HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………..
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………...
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
C. Rumusan Masalah………………………………………………………....8
D. Kajian Pustaka………………………………………………………….…8
B. Metode Pembiasaan……………………………………………………...20
C. Tadarus Al-Qur’an……………………..………………………………..23
D. Kerangka Konseptual…………………………………………………….31
B. Pendekatan Penelitian………………………………………..…………..32
C. Sumber Data…………………………………………………………...…33
D. Instrumen Penelitian……………………………………………………...34
ii
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...42
iii
BAB I
PENDAHULUAN
bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung disekolah dan luar sekolah
peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakep,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.2 Menurut rumusan konferensi pendidikan Islam sedunia yang ke-2, pada
1
2
untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dalam
Karena itu, tujan pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan hidup
manusia, seperti untuk menciptakan hamba Allah yang selalu patuh atau takwa
Agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life
(pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian yang kedua ini dapat
perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya atau
tumbuhkembangnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa
3
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam Edisi Pertama , (Jakarta: Prenadamedia, 2010), h.
25
4
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi dan Evaluasi,
(Yogyakarta: Teras, 2009), h. 81
3
keimanan terhadap keesaan Tuhan. Semua nilai kehidupan manusia berakar dari
hidup manusia, seperti kehidupan social, politik, ekonomi, dan budaya. Dengan
demikian perlu diungakp lebih lanjut tentang apa yang disebut nilai-nilai Islam
itu. Pada hakikatnya, nilai-nilai Islam itu adalah kumpulan dari prinsip-prinsip
kehidupan didunia ini, yang satu prinsip dengan lainnya saling terkait membentuk
satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah-pisahkan. Nilai juga merupakan suatu
gagasan atau konsep tentang apa yang dipikirkan seseorang dan dianggap penting
dalam kehidupannya. Melalui nilai dapat menentukan suatu objek, orang, gagasan,
Agama sendiri memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat
yang bermakna, damai dan bermartabat. Selain itu, agama juga sebagai sumber
5
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam; Mengurangi Benang Kusut Dunia
Pendidikan, (Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.4-5
6
Jamaliah Hasballah, Nilai-Nilai Budi Pekerti Dalam Kurikulum, (Banda Aceh PPS IAIN
Ar-Ranir, 2008), h. 25
4
pemikiran yang etik dalam kehidupan yang penuh makma serta sumber kehidupan
utamanya dalam kehidupan toleransi dan ukhuwah. Untuk itu, dalam upaya
menyadari betapa pentingnya peran Agama bagi kehidupan umat manusia, maka
pribadi siswa yang diwujudkan dengan sikap, perilaku dan penghayatan terhadap
memotivasi dirinya yang diwujudkan dalam suatu sikap dan tingkah laku.
Internalisasi dapat pula diartikan sebagai salah satu metode, prosedur dan tehnik
nilai (transfer of values). Ini berarti dalam proses belajar mengajar senantiasa
harus disertai dengan penanaman nilai-nilai religious. Oleh karena itu, output
yang dihasilkan dari proses pendidikan adalah sosok manusia yang memiliki
7
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius Di Sekolah, (Upaya Mengembangkan
PAI Dari Teori Ke Aksi, ( Malang : Uin Maliki Press; 2019), h. 17
5
tuhan yang maha Esa.8 Jadi, untuk mencapai tujuan pendidikan diatas perlu
namanya pendidikan agama Islam, terutama pada aspek afektif sangat perlu
teknologi.
agama yang bersifat kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang perlu
motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat, dan berperilaku secara
Sesuai dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 57 tahun 2021 pasal 12 ayat
didik untuk berpartisipasi aktif , dan f) Memberikan ruang yang cukup bagi
ajaran Islam dalam diri peserta didik menjadi sangat penting dan salah satu upaya
yang dilakukan yakni dengan metode pembiasaan khususnya tadarus Qur’an yang
8
Dede Abdul Hakim, Internalisasi Nilai-Nilai pendidikan Agama Islam Melalui Metode
Pembiasaan Siswa Ibtidaiyah, (Jurnal Penelitian Pengabdian Masyarakat, vol 1No. 12 April 2022)
1231-1251
9
Peraturan Pemerintah Republik Indoonesia No. 57, tentang Standar Nasional
Pendidikan, SK No. 102501 A, 2021
6
peneliti bahwa proses pembiasaan tersebut dilakukan dengan tujuan agar peserta
didik gemar dalam membaca atau bertadarus Qur’an, dengan melalui kegiatan-
kegiatan praktik membaca yang diadakan disekolah dan dilaksanakan setiap awal
lingkungan masyarakat.
dengan baik apabila adanya kerjasama antara pihak sekolah dengan orangtua.
perhatian kepada peserta didik saat berada dirumah berupa bimbingan membaca
atau bertadarus Quran. Pengawasan oleh orangtua ketika berada dirumah sangat
perlu dilakukan agar proses internalisasi melalui pembiasaan tadarus Qur’an yang
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan
karena pendidikan Islam merupakan pendidikan nilai yang perlu adanya proses
kini yang kurang perhatian akan Al-Qur’an sehingga penulis tertarik meneliti
judul di atas. salah satu metode yang dapat digunakan sebagai upaya internalisasi
7
nilai ajaran Islam adalah dengan metode pembiasaan. Maka, melalui metode
1. Fokus Penelitian
2. Deskripsi Fokus
sebagai berikut :
NO Fokus Penelitin Deskripsi Fokus
C. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang, fokus penelitian dan deskripsi fokus yang
D. Kajian Pustaka
sekolah itu. Berbeda dengan penelitian penulis yang hanya terfokus pada
9
10
Nadya Ulfa Khoerunnisya, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Melaluoi
Metode Pembiasaan Keagamaan di SMP Negeri Purwokerto Kab. Banyumas, (Institut Agama
Islam Negeri Purwokerto, 2018).
11
Firmansyah, Internalisasi Nilai-Nilai PAI melalui Metode Pembiasaan pada Siswa
MTs. Al-Kautsar, (Jurnal Studi Pendidikan Agama Islam, Vol. VII No. 2 Edisi September 2017-
Februari 2018)
12
Wahyuni, Internalisasi Nilai-Nilai Keislamanan Dengan Metode Pembiasaan pada
Siswa SMP Negeri 2 Bisappu Kecamatan Bisappu Kabupaten Bantaeng, (Skripsi Universitas
Muhammadiyah Makassar, 1442 H/2021 M)
10
1. Tujuan Penelitian
adalah :
2. Kegunaan penelitian
a. Bagi peneliti
Qur’an.
skripsi.
b. Bagi guru
Qur’an
ajaran Al-Qur’an
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
1. Pengertian Internalisasi
menghayati dan mendalami nilai, agar nilai tersebut tertanam dalam diri setiap
Agama dan kemudian nilai-nilai itu dijadikan suatu “sistem nilai diri” sehingga
bagian dari diri seseorang. Karena itu, dapat dijelaskan bahwa proses tersebut
tercipta dari pendidikan nilai dalam arti yang sebenarnya, yaitu terciptanya
suasana, lingkungan dan interaksi belajar mengajar yang memungkinkan
pendalaman nilai, agar tertanam dalam diri setiap manusia, dimana tehnik
1
Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, 2002), h.39
2
Eni Nuraini, “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Membina Moral
Siswa di SMAN 1 Prambon” (Skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam, Kediri: 2016), h. 14-15
3
Muhammad Munif, “Strategi Internalisasi Nilai-Nilai PAI dalam Membentuk Karakter
Siswa” Vol. 01, No. 01, (Institut Agama Islam Nurul Jadid Paiton Propolinggo, Propolinggo:
2017), h. 3
12
13
karakter atau watak peserta didik. Dengan kata lain, proses penanaman suatu
2. Tahap-Tahap Internalisasi
ini seorang guru seolah menyampaikan informasi nilai-nilai yang baik dan
komunikasi yang verbal tentang nilai. Pada tahap ini internalisasi nilai
pro dan kontra dengan ajaran Agama Islam dan nilai budaya yang luhur.
Tahap ini merupakan tahapan dengan jalan komunikasi dua arah atau
interaksi antar siswa dengan guru yang sifatnya timbal balik. Internalisasi
14
nilai dilakukan dengan komunikasi timbal balik yakni informasi nilai yang
didapat dan dipahami siswa melalui contoh amalan yang dilakukan guru,
sehingga para siswa juga dapat merespon nilai yang sama. Dengan kata lain
c. Tahap Transinternalisasi
Tahap ini merupakan tahap yang jauh lebih dalam daripada sekedar
transaksi. Dalam tahap ini guru dihadapan siswa bukan lagi sosok fisiknya,
secara aktif.
proses penanaman nilai kedalam jiwa manusia sehingga, muncullah sebuah sikap
diinternalsiasikan berupa nilai yang sesuai dengan norma atau aturan-aturan yang
berlaku di masyarakat.
bahasa prancis kuno ”Valoir” atau nilai dapat diartikan berguna, mampu
4
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, ( Bandung : Remaja Rosdakarya , 2006), h.14
5
Abdul Hamid,“Metode Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 17 kota Palu”, Jurnal Pendidikan Agama Islam,( No 2,
2016), h. 197
15
nilai diartikan sebagai sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan
atau sesuatu yang menyempurnakan manusia.7 Selain itu, Nilai juga berarti
Nilai keagamaan secara etimologi, terbagi atas dua yakni nilai dan
merupakan suatu tipe kepercayaan yang berada pada suatu lingkup sistem
Beberapa pengertian tentang nilai di atas dapat dipahami bahwa nilai itu
adalah sesuatu yang abstrak ideal, dan menyangkut persoalan keyakinan terhadap
yang dikehendaki, memberikan corak pada pola pikiran, perasaan dan perilaku.
Dengan demikian, untuk melacak sebuah nilai harus melalui pemaknaan terhadap
kenyataan lain berupa tindakan, tingkah laku, pola pikir dan sikap seseorang atau
sekelompok orang. Jika dikaitkan dengan pendidikan nilai itu sangat berharga dan
6
Sutarjo Adisusilo, JR. Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada,
2012), h. 56
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat (Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama, 2008), h.
963
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed. Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 783
9
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Reliogius di Sekolah, (Malang: UIN Maliki
Press,2010), h. 1
16
bahwa nilai sebagai acuan tingkah laku hidup yang mempunyai tahapan, nilai
tersebut yaitu:
cognitive.
b) Values affective yaitu nilai-nilai yang menjadi keyakinan atau niat pada
c) Tahap terakhir adalah sactions yaitu tahap dimana nilai yang telah
yaitu tahu atau paham tentang nilau-nilai kehidupan, tetapi tidak sampai pada
perwujudan tingkah laku. Secara kognitif seseorang memang dapat tahu banyak
tentang nilai, tetapi tidak sampai melangkah pada value affective apalagi sampai
value sactions.10
bahwa nilai yang diajarkan pada peserta didik itu mempunyai tingkatan, dari
beberapa tingkatan tersebut sering kali peserta didik hanya mempelajari dari tahap
pemikiran sampai dengan keyakinan atau niat saja tanpa mewujudkan menjadi
suatu tindakan atau dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, oleh sebab itu dalam
10
Sutarjo Adi Susilo, JR. Pembelajaran Nilai Karakter . (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2012), h. 60.
17
penelitian ini, ingin mengetahui tingkatan nilai yang di capai oleh peserta didik
serta nilai apa saja yang sudah tertanam dalam diri peserta didik
semesta. Al-Qur’an merupakan sumbe nilai yang absolut, utuh, dan tidak dibatasi
oleh ruang dan waktu. Penerapan nilai-nilai Islam dalam tatanan empiris tidak
dapat dipisahkan oleh hadits Nabi. Hal ini disebabkan, secara umum Al-Qur’an
masih bersifat global. Hadits Nabi merupakan perjelas dan penguat hukum-hukum
dalam semua aspeknya. 11 Adapun aspek nilai-nilai ajaran islam dapat dibedakan
a) Nilai akidah mengajarkan manusia akan adanya Allah yang Maha Esa
dan Maha Kuasa sebagai sang pencipta alam semesta, yang akan
manusia di dunia. Dengan merasa sepenuh hati bahwa Allah itu ada dan
Maha Kuasa, maka manusia akan lebih taat untuk menjalankan segala
sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan takut untuk berbuat
11
Samsu Nizar. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Cet. 1, (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2001), h. 95-99
18
berperilaku yang baik sesuai norma atau adab yang benar dan baik,
1) Gemar membaca
dari peranan orangtua, anak yang gemar membaca biasanya adalah anak
imajinasinya juga sangat baik. Tidak ada aktivitas yang lebih penting
mendengar, apabila ritme dan melodi bahasa menjadi bagian hidup anak,
berikut :
12
Lukman Hakim, Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam Dalam Pembentukan Sikap Dan
Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya, (Jurnal Pendidikan
Agama Islam Ta’lim Vol. 10. No. 1, 2012) , h. 69
19
3) Takarub
kedekatan. Sedangkan Qurb menurut bahasa adalah dekat. Namun dekat yang
dimaksud tidak berarti tempat, tetapi dekat dalam hati, seperti kata pepatah
“jauh dimata dekat dihati”. Secara istilah, qurb berarti kedekatan seorang
dalam menjalankan ketaatan kepada Tuhan dan disiplin dalam menjaga serta
menjauhkan diri dari Allah dengan cara menentang perintah-Nya dan tidak
Nya dan mengerahkan segala keinginannya kepada Allah semata dengan cara
mengingat-Nya baik pada saat banyak orang maupun saat sendiri. Kedekatan
Allah pada hamba-Nya banyak disebut dalam Q.S. Al-Maidah/5 :35
Battuanna‟ :
“E inggannana to matappa‟, pe‟atakwao‟ mie‟ lao di Puang Allah Taala
anna itai mie‟ tanggalalang iyau mala mappakadeppu‟o di sese-Na. Anna
panjiha‟o mie‟ lao di tanggalalang-Na, mamoare‟o mie‟ mallolongangan
passaroang.
Terjemahan Bahasa Indonesia:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah carilah dan
wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, berjihadlah
(berjuanglah) dijalan-Nya agar kamu memperoleh keberuntungan.” 15
Jadi, maksud ayat tersebut adalah Allah menyuruh hamba-hamba-Nya
dimaksud takwa ialah menahan diri dari segala perkara yang diharamkan dan
meninggalkan segala hal yang dilarang. Sesudah perintah takwa Allah berfirman,
ً كبن نهىب: حذ ثىب حمٍذ عىب أوص رضً للا عىه قبل: حذ ثىب زهٍر:حذثىب مبنك به إضمب عٍم
عه أوص، األحمرعه حمٍذ انطوٌم: أخبروب انفساري وأبو خبنذ: وحذثىً محمذ: قبل.ﷺ وبقة
فجبء أعرابً عهى، وكبوت ال تطبق، كب وت وبقة نرضم للا ﷺ تطمى انعضببء: قبل
: فقبل رضول للا ﷺ، ضبقت انعضببء: انمطهمٍه وقب نوا
17
))(( ان عهى للا أن ال ٌر فع شٍئب مه انذ وٍب إال وضعه
15
Muh. Idham Khalid Bodi, Koroang Mala‟bi Al-Qur‟an Terjemahan Bahasa Mandar
dan Indonesia, (Makassar: Balitbang Agama Makassar, 2019), h. 184
16
Muhammad Nasib Rifa’I, Taisiru al-Aliyyil Qadir li ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, jilid
2, Cet. 1, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 61
17
ذو الحجة,( دارالسالمى, مكتبتل ارالسالهى,لالمام ابىابد هللا دمحم بن اسماعٌل البخري الجعفً رحمه تعالى
٤٤١١ . صف,) الرٌاض,٤١١١ – مرس٤١٤١
21
Penjelasan hadits diatas yakni penegasan tentang adanya cinta Allah dan
hamba-Ku mendekatkan diri kepadaku dengan suatu amalan yang lebih aku
amalan sholeh ketika menjalankan amal yang sempurna ikhlas, mengikuti ajaran
Rasulullah ﷺfokus dan merasa dekat dengan Allah. Namun, hanya mereka yang
mendapat taufik saja yang bisa merasakan ini, karena banyak sekali diantara kita
dengan Allah. Rasa dekat dengan Allah akan tercermin pada perilaku dan cara
Perintah Allah terbagi dua Fardhu dan Nafilah (sunnah). Nafilah adalah
lebih Aku sukai melebihi amalan yang Aku wajibkan padanya. Dan Hamba-Ku
yang berbeda-beda seperti perbedaan dari sisi kualitas dan jenis: amalan wajib
lebih Allah sukai daipada amalan sunnah, kualitas Shalat misalnya lebih sukai
B. Metode Pembiasaaan
pendidikan tidak mungkin terserap secara efektif dan efisien oleh anak didik. Oleh
18
Muhammad Shalih bin Al-Utsaimin, Syarah Hadits Arba‟in Imam An-Nawawi, (Solo:
Ummul Qura’, 2012), h. 495
22
karena itu, metode merupakan syarat agar aktivitas pembelajaran dapat berjalan
dengan baik.
Metode merupakan suatu sistem yang sudah tertata rapi dan terpikir
secara matang untuk mencapai suatu tujuan (dalam ilmu pengetahuan dan
suatu tindakan dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Metode
merupakan salah satu syarat yang paling utama dalam pengembangan dan
keberhasilan ilmu pengetahuan. Dikatakan metode itu objektif dan benar, jika
adalah suatu kegiatan yang biasa dikerjakan dan akan berlangsung secara
terus menerus atau continue. Kebiasaan secara etimologi berasala dari kata
19
Faisar Ananda Arfa, dkk. , Metode Studi Islam: Jalan Tengah Memahami Islam, Ed.
1,Cet. 2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 53
20
Hery Noe Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta,: Logos Wacana Ilmu, 2003), h. 184
21
Djaali, psikologi pendidikan, Cet. 8, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 128
23
suatu kaidah yang dilakukan dalam upaya membiasakan anak didik berfikir,
bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan yang diajarkan dalam Islam”.
tadarus Al-Qur’an. dengan semakin siswa melatih diri akan semakin gemar
keterampilannya, maka dengan itu siswa akan semakin giat belajar atau
positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (konsektual).
22
Djaali, Psikologi Pendidikan, cet. 8, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 128
23
Tri Hartono,dkk. Implementasi Metode Pembiasaan Modelling Perspektif Teori
Behaviorisme di Ra Syaamila Kids Kota Salatiga, Vol. 7, No. 2, (Institut Agama Islam Negeri
Salatiga, Salatiga: 2019), h. 332
24
Selain itu, arti tepat dan positif ialah selaras dengan norma dan tat nilai moral
yang beraku, baik hyang bersifat religious maupun tradisional dan kultural.24
diadakannya metode pembiasaan disiplin bagi peserta didik adalah untuk melatih
serta membiasakan anak didik secara konsisten dan kontinoe dengan sebuah
tujuan, sehingga benar-benar tertanam pada diri anak dan akhirnya memjadi
dibiasakan .
metode pembiasaan itu adalah cara atau jalan yang dilakukan dengan sengaja,
24
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) h. 123
25
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2002), h. 178
25
suatu kebiasaan (karakter) tersebut melekat pada diri sang anak, sehingga nantinya
C. Tadarus Qur’an
Muhammad), dan merupakan mukjizat dari Allah Swt yang tertulis dalam
dianggap sebagai ibadah bagi umat Islam yang membacanya. Di sisi lain,
materi yang berhubungan dengan ayat (fonetik, waqaf, detail dan lain-lain)
dimulai dari proses memori pertama hingga dan harus cepat.26 Menurut bahasa
Tadarus berarti belajar. Adapun istilah yang dipakai dalam makna khusus,
26
M. Hasbi Ash-Shiddieq, Sejarah dan Pengantar „Ulum Al-Qur‟an/Tafsir (Jakarta:
Bulan Bintang, 1992), h.1
27
Ahsin W. Al Hafizd, Kamus Ilmu Al-Qur‟an (Jakarta: Amzah, 2006), h. 280
26
Allah swt28.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tadarus Qur’an adalah suatu
kegiatan membaca dan memahami kandungan isi al-Qur’an yang dimana orang
lain yang membaca kemudian kita sebagai pendengar juga ikut menyimak
begitupun sebaliknya. Dengan itu akan mudah menjaga keabsahan dan ketartilan
berbeda dari yang biasanya seperti yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.
secara bergantian ada peserta didik membaca ada pula yang mendengar lalu
menyimak apa yang dibaca dan hal ini dilakukan secara bergantian oleh oeserta
membaca dan ada pula yang menyimak. Pada tahap ini diperbolehkan
mendapat giliran untuk membaca dan mendengar. Pada tahap ini, harus di
28
Bramma Aji Putra, Berpuasa Sunnah Senikmat Puasa Ramadhan, (Yogyakarta: Wahan
Insani, 2010), h. 99-100
27
adalah ruh dalam sebuah amaliyah. Sebab bacaan yang keluar dari lisan
seseorang yang ikhlas dan lapang hatinya akan berbeda dengan bacaan
b. Mempersiapkan hati untuk memulai bacaan, agar hati lebih hidup dan siap
Qur’an.
c. Pemilihan waktu dan tempat yang tepat dalam membaca ayat suci Al-
Qur’an. Sebab tempat yang sejuk dan tenang jauh dari rangkaian
punya semnagat yang tinggi sehingga memberikan fokus bacaan yang baik
3) Bertadarus dengan saling mencoba memahami satu sama lain dari ayat
terjemahannya.
kandungan ayat diketahui. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
a. Memperhatikan tema dan topik yang akan dibahas dalam ayat dan surah
b. Menjaga hati agar tidak lalai dari ayat Al-Qur’an yang dibaca
dibaca.29
yang lain. Selain itu, tadarus juga dapat memperbarui iman bagi yang
gemar bertadarus Qur’an . Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Q.S.
Al-Anfal : 2
Battuanna‟:
“Sitongangna to matappa‟ di‟o iyamo ise‟iya iya mua‟ dirappei sangana
puang Allah Taala mendi‟diri atena, anna mua‟ dibacangani lao aya‟-
aya‟,Na, tambangani tappa‟na, anna lao dipuangna ise’iya mattawakkal”.
29
H. Zamakhsyari bin Hasballah Thaib, Tadarus Al-Qur‟an : Urgensi, Tahapan, dan
Penerapannya Vol. I No. 1 (Medan : Universitas Dharmawangsa Medan, 2016), h. 26
29
manusia yang paling utama. Tidak ada manusia diatas bumi ini yang lebih
siang dan malam karena dalam hatinya sudah terikat dan kesenangannya akan
adalah mukmin sejati yang harum lahir batin, harum aromanya dan enak
30
Muh. Idham Khalid Bodi, Koroang Mala‟bi Al-Qu‟an Terjemhan Bahasa Mandar
dan Indonesia, (Makassar: Balitbang Agama Makassar), h. 293
30
dengan para malaikat. Dengan kata lain, orang tersebut sangat dekat dengan
5) Syafa’at Al-Qur’an
memohon ampunan bagi yang membacanya dari segala dosa yang dilakukan.
Sehingga orang yang membaca Al-Qur’an jiwanya akan bersih dan lebih
yang berlipat ganda disisi Allah, satu huruf dimaknai sepuluh kebaikan. Jadi,
orang yang membaca Al-Qur’an pahala yang sangat besar di hari kiamat.
7) Keberkahan Al-Qur’an
mushaf terlebih lagi dengan orang yang tanpa melihat mushaf baginya
31
bagaikan sebuah rumah yang seisinya tersedia segala perabotan dan alat-
ibadah yang memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah Swt. Dan orang-orang
yang memperbaiki bacaan tajwid dan hafalannya, baginya setara sebuah rumah
yang seisinya tersedia segala perabotan lengkap dan alat-alat yang diperluakn. Tak
mendapat pahala yang berlipat ganda, satu huruf yang setara dengan sepulu amal
kebaiakan.
1. Kerangka Konseptual
Islam. Tujuan dari adanya metode pembiasaan ini agar siswa dapat lebih giat
tadarus Al-Qur’an pada peserta didik akan tumbuh dan berkembang menjadi
manusia yang matang, yang sanggup dan mampu mengubag dirinya sendiri,
31
Abdul Majid, Praktikum Qira‟at, (Jakarta: Amzah, 2013), Cet 2, h 57-59
32
nilai agama islam ini mungkin sudah banyak diterapkan oleh sekolah-sekolah
yang lain, akan tetapi riset tentang pembiasaan tadarus Al-Quran masih
sangat Jarang sehingga siswa kurang perhatian akan membaca Al-Qur’an dan
32
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), h.110
33
KERANGKA KONSEPTUAL
LANDASAN YURIDIS
LANDASAN TEOLOGIS 1. UUD pasal 3 No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem
1. QS. Al-Mai’dah/5 : 35 tentang Pendidikan Nasional
Taqarrub 2. UUD No. 20 Tahun 2003 pasal
2. QS. Al-Anfal/8 : 2 tentang orang- 3 tentang Tujuan Pendidikan
orang yang beriman. Nasional
3. HR. Bukhari tentang tawadhu 3. PP. No. 57 tahun 2021 pasal
12 ayat 1 tentang Standar
Proses Pembelajaran.
PEMBIASAAN TADARUS
AL-QUR’AN
MENGINTERNALISASI
NILAI-NILAI AGAMA ISLAM
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian
pada jati diri peserta didik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian.
B. Pendekatan Penelitian
kasus (case study) merupakan penelitian tentang suatu “kesatuan siswa”. Kesatuan
ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang
terkait tempat, waktu atau ikatan tertentu. Pendekatan ini bermaksud untuk
1
Seto Mulyadi dkk., Metode Penelitian Kualitatif dan Mixed Method perspektif yang
terbaru untuk ilmu-ilmu social, Kemanusiaan dan Budaya, Ed.1, Cet. 2, (Depok: Rajawali pers,
2020), h. 50
34
35
memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau
C. Sumber Data
atau penelitian dari berbagai sumber. Sumber data dalam penelitian ini adalah
dua, yaitu:
1. Data primer
dilokasi penelitian yang didapatkan melalui alat perekam atau menulis hasil
2. Data sekunder
pengumpulan data profil sekolah, buku-buku, jurnal, skripsi, foto, koran, dll
yang dibutuhkan.
2
M Djunaidi Ghony dan Fausan Almansur, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-3,
(Malang: PT Ar-Ruz Media, 2016), h. 62
3
Lexy J Moleonng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h. 4
36
Instrumen pengumpulan data adalah suatu alat bantu atau fasilitas yang
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
keberhasilan suatu penelitian yang berfungsi sebagai alat bantu dalam merangkum
semua data yang dibutuhkan.5 Dalam penelitian ini instrumen yang dibutuhkan
antara lain :
Teppo.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 136
5
Salim dan Haidir, Penelitian Pendidikan Metode, Pendekatan, dan Jenis (Jakarta: Divisi
Prenadamedia Group, 2019), h. 83
37
mendapatkan data yang valid dan relevan dengan permasalahan yang telah
dirumuskan diatas. Seperti yang sudah dijelaskan, data yang diungkap dalam
sebuah penelitian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu fakta pendapat dan
1. Wawancara
nilai Agama Islam dengan metode pembiasaan, serta untuk memperoleh data
2. Observasi
objek yang akan diteliti untuk melihat dari dekatnya suatu kegiatan yang
6
Salim dan Haidir, Penelitian Pendidikan Metode, Pendekatan, dan Jenis (Jakarta: Divisi
Prenadamedia Group, 2019), h. 98
7
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Rosdakarya,2013), h.186
8
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 220
38
untuk dianalisis.
3. Dokumentasi
kebijakan, dan dokumentasi yang berupa gambar seperti foto, video, dan
sketsa.9 Jadi, penulis mengambil berapa documenter tulis milik Mts Al-Qalam
adalah:
9
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & d, (Bandung: Alfabeta,
2016), h. 240
39
data secara kualitatif. Dalam hal ini, peneliti menggunakan beberapa tahap dalam
Dalam hal ini data yang direduksi adalah hasil dari wawancara,
Qur’an.
2. Display data, yaitu penyajian data yang sudah tereduksi. Penyajian data
adanya penyajian data, peneliti akan mudah mengetahui apa yang sedang
terdisplay. Data yang peneliti maksud adalah hasil wawancara dari para
Oleh karena itu, agar penelitian ini dapat terkumpul, maka data dipilih dan
penelitian ini, serta membuang data-data yang tidak diperlukan, sehingga data-
data tersebut dapat dikendalikan dan dipahami. Jadi, dalam menganalisis data,
10
Djunaidi Ghoni dan Fauzan Al-Mansyur, Metode Penelitian Kualitatif , (Jogjakarta:
Ar-Ruz Media, 2012), h. 308-309
40
Agama Islam melalui metode pembiasaan tadarus Qur’an pada peserta didik di
1. Triangulasi
pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap dua data itu. Tehnik
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
penelitian;
pemerintahan;
berkaitan.11
11
Djunaidi Ghoni dan Fausan Al-Mansyur, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-
Ruz Media, 2012), h. 323
DAFTAR PUSTAKA
41
42
Hasballah, Jamaliah. Nilai-Nilai Budi Pekerti Dalam Kurikulum. Banda Aceh PPS
IAIN Ar-Ranir, 2008.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Salemba
Humanika. 2010
Hartono, Tri. dkk., Implementasi Metode Pembiasaan Modelling Perspektif Teori
Behaviorisme di Ra Syaamila Kids Kota Salatiga, Vol. 7, No. 2. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga, Salatiga: 2019.
JR, Sutarjo Adi Susilo. Pembelajaran Nilai Karakter . Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2012.
Khalid Bodi, Muh. Idham. Koroang Mala‟bi Al-Qur‟an Terjemahan Bahasa
Mandar dan Indonesia. Makassar: Balitbang Agama Makassar. 2019.
Kriyantono, Rachmat. Tehnik Praktis Riset Komunikasi Kuantitatif dan Kualitatif
disertai contoh praktis Tesis dan disertai media, public, Relations,
Adversiting, Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Prenadamedia Group.
2006.
Khoerunnisya, Nadia Ulfa. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam
Melalui Metode Pembiasaan Keagamaan di SMP Negeri Purwokerto
Kab. Banyumas. Institut Agama Islam Negeri Purwokerto. 2018.
Maunah, Binti. Landasan Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2009.
Majid, Abdul. Praktikum Qira‟at. Jakarta: Amzah. 2013.
Mulyana, Rahmat. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. cet. I: Bandung:
Alfabeta. 2004
Munif, Muhammad. “Strategi Internalisasi Nilai-Nilai PAI dalam Membentuk
Karakter Siswa” Vol. 01, No. 01. Institut Agama Islam Nurul Jadid
Paiton Propolinggo, Propolinggo: 2017.
Muhaimin. Nuansa Baru Pendidikan Islam ; Mengurangi Benang Kusut Dunia
Pendidikan, Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosdakarya,2013
Muzayanah, Ulfa Hayati dan Fauziyah Lilis. Al-Qur‟an Hadis, (MDC Jatim:
2005.
Mulyadi, Seto. Dkk., Metode Penelitian Kualitatif dan Mixed Method Perspektif
yang Terbaru untuk ilmu-ilmu Social, Kemanusiaan dan Budaya, Ed. 1,
Cet. 2, Depok: Rajawali Pers. 2020.
Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam Edisi 1. Jakarta:Prenadamedia, 2010.
Putra, Bramma Aji.Berpuasa Sunnah Senikmat Puasa Ramadhan, Yogyakarta:
Wahana Insani, 2010.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 57, tentang Standar Nasional
Pendidikan, SK No. 1025501 A. 2021.
Wahyuni. Internalisasi Nilai-Nilai Keislaman Dengan Metode Pembiasaan Pada
Siswa SMP Negeri 2 Bisappu Kecamatan Bisappu Kabupaten Bantaeng.
Skripsi Universitas Muhammadiyah Makassar. 1442 H/2021 M.
43
، مكتبتم االضال مى،انإلمبو أبً عبذ للا دمحم به إضمب عٍم انبخبري انجعفً رحمه للا تعبنى
. انر ٌبض،٤١١١– مرش٤١٤١ رو انحجة،دارانطالمى
KOMPOSISI BAB
BAB I PENDAHULUAN
D. Rumusan Masalah
E. Kajian pustaka
1. Pengertian Internalisasi
2. Tahap-Tahap Internalisasi
B. Metode Pembiasaan
D. Kerangka Konseptual
B. Pendekatan Penelitian
C. Sumber Data
44
45