Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI SPANYOL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas sejarah peradaban islam

Dosen pengampu:
Rahmat yudhi septian, M. Pd.

Disusun oleh:
1. Miranti Sukma Sari (23531081)
2. Muhamad Reza Dwi Saputra (23531083)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
2024
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Segala puji syukur penuis panjatkan kepada Allah Swt. Yang telah
melimpahkan rahmat dan Hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul perkembangan peradaban islam masa bani abasiyah” yang
diberikan oleh dosen pengampu yaitu bapak Rahmat yudhi septian, M. Pd. Selaku
dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW. Beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya penulis dalam
menyelesaikan makalah ini mendapat banyak bantaun dan dukungan dan berbagai
pihak, baik moril maupun materil. Tak pantas kiranya penulis tidak mengucapkan
terima kasih demikian yang dapat saya sampaikan oleh penulis apabila terdapat
kesalahan pada makalah ini, kami mohon maaf demikian yang yang dapat kami
sampaikan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Rejang Lebong, 26 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Masuknya Islam di Spanyol.................................................3
B. Masa kekuasaan Islam di Spanyol....................................................5
C. Masa Kejayaan Peradaban di Spanyol..............................................12
D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Islam di Spanyol. 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ketika periode klasik islam mulai memasuki masa kemunduran, dan eropa
mulai bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan eropa tidak hanya dalam
bidang politik yang bisa ditunjukkan dengan keberhasilan mereka
mengalahkan kerajaan-kerajaan besar. Tetapi, kemajuan mereks juka
ditunjukkan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan eropa
tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan islam yang berkembang di spanyol.
islam mencapai masa keemasannya, spanyol merupakan pusat peradaban
islam yang sangat penting, bahkan bisa menyaingi perkembangan peradaban
islam di Baghdad yang saat itu dipimpin oleh daulah bani abbasiyah. Ketika
Islam masuk ke negeri Spanyol, negeri ini banyak mengalami peradaban yang
pesat baik dari kebudayaan maupun pendidikan Islam, karena Spanyol
didukung negerinya yang subur dengan penghasilan ekonomi yang cukup
tinggi sehingga menghasilkan para pemikir hebat. Spanyol mengalami
perkembangan pesat dan kebudayaan dan pendidikan Islam yang dimulai
dengan mempelajari ilmu agama dan sastra, kemudian meningkat dengan
mempelajari ilmu-ilmu akal.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah masuknya islam di Spanyol?
2. Bagaimana masa kekuasaan islam di Spanyol?
3. Bagaimana masa kejayaan peradaban islam di Spanyol?
4. Faktor apa saja yang menyebabkan kemunduran islam di Spanyol?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah masuknya islam di Spanyol.
2. Untuk mengetahui bagaimana masa kekuasaan islam di Spanyol.
3. Untuk mengetahui bagaimana masa kejayaan peradaban islam di
Spanyol.
4. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan kemunduran
islam di Spanyol.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuknya Islam di Spanyol


Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban islam, tanah spanyol lebih
banyak di kenal dengan nama Andalusia, yang di ambil dari sebutan tanah
semenanjung lberia. Julukan Andalusia berasal dari kata vandalusia, yang
artinya negeri bangsa vandal, karena bagian selatan semenanjung ini pernah
di kuasai oleh bangsa vandal sebelum mereka di kalahkan oleh bangsa gothia
barat pada abad V. daerah ini di kuasai oleh islam setelah penguasa bani
umayyah merebut tanah semenanjung ini bangsa gothik barat pada masa
khalifah Al-Walid Ibn Abdul Malik.
Spanyol di duduki umat islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715),
salah seorang khalifah dari bani umayyah yang berpusat di damaskus.
Sebelum menaklukkan spanyol, umat islam telah mengusai afrika utara dan
menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti umayyah. Penguasaan
sepenuhnya atas afrika utara itu terjadi dizaman khalifah Abdul Malik (685-
705) khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan Bin Nu’man Al-Ghassani
menjadi gubenur di daerah itu. Pada masa khalifah Al-Khalifah Al-Walid,
Hasan bin Nu’man sudah digantikanoleh Musa Bin Nushair.di zaman Al-
Walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan
menduduki aljazair dan maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan
penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa barbar di pegunungan-
pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan
membuat kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
Sebelum dikalahkan dan kemudian di kuasai islam, di kawasan ini terdapat
kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan romawi, yaitu
kerajaan gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat
kerusuhan dan menentang kekuasaan islam. Setelah kawasan ini betul-betul
dapat di kuasai, umat islam mulai memusatkan perhatiannya untuk

3
menaklukkan spanyol. Dengan demikian, afrikautara menjadi batu loncatan
bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah spanyol.
Sukses Thariq Bin Ziyad di masa Al-Walid (Daulat Umayyah-Damaskus)
diikuti oleh Abd Al-Rahman Al-Dakhil (penguasa pertama Daulat Umayyah-
Spanyol), yang berusaha menata sistem pemerintahan. Ia melihat masyarakat
Spanyol adalah masyarakat heterogen, baik berdasarkan strata sosial, suku,
ras, maupun agama. Dia memiliki tentara yang terorganisir dengan baik yang
jumlahnya tidak kurang dari 40.000 tentara bayaran Barbar dan
jugamembangun angkatan laut yang kuat. Gebrakan lain yang dilakukannya
adalah mendirikan mesjid agung Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota
besar di Spanyol.
Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan islam yang
dikatakan paling berjasamemimpin satuan-satuan pasukan ke sana. mereka
adalah Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad, dan Musa Ibn Nushair. Tharif
dapat di sebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang
berada di antara maroko dan benua eropa itu dengan satu pasukan perang, 500
orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal
yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat
perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke afrika utara membawa
harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.4didorong oleh keberhasilan
Tharif dan gemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan visigothic yang
berkuasa di spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk
memperoleh harta rampasan perang, Musa Ibn Nushair pada tahun 711 M
mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan
Thariq Ibn Ziyad. 1
Penduduk keturunan spanyol dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori,
yaitu: Pertama, kelompok yang telah memeluk Islam; kedua, kelompok yang
tetap pada keyakinan tetapi meniru adat dan kebiasaan bangsa Arab, baik
dalam bertingkah laku maupun bertutur kata, mereka kemudian dikenal

1
Munir Miftakhul, Analisis Runtuhnya Islam Di Spanyol, Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 2,
Oktober 2019

4
dengan sebutan Musta’ribah, dan ketiga, kelompok yang tetap berpegang
teguh pada agamanya semula dan warisan budaya nenek moyangnya.2

B. Masa kekuasaan Islam di Spanyol


Menurut Badri Yatim, masa Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi
enam periode sebagai berikut.
1. Periode Pertama (711-755 M) Spanyol berada di bawah pemerintahan
para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus. Stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara
sempurna karena banyak gangguan baik gangguan internal maupun
eksternal. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan dan
pertengkaran di kalangan para elit penguasa, terutama akibat
perbedaan suku dan golongan. Begitu pula terdapat perbedaan
pandangan antara khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara
yang berpusat di Qairawan yang masing-masing mengaku paling
berhak atas daerah Spanyol. Konsekuensinya, terjadilah dua puluh kali
pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat
singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya
terjadi perang saudara, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Etnis
Arab sendiri terdiri dari dua golongan yang selalu bersaing, yaitu suku
Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yaman (Arab Selatan). Perbedaan etnis
ini tak jarang menyebabkan konflik politik terutama ketika ada figur
yang kuat dan tangguh. Wajarlah jika di Spanyol pada saat itu tidak
ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya dalam
jangka waktu yang agak lama. Gangguan dari luar muncul dari
"mantan" musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-
daerah pegunungan yang memang tidak pernah loyal kepada
pemerintahan Islam. Mereka sangat benci Islam dan terus menyusun
kekuatan. Sebagai hasilnya, mereka mampu mengusir Islam dari bumi

2
Adawiyah Robiatul, Perkembangan Pendidikan Islam Di Spanyol,Stain Muhammadiyah
Probolinggo

5
Andalus walau harus berjuang lebih dari 500 tahun. Dengan
banyaknya konflik internal dan eksternal, maka dalam periode ini
Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang
peradaban dan kebudayaan. Datangnya Abd al Rahman al Dakhil ke
Spanyol pada tahun 138 H/755M menjadi tanda berakhirnya periode
pertama.
2. Periode Kedua (755-912 M) Pada masa ini, Spanyol diperintah oleh
seorang amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada
pusat pemerintahan yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah
di Bagdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki
Spanyol tahun 138 H/755M dan diberi gelar al Dakhil (yang masuk ke
Spanyol). Abdurrahman al Dakhil adalah keturunan Bani Umayyah
yang berhasil melarikan diri dan lolos dari kejaran Bani Abbasiyah
yang telah menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Abdurrahman
melakukan pengembaraan ke Palestina, Mesir, dan Afrika Utara,
hingga akhirnya tiba di Cheuta. Di wilayah ini, ia memperoleh bantuan
dari Bangsa Barbar dalam menyusun kekuatan militer. Selanjutnya, ia
sukses mendirikan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Pemerintah
setelah Abdurrahman al Dakhil adalah Hisyam I, Hakam I, Abd al
Rahman al Ausath, Muhammad Ibnu Abd al Rahman, Munzir Ibnu
Muhammad, dan Abdullah Ibnu Muhammad (Ali, 1996: 302-312).
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh banyak
kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang,
peradaban. Abd Rahman al Dakhil mendirikan masjid Kordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam I dikenal berjasa
sebagai pembaharu dalam kemiliteran. Dialah yang memprakarsai
tentara bayaran di Spanyol. Ia juga orang pertama yang menjadikan
Madzhab Maliki sebagai Madzhab resmi negara. Adapun Abd. Al
Rahman al Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.
Pemikiran filsafat mulai masuk, terutama di zaman Abdurrahman al
Ausath, yang mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk

6
datang ke Spanyol. Akhirnya, kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol
kian berkembang. Gangguan politik serius yang terjadi pada periode
ini justru datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di
Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung
selama 80 tahun. Di samping itu, sejumlah orang yang tak puas
menuntut terjadinya revolusi. Pemberontakan yang dipimpin oleh
Haisun dan anaknya, Umar, yang berpusat di pegunungan dekat
Malaga merupakan yang gangguan penting. Selain itu, perselisihan
antara orang-orang Barbar dan orang Arab masih seringkali terjadi.
3. Periode Ketiga (912-1013 M) Pemerintahan Abd Rahman III yang
bergelar al Nasir li dinillah (penegak agama Allah) sampai munculnya
raja-raja kelompok (kecil) yang dikenal dengan Muluk al Thawaif
masuk dalam periode ketiga. Pada periode ini, Spanyol diperintah oleh
penguasa yang bergelar Khalifah. Dengan demikian, pada masa ini
terdapat dua khalifah sunni di dunia. Islam, Khalifah Abbasiyah di
Bagdad dan Khalifah Umayyah di Spanyol, di samping seorang
khalifah Syi'ah Fatimiyyah di Afrika Utara (Ali, 1996: 308).
Pemakaian gelar khalifah tersebut bermula dari berita bahwa al
Muqtadir, khalifah daulat Bani Abbasiyah Bagdad, tewas dibunuh oleh
pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan
bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam
ketidakpastian. Oleh sebab itu, momen tersebut dianggap sebagai
waktu yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah dirampas
dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih (Yatim, 1994:
96), Gelar ini resmi dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah- khalifah
besar yang memerintah pada periode ketiga ini ada tiga orang, yaitu
Abd Rahman al Nasir (912-961), Hakam 11 (961-976), dan Hisyam 11
(976-1009 M). Pada periode ini, umat Islam Spanyol berhasil
mencapai puncak kemajuan dan kejayaannya. Hal ini dapat
disejajarkan dengan kejayaan daulat Abbasiyah di Bagdad. Abd
Rahman III merupakan penguasa Umayyah terbesar di Spanyol.

7
Seluruh gerakan pengacau dan konflik politik dapat diselesaikan
sehingga situasi negara relatif aman. Penaklukan kota Elvira, Jain, dan
Seville merupakan sebagian bukti keberhasilan Abd. Rahman III dan
kekuatan Kristen juga dipaksa menyerah kepadanya. Setelah sukses
mengatasi problem politik dalam negeri, ia juga berhasil
menggagalkan cita-cita Daulah Fatimiyyah untuk memperluas wilayah
kekuasaannya ke negeri Spanyol.Di bawah pemerintahan Khalifah
Abd Rahman III, Spanyol mengalami kemajuan peradaban yang
menggembirakan, terlebih di bidang Arsitektur. Tercatat tidak kurang
dari 300 masjid, 100 istana megah, 13.000 gedung, dan 300 tempat
pemandian umum berada di Cordova. Kemasyhurannya sebagai
penguasa dikenal sampai di negeri Konstantinopel, Jerman, Perancis,
hingga Itali. Bahkan, penguasa negeri-negeri tersebut mengirim para
dutanya ke Istana Khalifah. Armada laut yang dibentuk berhasil
menguasai jalur lautan tengah bersama dengan armada Fatimiyyah.
Kebesaran Abd Rahman III dapat disejajarkan dengan Raja Akbar dari
India, Umar bin Khattab, dan Harun al Rasyid. Jadi, Abdurrahman III
bukan hanya sebagai penguasa terbaik Spanyol, melainkan juga salah
satu penguasa terbaik dunia. Sayangnya, tidak semua tokoh sejarah
mengetahui hal ini. Penguasa setelah Abd Rahman II adalah Hakam II,
yang merupakan seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan.
Koleksi dalam perpustakaannya tidak kurang dari 400.000 buku. Pada
masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.
Pembangunan kota pun berlangsung cepat. Selanjutnya, Hisyam II
naik tahta dalam usia sebelas tahun merupakan awal kehancuran
khilafah Bani Umayyah di Spanyol. Oleh karena itu, kekuasaan de
facto berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M. Khalifah
menunjuk Ibnu Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak.
Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya
dan melebarkan wilayah kekuasaan. Islam dengan menyingkirkan
rekan dan saingannya. Atas keberhasilannya, ia mendapat gelar al

8
Mansur billah, la wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh
anaknya al Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan
kerajaan. Akan tetapi, setelah in wafat pada tahun 1008 M, ia
digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualifikasi untuk jabatan
itu. Akhirnya pada tahun 1013 M, dewan menteri yang memerintah
Cordova menghapus jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah
terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota
tertentu.
4. Periode keempat (1013-1086 M) Pada periode ini, Spanyol terpecah
menjadi lebih dari tiga puluh negeri kecil di bawah pemerintahan raja-
raja golongan atau al Muluk al Thawaif, yang antara lain berpusat di
suatu kota seperti Seville, Cordova, dan Toledo (Bosworth, 1993: 35-
40). Pemerintahan terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol kembali memasuki masa
pertikaian internal. Sayangnya, jika terjadi perang saudara, ada di
antara pihak-pihak yang bertikai itu, ada pihak-pihak tertentu yang
meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Karena menyaksikan
kekacauan dan kelemahan yang menimpa keadaan politik Islam, maka
orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif
penyerangan untuk pertama kalinya. Akibat fatalnya, kekuatan Islam
diketahui mulai menurun dan tiba saatnya untuk dihancurkan.
5. Periode kelima (1086-1248 M) Walaupun terpecah dalam beberapa
negara, pada periode kelima ini, Spanyol Islam masih mempunyai
suatu kekuatan yang dominan, yaitu dinasti Murabithun (1086-1143
M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235M). Dinasti Murabithun pada
mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf Ibnu
Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan
sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas
undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah berjuang
mempertahankan negerinya dari serangan kaum Nasrani. Ia dan
tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil

9
mengalahkan pasukan Castilia. Perpecahan di kalangan raja-raja
Muslim menyebab kan Yusuf bergerak lebih jauh untuk menguasai
Spanyol dan ia pun berhasil. Kesuksesan ini ternyata tidak dapat
diteruskan oleh penguasa-penguasa sesudahnya karena mereka adalah
raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti
Murabithun baik di Afrika Utara maupun di Spanyol berakhir. Dinasti
Muwahhidun muncul sebagai gantinya. Tahun 1146 M penguasa
Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut Spanyol.
Muwahhidun didirikan oleh Muhammad Ibnu Tumart, la adalah
seorang cerdas, tangkas, dan tak segan-segan mempunyai pemikiran
berseberangan, la adalah murid Qadi Ibnu Hamdin. Dinasti ini datang
ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al Munim. Antara tahun 1114 dan
1154 M, kota-kota Muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada,
jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti
ini mengalami banyak kemajuan terutama saat pemerintahan dipegang
oleh Abu Yusuf al Mansur. Kekuatan- kekuatan Kristen dapat dipukul
mundur. Akan tetapi tidak lama kemudian, dinasti Muwahhidun
mengalami keruntuhan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen
memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-
kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya
memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara
tahun 1235 M. keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah
penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak
mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar.
Tahun 1238 M, Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville
jatuh pada tahun 1248 M. Akhirnya, kecuali Granada, seluruh wilayah
Spanyol telah lepas dari kekuasaan Islam.
6. Periode keenam (1248-1492 M) Kerajaan Granada merupakan
pertahanan terakhir Muslim Spanyol di bawah kekuasaan dinasti Bani
Ahmar (1232-1492 M). Peradaban kembali mengalami kemajuan
seperti di zaman Alxdurrahman al Nasir. Akan tetapi, secara politik,

10
dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Persekutuan antara
wilayah Aragon dan Castille melalui perkawinan Ferdinand dan
Isabella melahirkan kekuatan besar untuk merebut kekuasaan terakhir
umat Islam di Spanyol. Namun beberapa kali serangan mereka belum
berhasil menembus pertahanan umat Islam. Abu Hasan yang menjabat
pada waktu itu mampu mematahkan serangan tersebut. Bahkan ia
menolak membayar upeti kepada pemerintahan Castille. Abu Hasan
dalam suatu serangan berhasil menduduki kota Zahra. Untuk
membalas dendam, Ferdinand melancarkan serangan mendadak
terhadap al Hamra dan berhasil merebutnya. Banyak wanita dan anak
kecil yang berlindung di sana dibantai oleh pasukan Ferdinand.
Jatuhnya al Hamra ini merupakan pertanda kejatuhan pemerintahan
Granada. Situasi pemerintahan pusat di Granada semakin kritis dengan
terjadinya beberapa kali perselisihan dan perebutan kekuasaan antara
Abul Hasan dengan anaknya yang bernama Abu Abdullah. Serangan
pasukan Kristen yang berusaha memanfaatkan situasi ini dapat
dipatahkan oleh Zaghal, saudara Abul Hasan. Zaghal menggantikan
Abul Hasan sebagai penguasa Granada. Zaghal berusaha mengajak
Abu Abdullah menggabungkan kekuatan dalam menghadapi musuh.
Tapi ajakan itu ditolaknya. Ketika terjadi pergolakan politik antara
Zaghal dan Abu Abdullah, pasukan Kristen melakukan penyerbuan
dan berhasil menguasai Alora, Kasr Bonela, Ronda, Malaga, dan Loxa.
Pada serangan berikutnya, Zaghal menyerah dan melarikan diri ke
Afrika Utara. Satu-satunya kekuatan Muslim berada di kota Granada
dipimpin oleh Abu Abdullah yang kemudian dihancurkan oleh
Ferdinand. Abu Abdullah dipaksa menyampaikan sumpah setia kepada
Ferdinand dan bersedia melepaskan harta kekayaan ummat Islam
sebagai imbalan dari diberikannya hak hidup dan kebebasan beragama
bagi orang Islam. Peralihan kekuasaan yang menyedihkan itu terjadi
pada tanggal 3 Januari 1492M. Dengan demikian, berakhirlah
kekuasan Islam di Spanyol, Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada

11
dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol.
Akibatnya, pada tahun 1609 M, dapat dikatakan tidak ada lagi umat
Islam yang hidup di daerah ini.3

C. Masa Kejayaan Peradaban di Spanyol


Sejak penguasaan Spanyol sampai berakhirnya kerajaan Islam yang
dipimpin oleh berbagai khalifah, ternyata membentuk beberapa peradaban.
Peradaban tersebut dibentuk berdasarkan asimilasi antara bangsa Spanyol
dengan warga Barbar dengan kultur Islam dan bahasa Arab serta ditopang
dengan kondisi perekonomian yang sangat makmur. Dalam waktu lebih dari
tujuh abad, Islam telah mencapai kejayaan, banyak prestasi yang diperoleh,
bahkan kemajuannya membawa bangsa Eropa kepada kemajuan dunia.
Kejayaan Islam di Spanyol menghasilkan gemerlap cahaya yang luar biasa
diantara buktinya adalah masjid Agung di Cordova, taman-taman kota,
pancuran air dan alun-alun Istana Al-Hambra, syair Muashshabatdan
Zajaldengan kandungan beberapa ayat Al-Quran dan dengan beberapa
ungkapan roman, banyaknya kebun-kebun irigasi di Sevilladan Valencia,
syair-syair filsafat dan sains. Semua ini merupakan peninggalan Islam di
Spanyol. Spanyol merupakan pusat utama pendistribusian filsafat Yunani
melalui bangsa Arab ke bangsa Eropa (Lapidus, 1999). Orang yang paling
berperan besar dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam di
Spanyol adalah pada masa khalifah Abdurrahman I (756-788 M) beliau dapat
pula dikatakan sebagai founding fatherBani Umayyah di Spanyol dan
sekaligus merupakan dasar kebangkitan kebudayaan atau peradaban Islam di
Andalusia (Ismail, 1996).
Berikut adalah beberapa kemajuanperadaban Islam di Spanyol dari
beberapa aspek:

3
Abustani Ilyas, Alimuddin Hasan Palawa", Rahman", Wahyu Nurhalim, Sejarah Dan
Perkembangan Islam Di Spanyol Dan Sisilia

12
1. Kemajuan Intelektual.
Spanyol merupakan sebuah negeri yang subur. Kondisi yang subur itu
menjadi sumber penghasilan ekonomi, kemapananekonomi inilah yang
kemudian akan melahirkan sejumlah pemikirdari Spanyol.
MasyarakatSpanyol merupakanmasyarakat yang majemuk yang terdiri
dari komunitas Arab (utara dan selatan), Al-Muwaladun (orang
Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari
Afrika Utara), As-Saqalibah (penduduk antara Konstantinopel dan
Bulgaria yang dijadikan tawanan Jerman), Yahudi Kristen yang sejak
lama berinteraksi dengan budaya Arab, dan Kristen yang menentang
Islam. Semua komunitas itu kecualiKristen, mempunyai andil dalam
melahirkan kaum intelektual Andalusia yang menghasilkan kemajuan
dalambidang ilmu pengetahuan, sastra dan pembangunan
fisikdiSpanyol (Yatim, 2008).
a) Filsafat
Kejayaan Islam di Spanyol telah menghasilkan kebudayaan dan
peradaban yang sangat brilian sepanjang sejarah Islam. Spanyol
memiliki peranan sebagai perantara ilmu pengetahuan Yunani-
Arab ke Eropa pada abad ke-12 M. Minat terhadap filsafat dan
ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M, selama
pemerintahan. penguasaan Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad
ibn Al-Rahman (832-886 M) (Fakri, 1986).
b) Sains
Dalam bidang sains, ilmu yang berkembang ketika itu adalah ilmu
kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia. Ilmuwan yang
terkenal ketika itu adalah Abbas ibn Farnas yang merupakan ahli
dalam bidang kimia dan astronomi. la adalah orang pertama yang
menemukaan pembuataan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya Al-
Naqqas terkenal dalam ahli astronomi. Beliau juga menemukan
alat yang dapat menentukan waktu terjadi gerhana matahari dan
berapa lama waktunya. Selain itu, ia juga berhasil menemukan

13
teropong modern. Ahmad ibn Abbas dari Cordova adalah ahli
dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan binti Abi Ja'far dan
saudara perempuannya Al- Hafidz juga merupakan ilmuan dan ahli
dalam bidang kedokteran (Yatim, 2008).
c) Fiqih
Spanyol ketika itu dikenal menganut mazhab Maliki. Orang yang
memperkenalkan mazhab Maliki di sana adalah Ziyad ibn Abd. Al-
Rahman. Selanjutnya diteruskan oleh Ibn Yahya ketika menjadi
qadi pada masa Hisyam bin Abd Ar-Rahman. Ahli fiqh lainnya
adalah Abu Bakar Ibn Al-Qutiyah, Munzir ibn Sa'id, Al-Baluti, dan
yang terkenal adalah Ibn Hamzah (Fakri, 1986).
d) Musik dan Kesenian
Kemajuan peradaban juga menyentuh bidang musik dan seni suara.
Islam di Spanyol meraih kesuksesan di bidang musik dan seni yang
dipelopori oleh Al-Hasan bin Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap
kali diadakan pertemuan dan jamuan makan, Zaryab selalu keluar
untuk memamerkan kemampuannya. Ia juga terkenal sebagai
penulis lagu. Ilmu yang dimilikinya diturunkan kepada anak-
anaknya, termasuk anak laki-laki, sehingga ketenarannya tersebar
luas (Syalabi, 1983).
e) Bahasa dan Sastra
Kemajuan dalam bidang bahasa juga dirasakan di mana bahasa
Arab dijadikan sebagai bahasa resmi pemerintahan Islam di
Spanyol. Kebijakaan ini dapat diterima dengan suka rela oleh
orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan penduduk asli Spanyol
lebih mengutamakan bahasa Arab dari pada bahasa ibu mereka.
Banyak yang kemudian muncul sebagai ahli bahasa Arab, antara
lain: Ibn Sayyidi, Ibn Malik penulis kitab Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn
Al-Hajj, Abu Ali Al-Isbili, Abu Al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu
Hayyan Al-Gharnati. Seiring dengan kemajuan bahasa, karya-
karya sastra banyak bermunculan, seperti Al-'Iqad al-Farid karya

14
Ibn Abd Rabbih, Kitab Al-Qalaid karya Al- Fath ibn Khan, dan
banyak lagi karya yang lain (Yatim, 2008).
f) Al-Ma'had 'Ali (Pendidikan Tinggi)

Di bawah kekuasaannya, Al-Hakam menyelenggarakan pengajaran


dan telah banyak memberikan penghargaan kepada para sarjana. Ia
telah membangun universitas Cordova yang menjadi salah satu
lembaaga pendidikaan tinggi yang terkenal di dunia. Universitas
ini menandingi universitas Al-Azhar Cairo dan Nizamiyah di
Baghdad dan telah menarik perhatiaan para pelajar, tidak hanya
dari Spanyol, tetapi juga dari berbagai wilayah lainnya di Eropa.
g) Perpustakaan
Keberadaan perputakaan dengan sejumlah besar bukunya
merupakan salah satu diantara sekian sarana penunjang
kependidikan yang menjadi pusat perhatian. sebagai contoh,
perpustakaan Al-Hakam dengan jumlah bukunya 400.000 buah,
selain itu pameran atau bazaar buku merupakan kegiatan yang
paling sering dijumpai di Universitas Cordova. Satu kondisi logis
dari masyarakat sadar dalam urusan ilmu pengetahuan adalah
mereka memusatkan perhatian pada pengkajian ilmiah. Sumber
dana perpustakaan berasal dari wakaf yang membantu peningkaan
kualitas perpustakaan. Administrasi dalam hal peminjamaan buku
juga dilaksanakan dengan baik, yaitu adanya ketentuan khusus bagi
dua golongan peminjam buku yaitu, kalangan ulama dan non-
ulama (El-Haji, 2008).
2.Kemajuan Arsitektur
Tidak hanya dalam bidang ilmu pengetahuan saja, pembangunan fisik juga
mendapat perhatian umat Islam ketika itu. Untuk melancarkan akses
ekonomi dan perdagangan, jalan-jalan dan pasar dibangun, bidang
pertanian demikian juga. Sistem irigasi yang sebelumnya tidak dikenal,
kemudian diperkenalkan oleh orang Islam kepada masyarakat Spanyol.

15
Demikian pula bangunan dan gaya arsitektur yang diwariskan Islam
kepada Spanyol sangat berdampak besar bagi kemajuan Eropa hari ini.
Di antara bangunan-bangunan monumental bernilai arsitektur tinggi yang
masih berdiri hingga saat ini adalah: Masjid Jami' dan Madinat Az-Zahra'
di Cordova, istana Al-Hamra' (Al-Hambra) di Granada dan Al-Cazar di
Seville (Shiddiqi, 1986).
Masjid Jami' Cordova adalah salah satu contohnya yang memiliki tiang
berjumlah 1293 buah bagaikan pepohonan rimba yang menopang atap
dibangun pada masa pemerintahan Abdurrahman 1 ad-Dakhil (756-788 M)
dan selesai pada tahun 793 M pada masa pemerintahan Hisyam 1 (788-822
M) (El-Haji, 2008). Masjid ini dihias pula oleh lampu yang bergantungan
yang terbuat dari kuningan. Kini masjid ini dikenal dengan nama La
Mezquita yang dijadikan Katedral oleh Ferdinand III setelah Cordova
direbutnya. Jalan-jalan di Cordova sudah dikeraskan dan diterangi oleh
sinar lampu dari rumah yang berada di sepanjang jalan. Pada waktu yang
sama penduduk Paris dan London masih berjalan melalui gang sempit,
becek dan gelap. Tujuh ratus tahun setelah ini, baru ada satu lampu jalan di
London. Di Paris satu abad kemudian orang yang berjalan di hari hujan,
mata kakinya masih terbenam dalam lumpur.
3.Teknik Pembuatan Kapal dan Alat Navigasi
Pada waktu dunia Kristen Barat baru mampu membuat kapal yang hanya
bisa menyeberangi Laut Tengah dengan menggunakan angin buritan,
kaum muslimin telah mampu membuat kapal yang melayari Lautan Hindia
sampai ke Cina. Mereka inilah yang melakukan perdagangan Internasional
antara Timur dan Barat. Pelaut-pelaut Cina baru menggunakan kompas
pada tahun 1100 M, ada pula sebahagian orang yang mengatakan bahwa
kompas ditemukan oleh Flavio Gioia dari Italia pada tahun 1302 M.
Ternyata orang Arablebih dulu menggunakan kompas, barukemudian
dikembangkan oleh orang-orang Barat sampai kebentuk sekarang ini
(Shiddiqi, 1986).

16
D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran islam di Spanyol
Diantara faktor penyebab kemunduran Islam di Andalusia di sebutkan oleh
Badri Yatim dalam bukunya adalah adalah sebagai berikut:
a) Konflik Islam dengan Kristen
Para pemimpin Muslim tidak melakukan proses Islamisasi secara
menyeluruh. Pemimpin Muslim ketikaitu cukup merasa puas dengan hanya
menagih pajak dari kerajaan-kerajaan Kristen yang telah ditaklukan dan tanpa
sadar membiarkan kerajaan-kerajaan Kristen mempertahankan hukum dan
adat mereka, termasuk dalam posisi hirarki tradisional, asal tidak ada
perlawanan senjata. Kondisi ini menjadikan kehadiran bangsa Arab Islam
telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol yang beragama
Kristen. Hal ini menyebabkan kehidupan Negara Islam di Spanyol tidak
pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Sampai akhirnya
pada abad ke-11 M umat Kristen memnggapai kemajuan pesat, kondisi yang
terbalik justru dialami oleh umat Islam yang sedang perlahan mengalami
kemunduran (Al-Mathawi & Al-‘Arusiy, 1982).
b) Tidak adanya ideologi pemersatu
Orang Arab tidak pernah menerima orang pribumi Spanyol, paling tidak
hingga abad ke-10 M (Al-Mathawi, 1982), orang Arab mempunyai istilah
'ibad dan muwalladun kepada orang-orang Andalusia, suatu ungkapan yang
sangat merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang
sering melakukan perlawanan dan merusak perdamaian. Hal itu
mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut.
c) Kesulitan ekonomi
Pada pertengahan masa Islam di Spanyol, para penguasa terlalu
memusatkan perhatian membangun kota dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan sangat serius, sehingga kondisi ini menyebabkan
penguasa lalai membangun perekonomian. Dampak terburuk yang timbul
adalah kesulitan ekonomi yang sangat memberatkan dan mempengaruhi
kondisi politik dan militer (Al-Mathawi & Al-'Arusiy, 1982).
d) Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan

17
Ketidakjelasan sistem peralihan kekuasaan menyebabkan terjadinya
perebutan kekuasan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan
Bani Umayyah jatuh dan Muluk Al-Tawaif muncul. Granada yang
merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan
Ferdinand dan Isabella.
e) Keterpencilan
Letak geografis Spanyol yang dikuasai Islam sangat terpencil dari dunia
Islam yang lain. Akibatnya kekuasaan Islam di Spanyol seperti selalu
berjuang sendirian, tanpa pernah mendapat bantuan selain dari Afrika Utara.
Kondisi inilah yang menyebabkan tidak ada bantuan kekuatan alternatif yang
dapat menghempang kebangkitan Kristen di Spanyol (Yatim, 2008),
Demikianlah beberapa faktor penyebab kemunduran kekuasaan Islam di
Spanyol. Memang pada semua rezim pemerintahan jika pemimpin tidak bisa
merangkul etnis minoritas, yang terjadi adalah rentan perpecahan. Demikian
pula peralihan kekuasaan merupakan faktor yang acap kali menimbulkan
perselisihan yang berujung pada kemunduran sebuah kekuasaan. Begitu pula
dengan stabilitas ekonomi menjadi sangat penting untuk diperhatikan bagi
setiap penguasa.4

4
Napitupulu Dedi Sahputra, Romantika Sejarah Kejayaan Islam Di Spanyol, Jurnal Pendidikan,
Sejarah, Dan Ilmu-Ilmu Sosial

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan peradaban Islam di Spanyol adalah sebuah episentrum
penting dalam sejarah peradaban manusia yang memberikan kontribusi
besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan budaya di
Eropa. Dari kedatangan bangsa Moor pada abad ke-8 Masehi hingga
kejatuhan Granada pada tahun 1492, Spanyol menjadi tempat
berkembangnya sebuah kebudayaan yang maju dan multikultural. Di
bawah pemerintahan Moor, kota-kota seperti Cordoba, Sevilla, dan
Granada menjadi pusat intelektual yang gemilang, dengan penduduk
Muslim, Kristen, dan Yahudi hidup berdampingan dalam harmoni relatif.
Pusat-pusat pembelajaran seperti Universitas Al-Andalus di Cordoba
menarik para ilmuwan dari seluruh dunia untuk mempelajari ilmu
pengetahuan, matematika, kedokteran, dan filsafat.
Selain itu, peninggalan arsitektur Moor yang megah, seperti Masjid
Cordoba dan Alhambra di Granada, menjadi bukti kejayaan seni dan
arsitektur Islam di Spanyol. Namun, kekuasaan Moor di Spanyol tidak
berlangsung selamanya, dan pada akhirnya, Reconquista oleh pihak
Kristen dan jatuhnya Granada menyebabkan pengusiran kaum Muslim dan
Yahudi serta berakhirnya kejayaan peradaban Islam di Spanyol. Meskipun
demikian, warisan mereka tetap hidup dalam bahasa, seni, arsitektur, dan
sistem irigasi yang mereka tinggalkan, serta memberikan kontribusi
penting bagi perkembangan selanjutnya dalam sejarah Eropa.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abustani Ilyas, Alimuddin Hasan Palawa", Rahman", Wahyu Nurhalim, Sejarah

Dan Perkembangan Islam Di Spanyol Dan Sisilia

Adawiyah Robiatul, Perkembangan Pendidikan Islam Di Spanyol, Stain

Muhammadiyah Probolinggo

Munir Miftakhul, Analisis Runtuhnya Islam Di Spanyol, Jurnal Al-Makrifat Vol

4, No 2, Oktober 2019

Napitupulu Dedi Sahputra, Romantika Sejarah Kejayaan Islam Di Spanyol,

Jurnal Pendidikan, Sejarah, Dan Ilmu-Ilmu Sosial

Anda mungkin juga menyukai