berarti bertaqarub kepada-Nya dengan menaati dan

mengamalkan perbuatan yang diridhai-Nya.16

Adapun hadits yang membahas tentang kecintaan Allah kepada hambanya


yaitu :

ً‫ كبن نهىب‬:‫ حذ ثىب حمٍذ عىب أوص رضً للا عىه قبل‬:‫ حذ ثىب زهٍر‬:‫حذثىب مبنك به إضمب عٍم‬
‫عه أوص‬،‫ األحمرعه حمٍذ انطوٌم‬:‫ أخبروب انفساري وأبو خبنذ‬:‫ وحذثىً محمذ‬:‫ قبل‬.‫ﷺ وبقة‬
‫ فجبء أعرابً عهى‬،‫ وكبوت ال تطبق‬، ‫ كب وت وبقة نرضم للا ﷺ تطمى انعضببء‬: ‫قبل‬
: ‫ فقبل رضول للا ﷺ‬،‫ ضبقت انعضببء‬: ‫انمطهمٍه وقب نوا‬
17
))‫(( ان عهى للا أن ال ٌر فع شٍئب مه انذ وٍب إال وضعه‬

15
Muh. Idham Khalid Bodi, Koroang Mala‟bi Al-Qur‟an Terjemahan Bahasa Mandar
dan Indonesia, (Makassar: Balitbang Agama Makassar, 2019), h. 184
16
Muhammad Nasib Rifa’I, Taisiru al-Aliyyil Qadir li ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, jilid
2, Cet. 1, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 61
17
‫ ذو الحجة‬,‫( دارالسالمى‬,‫ مكتبتل ارالسالهى‬,‫لالمام ابىابد هللا دمحم بن اسماعٌل البخري الجعفً رحمه تعالى‬
٤٤١١ .‫ صف‬,)‫ الرٌاض‬,٤١١١ ‫– مرس‬٤١٤١
21

Penjelasan hadits diatas yakni penegasan tentang adanya cinta Allah dan

tingkatan cinta Allah itu berbeda-beda. Ini berdasarkan firman-Nya, “Tidaklah

hamba-Ku mendekatkan diri kepadaku dengan suatu amalan yang lebih aku

sukaimelebihi amalan yang aku wajibkan padanya.” Siapapun yang menjalankan

amalan sholeh ketika menjalankan amal yang sempurna ikhlas, mengikuti ajaran

Rasulullah ‫ ﷺ‬fokus dan merasa dekat dengan Allah. Namun, hanya mereka yang

mendapat taufik saja yang bisa merasakan ini, karena banyak sekali diantara kita

yang shalat, bersedekah, puasa namun, seringkali tidak merasakan kedekatan

dengan Allah. Rasa dekat dengan Allah akan tercermin pada perilaku dan cara

seseorang dalam menjalani hidup.

Perintah Allah terbagi dua Fardhu dan Nafilah (sunnah). Nafilah adalah

tambahan untuk yang fardhu. Klarifikasi ini didasarkan pada firman-Nya,

“Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu amalan yang

lebih Aku sukai melebihi amalan yang Aku wajibkan padanya. Dan Hamba-Ku

senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amlan-amalan sunnah, hingga

Aku mencintainya”. Jadi berdasarkan jenisnya, amal memiliki tingkat keutamaan

yang berbeda-beda seperti perbedaan dari sisi kualitas dan jenis: amalan wajib

lebih Allah sukai daipada amalan sunnah, kualitas Shalat misalnya lebih sukai

daripada kewajiban-kewajiban yang lain.18

B. Metode Pembiasaaan

Pembelajaran pendidikan agama Islam membutuhkan metode dalam upaya

pencapaian tujuan yang dicita-citakan karena tanpa metode suatu materi

pendidikan tidak mungkin terserap secara efektif dan efisien oleh anak didik. Oleh

18
Muhammad Shalih bin Al-Utsaimin, Syarah Hadits Arba‟in Imam An-Nawawi, (Solo:
Ummul Qura’, 2012), h. 495
22

karena itu, metode merupakan syarat agar aktivitas pembelajaran dapat berjalan

dengan baik.

1. Pengertian Metode pembiasaan

Metode merupakan suatu sistem yang sudah tertata rapi dan terpikir

secara matang untuk mencapai suatu tujuan (dalam ilmu pengetahuan dan

sebagainya): yang bekerja secara bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

suatu tindakan dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Metode

merupakan salah satu syarat yang paling utama dalam pengembangan dan

keberhasilan ilmu pengetahuan. Dikatakan metode itu objektif dan benar, jika

sesuai dengan pokok masalah yang dikaji.19 Sedangkan pembiasaan

merupakan sarana yang dipakai dalam pendidikan berupa “ proses penanaman

kebiasaan” dalam upaya penyesuaian sesuatu hal20. Sedangkan pengertian

dari kebiasaan menurut withherington kebiasaan merupakan bagaimana

bertindak diperoleh melalui pembelajaran berulang, ini pada akhirnya akan

menjadi permanen dan otomatis.21

Kebiasaan dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu yang

biasa dikerjakan. Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebiasaan

adalah suatu kegiatan yang biasa dikerjakan dan akan berlangsung secara

terus menerus atau continue. Kebiasaan secara etimologi berasala dari kata

“biasa”. Jadi, Perbuatan kebiasaan tidak memerlukan konsentrasi perhatian

dan pikiran yang melakukannya. Kebiasaan dapat berjalan terus, sementara

individu memikirkan perhatian hal-hal lain. Adapun kebiasaan secara istilah

19
Faisar Ananda Arfa, dkk. , Metode Studi Islam: Jalan Tengah Memahami Islam, Ed.
1,Cet. 2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 53
20
Hery Noe Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta,: Logos Wacana Ilmu, 2003), h. 184
21
Djaali, psikologi pendidikan, Cet. 8, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 128
23

menurut Withherington kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh

melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap

dan bersifat otomatis.22

Metode pembiasaan menurut Armai Arief dalam Tri Hartono, adalah

suatu kaidah yang dilakukan dalam upaya membiasakan anak didik berfikir,

bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan yang diajarkan dalam Islam”.

Sejalan juga dalam buku Metodologi pengajaran Agama dikatakan bahwa

“Metode pembiasaan adalah metode yang membutuhkan latihan dan

digunakan sehari-hari untuk membentuk moralitas dan spritualitas”.23

Jadi, kebiasaan tadarus Qur’an yaitu tingkat rutinitas siswa dalam

tadarus Al-Qur’an. dengan semakin siswa melatih diri akan semakin gemar

pula dalam membaca Al-Qur’an sehingga dapat mengembangkan potensi dan

keterampilannya, maka dengan itu siswa akan semakin giat belajar atau

semakin memahami kondisi dan cara yang hendak dicapai.

2. Tujuan Metode Pembiasaan

Pembiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru

atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Pembiasaan selain

menggunakan kata perintah, suri tauladan dan pengalaman khusus, juga

menggunakan hukum-hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa

memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan

positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (konsektual).

22
Djaali, Psikologi Pendidikan, cet. 8, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 128
23
Tri Hartono,dkk. Implementasi Metode Pembiasaan Modelling Perspektif Teori
Behaviorisme di Ra Syaamila Kids Kota Salatiga, Vol. 7, No. 2, (Institut Agama Islam Negeri
Salatiga, Salatiga: 2019), h. 332
24

Selain itu, arti tepat dan positif ialah selaras dengan norma dan tat nilai moral

yang beraku, baik hyang bersifat religious maupun tradisional dan kultural.24

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimplkan bahwa tujuan

diadakannya metode pembiasaan disiplin bagi peserta didik adalah untuk melatih

serta membiasakan anak didik secara konsisten dan kontinoe dengan sebuah

tujuan, sehingga benar-benar tertanam pada diri anak dan akhirnya memjadi

kebiasaan yang sulit ditinggalkan dikemudian hari.

3. Syarat-Syarat Metode Pembiasaan

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi agar pembiasaan dapat

tercapai dengan baik, yakni:

a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu

mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan

dibiasakan .

b. Pembiasaan itu hendaknya terus menerus (berulang-ulang) dijalankan

secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis.

Untuk itu dibutuhkan pengawasan.

c. Pendidikan hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap

pendirian yang telah diambilnya. Jangan memberi kesempatan kepada

anak untuk melanggar yang telah ditetapkan itu.

d. Pembiasaan yang mula-mula mekanis itu semakin menjadi pembiasaan

yang disertai kata hati anak itu sendiri.25

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa indikator

metode pembiasaan itu adalah cara atau jalan yang dilakukan dengan sengaja,

24
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) h. 123
25
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2002), h. 178
25

berulang-ulang, terus-menerus, konsisten dan berkelanjutan untuk menciptakan

suatu kebiasaan (karakter) tersebut melekat pada diri sang anak, sehingga nantinya

anak tidak memerlukan pemikiran lagi untuk melakukannya.

C. Tadarus Qur’an

1. Pengertian Tadarus Qur’an

Pengertian Al-Qur’an secara istilah adalah firman Allah yang

diturunkan kepada Rasulullah saw. dengan perantara malaikat jibril, menjadi

mukjizat atas kenabiannya, yang bertuliskan bahasa arab lalu disampaikan

kepada manusia dengan jalan mutawatir, dan yang membaca akan

mendapatkan pahala. Menurut Subhi al-Salih, Al-Qur’an adalah firman Allah

yang bersifat/berfungsi mikjizat (sebagai bukti kebenaran kenabian Nabi

Muhammad), dan merupakan mukjizat dari Allah Swt yang tertulis dalam

mushaf, mutawatir, yang disalin/ditransmisikan secara mutawatir, dan

dianggap sebagai ibadah bagi umat Islam yang membacanya. Di sisi lain,

menurut Hasbi Ash-Shiddieqy Al-Qur’an, Kalamullah harus menghafal semua

materi yang berhubungan dengan ayat (fonetik, waqaf, detail dan lain-lain)

dengan sempurna. Jadi, seluruh proses memori dan bagian-bagiannya harus

dimulai dari proses memori pertama hingga dan harus cepat.26 Menurut bahasa

Tadarus berarti belajar. Adapun istilah yang dipakai dalam makna khusus,

yaitu baca Qalamullah hanya untuk mendapatkan penyembahan dan

pemahaman tentang sang pencipta yang bertentangan dengan al-

Qur’an.27Selain itu, tadarus juga berarti membaca, mempelajari dan

26
M. Hasbi Ash-Shiddieq, Sejarah dan Pengantar „Ulum Al-Qur‟an/Tafsir (Jakarta:
Bulan Bintang, 1992), h.1
27
Ahsin W. Al Hafizd, Kamus Ilmu Al-Qur‟an (Jakarta: Amzah, 2006), h. 280
26

mengamalkan isi al-Qur’an. Merupakan ibadah yang sangat mulia di mata

Allah swt28.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tadarus Qur’an adalah suatu

kegiatan membaca dan memahami kandungan isi al-Qur’an yang dimana orang

lain yang membaca kemudian kita sebagai pendengar juga ikut menyimak

begitupun sebaliknya. Dengan itu akan mudah menjaga keabsahan dan ketartilan

dalam melantunkan Qalam-Qalam Allah swt. Istilah tadarus memang agak

berbeda dari yang biasanya seperti yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.

Tadarus yang dimaksud adalah sekumpulan pelajar yang membaca Al-Qu’an

secara bergantian ada peserta didik membaca ada pula yang mendengar lalu

menyimak apa yang dibaca dan hal ini dilakukan secara bergantian oleh oeserta

didik yang lain.

2. Tahap-Tahap Tadarus Qur’an

Setelah memahami makna dari bertadarus Al-Quran adapun tahapan

dalam bertadarus yaitu, sebagai berikut :

2) Bertadarus dengan cara saling membaca dan menyimak secara

bersama Ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Dalam prosesnya, tadarus melibatkan dua kelompok, ada yang

membaca dan ada pula yang menyimak. Pada tahap ini diperbolehkan

untuk membaca secara bergiliran sehingga masing-masing kelompok

mendapat giliran untuk membaca dan mendengar. Pada tahap ini, harus di

upayakan baik yang akan membaca maupun mendengar sebelum

bertadarus memperhatikan hal-hal berikut:

28
Bramma Aji Putra, Berpuasa Sunnah Senikmat Puasa Ramadhan, (Yogyakarta: Wahan
Insani, 2010), h. 99-100
27

a. Menghadirkan keikhlasan dalam membaca Al-Qur’an. Karena ikhlas

adalah ruh dalam sebuah amaliyah. Sebab bacaan yang keluar dari lisan

seseorang yang ikhlas dan lapang hatinya akan berbeda dengan bacaan

yang tidak ikhlas, yang sekedar mengharapkan balasan duniawi.

b. Mempersiapkan hati untuk memulai bacaan, agar hati lebih hidup dan siap

menerima pesan-pesan yang terkandung dalam bacaan ayat suci Al-

Qur’an.

c. Pemilihan waktu dan tempat yang tepat dalam membaca ayat suci Al-

Qur’an. Sebab tempat yang sejuk dan tenang jauh dari rangkaian

keributan akan memudahkan dalam mempelajari Al-Qur’an serta bacaan

yang didapat lebih maksimal. Waktu membaca Al-Quran juga sangat

berpengaruh dalam aktivitas bertadarus utamnya bertadarus sebelum

proses pembelajaran berlangsung. Seseorang yang bertadarus hendaknya

punya semnagat yang tinggi sehingga memberikan fokus bacaan yang baik

3) Bertadarus dengan saling mencoba memahami satu sama lain dari ayat

yang dibaca dan didengar, dengan merujuk pada tafsir dan

terjemahannya.

Dengan membaca tafsir makna dari Al-Qur’an dapat membantu

kandungan ayat diketahui. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

tahap kedua tadarus ini :.

a. Memperhatikan tema dan topik yang akan dibahas dalam ayat dan surah

yang dibaca terjemahannya secara global.

b. Menggerakkan pikiran peserta didik untuk betanya-tanya tentang seputar

ayat yang telah dibaca.


28

4) Bertadarus dengan saling bertukar pandangan dan pemahaman dari

hasil tadabbur (menghayati/merenungkan) terhadap ayat yang dibaca

dan didengar. Hal yang diperhartikan oleh orang yang bertadabbur

pada tahap ketiga ini adalah :

a. Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat

b. Menjaga hati agar tidak lalai dari ayat Al-Qur’an yang dibaca

5) Bertadarus dengan saling mengingatkan untuk diamalkan dan

dipraktekkan kandungan dan pelajaran yang diambil dari isi Al-Qur’an.

Untuk menyempurnakan tadarus hendaknya mengamalkan dan

mempraktekkan pesan serta pelajaran yang didapat dari Al-Qur’an yang

dibaca.29

1. Keutamaan Tadarus Qur’an

Membaca Al-Qur’an merupakan suatu bentuk ibadah di sisi Allah

yang memiliki keistimewaan dan kelebihan dibanding membaca bacaan

yang lain. Selain itu, tadarus juga dapat memperbarui iman bagi yang

gemar bertadarus Qur’an . Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Q.S.

Al-Anfal : 2

          

      

Battuanna‟:
“Sitongangna to matappa‟ di‟o iyamo ise‟iya iya mua‟ dirappei sangana
puang Allah Taala mendi‟diri atena, anna mua‟ dibacangani lao aya‟-
aya‟,Na, tambangani tappa‟na, anna lao dipuangna ise’iya mattawakkal”.

29
H. Zamakhsyari bin Hasballah Thaib, Tadarus Al-Qur‟an : Urgensi, Tahapan, dan
Penerapannya Vol. I No. 1 (Medan : Universitas Dharmawangsa Medan, 2016), h. 26
29

Terjemahan Bahasa Indonesia :


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang bila
disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
kepada mereka, bertambahlah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan
mereka bertawakkal.30

Adapun keutamaan bagi orang yang menyibukkan dirinya untuk

membaca dan bertadarus Al-Qur’an diantaranya sebagai berikut:

1) Menjadi manusia yang terbaik

Orang yang membaca al-Qur’an adalah manusia yang terbaik dan

manusia yang paling utama. Tidak ada manusia diatas bumi ini yang lebih

baik daripada orang yang mau belajar dan mengajarkan Al-Qur’an.

2) Mendapat Kenikmatan Tersendiri

Membaca Al-Qur’an adalah kenikmatan yang luar biasa. Seseorang

yang sudah merasakan kenikmatan membacanya, tidak akan bosan sepanjang

siang dan malam karena dalam hatinya sudah terikat dan kesenangannya akan

bacaan ayat suci Al-Qur’an.

3) Derajat yang Tinggi

Seseorang mukmin yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya

adalah mukmin sejati yang harum lahir batin, harum aromanya dan enak

rasanya bagaikan buah jeruk dan sesamanya. Maksudnya perumpamaan ini

adalah sifatnya yang mengagumkan memiliki keddudukan sehubungan

dengan hatinya yang baik karena keteguhan iman, dan kesenangannya

membaca Al-Qur’an, senangnya oran-orang dengan suaranya, mereka

memperoleh pahala dan menyimaknya serta belajar darinya.

30
Muh. Idham Khalid Bodi, Koroang Mala‟bi Al-Qu‟an Terjemhan Bahasa Mandar
dan Indonesia, (Makassar: Balitbang Agama Makassar), h. 293
30

4) Bersama Para Malaikat

Seseorang yang melantunkan ayat suci Al-Qur’an dengan Fashih dan

mengamalkannya, akan digabungkan kedalam golongan para malaikat yang

mulia derajatnya sedangkan orang yang membacanya dengan tajwid setingkat

dengan para malaikat. Dengan kata lain, orang tersebut sangat dekat dengan

Allah seperti malaikat. Jika seseorang tersebut dekat dengan penciptanya,

tentu segala doa dan hajatnya dikabulkan oleh Allah Swt.

5) Syafa’at Al-Qur’an

Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi yang membacanya dengan

baik dan benar serta senantiasa memperhatikan adab-adab dalam

melantunkan ayat suci Al-Qur’an. Maksud dari memberi syafa’at adalah

memohon ampunan bagi yang membacanya dari segala dosa yang dilakukan.

Sehingga orang yang membaca Al-Qur’an jiwanya akan bersih dan lebih

dekat dengan Allah Swt.

6) Kebaikan Membaca Alqur’an

Orang yang senantiasa membaca Al-Qur’an baginya akan mendapat pahala

yang berlipat ganda disisi Allah, satu huruf dimaknai sepuluh kebaikan. Jadi,

orang yang membaca Al-Qur’an pahala yang sangat besar di hari kiamat.

7) Keberkahan Al-Qur’an

Mereka yang membaca Al-Qur’an, baik menghafal sambil melihat

mushaf terlebih lagi dengan orang yang tanpa melihat mushaf baginya
31

bagaikan sebuah rumah yang seisinya tersedia segala perabotan dan alat-

alat yang diperlukan.31

Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya membaca Al-Qur’an merupakan suatu

ibadah yang memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah Swt. Dan orang-orang

yang memperbaiki bacaan tajwid dan hafalannya, baginya setara sebuah rumah

yang seisinya tersedia segala perabotan lengkap dan alat-alat yang diperluakn. Tak

hanya itu orang-orang yang senantiasa membaca Al-Qur’an, baginya akan

mendapat pahala yang berlipat ganda, satu huruf yang setara dengan sepulu amal

kebaiakan.

1. Kerangka Konseptual

Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode

pembiasaan Tadarus Al-Qur’an yang menginternalisasi nilai-nilai agama

Islam. Tujuan dari adanya metode pembiasaan ini agar siswa dapat lebih giat

dan gemar membaca Al-Qur’an sehingga tercipta suatu kebiasaan dari

pembiasaan yang dilakukan di Mts. Al-Qalam Teppo. Melalui pembiasaan

tadarus Al-Qur’an pada peserta didik akan tumbuh dan berkembang menjadi

manusia yang matang, yang sanggup dan mampu mengubag dirinya sendiri,

mandiri, tidak bergantung pada orang lain.

Oleh karena itu, cara mengaplikasikan metode pembiasaan yang baik

adalah ; 1) Mulailah Pembiasaan sejak dini. 2) Pembiasaan dilakukan secara

Kontinyu, teratur dan terprogram. 3) Pembiasaan hendaknya diawasi dengan

ketat, konsisten dan tegas. 4) pembiasaan yang awalnya mekanistis

31
Abdul Majid, Praktikum Qira‟at, (Jakarta: Amzah, 2013), Cet 2, h 57-59
32

hendaknya berangsur-angsur menjadi kebutuhan.32 Metode pembiasaan nilai-

nilai agama islam ini mungkin sudah banyak diterapkan oleh sekolah-sekolah

yang lain, akan tetapi riset tentang pembiasaan tadarus Al-Quran masih

sangat Jarang sehingga siswa kurang perhatian akan membaca Al-Qur’an dan

memahami isi kandungan ayat Al-Qur’an.

32
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), h.110
33

KERANGKA KONSEPTUAL

LANDASAN YURIDIS
LANDASAN TEOLOGIS 1. UUD pasal 3 No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem
1. QS. Al-Mai’dah/5 : 35 tentang Pendidikan Nasional
Taqarrub 2. UUD No. 20 Tahun 2003 pasal
2. QS. Al-Anfal/8 : 2 tentang orang- 3 tentang Tujuan Pendidikan
orang yang beriman. Nasional
3. HR. Bukhari tentang tawadhu 3. PP. No. 57 tahun 2021 pasal
12 ayat 1 tentang Standar
Proses Pembelajaran.

MTS AL-QALAM TEPPO

INTERNALISASI NILAI-NILAI METODE PEMBIASAAN


AGAMA ISLAM TADARUS AL-QUR’AN

GEMAR BACA BACA SATU


MEMBACA TAKARUB KOLEKTIF PERSATU

PEMBIASAAN TADARUS
AL-QUR’AN
MENGINTERNALISASI
NILAI-NILAI AGAMA ISLAM
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif.

Metode penelitian yang dimaksud adalah cara melakukan sesuatu dengan

menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai tujuan dengan cara

mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis hingga menyusun


skripsi.1

2. Lokasi Penelitian

Peneliti memilih lokasi di Mts. Al-Qalam Teppo, Yayasan ini

berlokasi di Jln. Labora, Kelurahan Baru, Kec. Banggae. Majene-Sulawesi

Barat. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena kurangnya perhatian

siswa dalam membaca dan memahami isi kandungan ayat Al-Qur’an

sehingga dengan melalui pembiasaan akan sebuah kebiasaan yang melekat

pada jati diri peserta didik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pendekatan study

kasus (case study) merupakan penelitian tentang suatu “kesatuan siswa”. Kesatuan

ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang

terkait tempat, waktu atau ikatan tertentu. Pendekatan ini bermaksud untuk

mengarahkan peneliti dalam menghimpun data, mengambil makna, serta

1
Seto Mulyadi dkk., Metode Penelitian Kualitatif dan Mixed Method perspektif yang
terbaru untuk ilmu-ilmu social, Kemanusiaan dan Budaya, Ed.1, Cet. 2, (Depok: Rajawali pers,
2020), h. 50

34
35

memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau

memiliki karakteristik tersendiri berbeda dengan kasus lainnya. 2

C. Sumber Data

Data merupakan kumpulan fakta yang diperoleh peneliti melalui peninjauan

atau penelitian dari berbagai sumber. Sumber data dalam penelitian ini adalah

sumber dimana data diperoleh.3 Berdasarkan sumbernya, dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung

dilokasi penelitian yang didapatkan melalui alat perekam atau menulis hasil

wawancara yang disampaikan oleh responden/informan. Kemudian hasil

wawancara disimpulkan oleh peneliti. Peneliti memilih informan yang

diyakini mengetahui permasalahan yang diteliti dan informan yang dipilih

adalah guru BTQ dan peserta didik di MTs Al-Qalam Teppo.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh baik dari

pengumpulan data profil sekolah, buku-buku, jurnal, skripsi, foto, koran, dll

sebagai data tambahan dalam mengumpulkan informasi. Jadi data sekunder

dapat diperoleh melalui media-media tersebut untuk melengkapi data-data

yang dibutuhkan.

2
M Djunaidi Ghony dan Fausan Almansur, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-3,
(Malang: PT Ar-Ruz Media, 2016), h. 62
3
Lexy J Moleonng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h. 4
36

D. Instrumen Pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data adalah suatu alat bantu atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah.4 Insrtumen merupakan bagian dari penentu

keberhasilan suatu penelitian yang berfungsi sebagai alat bantu dalam merangkum

semua data yang dibutuhkan.5 Dalam penelitian ini instrumen yang dibutuhkan

antara lain :

a. Pedoman wawancara yaitu pedoman peneliti dalam mewawancarai subjek

untuk menggali suatu informasi tentang penelitian terkait Internalisasi

Nilai-Nilai Agama Islam Melalui Metode Pembiasaan Tadarus Qur’an

pada Peserta Didik di MTs Al-Qalam Teppo.

b. Pedoman observasi yaitu pedoman penelitian dalam melakukan observasi

tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan subjek penelitian untuk

mendapatkan informasiyang lebih detail terkait permasalahan penelitian.

Informasi tersebut berupa pengamatan secara langsung terhadap objek

yang akan diteliti mengenai Internalisasi Nilai-Nilai Agama Melalui

Metode Pembiasaan Tadarus Qur’an Pada Peserta Didik di MTs Al-Qalam

Teppo.

c. Pedoman dokumentasi yaitu alat bantu yang digunakan untuk

mengumpulkan data-data berupa dokumen seperti gambaran umum MTs

Al-Qalam Teppo, foto-foto kegiatan, sarana dan fasilitas sekolah dll.

4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 136
5
Salim dan Haidir, Penelitian Pendidikan Metode, Pendekatan, dan Jenis (Jakarta: Divisi
Prenadamedia Group, 2019), h. 83
37

E. Metode Pengumpulan Data

Penelitian menggunakan kualitatif, diperlukan metode tertentu untuk

mendapatkan data yang valid dan relevan dengan permasalahan yang telah

dirumuskan diatas. Seperti yang sudah dijelaskan, data yang diungkap dalam

sebuah penelitian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu fakta pendapat dan

kemampuan.6 Oleh karena itu penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan

data antara lain :

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan tersebut.7Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan peserta

didik, wawancara dilakukan untuk memperoleh data terkait internalisasi nilai-

nilai Agama Islam dengan metode pembiasaan, serta untuk memperoleh data

tentang macam-macam nilai-nilai Agama Islam yang diinternalisasikan,

penerapan metode pembiasaan di lingkungan Mts Al-Qalam Teppo.

2. Observasi

Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung pada

objek yang akan diteliti untuk melihat dari dekatnya suatu kegiatan yang

dilakukan.8Dalam Penelitian ini dilakukan observasi langsung oleh peneliti

untuk melihat serta mengamati lebih dekat bagaimana pelaksanaan

Internalisasi nilai-nilai Agama Islam melalui metode pembiasaan tadarus

6
Salim dan Haidir, Penelitian Pendidikan Metode, Pendekatan, dan Jenis (Jakarta: Divisi
Prenadamedia Group, 2019), h. 98
7
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Rosdakarya,2013), h.186
8
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 220
38

Qur’an. Tujuan dari observasi tersebut yaitu untuk mengetahui proses

Internalisasi nilai-nilai Islam dengan metode pembiasaan tadarus Qur’an di

Mts Al-Qalam Teppo. Selain itu, untuk mengetahui penerapan metode

pembiasaan peneliti juga ingin mengetahui tentang bagaimana proses

internalisasi dalam menerapkan kebiasaan tadarus Qur’an di Mts Al-Qalam

Teppo. Maka, observasi akan dilakukan untuk mendapatkan data dan

informasi yang diperlukan melalui pengamatan langsung baik secara terbuka

maupun terselubung. Hasil dari pengamatan langsung dibuat dalam catatan-

catatan lapangan yang nantinya catatan-catatan tersebut akan menjadi data

untuk dianalisis.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan suatu kejadian yang telah berlalu,

dokumentasi disini bisa berupa tulisan seperti sejarah kehidupan, peraturan,

kebijakan, dan dokumentasi yang berupa gambar seperti foto, video, dan

sketsa.9 Jadi, penulis mengambil berapa documenter tulis milik Mts Al-Qalam

Teppo untuk melengkapi referensi dalam penyelesaian Skripsi, diantaranya

adalah:

a. Kondisi dan gambaran umum tentang Mts Al-Qalam

b. Keadaan guru, staf, dan siswa.

c. Sarana dan fasilitas sekolah.

F. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dengan lengkap melalui penelitian lapangan

maupun literatur, maka proses selanjutnya peneliti menganalisa dan mengolah

9
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & d, (Bandung: Alfabeta,
2016), h. 240
39

data secara kualitatif. Dalam hal ini, peneliti menggunakan beberapa tahap dalam

menganalisis data, yaitu :

1. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, terhadap data yang umum.

Dalam hal ini data yang direduksi adalah hasil dari wawancara,

observasi, dokumentasi serta pengamalan dari pembiasaan tadarus

Qur’an.

2. Display data, yaitu penyajian data yang sudah tereduksi. Penyajian data

yang dimaksud merupakan gabungan informasi tesusun yang memberi

kemungkinan adanya suatu kepastian dan pengambilan tindakan. Dengan

adanya penyajian data, peneliti akan mudah mengetahui apa yang sedang

terjadi dan langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya berdasarkan

atas pengetahuan yang diperoleh peneliti dari penyajian tersebut.10

3. Verification data, yaitu penarikan kesimpulan pada data yang sudah

terdisplay. Data yang peneliti maksud adalah hasil wawancara dari para

informan, dokumentasi, hasil observasi dan teori-teori yang dikemukakan

oleh para pakar.

Oleh karena itu, agar penelitian ini dapat terkumpul, maka data dipilih dan

difokuskan pada pokok yang sekiranya diperlukan dalam penulisan laporan

penelitian ini, serta membuang data-data yang tidak diperlukan, sehingga data-

data tersebut dapat dikendalikan dan dipahami. Jadi, dalam menganalisis data,

peneliti hanya akan mendeskripsikan atau menggambarkan internalisasi nilai-nilai

10
Djunaidi Ghoni dan Fauzan Al-Mansyur, Metode Penelitian Kualitatif , (Jogjakarta:
Ar-Ruz Media, 2012), h. 308-309
40

Agama Islam melalui metode pembiasaan tadarus Qur’an pada peserta didik di

Mts Al-Qalam Teppo dengan sebenar-benarnya berdasarkan fakta-fakta yang ada.

G. Pengujian Keabsahan Data

1. Triangulasi

Triangulasi adalah tehnik pengecekan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap dua data itu. Tehnik

triangulasi yang paling sering digunakan ialah sebagai berikut:

a. Triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal demilian, dapat dicapai dengan :

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;

b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi;

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian;

d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang-orang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan;

e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.11

11
Djunaidi Ghoni dan Fausan Al-Mansyur, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-
Ruz Media, 2012), h. 323
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:


Rineka Cipta. 2010.
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim. Bandung : Remaja Rosdakarya , 2006.
Ahsin W. Al Hafizd, Kamus Ilmu Al-Qur‟an. Jakarta: Amzah, 2006.
Al-Utsaimin. Muhammad shalih bin, Syarah Hadits Arba‟in Imam An-Nawawi.
Solo: Ummul Qura’.2012.
Aly, Hery Noe. Ilmu Pendidikan Islam , Jakarta,: Logos Wacana Ilmu, 2003.
Annuri, Ahmad. Panduan Tahsih Tilawah Al-Qur‟an Dan Pembahasan Ilmu
Tajwid, Jakarta: AL-Kautsar, 2010.
Arfa. Faizar Ananda, dkk., Metode Studi Islam : Jalan Tengah Memahami Islam,
Ed. 1, Cet. 2, Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat
Press. 2002
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. Sejarah dan Pengantar „Ulum Al-Qur‟an/Tafsir
Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Asmani. Jurnal studi pendidikan Islam vol VI No. 2, Edisi September 2017-
Februari 2018.
Depdikbud. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Tim Penyusun Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, 2002
Djaali. Psikologi pendidikan, Cet. 8, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Djunaidi Ghoni dan Fauzan AL-Mansyur, Metode Penelitian Kualitatif
Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012.
Eni Nuraini “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Membina
Moral Siswa Di SMAN 1 Prambon” Skripsi, Sekolah Tinggi Agama
Islam , Kediri, 2016.
Firmansyah. Internalisasi Nilai-Nilai PAI Melalui Metode Pembiasaan pada
Siswa MTs. Al-Kautsar. Jurnal Studi Pendidikan Agama Islam. Vol. VII
No. 2 Edisi September 2017-Februari 2018.
Hakim, Dede Abdul. Internalisasi Nilai-Nilai pendidikan Agama Islam melalui
Metode Pembiasaan Siswa Ibtidaiyah, Jurnal Penelitian Pengabdian
Masyarakat, vol 1No. 12 April 2022.
Hamid, Abdul.“Metode Internalisasi Nilai-Nilai AKhlak dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 17 kota Palu”, Jurnal
Pendidikan Agama Islam , No 2, 2016.
Zamakshsyari, H. dan Thaib, Hasballah. Tadarus Al-Qur’an : Urgensi Tahapan
dan Penerapannya Vol. I No. 1. Medan : Universitas Dhamawangsa
Medan. 2016.

41
42

Hasballah, Jamaliah. Nilai-Nilai Budi Pekerti Dalam Kurikulum. Banda Aceh PPS
IAIN Ar-Ranir, 2008.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Salemba
Humanika. 2010
Hartono, Tri. dkk., Implementasi Metode Pembiasaan Modelling Perspektif Teori
Behaviorisme di Ra Syaamila Kids Kota Salatiga, Vol. 7, No. 2. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga, Salatiga: 2019.
JR, Sutarjo Adi Susilo. Pembelajaran Nilai Karakter . Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2012.
Khalid Bodi, Muh. Idham. Koroang Mala‟bi Al-Qur‟an Terjemahan Bahasa
Mandar dan Indonesia. Makassar: Balitbang Agama Makassar. 2019.
Kriyantono, Rachmat. Tehnik Praktis Riset Komunikasi Kuantitatif dan Kualitatif
disertai contoh praktis Tesis dan disertai media, public, Relations,
Adversiting, Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Prenadamedia Group.
2006.
Khoerunnisya, Nadia Ulfa. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam
Melalui Metode Pembiasaan Keagamaan di SMP Negeri Purwokerto
Kab. Banyumas. Institut Agama Islam Negeri Purwokerto. 2018.
Maunah, Binti. Landasan Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2009.
Majid, Abdul. Praktikum Qira‟at. Jakarta: Amzah. 2013.
Mulyana, Rahmat. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. cet. I: Bandung:
Alfabeta. 2004
Munif, Muhammad. “Strategi Internalisasi Nilai-Nilai PAI dalam Membentuk
Karakter Siswa” Vol. 01, No. 01. Institut Agama Islam Nurul Jadid
Paiton Propolinggo, Propolinggo: 2017.
Muhaimin. Nuansa Baru Pendidikan Islam ; Mengurangi Benang Kusut Dunia
Pendidikan, Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosdakarya,2013
Muzayanah, Ulfa Hayati dan Fauziyah Lilis. Al-Qur‟an Hadis, (MDC Jatim:
2005.
Mulyadi, Seto. Dkk., Metode Penelitian Kualitatif dan Mixed Method Perspektif
yang Terbaru untuk ilmu-ilmu Social, Kemanusiaan dan Budaya, Ed. 1,
Cet. 2, Depok: Rajawali Pers. 2020.
Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam Edisi 1. Jakarta:Prenadamedia, 2010.
Putra, Bramma Aji.Berpuasa Sunnah Senikmat Puasa Ramadhan, Yogyakarta:
Wahana Insani, 2010.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 57, tentang Standar Nasional
Pendidikan, SK No. 1025501 A. 2021.
Wahyuni. Internalisasi Nilai-Nilai Keislaman Dengan Metode Pembiasaan Pada
Siswa SMP Negeri 2 Bisappu Kecamatan Bisappu Kabupaten Bantaeng.
Skripsi Universitas Muhammadiyah Makassar. 1442 H/2021 M.
43

Rifa’I. Muhammad Nasib, Taisirua Al-Aliyyil Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu


Katsir, Jilid 2, Cet. 1. Jakarta: Gema Insani. 2011.
Salim dan Haidir. Penelitian Pendidikan Metode, Pendekatan, dan Jenis. Jakarta:
Divisi Prenadamedia Group, 2019.
Sahlan, Asmaun. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah, (Upaya
Mengembangkan PAI Dari Teori Ke Aksi, Malang : Uin Maliki Press.
2019.
Syahidin. Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur‟an. Bandung : Alfabeta.
2009.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013.
Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif , Kuantitatif dan R&d, Bandung: Alfabeta,
2016.
Thaib, H. Zamakhsyari bin Hasballah. Tadarus Al-Qur‟an : Urgensi, Tahapan,
dan Penerapannya Vol. I, No. 1, Medan : Universitas Dharmawangsa
Medan. 2016.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 200 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bandung : Citra Umbara. 2006.
Yusuf, Syamsu. Psikologi Belajar Agama, Bandung : Maesto. 2008.
Zaini, Muhammad. Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi dan
Evaluasi, Yogyakarta: Teras. 2009.

،‫ مكتبتم االضال مى‬،‫انإلمبو أبً عبذ للا دمحم به إضمب عٍم انبخبري انجعفً رحمه للا تعبنى‬
.‫ انر ٌبض‬،٤١١١‫– مرش‬٤١٤١ ‫ رو انحجة‬،‫دارانطالمى‬
KOMPOSISI BAB

BAB I PENDAHULUAN

B. Latar Belakang Masalah

C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus

D. Rumusan Masalah

E. Kajian pustaka

F. Tujuan dan kegunaan penelitian

BAB II TINJAUAN TEORETIS

A. Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam

1. Pengertian Internalisasi

2. Tahap-Tahap Internalisasi

3. Nilai-Nilai Agama Islam

B. Metode Pembiasaan

1. Pengertian Metode Pembiasaan

2. Tujuan Metode Pembiasaan

3. Syarat-syarat Metode Pembiasaan


C. Tadarus Qur’an

1. Pengertian Tadarus Qur’an

2. Tahap-Tahap Tadarus Qur’an

3. Keutamaan Tadarus Qur’an

D. Kerangka Konseptual

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

B. Pendekatan Penelitian

C. Sumber Data

44
45

D. Instrumen Pengumpulan Data

E. Metode Pengumpulan Data

F. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

G. Pengujian Keabsahan Data

Anda mungkin juga menyukai