Anda di halaman 1dari 13

ISLAM DI AFRIKA

I. SEJARAH PENYEBARAN

Islam memasuki daratan Afrika dimulai sejak pemerintahan Khalifah Umar bin Khatthab
menguasai Mesir. Kemudian, pada pemerintahan Usman bin Affan, tepatnya pada 35 H,
perluasan kekuasaan Islam sampai ke Tripoli, bahkan mencapai beberapa kawasan Tunisia.

Proses perluasan wilayah kekuasaan wilayah Islam sempat berhenti berkenaan dengan
terbunuhnya Khalifah Utsman pada 36 H. Pada saat Muawiyah bin Abi Sofyan berkuasa penuh
di Damaskus, reorganisasi pemerintahan terus diupayakan, termasuk kelanjutan perluasan
wilayah kekuasaan Islam di daratan tanah Maghribi. Dengan diangkatnya Amr bin Ash sebagai
gubernur Mesir, kebijaksanaan memperluas wilayah kekuasaan Islam dihimpun kembali. Pada
50 H, sebuah kawasan (yang akhirnya dikenal dengan nama Qairawan) yang terletak di wilayah
Afrika Utara dapat dikuasai oleh kaum Muslimin di bawah pimpinan Uqbah bin Nafi. Qairawan
terletak sekitar 156 km dari ibu kota Tunisia. Kata "Qairawan" berasal dari bahasa Persia yang
diserap ke dalam bahasa Arab, berarti "tempat penyimpanan peluru", "tempat turunnya pasukan
tentara", "waktu istirahat kafilah" atau "tempat perkumpulan orang pada waktu perang."

Pemilihan lokasi kota Qairawan dilakukan oleh Uqbah bin Nafi atas pertimbangan strategis.
Suatu ketika, ia pernah berkata kepada sahabat-sahabatnya, "Penduduk negeri ini tidak memiliki
moral yang jelas. Bila mendapat tekanan pedang (senjata), mereka akan memeluk Islam, tetapi
bila umat Islam pergi, mereka kembali ke tradisi dan memeluk agama lamanya. Saya tidak
melihat perlunya umat Islam tinggal bersama mereka. Saya justru berpendapat perlu membangun
sebuah kota yang akan menjadi tempat tinggal umat Islam penduduk setempat." Para sahabat itu
pun membenarkan pendapatnya.

Dibangunnya kota Qairawan merupakan permulaan sejarah peradaban Islam di Arab Magribi.
Qairawan pernah memainkan dua peran dalam satu waktu: perang dan dakwah. Dari kota itu
pasukan tentara Islam keluar melakukan penaklukan dan pembebasan, sementara para fuqaha
menyebar ke pelosok negeri untuk mengajarkan bahasa Arab dan agama Islam. Di Qairawanlah,
Uqbah bin Nafi membangun tempat pemukiman baru bagi kaum Muslimin, bahkan kawasan
tersebut kemudian dijadikan sebuah garnisun yang sekaligus berfungsi sebagai pusat kegiatan
administrasi pemerintahan, pertahanan dan kegiatan keagamaan. Setelah keadaan terkuasai
sepenuhnya serta mendapat dukungan dari kalangan luas pada 50 H, Uqbah membangun masjid
yang kini terkenal dengan sebutan Masjid Qairawan. Masjid Qairawan memainkan peranan
penting dalam bidang pendidikan. Selama abad kedua dan ketiga Hijrah, Qairawan bahkan
dianggap sebagai salah satu dari tiga pusat ilmu ke agamaan di samping Mekkah dan Madinah.

Salah satu bentuk perhatian Uqbah bin Nafi terhadap kota Kaerawan adalah apa yang
dilakukannya setelah selesai membangun kota itu. Ketika itu ia mengumpulkan sahabat-sahabat
dan tentara-tentara yang ikut bersamanya di kamp- kamp untuk diajak mengelilingi kota
Kaerawan. Lalu ia berdoa, "Ya Allah! Penuhilah kota ini dengan ilmu dan fikih. Ramaikanlah
dengan orang-orang yang taat dan beribadah kepada-Mu. Jadikanlah kota ini sebagai kebanggaan
agama-Mu dan kehinaan bagi orang yang ingkar kepada-Mu. Tinggikanlah Islam dengan kota
ini."

Ketika menyaksikan Uqbah bin Nafi membangun sendiri pondasi kota Kaerawan, penduduk
Barbar merasa kagum dengan pribadi keagamaan dan mental pengorbanannya demi Islam. Sikap
kagum mereka itu membawa dampak positif yang ditandai dengan datangnya sejumlah besar
penduduk kepada Uqbah untuk menyatakan keislaman dan bergabung ke dalam pasukan tentara
Islam. Selain itu, dari segi religius, kota Kaerawan mempunyai tempat tersendiri di hati umat
Islam setempat. Mereka menganggap Kaerawan sebagai kota suci yang tidak boleh dimasuki
kecuali oleh umat Islam.

Kegiatan ilmiah para ulama kenamaan Qairawan seperti As’ad bin Al-Furrat dan Sahnun di
selenggarakan di Masjid Qairawan, dan hingga kini masjid tersebut tetap tetap dianggap sebagai
pusat dan simbol keagamaan di Tunisia, kendati tidak lagi dianggap sebagai “tempat suci” pada
zamannya.

Bermula dari Qairawanlah, cahaya Islam segera dipancar luaskan untuk menerangi kawasan-
kawasan lainnya yang ada di Afrika. Terlebih setelah diangkatnya Musa bin Nushair sebagai
kepala pemerinthan Ifrikiyah pada 85 H. Dalam tempo kurang dari sepuluh tahun, Islam telah
berjaya di seluruh daratan Afrika. Masjid Zaitun di Tunisia didirikan pada awal abad VIII
Masehi, dan menjadi pusat pengajaran dan kegiatan Ilmiah sehingga dari masjid itulah
gelombang ke ilmuan memancar ke berbagai penjuru Afrika.

II. MASA KEJAYAAN

Kejayaan Islam di dataran Afrika pada umumnya dapat di bagi pada Empat zaman keemasan,
yaitu, masa Dinasti Murabithun, Dinasti Muwahidun, Dinasti Fatimiyah dan Dinasti Mamluk. Di
masa kemajuan, keempat dinasti besar ini mempunyai kejayaan masing-masing, terutama dalam
bentuk perluasan wilayah, literatur dan arsitek.

1. Dinasti Murabithun

Al-Murabithun atau al-Murawiyah (448-541) berkuasa di Maroko dan Spanyol yang didirikan
oleh Abdullah bin Yasin (1056-1059 M), Abu Bakar bin Umar (1059-1061 M), Yusuf bin
Tasyfin (1061-1107 M), Ali bin Yusuf (1107-1143 M), Ibrahim bin Tasyfin (1143-1145 M) dan
Ishaq bin Tasyfin (1145-1147 M).

Namun kemajuan dan kejayaan yang dicapai oleh Al-Murabithah ialah ketika gerakan itu
dipimpin oleh Yusuf bin Tasyfin sejak tahun 453-498 H (1061-1106 M). Yusuf menjadi satu-
satunya penguasa Al-Murabithah yang merupakan Daulah Barbar pertama yang mampu
menguasai sebagian besar daratan Afrika Utara bagian Barat. Namun, di lain pihak, masa
tersebut sedang terjadi reconguista Kristen. Pemimpin Kristen yang berkuasa ketika itu adalah
Alfonso IV yang memerintah Leon dan Castile. Tepatnya pada tahun 1086 M, M Yusuf bin
Tasyfin dan bala tentaranya menelusuri Spanyol bagian selatan untuk memerangi Alfonso IV.
Dalam pertempuran di Zallaga dekat Badajoz, Yusuf mampu mengalahkan tentara Castile dan
Alfonso tewas dalam pertempuran tersebut. Namun, Yusuf merasa kecewa, karena tidak
sekaligus dapat menguasai Badajoz bahkan Toledo pun masih dalam kekuasaan orang-orang
Kristen. Kemenangan ini adalah merupakan titik awal penaklukanny0061 di Spanyol. Sejak saat
itu Yusuf bin Tasyfin memakai gelar amir al-mukminin, walaupun masih tetap mengakui
kekhalifahan Bani Abbas di Bagdad.

Pada Tahun 1090 M, Yusuf bin Tasyfin beserta tentaranya kembali ke Andalusia. Serangan
pertama dilakukan ke Aledo markas tentara Castile sehingga dalam waktu yang tidak terlalu
lama, Aledo dapat dikuasai. Kedatangannya untuk yang kedua kalinya ke Andalusia membuat
Yusuf bin Tasyfin sadar bahwa kelemahan politik dan keruntuhan moral rakyat Al-Mu’tamid
(Raja Sevilla), mengharuskan Al-Murabithah menguasai Andalusia. Yusuf bin Tasyfin kemudian
meminta kepada para Ulama di Granada dan Malaga untuk mengeluarkan fatwa yang
menyatakan bahwa penguasa Muslim di Andalusia tidak cakap dalam menjalankan pemerintahan
karena telah menyeleweng dari ajaran Alquran. Fatwa itu ternyata mendapat dukungan dari para
ulma Timur, termasuk ulama yang sangat terkenal bernama Al-Gazali. Fatwa tersebut dijadikan
dasar oleh Yusu bin Tasyfin untuk menguasai Andalusia dan para penguasa yang tidak bersedia
wilayahnya dikuasai Al-Murabithah, maka akan di perangi. Ternyata tekad Yusuf tidak hanya
menghapuskan kekuasaan Kristen dan raja-raja kecil Muslim di Spanyol, tetapi ia bermaksud
agar Spanyol menjadi bagian dari kekuasaan Al-Murabithah di daratan Afrika Utara.

Hal ini terbukti pada tahun 1090 M Granada dikuasai tanpa peperangan. Kemudian pada tahun
selanjutnya Cordova dapat dikuasainya dan menjadikannya ibu kota kedua disamping Maroko
yang berkedudukan di Afrika Utara. Selanjutnya seluruh wilayah di Spanyol selatan dapat di
taklukkan, dari sini kemudian ia terus kewilayah Spanyol Utara hingga pada akhirnya pada tahun
1094 M kota Badajoz dapat dikuasainya. Pada tahun 1095 M giliran Sevilla dikuasainya, bahkan
Al-Mu’tamid bin Abbad ditangkap, kemudian di buang ke Afrika Utara. Upaya penaklukan tidak
berhenti disini, tetapi terus dilaklukan dengan kemenangan demi kemenangan hingga pada tahun
1102 M Valensia dapat direbut. Pada tahun 1107 M Saragosa pun akhirnya ditaklukkan.

Kemajuan yang dicapai Al-Murabithah di bawah pimpinan Yusuf bin Tasyfin selain perluasan
wilayah, juga dalam bidang kebudayaan, perekonomian dan perdagangan serta kesusastraan.

2. Dinasti Muwahidun

Al-Muwahhidun berdiri di Maroko dan Spanyol tahun 1130-1269 M sebagai protes atas mazhab
Maliki yang kaku. Pendirinya ialah al-Mahdi ibnu Tumart merupakan orang Barbar yang berlaku
zuhd serta menerima kesetiaan dari suku Masmudah dan beribu kota di Marakesy yang didirikan
oleh dinasti al-Murabithun. Para pengikut ibnu Tumart memanggilnya dengan Al-Mahdi karena
ia di anggap sebagai imam yang ditunggu, menurut tradisi Syi’ah dan menisbahkan keturunan
Nabi SAW. melalui dinasti Idrisiyah yang telah berkuasa di wilayah itu sebelumya. Dinamakan
al-Muwahidun karena mereka menganggap yang paling mengesakan Allah di antara umat Islam
yang lain, dan ajaran tauhid atau ke-Maha Esa-an Allah itulah yang diutamakan diajarkan kepada
para pengikutnya oleh ibnu Tumart.

Dari Afrika Utara mereka melangkah ke Spanyol dan menguasai wilayh-wilayah Muslim yang
berpusat di Seville di bawah Abdul Mu’min, disamping menaklukkan Tunis dan Tripoli di
Afrika Utara. Di masanya wilayah tersebut menjadi kuat dan makmur, kekuasaan mereka yang
luas itu ingin di perluas lagi hingga menjangkau Mesir di bawah Fatimiyah yang sudah mulai
lemah, namun maksudnya itu tidak tercapai.

Berbagai kemajuan yang telah dicapai oleh Daulah Al-Muwahhidun diantaranya adalah sebagai
berikut :

1. Dalam bidang politik, telah mampu menguasai wilayah kepulauan Atlantik sampai ke
daerah teluk Gabes di Mesir dan Andalusia.
2. Dalam bidang ekonomi, mereka telah berhasil menjalin hubungan perdagangan dengan
beberapa daerah di İtalia, seperti perjanjian perdagangan dengan Pisa pada tahun 1154 M,
Marseie, Voince dan Sycilia pada tahun 1157 M yang berisikan ketentuan tentang
perdagangan, izin mendirikan gudang, kantor. Loji dan bentuk-bentuk pemungutan pajak.
3. Dalam bidang arsitektur, mereka banyak menghasilkan karya-karya dalam bentuk
monumen, seperti Giralda, menara pada masjid Jami Sevilla, Bab Aguwnaou dan Al-
Kutubiyah, menara yang sangat megah di Marakiyah serta menara Hasan di Rabbath.
4. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat, banyak melahirkan orang-orang terkenal,
seperti: Ibrahim bin Malik bin Mulkun, seorang pakar Alquran dan ilmu Nahwu. Al-
Hafidz Abu Bakar bin Al-Jad, seorang ahli fiqh. Ibnu Al-Zuhr, seorang ahli kedokteran.
Ibnu Tufail dan Ibnu Rusyd adalah filusuf Muslim yang sangat terkenal.

3. Dinasti Fatimiyah

Dinasti Fatimiyah berdiri tahun 909-1171 M semula Diafrika Utara, kemudian di Mesir dan
Syria. Dinasti ini beraliran Syi’ah Isma’ıliyah, dan pendirinya, yakni Ubaidillah al-Mahdi yang
datang dari Syria ke Afrika Utara menisbahkan nasabnya hingga Fatimah binti Rasulullah SAW.,
istri Ali bin Abi Thalib. Oleh karenana dinamakan dinasti Fatimiyah, walaupun kalangan Sunni
meragukan asal-usulnya sehingga mereka menamakannya al-Ubaidiyyun sebagai ganti dari
Fatimiyyun. Ubaidillah dapat mengalahkan para penguasa di Afrika Utara, yakni Aglabiyah dan
Aljazair, Rustamiyah yang Khawarij di Tahart, dan Idrisiyah di Fez. Pusat pemerintahannya
pertama kali ialah di al-Mahdiyah, sekitar Qairawan, dan mengembangkan sayapnya disamping
ke barat juga ke timur, serta menguasai Mesir. Di negeri itulah mereka mendirikan kota baru
yang bernama Kairo, Al-Qahirah, berarti yang berjaya, atas prakarsa panglima perangnya Jauhar
as-Siqili (as-Saqili), seorang keturunan dari pulau Sicilia di Laut Tengah yang pernah dikuasai
oleh Islam, kemudian menundukkan Paletina dan Syria.
Kemajuan Daulah Fatimiyah tercapai pada masa kekhalifahan Al-Aziz yang bijaksana di
antaranya adalah sebagai berikut:

1. Bidang Pemerintahan, bentuk pemerintahan pada masa ini dianggap sebagai pola baru
dalam sejarah Mesir. Dalam pelaksanaannya Khalifah adalah kepala yang bersifat
temporal dan spiritual. Pengangkatan dan pemecatan pejabat tinggi berada di bawah
kontrol kekuasaan khalifah.

2. Filsafat, Dalam menyebarkan tentang ke-Syiah-annya, Dinasti Fatimiyah banyak


menggunakan filsafat Yunani yang mereka kembangkan dari pendapat-pendapat
Plato, Aristoteles dan ahli-ahli filsafat lainnya.

3. Keilmuan dan Kesusastraan, seorang ilmuan yang paling terkenal pada masa Fatimiya
adalah Yakub ibnu Killis. İa berhasil membangun akademi-akademi keilmuan yang
menghabiskan ribuan dinar per bulannya.

4. Ekonomi dan Sosial, dibawah Dinasti Fatimiyah, Mesir mengalami kemakmuran


ekonomi dan vitalitas kultural yang mengungguli İrak dan daerah-daerah lainnya.
Hubungan dagang dengan Dunia non-Islam dibina dengan baik, termasuk dengan
India dan negeri-negeri Mediterania yang beragama Kristen. Disamping itu, dari
Mesir ini dihasilkan produk industri dan seni Islam yang terbaik. Dalam hubungan
sosial para Khalifah sangat dermawan dan sangat memperhatikan warga mereka yang
non-Muslim. Di bawah pemerintahannya, orang-orang Kristen diperlakukan dengan
baik, apalagi pada masa Al-Aziz. İa adalah seorang khalifah Fatimiyah yang sangat
menghargai orang-orang non-Muslim. Orang-orang Sunni pun menikmati kebebasan
bernegara yang dilasanakan khalifah-khalifah Fatimiyah sehingga banyak di antara
da’i-da’i Sunni yang belajar di Al-Azhar

4. Dinasti Mamluk

Dinasti Mamluk di Mesir adalah dinasti terakhir di Dunia Arab untuk abad pertengahan (1250-
1800 M). Mamluk atau mamlik (jamak), secara harfiah berarti budak-budak yang dimiliki.
Mereka adalah orang-orang Turki yang direkrut oleh Ayyubiyah di masa al-Malik as-Salih
Najmuddin. Mereka terdiri dari dua kelompok, yakni Mamluk Bahri dan Mamluk Buruj. Yang
pertama adalah karena tempat tinggal mereka di Pulau ar-Raudah yang terletak seakan di laut
(Arab, bahr), yang ada disungai Nil, dan yang kedua adalah karena mereka menempati benteng
(Arab, burj) di Kairo. Kaum Bahri berasal dari Qipchaq, Rusia Selatan, yang merupakan
percampuran antara Mongol dan Kurdi, sedangkan Buruj adalah orang-orang Circassia dari
Caucasus.

Dinasti Mamluk berjaya dalam menghadapi ekspansi Mongol ke arah barat. Pasukan dari timur
yang telah membumihanguskan Bagdad itu dipukul oleh Mamluk di bawah pimpinannya, Qutuz
dan Baybars di ‘Ain Jalut tahun 1260 M. Mamluk juga dihormati oleh dunia Islam saat itu
karena berhasil menghalau tentara salib dari pantai Syro-Palestina, untuk kemudian
mengembangkan kekuasaannya ke barat hingga Cyrenaica, ke utara gunung Taurus, Mubia dan
Massawa dan ke selatan melindungi kota-kota suci di Arabia.

Kemajuan/kejayaan yang dicapai pada Dinasti Mamluk dicapai pada masa pemerintahan sultan
Baybar (1260-1277 M). Atas kejayaan yang dicapai pada masa Baybar ini sehingga Philip K.
Hitti (sejarawan) menyebut Baybar Al-Bunduk sebagai pembangun hakiki Dinasti Mamluk dan
sultan yang terbesar. Diantara kemajuan yang dicapai adalah sebagai berikut.

1. Bidang Kemiliteran dan Perintahan. Dalam rangka menangkis ancaman dari dalam dan
luar negeri, Baybar secara sungguh-sungguh melakukan konsolidasi di bidang
kemiliteran dan pemerintahan. Kaum elit militer ditempatkan pada kelompok politik elit
dan jabatan-jabatan penting dipegang oleh anggota militer yang berprestasi. İa
mengetahui benar bahwa masyarakatnya yang mayoritas Sunni menginginkan
kesultanannya mendapat pengesahan keagamaan dari khalifah. Untuk itu, ia melakukan
bai’at terhadap Al-Muntasir, khalifah keturunan Abbas yang berhasil melarikan diri ke
Syria ketika Khulagu menghancurkan Bagdad.
2. Bidang Ekonomi. Kemajuan dalam bidang ekonomi yang dicapai oleh Dinasti Mamluk
lebih besar diperoleh dari sektor perdagangan dan pertanian. Disektor perdagangan,
pemerintah Dinasti Mamluk memperluas hubungan dengan yang telah dibina sejak masa
Fatimiyah misalnya, dengan membuka dagang dengan İtalia dan Prancis. Untuk
mendukung kelancaran sektor ini Dinasti Mamluk memperbaiki sarana transportasi untuk
memperlancar perjalanan pedagang-pedagang terutama antara Kairo dan Damaskus.
Dalam sektor pertanian, pemerintah mengambil kebijaksanaan pasar bebas kepada petani.
Artinya, petani diberi kebebasan untuk memasarkan sendiri hasil pertaniannya.
3. Bidang İlmu Pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini antara lain
sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agama.
4. Bidang Arsitektur. Devisa negara yang melimpah pada masa Dinasti Mamluk
memungkinkan mereka untuk mendirikan bangunan-bangunan yang megah dan indah.
Sejak masa pemerintahan Qolawun (1293-1294 M), sultan-sultan Mamluk telah terbiasa
memperindah dan memperkuat bangunannya dengan batu-batu benteng, batu kapur dan
batu api yang diambil dari dataran tinggi Mesir.
NEGARA-NEGARA İSLAM (DI AFRIKA)

Tunisia

Republik Tunisia (bahasa Arab: ‫ )الجمهرية التونسية‬adalah sebuah negara Arab Muslim di Afrika
Utara, tepatnya di pesisir Laut Tengah. Tunisia berbatasan dengan Aljazair di sebelah barat, dan
Libya di selatan dan timur. Di antara negara-negara yang terletak di rangkaian Pegunungan
Atlas, wilayah Tunisia termasuk yang paling timur dan terkecil. 40% wilayah Tunisia berupa
padang pasir Sahara, sisanya tanah subur.

Sungguh eksotik. Perpaduan budaya beberapa bangsa di dunia telah membuat Tunisia sedikit
berbeda dengan bangsa-bangsa di sekitarnya. Warna lain begitu kental memengaruhi kehidupan
negara ini sehingga membuatnya sedikit berbeda dengan negara Arab lainnya di Afrika Utara.
Perpaduan berbagai budaya berbeda tersebut paling tidak terlihat dari banyaknya peninggalan
peradaban masa lampau di berbagai kawasan di negara dengan luas 164.150 kilometer persegi
itu. Kuatnya pengaruh budaya asing di negara berpenduduk sekitar 10 juta itu saat ini adalah
pemakaian bahasa Perancis sebagai bahasa kedua sehari-hari selain bahasa Arab.
Peninggalan sejarah lain di Tunisia yang dapat disaksikan tentu saja tentang perjalanan
penyebaran agama Islam di Afrika itu sendiri. Selain di kawasan kota tua Medina, lokasi penting
lain adalah di kota Kairouan (153 kilometer selatan Tunis). Kota bersejarah ini didirikan Uqbah
bin Nafi RA, salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yang memimpin penyebaran Islam
di benua Afrika pada tahun 670 Masehi atau 50 Hijriah.
Wisatawan dapat melihat peninggalannya berupa masjid tertua di Afrika, yang dinamai Masjid
Uqbah bin Nafi. Sumber lain menyebut, masjid ini adalah masjid tertua kedua di benua Afrika
setelah masjid Amr bin Asd di Fushfat, Mesir. Peninggalan lain di Kairouan yang sekarang
menjadi pusat pendidikan agama Islam di Tunisia adalah kompleks makam sahabat Abu Zam’a
Balawi. Kairouan juga dikenal sebagai daerah penghasil kerajinan permadani.
Para penyebar agama Islam di Afrika itu masuk ke Kairouan melalui Sousse (143 kilometer
selatan Tunis), kota di pesisir timur Tunisia.
Banyaknya peninggalan masa lalu dapat dengan mudah dijumpai, bahkan di pusat kota Tunis,
ibu kota Tunisa, sekalipun. Saat berjalan-jalan di dua jalan utama pusat kota, yakni Habib
Bourguiba Avenue dan Avenue de France, pengunjung dapat langsung bertemu dengan salah
satu peninggalan itu, yakni Bab Bahr atau lebih dikenal dengan sebutan Pourte de France.
Ini adalah pintu masuk menuju Masjid Ezzitouna yang dibangun pada tahun 732 Masehi oleh
Ubaidillah bin al-Habhab, Gubernur Afrika pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik
dari Dinasti Umayyah. Masjid di tengah pasar di kota tua Medina ini punya nilai sejarah sebagai
pusat dakwah Islam.
Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Tunis menyempatkan diri melihat Masjid
Ezzitouna, selain berbelanja suvenir di kawasan Medina.

Tanzani

TANZANIA, dulu disebut Tanganyika, adalah negara cantik yang terletak di Afrika bagian
Timur, beriklim tropis. Selain memiliki danau yang sangat terkenal yaitu Danau Tangayika, di
sana juga terletak gunung tertinggi di Afrika, yaitu Gunung Kilimanjaro (5.985 m). Panorama
alam ini diperkaya lagi oleh taman nasional margasatwa yang sangat elok dan banyak dikunjungi
oleh turis, baik domestik maupun mancanegara. Berbatasan dengan banyak negara - antara lain:
Kenya, Uganda, Rwanda, Burundi, Congo, Zambia, Malawi, dan Mozambique - Tanzania terdiri
dari tiga pulau besar yaitu pulau Zanzibar, pulau Pemba dan pulau Mafia.

Luas Tanzania adalah 945.087 km2, jumlah penduduk sekitar 36 juta jiwa, terbagi 130 suku
dalam ras Bantu. Angka pertumburian penduduk rata-rata 1,72% per tahun. angka kelahiran 39,5
per seribu dan angka kematian 17,38. Agama yang dianut: Islam (35%), Kristen (30%), sisanya
masih Animisme Konsentrasi penduduk Muslim terdapat di Zanzibar, yaitu sekitrar 95% dari
total penduduknya.

Bahasa nasional mereka adalah Kiswartili atau Swahili, bahasa ibu ras Bantu yang
perbendaharaan kosakatanya banyak berasal dari bahasa Arab, mengingat bahasa itu semula
adalah bahasa komunitas Muslim di Afrika Timur, yang akhirnya banyak digunakan oleh negara-
negara Afrika bagian tengah dan timur. Selain bahasa Swahili, digunakan juga bahasa Inggris
dan bahasa Arab. Bahasa Inggris banyak digunakan di lingkungan perekonomian, administrasi
dan pendidikan tinggi, sedangkan bahasa Arab banyak digunakan di pulau Zanzibar.

Islam masuk ke Afrika Timur (Tanzania, Uganda dan Kenya) pada abad ke-8 M. Para arkeolog
telah menemukan beberapa peninggalan Islam, antara lain koin emas, perak dan tembaga terbitan
tahun 830, dan sebuah masjid tertua di Kizimkazi, tenggara Zanzibar, dibangun pada tahun 1007.
Ibn Batuta pernah berkunjung ke Tanzania dan Zanzibar pada 1332 dan menyatakan bahwa
sebagian besar penduduk pantai Afrika Timur adalah Muslim, dan bahasa Arab dijadikan sebagai
bahasa literatur dan perdagangan. Bahkan ketika itu, Lautan India disebut Bahru! Muslim
(Lautan Muslim).

Sultan Sayyid Said dari Dinasti Busaid yang berkedudukan di Muscat, Oman, pernah memim-pin
Zanzibar seiama 132 tahun (1700-1832). Pengaruh kesultanan berkembang hingga mencapai
Kenya dan negara-negara pantai timur Afrika lainnya.

Waktu itu bahasa Arab diadopsi oleh penduduk asli Tanzania dan Zanzibar (ras Bantu) menjadi
bahan dasar bahasa lokal, Swahili. Bahasa ini kemudian berkembang sebagai bahasa komimitas
Muslm Afrika Timur, diadopsi oleh banyak negara lain, antara lain Kenya, Uganda, Kongo,
Madagaskar, Mauritius, dan beberapa suku di Afrika tengah dan barat. Mereka menyebutnya
sebagai Bahasa Afrika Islam (Afro-Islamic Language). Kini bahasa Swahili menjadi salah satu
dari tujuh bahasa utama di dunia.

Membicarakan Islam di Tanzania, tak lepas dari peran Zanzibar sebagai tempat bermulanya
Islam menyebar di Afrika Timur. Ketika itu dakwah Islam dipelopori oieh Syeikh Muhyidin bin
Abdullah al-Qahtany (1789-1869). Beliau adalah Perdana Menteri sekaligus Hakim Ketua (Chief
Qadhi) di Zanzibar pada pemerintahan Sultan Said bin Sultan. AI-Qahtani. la banyak menulis
buku dalam bahasa Arab, antara iain/l/-Sulwa fi Akhbar Kilwa dan Takalibun al-Haruf. Buku
yang disebut terakhir ini sangat terkenal di Barat, karena membahas mengenai grammar bahasa
Arab (nahwu)

Sudan

Negara di Afrika Tengah bagian timur ini, tak bisa dikesampingkan dari peta dunia Islam.
Pertama, karena Sudan merupakan negara terluas di benua Afrika. Kedua, Sudan memiliki tokoh
muslim terkemuka yang menggagas penerapan syariat Islam di sana, Dr. Hassan Turabi.
Sayangnya, sejak merdeka dari Inggris pada 1 Januari 1956, negara besar ini tak pernah lepas
dari konflik internal perebutan kekuasaan.

Pertikaian dan perebutan kekuasaan, sudah mewarnai Sudan sejak ribuan tahun silam. Yaitu saat
Raja Aksum dari Ethiopia, menghancurkan ibu kota Kerajaan Kush, Meroe. Kota tua itu
dibangun raja-raja dari dinasti Mesir yang pertama datang ke Sudan Utara, sekitar tahun 4000
SM. Selanjutnya berdirilah dua kerajaan baru yaitu Maqurra dan Alwa. Pada tahun 1500-an,
Maqurra jatuh ke tangan orang-orang Arab bersamaan dengan masuknya Islam ke Sudan.
Setelah melakukan perkawinan campuran dengan suku Funj, orang Arab muslim menghancurkan
Alwa. Selanjutnya dinasti Funj berkuasa hingga 1821.

Selanjutnya Sudan dikuasai Turki yang saat itu berada di bawah kekuasaan Mesir yang
dibacking oleh Inggris. Gubernur Jenderal Muhammad Ali, memerintah secara keras. Rakyat
setempat baru dilibatkan dalam pengambilan keputusan saat Muhammad Ali digantikan Ali
Khursid Agha.

Hingga 1881, tak ada pemimpin yang mengorganisasi upaya perjuangan kemerdekaan Sudan,
sampai akhirnya muncul figur Muhammad Ahmad. Pasukannya berhasil menguasai Khartoum
pada 26 januari 1885. Namun perjuangan itu dipatahkan oleh pasukan Mesir-Inggris.
Kemerdekaan Sudan diperoleh tiga tahun setelah pada Februari 1953, Mesir dan Inggris
menyepakati pemberian hak untuk mengatur pemerintahan sendiri.

Pemerintahan di wilayah seluas 2,5 juta km2 dengan penduduk 29 juta itu sendiri tak pernah
benar-benar stabil. Perang saudara di Sudan merupakan konflik terpanjang dalam sejarah Afrika.
Pada 1972, pernah dicapai kesepakatan damai, tapi itu tak bertahan lama. Konflik menajam
antara pemerintah pusat di Sudan Utara yang mayoritas muslim dengan kelompok-kelompok
etnis di selatan yang dimotori Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA).

Islam memang menjadi agama yang dianut mayoritas (73 persen) penduduk Sudan. Sementara di
selatan, masih banyak yang menganut kepercayaan tradisional (16,7 persen). Sudan berbatasan
dengan Mesir dan Libya di utara, Zaire di selatan, Chad dan Ethiopia masing-masing di barat dan
timur. Pada Juni 1989, Jendral Omar Hassan Ahmad Al Bashir didukung oleh Dr. Hassan Turabi
melakukan kudeta tak berdarah atas pemerintahan presiden Jakfar Numeri. Dwi-tunggal Bashir
dan Turabi memimpin Sudan masing-masing sebagai presiden dan ketua parlemen. Besarnya
pengaruh Turabi sebagai ketua Partai Kongres Nasional, menimbulkan kecurigaan pada Bashir.

Pada Desember 1999, Bashir lantas membubarkan parlemen. Tak hanya itu, Turabi juga dipecat
dari jabatan ketua partai berkuasa. Turabi membalasnya dengan mendirikan partai baru. Demi
mengamankan kekuasannya, Bashir melakukan konsolidasi dan meminta dukungan negara
tetangga seperti Mesir, Libya dan negara Barat serta Amerika Serikat.

Negara-negara Barat, seperti juga Bashir, memang menilai Turabi sebagai tokoh berbahaya
dengan gagasannya menegakkan syariat Islam. Tak heran ketika Turabi masih berpengaruh,
Sudan diisolasi dari pergaulan dunia dengan berbagai tudingan miring seperti pelanggaran HAM
dan terorisme.

Pertikaian internal di Sudan yang tak kunjung henti, membuat perekonomian negara ini tak
berdaya. Apalagi tanah di Sudan utara sangat kering, kecuali sebagian wilayah di sekitar Sungai
Nil. Sementara lahan pertanian di Sudan selatan, tak produktif karena jauh dari jalan, pasar dan
tak tersentuh sarana transportasi.

Padahal Sudan memiliki potensi tambang berupa emas, bijih besi dan tembaga. Sedangkan
potensi pertaniannya adalah kapas, gandum, kacang tanah dan hewan ternak. Lonjakan
pertumbuhan ekonomi yang cukup berarti terjadi pada 1979, saat ditemukan deposit minyak
bumi di Sudan selatan yang kemudian dieksplorasi.

Kesenjangan Sudan utara dengan selatan nyata sekali. Secara etnis, keduanya juga memiliki
perbedaan. Sudan utara ditinggali oleh mayoritas keturunan Arab yang meliputi tiga perempat
penduduk Sudan. Maka bahasa Arab menjadi bahasa pengantar utama di Sudan. Sementara di
selatan orang Negro yang dominan dengan beragam suku.

Nigeria

Nigeria terletak di belahan Afrika Barat yang mempunyai keunikan luar biasa, antara lain
didiami oleh kurang lebih 250 suku, berpenduduk padat dan mempunyai keanekaragaman
agama, kepercayaan, dan budaya. Suku Hausa sebanyak 20% menguasai politik dan militer, suku
Yaruba 20% mengontrol pers dan keuangan, suku Ibo 17% menguasi tanah dan minyak, suku
Fulani 9% cenderung mengurusi diri sendiri.

Penduduk Nigeria terdiri dari bermacam-macam suku (250 suku), dan yang terbesar adalah suku
Hausa dan Fulani 29%, Yoruba 21%, Igbo (Ibo) 18%, Ijaw 10%, Kanuri 4%, Ibibio 3,5%, Tiv
2,5%. Jumlah penganut Islam 50%, Kristen 40% dan Animisme 10%.

Bahasa nasionalnya adalah Inggris, ditambah dengan bahasa lokal: Hausa, Yoruba, Igbo (Ibo)
dan Fulani.

Islam dianut oleh 50% dari total penduduk Nigeria, dan Islam mempunyai sejarah yang panjang,
dan hampir menguasai seluruh Nigeria pada abad ke-11 s/d abad ke-19, sebelum kolonial Inggris
menguasai Nigeria, khususnya Nigeria Utara. Penyebaran Islam di Nigeria dibagi dalam tiga
periode, yaitu periode Trans Sahara dan Afrika Utara, periode Atlantik dan periode
kemerdekaan.

Pada masa Trans Sahara dan Afrika Utara, bermula ketika Uqba ibn-Nafi’, sebagaimana
diceriterakan oleh Ibn Abdalhakam pada tahun 667 Masehi datang ke Sahara Tengah, dan
membuka rute perdagangan ke Kanem-Borno, Nigeria Utara, termasuk di dalamnya adalah
perdagangan budak. Pada saat itu, perdagangan budak Afrika sangat terkenal, dan mengundang
orang Barat untuk ikut ‘mencicipinya’. Rute perdagangan ini dilanjutkan oleh anak laki-l;aki
Uqba, yaitu Ubaidillah ibn al-Habhab sampai ke Kerajaan Ghana karena adanya perdagangan
emas, dan berlanjut sampai dengan abad ke-11. di samping melakukan perdagangan, para
pedagang Muslim juga memperkenalkan misi utama ajaran Islam, yaitu mengembangkan
perdamaian, keadilan dan kesejahteraan. Dengan cara demikian, akhirnya Islam dapat berbaur
dengan masyarakat setempat.

Islam berkembang sangat pesat di seluruh Afrika Barat, tidak hanya di Nigeria, sehingga bahasa
Arab dijadikan sebagai komunikasi internasional di kawasan itu sampai dengan abad ke-15,
seiring dengan kemenangan Islam di Andalusia (sekarang Spanyol). Ketika Portugis memasuki
Afrika Barat pada abad ke-15, dalam rangka perdagangan budak, maka penggunaan bahasa Arab
sebagai bahasa komunikasi mulai berkurang. Hal ini berlanjut sampai dengan masuknya Perancis
dan Inggris pada abad ke-19. Dua negara terakhir inilah yang akhirnya menguasai sebagian besar
wilayah Afrika Barat.

Kerajan Mali dan Songhay mempunyai peran sangat penting dalam mendorong berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam di Nigeria Utara yang dipelopori suku Hausa dan Fulani, antara lain di
Kano dan Katsina (abad ke-14 dan 16).
Masa orientasi Atlantic, Maroko menginvasi Kerajaan Mali-Songhay pada tahun 1591, namun
jauh sebelum itu, Kerajaan Otoman Turki telah lebih dulu menguasai Mesir dan Aljazair pada
tahun 1517 dan 1525. Pada saat bersamaan, muncul kerajaan baru di Benin, Oyo, Dahomey dan
Ashante, disusul kemudian kerajaan Bambara yang masih dikuasai oleh animisme. Komunitas
Muslimn di wilayah tersebut mulai mengadakan jihad. Jihad pertama dilakukan oleh Uthman
Don Fodiye pada tahun 1804 di Sokoto, yang meminta kepada pemerintah Sokoto yang dikuasai
oleh suku Hausa memberlakukan ajaran Islam. Peradagangan budak semakin menipis, dan Eropa
menghentikan kebutuhan akan budak, dan akhirnya kerajaan Oyo jatuh.
Di Nigeria banyak terdapat ratusan organisasi massa Islam (asosiasi), namun yang sangat
terkenal dan sering mewarnai kehidupan beragama di sana adalah:

 Aufi
Organisasi ini mempunyai pengaruh yang besar di Afrika Barat selama beberapa abad.
Misi pokoknya adalah menolak gerakan purifikasi Wahabi. Penyebaran organisasi
dilakukan melalui pendekatan sufi (Qadiriyah dan Tijaniyah). Uthman Don Fodiye dari
Sokoto adalah tokoh terkenal yang menganut paham ini
 Izala
Organisasi ini menolak gerakan Aufi, dan tokoh terkenal yang menjadi motor
penggeraknya adalah Abubakar Gummi, Grand Qadhi dari Nothern Region Nigeria.,
sekaligus menjadi simbul dan pemimpin ekstrim yang anti Kristen.
 Gerakan Maitatsine
Gerakan Maitatsine menganut paham Islam ekstrim dan sangat berpengaruh pada tahun
1960-1970, dan berlanjut pada penindasan brutal pada tahun 1980-an. Pendirinya adalah
Muhammad dari Marwa, Kamerun. Pada tahun 1980, 10.000 pengikut Maitatisme
membuat kerusuhan di Kano, namun akhirnya dapat diredam. Pada tahun 1982
mengadakan krusuhan serupa di Kaduna, tahun 1984 di Yola, dan 1985 di Gomba,
Bauchi State.
 The Nigerian Muslim Brotherhood (Syi’ah)
Gerakan ini dipimpin oleh Ibrahim Zakzaky dari Zaria. Gerakan ini mendapat inspirasi
dari para Ayatullah di Iran, Sayyid Qutb dan Hassan Al-Banna dari Mesir. Oleh karena
itu, paham Syi’ah sangat dijiwai oleh gerakan ini. Mereka menghendaki adanya
perubahan konstitusi, bendera dan lembaga-lembaga resmi negara sesuai dengan Syari’ah
 The Muslim Students Society
Organisasi ini didirikan di Lagos oada tahun 1954 oleh Babs Fatunwa. Berkembang
menjadi organisasi nasional dan menjadi anggota World Assembly of Muslim Youth
(WAMY). Gerakan ini tumbuh menjadi gerakan yang radikal yang menginginkan adanya
perubahan konstitusi yang dianggap sekuler.
 The Jama’atu Nasril Islam (JNI)
Organisasi ini didirikan pada Januari 1962 oleh Prof. Ahmadu Bello dari Sokoto. Beliau
menjadi tokoh kunci dan jurubicara Muslim Nigeria. Sampai dengan tahun 1966, beliau
aktif mempublikasikan makalah, dan pembangunan masjid. JNI sering konflik dengan
Aufi dan Izala.
 The Supreme Council for Islamic Affairs (SCIA)
Organisasi ini didirikan di Kaduna pada Januari 1973. Tujuan didirikannya organisasi ini
adalah untuk memenuhi kebutuhan Islam di seluruh Nigeria, melayani seperti menjadi
penghubung komunitas Islam untuk mengadakan kontak dengan pemerintah Nigeria
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan urusan Islam. Pengaruh politik sangat kental
(hebat) di tubuh SCIA, sehingga mereka sangat vokal bersuara tentang Syari’ah,
Organisasi Konferensi Islam (OIC) maupun kekerasan yang terjadi antara Islam dan
Kristen.

Berlakunya Syari’ah di Nigeria Utara

Untuk memberlakukannya Syari’ah di Nigeria, khususnya di Nigeria Utara terus menggema, dan
tokoh yang paling terkenal untuk memperjuangkannya adalah Ahmadu Bello.
Di Nigeria, ada 36 negara bagian, dan 12 Negara Bagian diantaranya (di sebelah utara) yang
menginginkan diberlakukannya Syariah. Ke-12 negara bagian tersebut adalah: Sokoto, Zamfara,
Katsina, Kano, Jigawa, Yobe, Borno, Kebbi, Niger, Kaduna, Bauchi dan Gombe.

Afrika Selatan
Republik Afrika Selatan atau Uni Afrika Selatan adalah sebuah negara di Afrika bagian
selatan. Afrika Selatan bertetangga dengan Namibia, Botswana dan Zimbabwe di utara,
Mozambik dan Swaziland di timur laut. Keseluruhan negara Lesotho terletak di pedalaman
Afrika Selatan.

Bermula dari aktivitas Syeikh Yusuf, VOC Belanda sangat khawatir dampaknya dalam bidang
agama dan politik di Nusantara. Keadaan bisa bergolak terus. VOC lalu mengambil keputusan
memindahkan Syeikh Yusuf ke Kaapstad di Afrika Selatan. Dalam usia 68 tahun, Syeikh Yusuf
beserta rombongan pengikutnya terdiri dari 49 orang tiba di Tanjung Harapan tanggal 2 April
1694 dengan menumpang kapal Voetboog. Di tengah perjalanan badai besar menghantam
sehingga membuat nakhoda Belanda, Van Beuren, ketakutan kapalnya akan tenggelam, tapi
berkat wibawa dan karisma Syeikh Yusuf dia bisa tenang dan selamat sampai di Kaapstad.
Akibat pengalaman tersebut, sang kapten memeluk agama Islam dan sampai sekarang
keturunannya yang semua Muslim masih ada di Afrika Selatan. Syeikh Yusuf ditempatkan di
Zandvliet, desa pertanian di muara Eerste Rivier, dengan tujuan supaya tidak bisa berhubungan
dengan orang-orang Indonesia yang telah datang lebih dahulu. Lokasi itu di Cape Town sekarang
dikenal sebagai Macassar. Bersama ke-12 pengikutnya, yang dinamakan imam-imam, Syeikh
Yusuf memusatkan kegiatan pada menyebarkan agama Islam di kalangan budak belian dan orang
buangan politik, juga di kalangan orang-orang Afrika hitam yang telah dibebaskan dan disebut
Vryezwarten.

MENYAMPAIKAN syiar Islam, memelihara dan mempertahankan agama Islam di kalangan


golongan Muslim merupakan perhatian dan aktivitas Syeikh Yusuf di Afrika Selatan. Sebagai
sufi, dia mengajarkan tarekat Qadiniyyah, Shattariyyah, dan Rifaiyyah di kalangan Muslim
Afrika Selatan. Dia meninggal dunia tanggal 22 Mei 1699 dan dimakamkan di Faure, Cape
Town. Makamnya terkenal sebagai Karamah yang berarti 'keajaiban, mukjizat'. Sultan Gowa
meminta kepada VOC supaya jenazah Syeikh Yusuf dibawa ke Tanah Airnya. Dia tiba di Goa 5
April 1705 dan dimakamkan kembali di Lakiung. Seperti makamnya di Faure, makamnya di
Makkasar juga banyak diziarahi orang. Fakta bahwa Syeikh Yusuf memiliki dua makam
menimbulkan spekulasi. Sejarawan De Haan percaya Belanda mengirimkan kerangka Syeikh
Yusuf ke Makassar dan karena itu makamnya di Faure telah kosong. Di pihak lain, tulis Prof
Azyumardi Azra dalam makalahnya, orang-orang Muslim di Cape percaya hanyalah sisa sebuah
jari tunggal dari Syeikh Yusuf yang dibawa kembali. Spekulasi ini mungkin ada benarnya
mengingat sebuah legenda di Goa mengenai jenazah Syeikh Yusuf yang dimakamkan kembali.
Menurut legenda, pada mulanya hanya sejemput abu yang mungkin sisa-sisa jarinya yang
dibawa dari Afrika Selatan. Tapi abu itu bertambah terus sampai mengambil bentuk seluruh
badan penuh Syeikh Yusuf tatkala tiba di Goa. Dr Nabilah Lubis berkata kepada saya, soalnya
adalah apakah yang tiba di Goa, kerangka atau keranda?

BUKTI-BUKTI PENINGGALAN SEJARAH

Banyaknya peninggalan masa lalu dapat dengan mudah dijumpai, bahkan di pusat kota Tunis,
ibu kota Tunisia, sekalipun. Saat berjalan-jalan di dua jalan utama pusat kota, yakni Habib
Bourguiba Avenue dan Avenue de France, pengunjung dapat langsung bertemu dengan salah
satu peninggalan itu, yakni Bab Bahr atau lebih dikenal dengan sebutan Pourte de France.

Ini adalah pintu masuk menuju Masjid Ezzitouna yang dibangun pada tahun 732 Masehi oleh
Ubaidillah bin al-Habhab, Gubernur Afrika pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik
dari Dinasti Umayyah. Masjid di tengah pasar di kota tua Medina ini punya nilai sejarah sebagai
pusat dakwah Islam.

Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Tunis menyempatkan diri melihat Masjid
Ezzitouna, selain berbelanja suvenir di kawasan Medina.
Wisatawan dapat melihat peninggalannya berupa masjid tertua di Afrika, yang dinamai Masjid
Uqbah bin Nafi. Sumber lain menyebut, masjid ini adalah masjid tertua kedua di benua Afrika
setelah masjid Amr bin Asd di Fushfat, Mesir. Peninggalan lain di Kairouan yang sekarang
menjadi pusat pendidikan agama Islam di Tunisia adalah kompleks makam sahabat Abu Zam’a
Balawi. Kairouan juga dikenal sebagai daerah penghasil kerajinan permadani.

Mesjid Raya Qarawiyin, Maroko

Mesjid ini dibangun oleh Idris II pada masa Daulat Idrisia tahun 192 H/806 M di Fez, Moroko.
Mesjid ini adalah salah satu tanda peradaban Islam, pusat peribadatan dan universitas termaju
dalam sejarah Islam. Sekarang universitas ini telah berubah menjadi universitas moderen yang
mengajarkan ilmu-ilmu Islam dan ilmu pengetahuan moderen. Bangunan mesjid ini memiliki
keistimewaan karena beratapkan marmer. Mimbarnya termasuk mimbar yang terindah yang
terkenal sampai sekarang. Mesjid ini merupakan monster arsitek perpaduan Maroko-Andalusia.
Dalam komplek mesjid ini terdapat perpustakaan yang cukup besar. Banyak negara yang ikut
berperan dalam proyek renovasi yang dilakukan oleh beberapa penguasa di Maroko.

Mesjid Raya Sousse, Tunisia

Mesjid ini dibangun di Tunisia oleh Abul Abbas Abdullah bin Ibrahim bin Ahmad Al-Aghlabi
dari Dinasti Aghaliba tahun 236 H/850 M। Mesjid ini termasuk mesjid tua tercantik dan terindah
yang masih tinggal dan merupakan salah satu lambang keagungan sejarah arsitektur mesjid
dalam Islam. Mihrab mesjid ini terbuat dari kayu yang dapat digerakkan yang merupakan salah
satu peninggalan klasik dalam sejarah arsitektur Islam. Mihrab ini mirip dengan mihrab mesjid
Zaitunah di Tunisia dan Mesjid Raya di Aljazair.

Mesjid Raya Qairawan, Tunisia

Mesjid ini dibangun oleh Uqbah bin Nafi` di kota Qairawan tahun50-55 H/670-675 M, pada
masa pemerintahan Daulat Umaiah. Mesjid inipernah direnovasi oleh Hasan bin Nukman,
Gubernur Maroko pada masaAbdul Malik bin Marwan. Beliau membangun menara di pojok-
pojok pagarnya, sehingga mirip seperti benteng pertahanan. Mesjid ini
adalah salah satu dari empat mesjid raya pertama।

Mesjid Kampus Universitas Al-Azhar, Mesir

Mesjid ini dibangun oleh Panglima Jauhar Assiqilli di Kairo antara tahun 359-361 H/970-972 M.
atas perintah khalifah Muiz Lidinillah, dari Daulat Fatimiah. Mesjid ini adalah mesjid Islam yang
paling terkenal sekaligus mesjid kampus terbesar. Mesjid ini dinamakan Al-Azhar sebagai
isyarat kepada Zahra, julukan Fatimah, putri Rasulullah saw. Pada masa Daulat Mamalik, untuk
pertama kali mesjid ini berfungsi sebagai universitas dan pada tahun 1961 M berubah menjadi
universitas moderen yang memiliki beberapa fakultas. Al-Azhar dianggap sebagai poros
pemikiran Islam, politik dan ilmu-ilmu agama di Mesir dan dunia Islam. Mesjid ini memiliki
lima menara dengan bermacam-macam tipe dan tiga mimbar. Di dalamnya terdapat perpustakaan
yang sangat besar. (Muhammad Taufiq)

Refrensi :

1. Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Budaya Arab, 1997


2. Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, 2004

3. Fuad Moh, Fachruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam, 1985

Anda mungkin juga menyukai