Anda di halaman 1dari 6

Nama: Ahmad safari hidayah

Kelas: X MIIA 2

NO. ABSEN 01

Mata Pelajaran :SKI

Latar Belakang Berdirinya Daulah Bani Umayyah II di Spanyol

Datangnya Islam di Spanyol sejak penaklukan oleh bangsa Arab. Peradaban ini dibentuk oleh
asimilasi antara bangsa Spanyol dan warga Berber dengan kultur Islam dan bahasa Arab yang dimana
semua ini ditunjang dengan keadaan ekonomi yang maju.[1] Pemerintahan Islam yang pertama
menduduki Spanyol ialah Bani Umayyah yang ada di Damaskus. Bani umayyah merebut Andalusia
dari bangsa Gothia Barat yakni pada masa Khalifah al-Walid ibn Abdul al-Malik.[2] Ketika
penakhlukkan tersebut dikirim 500 orang tentara muslim di bawah pimpinan Tarif ibn Malik pada
tahun 91 H/710 M. Ekspedisi yang di pimpin langsung oleh Tarif ini berhasil dan membawa banyak
ghanimah.

Pada dekade awal pemerintahan Muslim terjadinya pemberontahan oleh warga Berber yang
menempati pegunungan tandus di Galicia dan Cantabria kepada gubernur-gubernur Arab. Lalu
pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Arab Syria. Bangsa Arab pecah menjadi kelopok kesukuan
yakni Arab Qays dan Arab Yaman, ini adalah kalangan para pemukiman awal. Pemukiman inilah yang
menjadi perananpenting pada Arabisasi dan Islamisasi di Spanyol. Pada akhir abad ke sembilan,
bahasa Arab telah digunakan secara luas oleh penduduk dan sejumlah penduduk yang berpindah ke
agama Islam. Dari hal ini menimbulkan perbedaan antara elite Arab asli dengan Arab asimilasi, lalu
terbentuknya masyarakat Hispano-Arab.[3]

Pada abad ke 9 dan 10, ekonomi berkembang secara makmur. Dalam waktu yang bersamaan juga
Spanyol memasuki fase perdagangan yang maju, seperti kota Seville dan Cordova. Akibat dari
perubahan sosial dan eonomi ini menimbulkan konsolidasi politik. Terdapat tiga penguasa besar
yang memperkokoh negara Spanyol-Muslim setelah pergantian gubernur yang diangkat dari Afrika
Utara. Pertama adalah Abdul Rahman I (756-788), ia adalah seorang cucu Khalifag Umayyah Hisyam,
ia didukung oleh bangsa Berber dari Afrika Utara dan klien Syria pada masa rezim Umayyah, ia
mendirikan dinasti Umayyah di Spanyol.[4] Pemerintahan ini mengikuti pola-pola pemerintahan
Abbasiyah. Kedua ialah Abdul Rahman II (822-852) dimana menyentralkan pemerintahan dengan
menfokuskan ke perekonomian yaitu perdagangan. Ketiga ialah Abdul Rahman II (912-961)
menyempurakan proses konsolidasi pemerintahan pusat. Menentuk pasukan militer dari para
tawanan. Selain itu juga memperkokoh siste pemerintahan.

Abdul Rahman III mengupayakan untuk melegitimasi pemerintahannya dengan mengadopsi bentuk-
bentuk kultural Abbasiyah Baghdadi. Karena pada kenyataan nya kultur Islam di Spayol berasimilasi
dengan kultur lokal. Gelar Khalifah atau amir al-mu’minin yang diadopsi dari Fathimiyah di Afrika
Utara. Abdul Rahman III melakukan perluasan Masjid Agung Cordova, merancang proyek irigasi, dan
mengerahkan kekuata jihad untuk menahan serangan umat Kristen di wilayah utara Spanyol.

B. Para Penguasa Daulah Bani Umayyah II di Spanyol


1. Abdurrahman Ad-Dakhil (756-788)

Pendiri dinasti Umayah yang merdeka ini ialah Abdurrahman bin Abi Sufyan, cucu Khalifah Umayah
ke 10, Hisyam. Dia adalah salah seorang di antara sedikit Bani Umayah yang terlepas dari
Pembalasan dendam yang keji dari khalifah Abbasyiah yang pertama, Asaffah. Setelah singgah lima
tahun di Palestina, Mesir, dan Afrika, akahirnya dia sampai di Geuta. Disana dia diberi perlindungan
oleh seorang Berber, keluarga pamannya dari pihak ibu. Kemudian mengutus pelayannya, Badar,
untuk berunding dengan orang-orang Siria di Spanyol. Orang-orang Siria merupakan pendukung
utama bani Umayah, dan mereka siap menyambut pemuda petualang dari dinasti kesayangannya
itu. Karena itu Abdurrahman pergi ke Spanyol dan memperoleh sambutan hangat pada tahun 755 M.
Pribadi yang menarik dari seorang Petualang muda ini serta nama besar keluarganya, membuat dia
memperoleh dukungan rakyat. Gubernur Abbasiyah yang lemah memeranginya di Masarah.
Pertempuran Masarah itu merupakan pertempuran yang menentukan. Yusuf gubernur Abbasiyah
untuk Spanyol, dikalahkan karena Khalifah Manshur tidak dapat mengirimkan bantuan pada
waktunya. Abdurrahman menjadi penguasa Spanyol dan menempatkan dirinya di Singgasana
Spanyol sebagai seorang amir yang merdeka (756 M).maka di dalam masa enam tahun sejak
kejatuhan pemerintahan Umayah, suatu dinasti Umayah yang baru didirikan di Spanyol.[5]

Semenjak menjabat sebagai penguasa Spanyol, Abdur Rahman menghadapi berbagai gerakan
pemberontakan internal. Gangguan pihak luar yang terbesar adalah serbuan pasukan papin, seorang
raja prancis dan putranya bernama Charlemagne. Namun pasukan penanggung jawab ini dapat
dikalahkan oleh kekuatan Abdur Rahman. Belum selesai menangani aksi pemberontakan ia keburu
meninggal dunia pada tahun 172 H/788 M., sebelum Amirat Umayah di Spanyol ini berdiri tegak.[6]

2. Hisyam I (172-180 H/788-796 M)

Abdur Rahman di gantikan oleh putranya yang bernama Hisyam I (172-180 H/788-796 M). Ia
merupakan penguasa yang lemah lembut dan administrator yang liberal. Ia menghadapi
pemberontakan yang dilancarkan oleh saudaranya sendiri di Toledo, yakni Abdullah dan Sualiman.
Pemberontakan ini dapat ditaklukan oleh Hisyam. Selanjutnya Hisyam mengarahkan perhatiannya ke
wilayah utara. Umat Kristen yang tidak henti-hentinya melancarkan gangguan keamanan ditindasnya
sekaligus berhasil mengalahkan kekuatan perancis. Kota Norebonne ditaklukkannya, sementara
suku-suku yang tinggal di Galicia mengajukan perdamaian.

Hisyam merupakan penguasa yang adil, dan bermurah hati khususnya terhadap rakyatnya yang
lemah dan miskin. Ia senantiasa ingin mengetahui keluhan si miskin ia senantiasa dengan keluar
malam masuk perkampungan di kordoba, dan dengan mengunjungi mereka yang sedang sakit. Lalu
meringankan beban mereka dengan membagikan sejumlah uang. Sekalipun tempramennya lemah
lembut, namun seringkali ia menunjukan sikap tegas terhadap para pesuruh dan pemberontak yang
mengancam stabilitas Negara.

3. Hakam I (796-822 M)

Hakam I menggantikan ayahnya, Hisyam I, menduduki tahta Spanyol. Dia adalah orang yang tidak
baik dan tidak mulia. Dia suka dilingkungi kemegahan dan pertunjukan-pertunjukan. Pembawaanya
suka senang-senang dan menikmati kehidupan yang diperolehnya, dia sangat kecanduan dengan
minum anggur.

Tak lama setelah pelantikannya, hakam dihadapkan pada pemberontakan yang hebat dari para
pembelot yang dipimpin oleh seorang Faqih. Orang-orang faqih itu sangat mempengaruhi para
pembelot yang tinggal dipinggiran kota Cordova sebelah selatan, yang ketika itu ibu kota Spanyol
Muslim. Karena kedermawanan kebijakan Hisyam yang disalahgunakan, kaum faqih itu menjadi
suatu kekuatan di negeri itu. Dia menghindari semua campur tangan dalam urusan Negara” karena
frustasi dalam harapannya memperoleh kekuasaan, dan merasa bangga akan kependetaan mereka,
mereka menjadi penghasut dengan pidato-pidato.” Oleh karena itu, kaum faqih berusaha membakar
kefanatikan orang-orang Spanyol Muslim. Pengaruh mereka di antara orang-orang itu tak terhingga.
Sebagian besar penduduk di seleruh jazirah itu adalah mualaf, yaitu orang-orang yang baru masuk
Islam. Mereka diangap rendah oleh orang-orang Arab yang berdarah murni. Pemimpin kaum faqih
itu, Yahya bin Yahya, berkomplot dengan sekelompok kaum bangsawan untuk mengangkat seorang
paman Hakam ke atas singgasana Kordofa. Akan tetapi, komplotan itu tercium sehingga tokoh-tokoh
faqih serta kaum bangsawan, sekitar 72 orang junmlahnya, dibunuh, dan Yahya selamat melarikan
diri.[7]

Hakam meninggal pada tahun 207 H/ 822 M, setelah berkuasa selama 26 tahun, suatu periode yang
paling banyak diwarnai pertempuran. Ibnu Al-Athir, mencatatnya sebagai penguasa Andalusia
pertama yang bijaksana sekaligus ksatria. Satu kekurangannya adalah tidak bersikap ramah terhadap
fuqaha. Ia tidak menghendaki campur tangan fuqaha dalam urusan Negara. Inilah sebab timbulnya
gerakan fuqaha yang berusaha menggulingkan kekuasaan hakam. Mererka muncul sebagai oposisi
hakam dan berusaha menciptakan kegaduhan sehingga melatari gerakan pemberontakan di
Gordoha.[8]

4. Abdurrahman II (822-852 M)

Hakam digantikan oleh anaknya, Abdurrahman, yang nama panggilannya Ausad. Pergantiannya tidak
terlepas dari persaingan karena Abdullah, anak Abdurrahman I, melakukan usaha untuk menduduki
tahta. Namun hal ini gagal dan Abdullah harus tunduk.

Pemerintahan tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan. “orang-orang Kristen dari Merida bangkit
memberontak di bawah pimpinan Mahmud bin Al Jabar, bekas pengumpul pajak dan sulaiman bin
Martin. Penyebab pemberontakan ini adalah pembebanan pajak atas barang sehari-hari dan
kekejaman para mentri serta para pengumpul pajak“. Abdurrahman menumpasnya dengan
kekerasan. Bajingan-bajingan itu ditundukkan dan 7000 pemberontak di bunuh. Suatu
pemberontakan yang baru pecah di Toledo. Dalam pemberontakan itu para neo/muslim dan orang-
orang Yahudi mengambil bagian. Pemberontakan itu dipimpin oleh seorang muallaf yang bernama
Hasyim. Akan tetapi, Hasyim dapat dikalahkan dan dibunuh dan para pemberontak itu dicerai-
beraikan.

Menjelang akhir pemerintahan, golongan fanatic dari penduduk Kristen di Kordova bangkit
memberontak. Pemberontakan ini mengambil sikap yang paling membahayakan. Mereka menghina
orang-orang Islamdan menjelek-jelekkan Nabi mereka. Tidak beral;asan bagi orang-orang Kristen
untuk mengeluh terhadap pemerintahan Arab. Mereka memperoleh kebebasan beragama,
kehidupan social dan ekonomi serta di beri jabatan-jabatan yang penting dalam pengelolaan Negara.
Orang-orang Kristen itu sangat terpengaruh olehj kesusaateraan dan bahasa Arab. Mereka juga
mengadopsi perilaku dan adat istiadat Arab tanpa memeluk agama Islam. Orang-orang Kristen yang
terpengaruh ooleh Arab itu, yang disaebut Mozarab, dibenci oleh saudara-saudaranya yang fanatic
dengan mencela mereka sebagai tidak beragama. Pasra pemimpin golongan masyarakat ini adalha
seorang pendeta, Enlogios dan sahabatnya, Alvaro. Mereka menggerakkan yang tidak puas dan
dengan cara itu meningkatkan kebencian golongan yang keras kepala. “Fitnahan kepada Nabi
Muhammad dan kepada Islam oleh orang-orang Kristen mempunyai arti yang sangat pentinmg di
dalam sejarah Islam di Spanyol. Hal itu menunjukkan sikap keras kepala orang-orang Kristen yang
menolak pemerintahan Muslim dan mengutuk setiap yang berbau Muslim”. Abdurrahman harus
mengambil tindakan yang efektif di dalam masalah itu, dan mengakibatkan banyak laki-laki maupun
perempuan yang suka rela mati sebagai syuhada.[9]

Abdurrahman mewarisi kejayaan dan kemakmuran yang diciptakan oleh pendahulunya yaitu Hakam.
Kerusuhan yang terjadi pada saat itu antara lain ditimbulkan oleh umat Kristen di daerah
pendalaman yang dikepalai pimpinan Suku Leon, dan juga terdapat serbuan bangsa Norman
terhadap wilayah pantai Spanyol. Kedua kekuatan asing ini dapat dikalahkan pada masa
pemerintahan II selama 30 tahun ini, perekonomian rakyat mengalami kemajuan dan kemakmuran.
Ia sangat mencintai seni, kepustakaan, dan berusaha membangun Kordoba sebagai Baghdad II. Ia
mendirikan sejumlah Istana, taman dan menghiasi Ibukota dengan berbagai bangunan mesjid yang
indah. Banyak Ilmuwan berkumpul di istananya yang sebagian mereka berasal dari Baghdad.

5. Muhammad I (238-273 H / 853-886 M)

Muhammad menggantikan kedudukan ayahnya yaitu Abdurrahman II. Pada masa ini masyarakat
Kristen Toledo dengan bantuan pimpinan suku Leon bangkit menentang Muhammad. Pasukan
Muhammad menumpas kekuatan pemberontak dalam pertempuran di Guadelet. Di Kordoba timbul
gerakan perusuh. Muhammad segera menempuh langkah-langkah pengamanan ibukota ini dengan
menumpas semua kekuatan pemberopntak. Kekacauan di pusat pemerintahan ini dimanfaatkan
oleh bangsa Perancis dengan menciptakan gangguan di wilayah utara, dan oleh Normandia yang
melancarkan serbuan terhadap wilayah pantai Spanyol.

Kedua kekuatan asing ini dapat dikalahkan oleh pasukan Muhammad I. Pada akhir masa
pemerintahan, muncul sejumlah pemberontakkan diberbagai pennjuru. Seorang muslim Spanyol
yang bernama Musa mengklaim sebagai penguasa atas kota Aragon. Pemberontakan di wilayah
barat dipimpin oleh Ibnu Marwan. Pemberontakan terbesar terjadi di wilayah perbukitan antara
kota Ronda dan Malaga yang dipimpin oleh Umar ibnu Hafsun.[10]

6. Munzir (273-275 H/886-888 M)

Munzir merupakan penguasa yang energik dan pemberani. Seandainya ia berusia panjang, niscaya ia
cukup mampu menegakkan kedamaian dan ketertiban Negara. Munzir memimpin sendiri pasukan
untuk menghadapi kekuatan Umar ibn Hafsun. Ia keburu meninggal sebelum mengamankan Negara
dari gangguan para pemberontak.

7. Abdullah (275-300 H/888-912M)

Abdullah merupakan saudara Munzir. Menurut ibn Al-Athir, “Pada masa ini timbul gerakan
pemberontakan dan kerusuhan di segenap penjuru wilayah Spanyol. Kondisi ini berlangsung sejak
awal masa pemerintahanm Abdullah hingga berakhir”. Ia tidak hanya mendapat perlawanan dari
masyarakat Spanyol pedalaman, tetapi kelompok Aristokratis arab juga menentangnya.
Pertengkaran yang sengit terjadi antar kelangan Arab, kalangan Seville, kalngan Elvire. Pertengkaran
ini sangat mengancam kekuasaaan raja.Umar ibn Hafsun memanfaatkan kondisi pertengkaran ini
dengan upaya memperluas wilayah kekuasaan hingga mendekati batas Ibukota. Abdullah
mengarahkan pasukannya untuk menumpas gerakan pemberontakan dibawah pimpinan
Obaydullah. Pemberontakan yang terbesar selama ini, yakni pemberontakan Umar ibn Hafsun
berhasil dikalahkan oleh pasukan Obaydullah, sehingga pemberontakan kecil lainnya segera tunduk
kepadanya. Tahta kerajaan berhasil ditegakkannya.[11]

C. Sistem Pemerintahan Daulah Bani Umayyah II di Spanyol


Sistem Pemerintahan yang di terapkan pemerintah Bani Ummayah di Andalusia membuat berbagai
perubahan dan kebijaksanaan. Upaya perubahan ini terus di kembangkan sampai kepaada khalifah-
khalifah lainnya.

Pada masa kekuasaan Bani Umayyah di Andalusia menjalankan pemerintahannya seperti bangsa-
bangsa Romawi yaitu bersifat sentralistik. Pemerintahan dan kekuasaan sepenuhnya berada di
tangan raja. Akibatnya terjadi perubahan pada organisasi politik saat itu. Salah satunya adalah
dalam sistem khalifah. Kepala pemerintahan tidak lagi di pilih secara musyawarah melainkan di
angkat secara keturunan.

Para Khalifah Daulah Bani Umayyah II menetapkan kebijakan politik dari Demokrasi menjadi Sistem
Pemerintahan yang Aristokrasi (sistem turunan), masing masing khalifah mengangkat putranya
sebagai penggantinya. Konsekwensi logis dari perubahan sistem pemerintahan tersebut adalah
suksesi kepemimpinan berlangsung secara turun-temurun.[12]

Sebagaimana di semua negara, Daulah Bani Umayyah II juga mempunyai organisasi pemerintahan di
antaranya

1. An-Nidhamu Al-Siyasi (Organisasi sistem politik) yang meliputi jabatan khalifah, wizarat dan
kitabat.

2. An-Nidhamu Al-Idari (Organisasi Sistem tata usaha negara) yang meliputi susunan
pemerintahan pusat yang terdiri dari anggota dewan

3. An-Nidhamu Al-Maly (Organisasi keuangan / ekonomi)

4. An-Nidahmu Al-Harby (organisasi pertahanan negara)

5. An-Nidhamu Al-Qadha’i (organisasi kehakiman)[13]

Pemerintahan Islam pada masa Bani Umayyah di Andalusia dapat di bagi menjadi enam periode,
yaitu:

a) Periode Pertama (711-755 M)

Kepemimpinan berada di bawah pemerintahan para wali yang di angkat oleh khalifah Bani Umayyah
yang berpusat di Damaskus. Stabilitas politik belum sepenuhnya tercapai karena masih adanya
pergesekan antara sesama penguasa yang di picu oleh perbedaan etnis dan suku. Hal ini
menimbulkan terjadinya konflik dalam sistem politik saat itu sehingga tidak ada gubernur yang
mampu mempertahankan kekuasaannya dalam jangka waktu lama.

b) Periode Kedua (755-912 M)

Kepemimpinan berada di bawah pemerintahan seorang amir, tetapi tetap tunduk pada pusat
pemerintahan . Andalusia mulai memperoleh kemajuan, baik dalam politik maupun dalam bidang
peradaban. Hukum islam mulai di perbaharui dan di tegakkan. Namun gangguan-gangguan tetap
muncul, salah satunya datang dari umat islam sendiri. Golongan orang yang merasa tidak puas
dengan pemerintahan yang ada mulai menjalankan aksi revolusi.

c) Periode Ketiga (912-1013 M)


Andalusia di perintah oleh seorang khalifah. Khalifah besar yang pernah memerintah pada periode
ini, yaitu:

1. ‘Abd al-Rahman III

Pada masa pemerintahannya inilah Andalusia mencapai puncak kejayaannya. Abd al-Rahman III
melakukan pembaharuan dan inovasi dalam bidang administrasi. Beliau tercatat sebagai orang yang
telah membawa Spanyol muslim ke kedudukan yang lebih tinggi.

2. Hakam II (961-976 M)

Hakam merupakan anak dari Abd Al-Rahmah III. Sepeninggal ayahnya, Hakim mengambil alih kursi
kepemimpinan Andalusia. Pada masa kepemimpinannya masih banyak terjadi pemberontakan dan
peperangan. Namun tidak mengurangi kemajuan yang di buat oleh Hakim III. Salah satu
kemajuannya adalah dengan memajukan bidang pendidikan, ekonomi dan pembangunan.

3. Hisyam II

Hisyam di angkat menjadi khalifah ketika usianya masih belia yang kemudian menyebabkan ibunya
Sulthonh Subh dan seoarang bernama Muhammad Ibn Abi Amir mengambil alih kekuasaan.

d) Periode Keempat (1013-1086 M)

Andalusia terpecah menjadi lebih dari 20 kerajaan kecil. Masa ini disebut Muluk al- Thawaif (Raja
Golongan) yang mendirikan kerajaan berdasarkan etnis barbar. Meskipun terjadi ketidakstabilan,
namun peradaban di Andalusia tidak terpengaruh dan tetap mengalami kemajuan.

e) Periode Kelima (1086-1248 M)

Meskipun Andalusia terpecah menjadi negara-negara kecil, tetapi terdapat dua kekuatan besar yaitu
dinasti Murabhitun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahiddun (1146-1235 M). Namun kedua dinasti
tersebut tidak berkuasa lama karena adanya gangguan dari kelompok kristen. Hingga
akhirnyaseluruh wilayah Andalusia kecuali Granada jatuh pada kekuasaan Kristen.

f) Periode Keenam (1248-1492 M)

Islam hanya berkuasa di wilayah Granada di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). Namun pada
akhir abad ke 14 M, dinasti ini mulai mengalami kelemahan akibat perebutan kekuasaan. Hal ini di
manfaatkan oleh tentara kristen untuk menyerang Granada. Pada tahun 1492 terjadi serangan
gabungan antara kerajaan Aragon dan kerajaan Castille terhadap kota Granada selama berbulan-
bulan hingga kota tersebut jatuh kepada pihak penyerang pada tanggal 2 Januari 1492.[14]

Anda mungkin juga menyukai