DOSEN PENGASUH
WAHDAH, S. Ag, M. Ag
OLEH:
BANJARBARU, 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT. Diantara sekian banyak
nikmat-Nya sehingga oleh karena-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita
Nabi akhir zaman, penutup para Anbiya‟ yaitu Nabi Muhammad SAW yang mana telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yang diterangi
oleh Iman, Islam, dan Ihsan. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah “SEJARAH
PERADABAN ISLAM”. Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai hambatan,
namun berkat dukungan materil dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan
terimakasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada semua pihak terkait yang telah
membantu terselesaikannya tugas ini.
Sampai akhir abad ketujuh, Islam berkembang pesat namun masih terbatas di belahan
dunia timur. Ekspansi yang dilakukan paling jauh hanya mencapai Afrika Utara, yaitu saat
Abdul Malik menjadi Khalifah dari Dinasti Umayyah. Benua Eropa yang diwakili oleh
Semenanjung Andalusia (Iberia) baru dimasuki ketika Tharif bin Malik melakukan
penyelidikan, yang kemudian dilanjutkan dengan penguasaan Thariq bin Ziyad yang
mendaratkan tentaranya tahun 711 M. Mulai saat itu Islam diperkenalkan kepada penduduk
Spanyol yang menganut agama Kristen (Suhelmi, 2001: 20).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang tesebut, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai
beerikut :
PEMBAHASAN
BAB I
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI SPANYOL
Penduduk Spanyol sebelum Islam masuk, berada di bawah kerajaan Romawi. Bangsa
Romawi dapat menguasai simenanjung itu pada tahun 133 M. Di masa pemerintahan mereka
ini, masuk pula sejumlah besar orang-orang Yahudi 159 Suku-suku Vandal pada abad ke-5
M, dapat menyerang bangsa Romawi. Sejak itu nama Spanyol berubah menjadi Vandalusia,
yaitu negeri bangsa Vandal. Bangsa Arab kemudian menamainya dengan al-Andalusia, yang
lebih dikenal dengan nama Andalusia. Pada awal abad keenam (507 M) suku-suku Ghathia
Barat telah dapat pula menyerang Spanyol dan mereka mengusir bangsa Vandal ke Afrika.
Bangsa Ghathia kemudian dapat berhasil mendirikan pemerintahan yang kuat di Andalusia.
Sampai berubah menjadi bangsa yang lemah disebabkan merjalelanya perbudakan,
kepincangan ekonomi karena petani dan pedagang diharuskan menanggung pajak yang
memberatkan dan pemaksaan agama Kristen kepada penduduk.
Itulah kondisi penduduk Andalusia sebelum ditaklukkan Islam, sementara kondisi
penduduk Afrika Utara hidup dalam keadaan sejahtera sewaktu berada di bawah kekuasaan
Islam yaitu Daulah Umaiyah yang memerintah dengan adil. Maka tidaklah mengherankan
bila penduduk Spanyol berharap agar mereka dapat membebabaskan diri dari kekejaman
bangsa Ghathia tersebut.
Sementara Afrika Utara dikuasai Daulah Umayyah pada masa pemerintahan Abdul
Malik bin Marwan (685-705) dan mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani sebagai
gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik, gubernur Afrika Utara
telah digantikan oleh Musa bin Nusair. Dia memperluas daerah kekuasaannya dengan
menduduki Aljazair dan Marokko. Sewaktu kawasan ini dikuasai kejaraan Ghathia, dia sering
menghasut penduduk untuk melakukan kerusuhankerusuhan dan menentang kekuasaan
Islam. Tetapi setelah kawasan ini benar-benar dapat dikuasai umat Islam, mereka dapat
memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara
menjadi batu loncatan bagi umat Islam dalam menaklukkan Spanyol.
Islam mulai memasuki Spanyol pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (705-
715), salah seorang khalifah Daulah Umayyah yang berpusat di Damaskus. Islam masuk ke
Spanyol lewat Afrika Utara, saat itu telah menjadi salah satu pripinsi Daulah Umayyah.
Islam memasuki Spanyol dalam dua gelombang; pertama, pada masa Khalifah Al-
Walid ibn Abdul Malik (710-712). kedua, pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz (717).
Pada gelombang pertama ada tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan lebih berjasa
memimpin pasukan Islam dalam proses penaklukan Spanyol. Mereka adalah, pertama, Tharif
bin Malik, sebagai pasukan perintis dan penyelidik. Dia berangkat diutus Musa bin Nusair
pada tahun 710 M. dengan jumlah pasukan sebanyak 500 orang. Mereka berhasil
menyeberangi selat yang berada di antara Marokko dan benua Eropa. Di antara pasukan
Tharif adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Dalam penyerangan pertama itu, Tahrif bin Malik tidak mendapat perlawanan yang berarti
malahan mereka menang dan membawa pulang harta rampasan yang lumayan banyak ke
Afrika Utara.
Kedua, Thariq bin Ziyad, sebagai pasukan penakluk, mereka berangkat pada tahun
711M. juga diutus Musa bin Nusair dengan jumlah pasukan sebanyak 7000 orang. Sebagian
besar pasukannya adalah suku Barbar yang didukung Musa bin Nusair dan sebagian lainnya
lagi adalah orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan mereka menyeberangi selat
dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan
pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya untuk melakukan penyerangan disebut
dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Mendengar kedatangan Thariq, raja Roderik mempersiapkan pasukan Ghathia
sebanyak, ada yang mengatakan 70.000 orang ada pula yang mengatakan 100.000 orang yang
terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang yang selama ini ditindas oleh Raja Roderik ,
suatu jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan pasukan Thariq.165 Maka Musa mengirim
pasukan tambahan sebanyak 5000 orang atas permintaan Thariq. Sehingga jumlah pasukan
Thariq seluruhnya hanya 12.000 orang. Sebelum memulai pertempuran, Thariq berdiri
dihadapan para sahabatnya dan berpidato, mendorong mereka agar berjihad di jalan Allah.
Dalam pertempuran di suatu tempat bernama Wadi Bakkah, raja Roderiq dapat
diserang dan dipukul dengan pedang Thariq dan mati terbunuh dan pasukannya dikalahkan,
dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting lainnya, seperti
Cordova, Granada, dan Toledo (ibu kota kerajaan Ghathia saat itu). Kemenangan yang
dicapai Thariq dan pasukannya dalam penyerangan pertama ini membuka jalan bagi
penaklukan lebih luas lagi bagi Tharik. Selain itu, Musa bin Nusair merasa ingin turut serta
membantu pasukan Thariq. Musa bin Nusair berangkat dengan pasukan besar menyeberangi
selat pada tahun 712 M. dan satu persatu kota yang dilaluinya dapat ditaklukkannya, seperti
Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida. Dia dan pasukannya bergabung dengan pasukan
Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol,
termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Pada saat mereka hendak melanjutkan pertempuran sampai ke pegunungan Pyrenia di
utara dan selatan Perancis, datang panggilan dari Khalifah al-Walid bin Abdil Malik untuk
menghadap Khalifah di Damaskus dan melaporkan hasil penaklukan mereka. Andai kata
panggilan ini tidak datang diperkirankan mereka akan dapat menaklukkan seluruh Spanyol
sampai dengan Perancis, Italia, bahkan seluruh Eropa barat, mengingat mudahnya
menaklukkan Spanyol karena saat itu kondisi sosial politik serta ekonomi yang rapuh turut
menguntungkan pasukan Islam.
Gelombang kedua, penaklukan Spanyol di masa pemerintahan Khalifah Umar bin
Abdul Aziz (717 M) sasarannya untuk menguasai pegunungan Pyrenia dan Perancis selatan.
Pimpinan pasukan dipercayakan kepada alSamah, tetapi usahanya gagal dan dia terbunuh
pada tahun 720 M. Selanjutnya, masih dalam masa Daulah Umayyah, pimpinan pasukan
diserahkan kepada Abdul Rahman bin Abdullah, tetapi penyerangannya ke Perancis tidak
berhasil dan dia dengan tentaranya mundur kembali ke Spanyol.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyerangan pasukan Islam ke Spanyol
hanya berhasil pada penyerangan gelombang pertama, sedangkan pada gelombang kedua
gagal karena kondisi sosial politik serta ekonomi yang sudah berubah walaupun hanya dalam
rentang waktu yang sangat singkat selama lima tahun (712 hingga 717 M). Sesuatu yang
sangat disayangkan banyak orang.
Umat Islam Spanyol pada periode ini mulai memperoleh kemajuan di bidang politik
dan peradaban, misalnya Abdurrahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-
sekolah besar di Spanyol, Hisyam berjasa dalam menegakkan hukum Islam, Hisyam terkenal
dengan pembaharu kemiliteran, sedangkan Abdurrahman al-Ausath terkenal sebagai
penguasa yang cinta ilmu, ia pernah mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk
datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak. Akan
tetapi dalam periode ini masih terjadi berbagai ancaman dan kerusuhan, misalnya munculnya
gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan sehingga mengakibatkan stabilitas negara
terganggu. Namun orang Kristen lainnya di Spanyol tidak bersimpati pada gerakan itu karena
pemerintahan Islam mengembangkann kebebasan beragama, orang Kristen diperbolehkan
memiliki pengadilan sendiri, peribadatan tidak dihalangi, bahkan mereka diizinkan
mendirikan gereja baru dan diperbolehkan menjadi pegawai pemerintahan.
Gangguan yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri yaitu golongan
pemberontak di Toledo yang membentuk negara kota pada tahun 852 M yang berlangsung
selama 80 tahun. Dan yang terpenting adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafsun dan
anaknya di pegunungan dekat Malaga, sementara masih sering terjadi perselisihan antara
orang Barbar dan orang Arab.
Pada waktu tujuh setengah abad Islam berkuasa di Spanyol. Umat islam di Spanyol
sudah Mencapai keemasannya di berbagai bidang, banyak prestasi dan bahkan berpengaruh
Pendapat eropa. Diantaranya yaitu :
1. Bidang Filsafat
2. Bidang Sains
Dalam ilmu kedokteran, kita mengenal nama-nama Wafid Al-lakhmi, khalaf Az-
zahrawi dan Zurh. Dikalangan wanita, kita mengenal Umm al- Hasan binti Abi Ja’far dan
saudara perempuan al- hafiz,abul qasim az-zahrawi. Seorang dokter ahli bedah, yang
menulikan At-tashrif sebnayak 30 jilid. Ibnu khatimah. Dibidang ilmu sejarah dan
geografi,islam melahirkan banyak ilmuan terkenal.ibnu jubair Dari valensia (1145-1228M)
menulis tentang perlawanan kenegeri negeri muslim. Seperti Mediterania dan Silicia. Ibnu
Batutah dari Tangier (1304-1377M) mencapai Samuda Pasai dan China.
3. Bidang Sastra
Bahasa arab telah menjadi administrasi dalam pemerintahan islam di Spanyol. Bahkan
Pendudduk asli pun sering mempergunakannya. Dengan majunya bahasa Arab di Spanyol,
Banyak karya-karya sastra yang bermunculan.seperti Al-Iqa' al-farid karya Ibn Aba Rabbih,
Az-zafirah fi mahasin ahl al-jazirah karya ibn bassam, dan kitab Al-Qola'idkarya al-fath ibn
Khaqan.
BAB II
FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN
Pada tahap awal semenjak menjadi wilayah Islam, Spanyol masih dibarengi
perpecahan dan perebutan kekuasaan sehingga stabilitas politik negeri Spanyol belum
tercapai secara sempurna. Hal ini disebabkan perselisihan di antara penguasa golongan atas
akibat perbedaan etnis dan golongan. Juga terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di
Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengakui
bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol. Oleh karena itu fase awal
ini telah terjadi dua puluh kali pergantian wali (Gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang
amat singkat. Jadi tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk
jangka waktu yang agak lama. Ketika Abdul al Rahman (al Dakhil) menduduki jabatan Amir,
perpecahan, kerusuhan dan pemberontakan terus berlangsung. Selamabeberapa tahun
kekuasaannya diperebutkan oleh orang Barbar, Yamaniyah dan Tahiriyah. Namum
pemberontakan tersebut dapat diatasi. Demikian halnya pada masa pemerintahan Hisyam,
perpecahan terjadi antara saudaranya sendiri. Abdullah dan Sulaiman mengadakan
pemberontakan tapi dapat digagalkan oleh Hisyam. Pada masa pemerintahan Hakam terjadi
kericuhan akibat ketidakramahannya terhadap Fuqaha, ia tidak menghendaki campur tangan
Fuqaha dalam urusan negara. Akibatnya timbul gerakan Fuqaha yang ingin menggulingkan
kekuasaan Hakam dan ini melatari terjadinya pemberontakan di Cordova.
Perpecahan dan perebutan kekuasaan semakin parah setelah meninggalnya Hakam II,
yang memerintah selama 14 tahun (961-976 M). Ia digantikan oleh putraya Hisyam II yang
masih berusia relatif muda yaitu sebelas tahun. Akibatnya ia tidak dapat melaksanakan sistem
dan aturan pemerintahan sebagaimana mestinya. Terjadilah silang pendapat di antara pejabat
negara yang terbagi ke dalam dua kubu. Kalangan militer berpendapat bahwa untuk
melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan kekhalifahan harus diserahkan kepada
pamannya al Mughirah Ibnu Abd al Rahman. Sedangkan pihak sipil berpendapat bahwa
pemerintahan tetap di tangan Hisyam II, walaupun ia masih anak-anak. Terjadinya perebutan
kekuasaan di kalangan pejabat negara mengakibatkan terbunuhnya Mughirah Ibnu Abd al
Rahman. Tragedi pembunuhan itu dilakukan oleh kalangan sipil yang dipimpin oleh Ja’far al
Mushafi, seorang menteri yang dipercayakan untuk menjalankan urusan pemerintahan ketika
Hakam II sakit. Pada saat-saat terakhir kekuasaan Islam di Spanyol, perebutan kekuasaan
terjadi lagi. Wilayah kekuasaan Islam pada saat itu tinggal Granada di bawah pemerintahan
Dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). Dinasti ini terkenal dengan sebutan Al-Hambura yang
pernah jaya dan dikagumi, terutama pada masa pemerintahan Abd al Rahman al Nasir.
Namun akhirnya melemah karena terjadinya perebutan kekuasaan dan dua putra penguasa
Abu Abdullah Muhamammad merasa tidak senang kepada ayahnya, karena menunjuk
anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha
merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh
Muhammad bin Sa’ad. Akibatnya kekuasaan Islam terpecah dan melemah. Inilah perebutan
kekuasaan yang terakhir dalam kekuasaan Islam di Spanyol dan kesempatan ini
dipergunakan oleh orang Kristen untuk mengusir orang Islam dari Spanyol.
Salah satu penyebab kemunduran Islam di Spanyol adalah faktor pribadi dan
kepemimpinan khalifah. Hal ini tampak ketika Hisyam II naik tahta menggantikan ayahnya
Hakam II. Ia termasuk khalifah yang lemah, tidak memiliki kemampuan dan kecakapan untuk
mengurus negara, karena menduduki kursi kekhalifahan dalam usia yang relatif muda. Ia
tidak mampu membaca dan mengamati gerakan Kristen yang mulai tumbuh dan mengancam
kekuasaannya. Kekuasaannya dapat bertahan lama dalam pemerintahan karena keberadaan
Muhammad Ibnu Abi ‘Amir yang menjabat sebagai pelaksana kebijaksanaan politik dan
kekuasaan pemerintahan yang cukup disegani. Muhammad Ibnu Abi ‘Amir adalah tokoh
militer pada masa pemerintahan khalifah Hakam II ia berhasil memperkecil wilayah kerajaan
Kristen yang terletak di sebelah utara Spanyol. Pada masa pemerintahan Hisyam II, ia
menjadi perdana menteri dan merebut Maroko dari kekuasaan Fatimiyah (984 M). Dia
menyebut dirinya dengan Malik al Mansur Billah (yang dimenangkan oleh Allah), biasa
disebut al Manzor di Eropa. Sementara itu, khalifah Hisyam II yang sudah dewasa hanya
merupakan sebuah boneka, penguasa sebenarnya adalah al Mansur. Hak khalifah saat itu
tinggal namanya yang selalu disebutkan di dalam doa dari mimbar-mimbar khutbah pada
setiap hari Jum’at, hari raya, dan pembubuhan cap setiap keputusan yang dikeluarkan dan
diumumkan oleh Muhammad Ibnu Abi Amir. Setelah Al-Mansur meninggal, ia digantikan
oleh putranya Abd al Malik Ibnu Muhammad dengan gelar al Muzaffar. Dia seperti bapaknya
negarawan yang cakap dan ahli strategi, sehingga pada masa menduduki jabatan keadaan
pemerintahan masih tetap berjalan dengan baik. Setelah Abd al Malik meninggal pada tahun
1009 M ia digantikan oleh saudaranya Abd al Rahman Ibnu Muhammad. Pada masa
pemerintahannya, situasi politik di Cordova mulai memburuk, kekacauan dan pemberontakan
semakin bertambah. Abd al Rahman tidak sama dengan bapak dan saudaranya terdahulu. Ia
tidak memiliki keahlian yang diperlukan bagi jabatannya, Ia haus kebesaran dan kekuasaan.
Ia sedemikian cepat memamerkan lambang-lambang kebesaran khilafah untuk dirinya. Dan
menuntut khalifah Hisyam II untuk menunjuk dan mengumumkannya sebagai khalifah
sepeninggalnya kelak. Tuntutannya diperkenankan begitu saja oleh khalifah Hisyam II.
Akibatnya kalangan istana menjadi marah yang membawa terjadinya kudeta dan khalifah
Hisyam II ditahan. Tetapi kemudian dapat meloloskan diri dan lari ke kota Malaga.
Ketidakmampuan penguasa dan khalifah memelihara stabilitas politik dan pemerintahahn
menjadikan para penguasa di tingkat wilayah seperti Propinsi, mulai tidak percaya pada
kekuasaan khalifah dan mengambil sikap melepaskan diri dari kekhalifahan yang berpusat di
Cordova, akibatnya berdirilah dinasti-dinasti kecil yang dikenal dengan Muluk al Tawaif atau
reyes de taifas.
4. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol pembangunan kota dan pengembangan ilmu
pengetahuan sangat gencar dan serius, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya
timbul kesulitan ekonomi yangsangat mempengaruhi kondisi politik dan militer. Di samping
itu pasukan muslim yang menyita harta milik orang-orang kaya di Spanyol dan kekayaan
para raja dan pejabat negara, tidak mengembangkan kekayaan tersebut secara baik, akibatnya
pendapatan negara merosot. Kemudian lebih parah lagi setelah munculnya khalifah yang
lemah yang tidak lagi memperhatikan kemaslahatan rakyatnya, tetapi bergelimang dalam
kemewahan dan hanya ingin bersenang-senang semata. Akhirnya penghasilan negara terkuras
untuk kepentingan khalifah, Belum lagi biaya yang dikeluarkan untuk membiayai peperangan
untuk menumpas kerusuhan kerusuhan.
Tidak hanya dari Intenalnya saja bahkan juga ada dari faktor Eksternal Kemunduran dan
kehancuran Islam di Spanyol, yaitu :
1. Konflik Islam-Kristen
Kehadiran bangsa Arab Islam di Spanyol secara tidak langsung melahirkan kesadaran
kebangsaan orang-orang Kristen Spanyol. Sehingga kehidupan negara Muslim Spanyol tidak
berhenti dari pertentangan antara pihak Muslim dengan pihak Kristen. Semenjak abad XI
kekuatan Kristen mulai bertambah kuat, sementara umat Islam mulai mengalami
kemunduran. Ini. akibat kebijaksanaan para khalifah ketika menguasai Spanyol tidak
melakukan Islamisasi secara sempurna, tetapi mereka membiarkan orang-orang Kristen
mempertahankan hukum dan tradisi mereka asal tetap membayar upeti dan tidak melakukan
perlawanan bersenjata. Wilayah kekuasaan Islam di Spanyol berbatasan dengan kerajan-
kerajaan Kristen di utara yang selalu mencari kesempatan untuk menyerang Islam. Apalagi
ketika Islam Spanyol pecah ke dalam beberapa dinasti-dinasti kecil atau Muluk al Tawdif,
peta kekuatan Islam mulai menurun. Sebaliknya raja-raja Kristen di Utara mulai bersatu dan
mengadakan penyerangan-penyerangan, akhirnya dinasti-dinasti Islam dapat ditaklukkan.
Serbuan yang dilakukan oleh raja Alfonso VI berhasil merebut Toledo dari dinasti Zunniyah
pada tahun 1085 M.
2. Faktor Geografis
Faktor Geografis juga menentukan hilangnya Islam di Spanyol. Karena Spanyol
merupakan daerah terpencil dari dunia Islam yang lain, sehingga ia selalu berjuang sendirian,
tanpa mendapatkan bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan
alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di Spanyol.
BAB III
PENINGGALAN PERADABAN ISLAM DI SPANYOL
A. Peninggalan Peradaban
Peradaban Islam di Spanyol yang diperintah Moor sebelum diambil alih oleh kerajaan
Kristen Spanyol. Namun, sebelum keruntuhannya, kerajaan Andalusia ini meninggalkan
beberapa peniggalan yang pada perkembangannya diklaim dan diubah fungsinya oleh
penguasa selanjutnya. Berikut ada Tiga Peninggalan peradaban Islam di Spanyol.
1. Masjid Cordoba
Masjid Cordoba didirikan oleh Pangeran Abdul Rahman yang sebelumnya diasingkan
dari Dinasti Umayah di Damaskus. Dalam hal ini, dia ingin membuat sebuah masjid yang
bisa menyaingi masjid-masjid besar di Baghdad dan Damaskus. Maka, dibuatlah masjid
Cordoba. Pada tahun 711 bangsa Moor mengambil alih Andalusia dari orang-orang kristen.
Pemimpin bangsa Moor mengubah sebuah tempat ibadah menjadi dua bagian. Masing-
masing untuk Islam dan Kristen. Namun, pada tahun 784, Abdul Rahman memerintahkan
untuk menghancurkan bangunan tersebut dan menggantinya dengan sebuah masjid yang
besar.
The Royal Alcazar terletak di Spanyol bagian selatan, tepatnya Kota Sevilla.
Bangunan ini merupakan istana kerajaan yang dibangun penguasa Moor saat menduduki
Andalusia., pembangunan awal istana ini berawal dari bangsa Moor yang menaklukan Sevilla
pada tahun 712. Istana tersebut diperbaharui dengan menambahkan seni khas Islam.
Termasuk kaligrafi dan pola geometris. Namun, pada abad ke-13 bangunan ini diubah oleh
Raja Katolik Spanyol yang mengklaim istana tersebut sebagai milik mereka. Alcazar menjadi
istana kerajaan tertua yang masih digunakan. Selain itu, pada 1987 telah dinyatakan juga
sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.
3. The Alhambra
Alhambra ini berada di Granada. Letaknya di bukit berbatu yang sulit diakses. Alhambra
menjulang seperti kastil megah dengan keindahan eksteriornya. Alhambra, pada awalnya
tempat ini merupakan sebuah zona militer. Lantas, pada abad ke-13 berubah menjadi
kediaman kerajaan Granada setelah berdirinya Kerajaan Nasrid. Pembangunan istana tersebut
dilakukan oleh Mohammed bin Yusuf Ben Nasr atau dikenal sebagai Alhamar. Nama
Alhambra sendiri berasal dari kata Arab yang bermakna ‘Kastil Merah’. Dalam
perkembangannya, Alhambra berubah fungsi setelah pada 1492 Raja Katolik.
DAFTAR PUSTAKA
Riau.Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada.
Syalabi, Ahmad. 1983. Sejarah Dan Kebudayaan Islam, jilid 2, Jakarta; Pustaka AlHusna.