Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL

Diajukan Untuk Memenuhi


Tugas Pada Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

DOSEN PENGAMPU :
RAHMAD ISMAIL HASIBUAN, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VII (TUJUH)
1. APRILIA SRI RAHAYU (2001020005)
2. FIKRIANSYAH SIREGAR (2001020009)
3. NISWA (2001020015)
4. RINA DWI CAHYANI (2001020089)

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM
ASAHAN-KISARAN
2022
KATA PENGANTAR

‫الر ِح ْيم‬ ٰ ْ ‫الر‬


َّ ‫ْح ِن‬ ِِّٰ ‫بِ ْس ِِم‬
َّ ‫الل‬
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL”. Tak lupa pula, kami kirimkan
shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok Sejarah
Peradaban Islam. Dalam penyelesaian makalah ini, kami juga mendapatkan
bimbingan serta bantuan dari beberapa pihak hingga memperlancar pengerjaan
penulisan makalah. Untuk itu, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami.
Kami juga tetap menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Masih terdapat kekurangan mulai dari segi pemilihan kata atau
penyusunan kalimat dan aspek lainnya. Oleh karena itu, kami berlapang dada
membuka kesempatan bagi para pembaca yang ingin memberi kritik maupun saran.
Akhir dari penulisan makalah ini, semoga dapat menambah pengetahuan
dan memberi manfaat serta dapat memenuhi harapan berbagai pihak.

Kisaran, November 2022


Penyusun

Kelompok VII

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………....... iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………. 1
C. Tujuan Rumusan Masalah……………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………. 2
A. Dinamika Politik Islam di Spanyol…………………………….… 2
B. Dinamika sosial Islam di Spanyol………………………………... 6
BAB III PENUTUP… …..…………………………………………..…… 9
A. Kesimpulan………………………………………………………… 9
B. Saran……………………………………………………………….. 9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 10

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut sejarah, Spanyol ialah negara yang pernah ditaklukkan oleh Islam
untuk mengembangkan agama Islam di negeri tersebut. Ketika Islam masuk ke
Spanyol, banyak perkembangan peradaban yang pesat baik dari kebudayaan
maupun pendidikan Islam, karena Spanyol didukung oleh negerinya yang subur
dengan penghasilan ekonomi yang cukup tinggi sehingga mampu menghasilkan
para pemikir hebat. Spanyol mengalami perkembangan pesat dalam kebudayaan
dan pendidikan Islam yang dimulai dengan mempelajari ilmu agama dan sastra,
kemudian meningkat dengan mempelajari ilmu akal. Karena dalam waktu singkat,
Cardova dapat menyaingi Baghdad di bidang ilmu pengetahuan dan kesusastraan.
Dari sinilah orang eropa banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam.
Islam dijadikan guru bagi orang-orang Eropa yang ingin menimba ilmu, sehingga
ketika Islam mulai masuk di era kemunduran, Eropa bangkit dari
keterbelakangannya. Kebangkitan itu dapat dilihat dari bidang politik yang mana
Eropa berhasil mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya,
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politik di
Eropa. Kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di
Spanyol saat itu.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana dinamika politik islam di Spanyol?
b. Bagaimana dinamika sosial islam di Spanyol?

C. Tujuan Rumusan Masalah


a. Untuk mengetahui dinamika politik islam di Spanyol.
b. Untuk mengetahui dinamika sosial islam di Spanyol.
2

BAB III
PEMBAHASAN
A. Dinamika Politik Islam di Spanyol
Spanyol berhasil diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid
(705-715 M), yakni seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di
Damaskus. Terdapat tiga orang yang dapat dikatakan paling berjasa dalam
penyebaran islam di Spanyol, mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad
dan Musa bin Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik, yang
mana ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa dengan
satu pasukan perang, dengan lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda
yang menaiki empat buah kapal. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat
perlawanan berat, hingga berhasil menang dan membawa rampasan yang tidak
sedikit jumlahnya.1
Thariq bin Ziyad lebih dikenal sebagai penakluk Spanyol karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Di bawah pimpinan Thariq bin
Ziyad, Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol
sebanyak 7.000 orang. Adapun pasukan yang dikirim terdiri dari sebagian besar
suku Barbar dan sebagian lagi orang Arab yang kemudian menyeberangi selat
tepatnya di sebuah gunung yang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq) yang
mana ini merupakan tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan
menyiapkan pasukan. Dengan dimenangkannya daerah ini, maka terbukalah pintu
yang luas untuk memasuki Spanyol. Dan pada akhirnya Thariq dan pasukannya
dapat menaklukkan kota-kota penting seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu
kota kerajaan Ghoth kala itu).
Ketika Islam masuk ke Spanyol hingga sebelum jatuhnya kerajaan Islam
terakhir di sana, Islam memiliki peranan yang sangat besar hingga berlangsung
lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi
menjadi enam periode, yakni :

1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 88.
1. Periode pertama (711-755 M)
Islam berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah
Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Stabilitas politik negeri Spanyol
belum tercapai secara sempurna pada masa ini, disebabkan masih ada gangguan-
gangguan yang datang dari luar maupun dalam. Gangguan dari dalam berupa
selisih antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan.
Perbedaan etnis ini sering menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada
figur yang tangguh. Di samping itu juga perbedaan pandangan antara Khalifah di
Damaskus dan gubernur di Afrika Utara, yang masing-masing mereka mengaku
berhak menguasai Spanyol. Perbedaan pandangan inilah yang menyebabkan
seringnya terjadi perang saudara.2
Adapun gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol
yang tidak pernah patuh dengan pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat
diri hingga pada akhirnya, merekalah yang mampu mengusir Islam dari bumi
Spanyol. Dikarenakan seringnya terjadi konflik baik internal maupun eksternal,
maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memulai kegiatan pembangunan di
bidang peradaban dan kebudayaan.
2. Periode kedua (755-912 M)
Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang amir namun tidak patuh
kepada pusat pemerintahan Islam yang saat itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah
di Baghdad. Adapun amir yang pertama ialah Abdurrahman al-Dakhil kemudian
Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman Al-Ausath, Muhammad bin Abdurrahman,
Munzir bin Muhammad dan Abdullah bin Muhammad.
Islam Spanyol pada periode ini mulai mendapat kemajuan di bidang politik
dan peradaban, misalnya Abdurrahman al-Dakhil yang mendirikan masjid
Cordova dan sekolah-sekolah besar di Spanyol, Hisyam yang berjasa dalam
menegakkan hukum Islam, Hakam yang terkenal dengan pembaharu kemiliteran,
dan Abdurrahman al-Ausath terkenal sebagai penguasa yang cinta ilmu, ia pernah

2 Ibid., 94

3
mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga
kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Namun dalam periode ini masih terjadi berbagai ancaman dan kerusuhan,
misalnya munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan sehingga
mengakibatkan stabilitas negara terganggu. Tetapi orang Kristen lainnya di Spanyol
tidak bersimpati pada gerakan itu karena pemerintahan Islam mengembangkann
kebebasan beragama, mereka diizinkan memiliki pengadilan sendiri, peribadatan
tidak dihalangi, bahkan mereka diizinkan mendirikan gereja baru dan
diperbolehkan menjadi pegawai pemerintahan.
Gangguan serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri yaitu dari
para pemberontak di Toledo yang membentuk negara pada tahun 852 M dan
berlangsung selama 80 tahun. Dan yang paling penting adalah pemberontakan yang
dipimpin oleh Hafsun dan anaknya di pegunungan daerah Malaga, masih sering
terjadi perselisihan antara orang Barbar dan orang Arab.3
3. Periode ketiga (912-1013 M)
Spanyol diperintah oleh penguasa yang digelar khalifah, gelar yang dipakai
pada tahun 929 M. Adapun khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode
ini diantaranya Abdurrahman al-Nashir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan
Hisyam II (976-1009 M).
Umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan hingga
menyaingi kejayaan daulah Abbasiyah di Baghdad pada masa ini. Yang dibuktikan
dengan didirikannya unversitas Cordova oleh Abdurrahman Al-Nashir yang
memiliki ratusan ribu buku di dalam perpustakaannya. Pada masa ini masyarakat
dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran dan pembangunan kota dengan
pesat.
Tetapi, pada tahun 1013 jabatan khalifah dihapuskan, dan ketika itu Spanyol
sudah terpecah-pecah dalam banyak Negara kecil yang berpusat di kota-kota
tertentu.4

3 Ibid., 96
4 W. Montogomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian kritis dari tokoh Orientalis, (Yogyakarta: tiara
Wacana, 1990), 218.

4
4. Periode keempat (1013-1086 M)
Spanyol terpecah menjadi tiga puluh lebih negara kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan (Al-Muluk-al-Thawaif) yang berpusat di suatu
kota. Yang mana, pada masa ini umat Islam kembali mamasuki masa pertikaian
intern yang mengakibatkan perang saudara, ironisnya di antara pihak yang bertikai
itu ada yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen, dari sinilah orang-orang
Kristen melihat kekacauan keadaan politik umat Islam dan akhirnya mereka mulai
berinisiatif untuk menyerang umat Islam.
Walaupun kehidupan politik tidak stabil, kehidupan intelektual terus
berkembang pada masa ini, karena banyak sarjana dan sastrawan mendapatkan
perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5. Periode kelima (1086-1248 M)
Meskipun Islam Spanyol masih terpecah-pecah dalam beberapa negara,
tetapi masih ada kekuatan yang dominan yakni kekuasaan dinasti Murabithun
(1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun
mulanya merupakan sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin
di Afrika utara, ia masuk Spanyol atas undangan penguasa Islam di sana yang
tengah memperjuangkan negerinya dari serangan orang Kristen. pada tahun 1086
ia dan tentaranya masuk Spanyol dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia.
Tetapi penguasa-penguasa sesudah Ibnu Tasyfin merupakan raja-raja yang lemah
hingga kekuasaan dinasti ini berakhir dan digantikan dengan dinasti Muwahhidun
yang didirikan oleh Muhammad Ibnu Tumart. Dinasti ini masuk Spanyol di bawah
pimpinan Abdul Mun’im. Dan antara tahun 1114 dan 1154 kota-kota penting
seperti Cordova, Almeria dan Granada jatuh ke dalam kekuasaannya. Dalam
beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan dan kekuatan Kristen
dapat dilemahkan. Akan tetapi tidak lama setelah itu, dinasti ini mengalami
kehancuran, hingga pada tahun 1238 M Cordova dan Seville pada tahun 1248 M
jatuh ke dalam kekuasaan Kristen hingga akhirnya hanya Granada lah yang tidak
lepas dari kekuasaan islam.

5
6. Periode keenam (1248-1492 M)
Kekuasaan Islam hanya ada di daerah Granada di bawah kekuasaan dinasti
Bani Ahmar (1232-1492). Umat islam mengalami kemajuan di bidang peradaban,
tetapi politik hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang menjadi
pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana
dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang
kepada ayahnya sebab memilih anaknya yang lain sebagai penggantinya, akhirnya
dia melakukan pemberontakan dan berusaha merebut kekuasaan. Di dalam
pemberontakan itu ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibnu Sa’ad.
Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinan dan Isabella untuk
menjatuhkannya dan akhirnya dua penguasa Kristen ini berhasil
mengalahkan penguasa yang sah dan kemudian Abu Abdullah naik tahta.5
Namun kemudian Ferdinan dan Isabella menyatukan kekuatan untuk
merebut kekuasaan terakhir umat Islam Spanyol ini. Abu Abdullah tidak sanggup
menahan serangan Ferdinan dan Isabella tersebut, hingga akhirnya ia mengaku
kalah dan menyerahkan kekuasaannya kepada Ferdinan dan Isabella. Demikianlah
kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M berakhir.

B. Dinamika Intelektual Islam Di Spanyol

Selama tujuh abad lebih kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah
mencapai kejayaannya. Banyak prestasi yang berhasil di peroleh, yang akhirnya
membawa Eropa dan dunia kepada kemajuan yang lebih signifikan. Spanyol adalah
negeri subur. Yang mana kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang
cukup tinggi dan banyak menghasilkan para pemikir serta masyarakat Spanyol saat
itu (kecuali orang Kristen yang menentang Islam) ikut andil dalam memberikan
sumbangsih pemikiran terhadap terbentuk lingkungan budaya Spanyol yang
melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra dan pembangunan fisik di Spanyol.
Adapun kemajuan-kemajuan intelektual yang pernah dicapai masyarakat
Spanyol pada saat itu adalah :

5 A. Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, jilid 2, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1983), 161.

6
1. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat briliant,
ia berperan sebagai perantara ilmu pengetahuan Yunani Arab ke Eropa. Peminatan
terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 selama
pemerintahan Muhammad ibn Abdurrahman (832-886).6
Kemudian atas inisiatif Al-Hakam, karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor
dari Timur dengan jumlah yang besar, sehingga perpustakaan dan universitas
Cordove mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengertahuan di
dunia Islam. Tokoh pertama filsafat Arab-Spanyol adalah Ibnu Bajjah, ia dilahirkan
di Saragosa kemudian ia pindah ke Sevilla dan Granada. Masalah yang disampaikan
bersifat etis dan eskatologis, magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Tokoh kedua ialah Ibnu Thufail, yang merupakan penduduk asli Wadi Asy, sebelah
timur Granada. Ia banyak menulis tentang kedokteran, astronomi dan filsafat.
Karyanya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Di akhir abad ke 12 M, muncul seorang pemikir besar yang merupakan
pengikut Aristoteles yaitu Ibnu Rusyd, lahir tahun 1126 M. Adapun ciri khasnya
adalah kecermatannya dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-
hatiannya dalam menggeluti keserasian antara filsafat dan agama. Dia juga
merupakan seorang ahli di bidang fiqih. Adapun salah satu karyanya adalah
Bidayah al-Mujtahid.
2. Sains
Ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga
berkembang baik di Spanyol saat itu. Orang yang paling terkenal di bidang ilmu
kimia dan astronomi ialah Abbas ibnu farnas, yang mana dialah menemukan
pembuatan kaca dari batu.7
Ibrahim ibnu Yahya al-Naqqash yang terkenal dalam ilmu astronomi, ia
dapat menentukaan waktu terjadinya gerhana matahari dan lamanya berlangsung,
bahkan ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak
antara tata surya dan bintang-bintang.

6 Majid Fajhri, Sejarah Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1986), 357.
7 A. Syalabi, op.cit., 86.

7
Sedangkan Ahmad ibnu Ibas dari Cordova ialah seorang yang ahli dalam
hal obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi ja’far dan al-Hafidz ahli kedokteran dari
kalangan wanita. Di bidang sejarah dan geografi, lahir banyak pemikir terkenal,
seperti Ibnu Zubair dari Valencia yang telah menulis tentang negeri-negeri muslim
Mediterania dan Sicilia, Ibnu Batuthah dari Tangier telah berhasil mencapai
Samudra Pasai dan Cina, Ibnu Khatib telah berhasil menyusun riwayat Granada,
sedangkan Ibnu Khaldun adalah perumus filsafat sejarah.
3. Fikih
Di bidang Fikih, Islam Spanyol merupakan penganut madzhab Maliki yang
dikenalkan oleh Ziyad ibn Abdurrahman. Perkembangannya ditentukan oleh Ibnu
Yahya yang menjadi Qadli pada masa Hisyam ibn Abdurrahman. Adapun ahli fikih
lainnya adalah Abu Bakr ibn Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm.
4. Musik dan kesenian
Di bidang musik dan seni suara, tokoh yang terkenal adalah al-Hasan ibnu
Nafi yang dijuluki Zaryab, ia juga dikenal sebagai pengarang lagu, kemudian ilmu
yang dimilikinya diturunkan kepada anak-anaknya dan budak-budak sehingga
kemasyhurannya tersebar luas.8
5. Bahasa dan sastra
Di bidang bahasa, bahasa arab telah menjadi bahasa resmi dalam
pemerintahan Islam di Spanyol. Sehingga banyak dari mereka yang mahir dalam
berbahasa arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa, seperti Ibnu
Sayyidah, Ibnu Malik, Ibnu Khuruf, Ibnu Al-Hallaj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-
Hasan ibnu Usfur dan Hayyan al-Gharnathi. Karya sastra yang muncul saat itu di
antaranya al-“Iqd al-Farid karya Ibnu Abdu Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl
al-Jazirah oleh Ibnu Bassam, kitab al-Qalaid karya al-Fath ibnu Khaqan.

8 Ibid,. 88

8
9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa Spanyol
merupakan tempat utama bagi Eropa dalam penyerapan ilmu pengetahuan yang
dikembangkan umat Islam di sana, baik dalam hubungan politik, sosial, maupun
ekonomi dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan
bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-
negara tetangganya di Eropa, terutama di bidang pemikiran dan sains. Banyak
ilmuwan-ilmuwan yang beragama islam. Seperti al-Hasan ibn Nafi yang ahli seni
dan musik, Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash yang ahli astronomi.
Kemudian dari wilayah Spanyol ini hadir berbagai pengetahuan untuk
memajukan dan memperbaiki segala ketertinggalannya bahkan mencapai
kejayaannya hingga abad ini sebagaimana yang kita alami saat ini.

B. Saran
Setelah penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa ternyata kebanyakan
intelektual itu berasal dari islam. Namun, karena beberapa keterbatasan, ilmu dan
penemuan itu diakui oleh orang lain. Sehingga disini pemakalah sangat berharap
sebagai remaja muslim hendaknya kitalah yang memperdayakan dan
mengembangkan ilmu-ilmu yang ada. Sehingga kita tidak gampang dibodohi dan
dijajah.
10

DAFTAR PUSTAKA

Fajhri Majid, 1986, Sejarah Filsafat Islam, Jakarta: Pustaka Jaya.


Syalabi. A, 1983, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, jilid 2, Jakarta: Pustaka
AlHusna.
Watt W. Montogomery, 1990, Kejayaan Islam: Kajian kritis dari tokoh
Orientalis, Yogyakarta: tiara Wacana
Yatim Badri, 2008, Sejarah Peradaban Islam Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai