Anda di halaman 1dari 8

KAIRAWAN DI AFRIKA

UTARA

Disusun oleh :

Zulferdi rachim (157011079)

sarif hidayat ( 157011060)

jelyka radistiya (157010998)


PERADABAN ISLAM AFRIKA UTARA

1. PENDAHULUAN

Afrika utara yang meliputi lembah Sungai Nil bagian bawah yang disebut al-Misr (Mesir
Modern); wilayah Libya, Cyrenacia, Tripolitania dan Tunisia yang seluruh wilayahnya dikenal
orang Arab sebagai wilayah Afrika serta wilayah Aljazair dan Maroko dengan sebutan al-
Maghribi

Sebelum Islam dating wilayah Afrika Utara berada dalam kekuasaan bangsa Romawi,
sebuah imperium yang sangat besar yang melingkupi beberapa Negara dan berjenis-jenis bangsa
manusia.

Adapun yang dimaksud dengan Andalusia adalah sebutan bagi semenannjung Iberia
periode Islam. Sebutan itu berasal dari Vandalusia artinya negeri bangsa Vandal sebelum mereka
diusir oleh bangsa Gothia Barat pada abad V M.

Dalam makalah ini akan dibahas tentang rentang waktu sejarah Islam dari mulai masuknya
Islam ke Afrika Utara kemudian dilanjutkan dengan wilayah Andalusia. Pembatasan
pembahasan yaitu dari mulai masuknya Islam ke wilayah tersebut sampai sebelum kekuasaan
Bani Umayyah II di Andalusia.

2. SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI AFRIKA UTARA dan ANDALUSIA SERTA


PERKEMBANGANNYA

Kedatangan Islam di Afrika Utara terjadi pada masa kekhalifahan Umar Ibn al-Khathab.
Pada masa itu kekuasaan Islam di tahun 640 M, sudah berhasil memasuki Mesir di bawah
komando ‘Amr ibn al-‘Ash.
Pada masa kekhalifahan Usman ibn Affan penaklukan Islam sudah meluas sampai ke
Barqah dan Tripoli. Penaklukan atas dua wilayah itu dimaksudkan untuk menjaga keamanan
daerah Mesir. Penaklukan itu tidak berlangsung lama, karena gubernur-gubernur Romawi
menduduki kembali wilayah-wilayah yang telah ditinggalkan itu. Namun kekejaman dan
pemerasan yang mereka lakukan telah mengusik ketenteraman pendududk asli, sehingga tidak
lama kemudian penduduk asli sendiri memohon kepada orang-orang muslim untuk
membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi. Pada waktu kekuasaan Islam sudah berpindah
kepada Muawwiyah Ibn Sufyan khalifah pertama bani Ummayah. Ia bertekad untuk memberikan
pukulan terakhir kepada kekuasaan Romawi di Afrika Utara, dan mempercayakan tugas ini
kepada seorang panglima masyhur Uqbah Ibn Nafi al-Fikri (W. 683 M), yang telah menetap di
Barqah sejak daerah itu ditaklukan.

Pada tahun 50 H/670 M ‘Uqbah mendirikan kota militer yang termasyhur, Kairawan,
disebelah selatan Tunisia. Tujuannnya adalah untuk mengendalikan orang-orang Barbar yang
ganas dan sukar diatur,dan juga untuk menjaga terhadap perusakan-perusakan yang dilakukan
oleh orang-orang Romawi dari laut. Perjalanan ‘Uqbah yang cemerlang itu dan pukulan-
pukulannya yang menghancurkan orang-orang Romawi dan Barbar, telah membuat negeri itu
aman selama beberapa tahun.

Akan tetapi, pada tahun 683 M orang-orang Islam di Afrika utara mengalami kemunduran
yang hebat, karena orang-orang Barbar dibawah kepemimpinan Kusailah bangkit memberontak
dan mengalahkan ‘Uqbah. Dia dan seluruh pasukannya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu
orang-orang Islam tidak berdaya mengembalikan kekuasaannya di Afrika Utara, karena selain
berhadapan dengan bangsa Barbar juga ada bangsa Romawi yang memanfaatkan kesempatan
dalam pemberontakan tersebut.

Dalam kondisi seperti ini penyebaran Islam tidak bisa menyebar dengan baik keadaan ini
berlanjut hingga terjadi pergantian Gubernur dari Hasan Ibn Nu’man kepada Musa Ibn Nusair
tahun 708 M, pada awal pemerintahan al-Walid Ibn Abdul Malik (86-96 H)/705-715 M. bahkan
pergantian pimpinan ini pun juga mendorong orang-orang Barbar mengadakan pemberontakan
untuk melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Musa dapat mematahkan pemberontakan mereka,
dan untuk mengantisipasi timbulnya pemberontakan lagi dia menetapkan kebijakan “Perujukan”,
yaitu menempatkan orang-orang Barbar kedalam pemerintahan orang-orang Islam.

Ketika pemerintahahan dipegang oleh Musa, di Afrika Utara terjadi perubahan sosial dan
politik yang cukup drastis. Perlawanan orang-orang Barbar yang ganas dapat dihancurkan
domanasi politik berada di tangan orang orang muslim dan da’wah Islam yang menyebar dengan
kecepatan yang luar biasa. Hal-hal inilah yang menyebabkan sebagian sejarawan menganggap
Musa Ibn Nusair sebagai penakluk yang sesungguhnya atas Afrika Utara.

Satu hal perlu dikemukakan bahwa seluruh pemberontakan yang terjadi di Afrika Utara
dilakukan oleh orang-orang Barbar dan kaum Khawarij. Tidak diketahui bagaimana faham
Khorijiah masuk ke daerah itu dan kemudian menyebar disana. Yang pasti semangat egalitarian
dan karakter oposisinya terhadap pemerintahan Bani Umayyah telah mereflesikan aspirasi orang-
orang Barbar.

Oleh karena itu, dapat diduga bahwa kesamaan aspirasi itulah yang menyebabkan faham
keagamaan tersebut mudah diterima oleh orang-orang Barbar, bahkan kira-kira pada tahun 132
H/750 M, hampir seluruh orang Afrika Utara menganut faham ini.

Adapun proses masuknya Islam ke Andalusia terjadi pada masa Khalifah al-Walid (705-
715 M) salah seorang khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum dikalahkan
dan kemudian di kuasai Islam dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis
kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar
membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan islam sesudah kawasan ini betul-betul sudah
dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Andalusia.
Dengan demikian, Afrika utara menjadi batu loncatan bagi kaum Muslimin dalam penaklukan
wilayah Andalusia.

Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan
paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Tarif Ibn Malik, Tariq
Bin Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tarif dapat dikatakan sebagai perintis dan penyelidik.
Yang menyeberangi selat yang ada diantara selat Marokko dan benua Eropa dengan satu pasukan
perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang
telah disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu tarif tidak mendapatkan perlawanan yang
berarti ia kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
Didorong oleh keberhasilah Tarif dan kemelut yang terjadi dalam kerajaaan Gothik serta
didorong untuk memperoleh harta rampasan perang Musa Ibn Nushair pada tahun 711 M
mengirim pasukan ke Andalusia sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad.

Thariq Ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk spanyol, karena pasukannya lebih
besar dan hasilnya lebih nyata pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung
oleh Musa Ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid.

Pasukan Tariq dapat menaklukan kota-kota penting seperti cordova, Granada, dan Toledo
(Ibu kota kerajaan Gothia).

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq Ibn Ziyad membuka jalan untuk
penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa Ibn Nushair merasa perlu melibatkan
diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu
masukan yang besar ia berangkat saat itu menyebrangi selat Gibraltar dan satu persatu kota yang
dilewatinya dapat ditaklukan musa dapat menaklukan Sidonia, Carmona, Sevile, dan Merida
serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothia, Theodomir di Orihuela. Kemudian ia bergabung
dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di
Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.

Kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh umat islam nampak begitu mudah hal itu
tidak dipisahkan dari adanya faktor Eksternal dan Internal yang menguntungkan. Yang dimaksud
dengan faktor Eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam negeri spanyol sendiri pada
masa penaklukan Andalusia oleh orang-orang islam kondisi social, politik, dan ekonomi negeri
ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. Secara politik wilayah Andalusia terkoyak-koyak
dan terbagi-bagi dalam beberapa Negara kecil.

Didalam suatu kondisi seperti itu kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas dan
juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam.
Buruknya kondisi social, ekonomi dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh
keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan raja Roderick, raja
Gothia terakhir yang dikalahkan islam.

Adapun yang dimaksud faktor Internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh
penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah
Andalusia. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, dan penuh percaya
diri.

Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukan oleh tentara Islam yaitu
toleransi persaudaraan, dan gotong royong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang
terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Andalusia menyambut
kehadiran islam disana

Pada periode awal pemerintahan Islam di Andalusia pemerintahan dijabat oleh para wali
yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah di Damaskus pada periode ini stabilitas politik
belum tercapai secara sempurna sering terjadi gangguan dari dalam maupun dari luar.gangguan
dari dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis
dan golongan disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifan di Damaskus dan
Gubernur di Afrika Utara yang berpusat di Kairawan, oleh karena itu terjadi dua puluh kali
pergantian wali dalam kurun waktu yang amat singkat.

Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Andalusia yang bertempat tinggal
di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintah islam.

3. PENINGALAN ISLAM DI AFRIKA UTARA

Madrasah Ali bin Yusuf yang berada di tengah-tengah souk merupakan salah satu bukti bahwa

Marrakesh pernah menjadi pusat belajar agama Islam di masa silam. Ketika masuk di dalamnya,
kami terpesona melihat masjid dan ruangan yang dahulu dijadikan tempat tinggal sekitar 150 ornag
santri, yang kabarnya rela dari berbagai penjuru negeri melintasi gurun untuk belajar di sini. Selain
bisa melihat bagian dalam masjid yang penuh dengan ukiran kaligrafi, kami juga mengintip bekas
kamar para santri di bagian salle d'etudiants.

Kami juga mengunjungi


Bali Palace dan Bahia
Palace untuk melihat
kemegahan Islam di
Marrakesh yang masih
tersisa. Badi Palace
dulunya adalah sebuah
kerajaan megah yang
dibangun tahun 1500an,
tetapi sekarang sayangnya
tinggal reruntuhan saja.
Namun saya masih bisa
melihat ukiran kaligrafi
emas yang menghias
mimbar Masjid Koutabia.
Sementara Bahia Palace
yang baru dibangun pada abad ke-19, menjadi tempat 'ngadem' yang menyenangkan untuk
menghindari terik matahari siang Marrakesh yang garang. Bahia Palace, yang juga merupakan harem
tempat Bou Ahmed menempatkan 4 istri dan 26 selirnya, terlihat cantik dan sejuk dengan hiasan
bunga dan kaligrafi serta ubin keramik yang didominasi warna biru dan hijau. Kucing-kucing liar yang
merupakan penghuni Bahia Palace menjadi 'model dadakan' yang kerap dijadikan sasaran kamera
para turis.

Masjid Koutabia yang berada di bagian selatan Jemaa el-Fna adalah salah satu ikon kota Marrakesh.
Di malam hari, banyak penduduk berlalu lalang dan berjualan di depan masjid tersebut. Ketika
waktu salat tiba, mereka meninggalkan begitu saja dagangan mereka di luar dan masuk ke masjid
untuk menunaikan salat.

4. PENUTUP

Sebagaimana telah dipaparkan diatas sebelum Islam masuk di Afrika Utara daerah itu
berada dibawah kekuasaan kekaisaran Romawi. Kaisar-kaisar Romawi dikenal dalam sejarah
sebagai penguasa-penguasa yang kejam, lalim dan berdarah penjajah.bermacam-macam
pungutan pajak yang sangat memberatkan rakyat mereka ambil secara sewenang-wenang mulai
dari pajak yang diwajibkan atas tiap jiwa, ada pajak pakaian, pajak perabot rumah tangga,
bahkan ada pajak orang mati.

Anda mungkin juga menyukai