Anda di halaman 1dari 10

PENUGASAN MATA KULIAH

KESELAMATAN KESEHATAN KERJA


TOPIK

“Identifikasi Resiko Bahaya dan Adverse Event di Lingkungan Kerja Perawat yang
Bertugas di Ruang Gawat Darurat”

Oleh
Kelompok I
1. Lulu Ulyati (113122131)
2. Mardhani Purnawan (113122133)
3. Misri Al Khaironi (113122136)
4. Muhammad Guntur (113122140)
5. Nuruddin (113122143)
6. Riza Febrina Rahmayanti (113122147)
7. Rohmawati (113122150)
8. Sopyan Hadi (113122153)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR LOMBOK TIMUR


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2023
A. Mengidentifikasi Potensi Bahaya di Lingkungan Kerja Perawat

1) Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana para karyawan tersebut


melaksanakan tugas dan pekerjaannya sehari-hari (Ahyari dalam Permana, 2011).
Pendapat lain mengenai pengertian lingkungan kerja diungkapkan oleh
Sedarmayanti dalam Hapsari (2011) lingkungan kerja adalah keseluruhan alat
perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang
bekerja, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai
kelompok.

2) Potensi Bahaya adalah menurut peraturan menteri kesehatan no.66 tahun 2016
terdari dari 8 item yaitu potensi bahaya fisik. Kimia, biologi, ergonomi,
psikososial, mekanikal dan elektrikal, jenis potensi bahaya ini memliki dampak
dan pengaruh yang sangat kuat yang dapat membahayakan komponen rumah
sakit. Lingkungan Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu tantangan yang
sangat berbahaya di Rumah Sakit, terutama karena lingkungannya yang tidak
terstruktur dan tergesa gesa, dengan pasien yang mengalami masalah yang tidak
dapat diprediksi, dengan ukuran dan tingkat urgensi pasien yang bervariasi, dan
pada waktu yang tidak terjadwal.

1) Perawat adalah petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan memegang


peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan (Riana Silvia Casuarina
L.Tobing, 2020 ).

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang sering berinteraksi langsung dengan


pasien dan mempunyai waktu lebih banyak bersama pasien, sehingga kualitas
rumah sakit akan tercermin dari bagaimana cara perawat memberikan pelayanan.
Jika kualitas pelayanan yang diberikan perawat baik maka semakin baik pula
kualitas rumah sakit tersebut di mata pasien dan sebaliknya. Kunci utama dari
keberhasilan kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit ditentukan oleh perawat
(Sutrisno, Suryoputro, & Fatmasari 2017)

2) Potensi Bahaya di Lingkungan Kerja Perawat Ruang Instalasi Gawat Darurat

a) Resiko kimia
Berdasarkan hasil penelitian bahaya kimia teridentifikasi sumber bahaya
peralatan medis dengan risiko jarum suntik dibuang tidak pada safety box dan
sumber bahaya limbah dengan risiko terkena infeksi silang pada saat tindakan
menyuntik pasien akibat tertusuk jarum suntik terkontaminasi. Pada ruangan
IGD isolasi yang tidak sesuai standart, kegagalan proses skrining batuk pada
pasien TB, akibat tidak menerapkan cuci tangan yang benar, risiko terkena
infeksi nosokomial dan risiko terpapar bahan berbahaya dan beracun (B3).
Menurut Hanafi & Partawibawa (2016), pengendalian resiko terhadap bahaya
yang teridentifikasi setelah dilakukan penilaian sebelumnya, sehingga
pengendalian resiko bahaya diprioritaskan pada bahaya dengan kategori paling
tinggi ke rendah. Pengendalian resiko pada kategori High dapat dilakukan
dengan mengurangi resiko bahaya serendah mungkin sehingga resiko bahaya
dapat diterima. Upaya pengendalian bahaya Kimia (disinfektan) yaitu aktivitas
kerja melakukan perawatan terhadap pasien pada siang hari adalah harus
memperhatikan tanda-tanda peringatan yang ada di area kerja untuk
mengantisipasi adanya bahaya pada bahan kimia yang tersedia diruangan
tersebut dan perhatikan penggunaan bahan kimia sesuai prosedur.

b) Resiko fisik

Potensi bahaya fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika,
Setiap benda atau proses yang secara langsung atau per-lahan bisa mencederai
fisik orang ataupun bagiannya antara lain. Yang merupakan potensi bahaya
fisik
adalah kebisingan, pencahayaan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan
sinar ultra ungu. Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan
dari proses produksi atau produk samping yang tidak diinginkan (ILO, 2013).
Pencahayaan di IGD dapat dinyatakan aman bagi tenaga kesehatan untuk
melakukan tindakan kegawat daruratan dan tindakan medis yang dibutuhkan
untuk pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat, juga aman bagi pasien
yang membutuhkan pelayanan gawat darurat dan pelayanan medis lain,
maupun untuk keluarga pasien dan pengunjung di Instalasi Gawat Darurat.
Hasil observasi untuk mendukung pencahayaan yang baik secara maksimal di
Instalasi Gawat Darurat lebih tepatnya pada malam hari menggunakan
pencahayaan buatan dan pada siang hari menggunakan pencahayaan alami.
terdapat satu potensi bahaya fisik di IGD dari segi lantai, penggunaan lantai
telah sesuai dengana pedoman teknis bangunan IGD yaitu menggunakan lantai
dengan permukaan ubin yang kasar namun dengan kondisi IGD yang tergesa
gesa dan tidak terstruktur maka dapat terjadi ceceran atau tumpahan cairan
yang secara tidak sengaja bersumber dari pasien maupun keluarga pasien, hal
inilah yang dapat menjadi sumber potensi bahaya terpeleset di IGD. Dampak
yang ditimbulkan akibat terpeleset, tersandung, dan terjatuh tidak pernah
sederhana. Tidak hanya mengakibatkan luka ringan, cedera serius/ fatal hingga
kematian bagi pekerja, namun juga mengakibatkan kerugian ekonomi bagi
perusahaan. Kegitan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya insiden
terpeleset di Instalasi Gawat Darurat adalah selalu melakukan pembersihan
pada lantai setiap saat dan memasang rambu k3 tentang lantai licin ditempat
yang terdapat tumpahan atau lantai yang sedang dalam keadaan basa (Safety
Sign, 2018).

c) Resiko Biologi

Potensi bahaya biologi adalah potensi bahaya yang beresiko adalah Pada
proses pekerjaan menjahit luka pasien, nilai risiko tertinggi bahaya biologi
pada tahap pekerjaan merapikan alat (Putri, Arif, & Subaris , 2017). Potensi
bahaya biologi
merupakan potensi bahaya yang sangat banyak dijumpai di Rumah Sakit,
potensi bahaya biologi termasuk dalam kelompok virus, bakteri, jamur dan
parasite lainnya. Dalam lingkungan rumah sakit sangat banyak dijumpai virus
seperti HIV, SARS dan hepatitis yang merupakan bahaya potensial bagi
petugas kesehatan dan mereka yang bekerja dilingkungan rumah sakit. Jenis
bahaya potensial biologis dapat masuk kedalam tubuh baik melalui kontak
langsung dengan cairan tubuh penderita, melalui pernafasan dan melalui
system pencernaan (Ekowati, 2009). Hasil penelitian menjunjukan bahwa
potensi bahaya Biologi cukup besar dapat memberi penyakit akibat kerja pada
petugas kesehatan yang berada di Instalasi Gawat Darurat, hal ini disebabkan
karena pasien yang masuk belum diketahui kondisi dan penyakit yang
dialaminya namun sebagai petugas medis yang berada di Instalasi Gawat
Darurat baik itu perawat maupun dokter harus tetap melakukan langka untuk
pertolongan dan pengobatan dalam rangka bertujuan untuk menyelamatkan
dan menyembuhkan pasien. Oleh sebab itu diperlukan adanya kesadaran bagi
perawat maupun dokter dalam melakukan tindakan harus tetap dalam keadaan
aman, menggunakan APD wajib walaupun belum diketahui penyakitnya.
Potensi bahaya berkaitan dengan infeksi atau agen biologis seperti bakteri,
virus dan jamur yang dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan pasien
terinfeksi atau cairan tubuh. Risiko dari kuman-kuamn patogen dari pasien,
risiko ini harus dikendalikan oleh bagian petugas pemantau infeksi Rumah
Sakit dan harus dikoordinasikan dengan unit K3RS (Rases, Herryanis, &
Gobel,
2016). Peraturan Menteri Kesehatan No 66 tahun 2016 pengendalian risiko
bahaya dilakukan dalam rangka pengelolaan dan pengendalian risiko yang
berkaitan dengan keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit agar
terciptanya kondisi Rumah Sakit yang sehat, aman, selamat, dan nyaman bagi
sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan Rumah Sakit. Potensi bahaya biologi merupakan potensi
bahaya yang sangat banyak dijumpai dirumah sakit, potensi bahaya biologi
termasuk dalam kelompok virus, bakteri, jamur dan parasit lainnya. Salah satu
tempat di Rumah Sakit yang mempunyai potensi bahaya biologis yang besar
adalah Instalasi Gawat Darurat, hal ini disebabkan karena jenis pasien yang
masuk di Instalasi Gawat Darurat belum diketahui pasien tersebut memiliki
penyakit apa. Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit telah menerapkan sistem
START atau ruang triase yang fungsinya untuk melakukan pemilahan pasien
masuk dalam jalur merah, kuning, atau hijau. Pasien yang masuk akan
dianalisis tanda dan gejala penyakitnya terlebih dahulu, misalnya ada tanda
batuk yang lebih dari 1 minggu atau memiliki tanda dan gejala infeksi maka
pasien tersebut dimasukkan kedalam khusus yaitu ruangan isolasi, ruangan ini
ditempakan pasien yang memiliki riwayat penyakit menular yang bisa
membahayakan pasien lain maupun petugas kesehatan.

Berdasalkan hasil analisis risiko AS/NZS 4360:1999 potensi bahaya biologi di


IGD dijelaskan sebagai berikut:

a. Terkena penyakit menular karena sering terpapar pada saat Pemeriksaan


awal/validasi pasien diruang Triase, Menjelaskan hasil anamnesa kepada
pasien dan keluarga dan pada saat perawat dan dokter menjelaskan alur
pelayanan di rumah sakit merupkan salah satu penyebab penularan penyakit
yang dapat dialami oleh tenaga kesehatan yang disebabkan oleh penyakit
yang ditularkan oleh pasien (Maramis, Umboh, & Pinontoan, 2018).
b. Tertusuk aboket saat tindakan pemasangan infus. Kejadian tertusuk aboket
saat hendak memasang infus bukanlah suatu kejadian fatal dan berbahaya,
hal ini disebabkan karena jarum aboket tersebut belum digunakan oleh
pasien lalu tertusuk keputugas kesehatan. Jika terjadi insiden tersebut jarum
yang tidak sengaja tertusuk pada petugas kesehatan tersebut tidak boleh lagi
digunakan pada pasien dan harus segera melakukan penggantian aboket
baru, hal ini untuk mencegah sesuatu yang tidak diharapkan terjadi pada
pasien yang hendak dipasangkan infus. Untuk mencegah terjadinya insiden
tertusuk jarum infus maka yang perlu dilakukan adalah selalu menggunakan
APD saat hendak melakukan tindakan pemasangaan infus seperti sarung
tangan medis.
c. Tertusuk aboket saat melepas infus Insiden tertusuk jarum di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) jika terjadi maka hal itu merupakan hal yang sangat
fatal yang dapat menyebabkan menularnya penyakit dan terjadi infeksi
terlebih lagi ketika jarum suntik tersebut telah digunakan untuk injeksi
pasien yang dipastikan positif HIV/AIDS, maka hal yang perlu dilakukan
adalah melakukan pemeriksaan medis untuk tes dara agar mengetahui
tindakan apan yang selanjutnya dapat dilkukan. Untuk mencegah terjadinya
insiden tertusuk jarum maka yang perlu dilakukan adalah selalu
menggunakan APD dan lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan.
d. Tertusuk jarum saat Tindakan injeksi jika tidak menggunakan APD, jika
dinilai memerlukan perhatian dari pihak manajemen dan melakukan
tindakan perbaikan cepat dan darurat.
e. Tersayat dan tertusuk saat Menjahit luka saat tidak menggunakan APD.
Standar Operasional Prosedur yang tepat dalam penjahitan luka adalah
dengan menggunakan pinset anatomis dan chirurgis untuk menahan luka
saat melakukan tindakan penjahitan luka hal ini untuk menjegah terjadinya
luka tusuk yang terjadi pada petugas kesehatan saat melakukan tindakan
penjahitan luka. Pada tindakan menjahit luka terdapat tiga risiko, yaitu
tertusuk jarum, luka kena ampul, dan kontak dengan darah pasien yang
tertular HIV/AIDS, Hepatitis. Tertusuk jarum jahit terjadi pada tahap
penjahitan luka, hal ini terjadi karena perawat menjahit tidak menggunakan
pinset untuk menahan tepi luka, tetapi menggunakan jari tangannya sendiri
(Ramdan & Rahman, 2017)

d) Resiko Psikologi

Bahaya psikologis yang terdapat di instalasi gawat darurat seperti tekanan atau
intimidasi dari keluarga pasien yang tidak sabar menunggu penanganan dan
pemeriksaan dokter atau perawat. Keluarga pasien mengancam petugas medis
sampai mengakibatkan beberapa petugas medis mengalami trauma, ada pula
yang sampai tidak masuk kerja di hari berikutnya. Hubungan antar sesama
rekan kerja saat pekerjaan berlangsung terkadang menimbulkan
miskomunikasi atau kesalah pahaman dalam berkomunikasi, hal ini secara
normal dapat terjadi dalam lingkungan sosial hingga minumbulkan konflik
yang kecil hingga konflik besar dan berkepanjangan, namun di Instalasi Gawat
Darurat dalam hubungan antar sesama pekerja miskomunikasi biasa dapat
terjadi namun hal itu dapat diatasi dengan baik dengan melakukan komunikasi
agar tidak terjadi kesalah pahaman yang berkepanjangan dan akhirnya
berdampak pada pekerjaan. Bahaya psikososial lain yang didapatkan oleh
tenaga kesehatan seperti kekerasan secara verbal dalam hal ini memaki,
membentak, marah dan teriak serta mengancam tenaga kesehatan merupakan
kasus yang kerap terjadi di Instalasi Gawat Darurat. Tindakan kekerasan
secara verbal merupakan kekerasan yang seringkali terjadi di Instlasi Gawat
Darurat disebabkan oleh kondisi pasien yang masuk dalam keadaan yang
gawat dan darurat serta dapat mengancam nyawa pasien tersebut, oleh karena
itu kepanikan keluarga pasien bisa menjadi sumber potensi bahaya tersebut
dimana keluarga pasien sedang tidak dalam kondisi emosional yang tidak
stabil.

Faktor lain yang dapat menjadi titik penilaian adanya stres kerja adalah efek
fisiologis yang dialami oleh perawat yang menggunakan sistem kerja shift.
Bahwa sistem kerja menggunakan shift memiliki efek yang tidak begitu baik
bagi kesehatan seorang tenaga kerja. Dimana fungsi tubuh akan meningkat
pada siang hari dan menurun pada malam hari, jika terjadi ketidaknormalan
pada hal tersebut akan mengakibatkan beberapa gangguan, seperti halnya
gangguan tidur, kelelahan, gangguan detak jantung, produksi adrenalin,
gangguan tekanan darah hingga gangguan kemampuan fisik.

e) Resiko Fisiologi Ergonomi

Berdasarkan hasil penelitian pada jenis bahaya pada bahaya ergonomic risiko
gangguan muskulo skeletal/HNP akibat posisi saat bekerja. Analisis risiko
keselamatan dan kesehatan kerja pada petugas kesehatan instalasi gawat
darurat rumah sakit jenis pekerjaan mengambil darah pasien dengan bahaya
dampak membungkuk saat pengambilan darah pasien (postur janggal) dan
nyeri otot atau low back pain. Potensi bahaya ergonomik yang teridentifikasi
yaitu pekerjaan berulang dengan jenis risiko gangguan muskulo skeletal/HNP
akibat posisi saat bekerja. Potensi bahaya ergonomi yang teridentifikasi yaitu
melakukan restrain, bahaya nyeri punggung, nyeri sendi, nyeri otot, dan luka
memar dari postur tubuh yang salah melakukan pekerjaan berulang dan
mendapat serangan dari pasien seperti terpukul dan tercakar. Dalam Undang-
undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 mengenai
kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib
diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat
bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal. Sejalan
dengan program perlindungan tenaga kerja, serta Permenkes No 66 Tahun
2016 tentang keselamatan dan kesehatan kerja Rumah Sakit standar
keselamatan dan kesehatan kerja bahwa potensi bahaya ergonomi yaitu postur
tubuh yang salah dan melakukan pekerjaan yang berulang.

B. Mengidentifikasi Adverse Event pada Perawat di Ruang Instalasi Gawat Darurat


1) Adverse Event adalah …………..(kutipan)
2) Beberapa adverse event karena prosedur kerja yaitu

NO Jenis Bahaya Jenis Risiko Pengendalian Risiko


Bahaya
Fisik Lingkungan Rumah a. Risiko tertusuk APD :
Sakit jarum Memakai
b. Risiko terpeleset, handscoon harus dua lapis
tersandung ADM :
Monitoring kondisi lantai
setiap hari
Memasang tanda/rambu-
rambu peringatan lantai licin
2 Kimia Peralatan medis a. Risiko jarum suntik ADM :
Limbah dibuang tidak pada Memastikan sarana safety box
safety box tersedia
b. Risiko terkena APD :
infeksi silang pada Memakai APD (handscoon)
saat tindakan Cuci tangan sesudah
menyuntik pasien menyentuh cairan tubuh
akibat tertusuk jarum pasien
suntik terkonta- ADM :
minasi, pada ruangan Cuci tangan , jaga kebersihan
isolasi yang tidak rumah sakit, gunakan alat
sesuai standar, sesuai prosedur, tempatkan
kegagalan proses pasien beresiko diruang
skrining batuk pada isolasi dan gunakan APD
pasien sesuai SOP.
TB, akibat tidak ADM :
menerapkan cuci Perijinan dalam
tangan yang benar pengelolaan limbah B3,
c. Risiko terkena penyimpanan limbah B3, dan
infeksi nosokomial pengangkutan limbah B3
d. Risiko terpapar
bahan berbahaya dan
beracun (B3)
3 Biologi Virus, bakteri, Risiko terjangkit/ tertular ADM :
mikroorganisme rabies pada saat merawat Cuci tangan sesudah
pasien menyentuh cairan tubuh
pasien
APD :
Gunakan APD (handscoon,
masker)
4 Ergonomi Pekerjaan berulang Risiko gangguan ADM :
muskuloskeletal/HNP a. Minum air putih
akibat posisi saat bekerja setidaknya 8 gelas dalam
sehari, hindari minuman
yang mengandung alcohol
dan kafein.
b. Rajin berolahraga ringan
seperti jalan kaki,
bersepeda atau berenang
untuk mengurangi/
meminimalisir kelelahan
yang dialami.
5 Psikologis Jam kerja a. Risiko kelelahan ADM :
kerja c. Rencanakan dengan baik
b. Risiko stress kerja aktivitas yang akan
dilaksanakan (rencana
bulanan, rencana harian)
d. Pastikan bisa menguasai
bidang pekerjaan dan
permasalahannya
e. Sediakan lingkungan kerja
yang baik minimalkan
gangguan- gangguan
seperti suara, ventilasi,
cahaya dan suhu.

3) Teknologi untuk mencegah / meminimalisir adverse event bagi perawat


4) Peran Tim Kerja untuk mencegah Adverse Event
5) Peran Keluarga dan Pasien dalam mencegah bahaya dan adverse event

Anda mungkin juga menyukai