Anda di halaman 1dari 13

DINASTI MURABITHUN

A. Proses Berdiri dan Berkembangnya Dinasti Murabithun

Murabithun adalah salah satu dinasti Islam yang berkuasa di Maghribi. Nama
Murabithun berkaitan erat dengan nama tempat tinggal mereka (ribat, semacam madrasah).
Mereka biasa juga diberi sebutan al-mulassimun (pemakai kerudung sampai menutupi
wajah). Asal usul dinasti dari Lemtuna, salah satu puak dari suku Senhaja. Berawal dari 1000
anggota pejuang. Diantara kegiatan mereka adalah menyebarkan agama Islam dengan
mengajak suku-suku lain menganut agama Islam seperti yang mereka anut. Mereka
mengambil ajaran mazhab Salaf secara ketat. Wilayah mereka meliputi Afrika Barat Daya
dan Andalus. Pada mulanya gerakan keagamaan yang kemudian berkembang menjadi religio
militer.

Dalam meyiarkan Islam dengan sebutan al-Mulassimun juga dinyatakan oleh Dr. Ali
Mufrodi: ” mereka menyiarkan Islam dengan semangat dan menggunakan cadar, sehingga
dinamakan al-Mulassimun (orang-orang yang bercadar) ”.

Perkataan “al-Murabithin “ sebagaimana di tulis oleh Greet, berasal dari bahasa


Arab”murabith” yang dalam bahasa Perancis disebut “marabout”, bermakna mengikat,
menyimpulkan, memasang, melekatkan, mengaitkan dan menambatkan. Dengan demikian
seorang Marabout atau Murabith adalah orang yang terikat, tertambat kepada Tuhan,
bagaikan seekor unta yang diikat pada tiang tambatan, atau kapal yang ditambat di dermaga
dan sebagainya .

Sementara Lapidus mengatakan bahwa “al-Murabithun” berasal dari sebuah akar kata
Al-Qur’an “ r-b-t “ yang merujuk pada tehnik pertempuran jarak dekat dengan

infantri di barisan depan dan pasukan berunta dan berkuda pada barisan belakang (yang

sudah lazim dalam pertempuran masyarakat Berber) , menunjukkan bahwa “al-Murabithun “


bermakna orang-orang yang terjun ke Medan perang suci sebagaimana yang diisyaratkan al-
Qur’an . Dapat dilihat dalam surat al-anfal ayat 60:

‫هللا عد ب ه ه بون ت ر ال خ يل ط رب ا ومن ق وة من ا س تط ع تم ما هم واعد‬

‫ي ع لمهم هللا ن هم ت ع لمو ال ن هم دو من واخري ن وعدوك م وال‬

Artinya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu ) kamu
menggetarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya.

Hal yang senada juga dinyatakan oleh Philip K. Hitti bahwa pada mulanya al-
Murabithun ini merupakan kumpulan persaudaraan militer, mereka mengambil anggota-
anggotanya yang baru dari kalangan suku-suku yang kaum lelakinya memakai kerudung yang
menutupi muka sampai ke mata, justru itu mereka dinamai juga dengan pemakai kerudung .
Sementara itu menurut K.Ali Murabithun berasal dari kata “ribath “ sebuah kata
turunan lainnya yang berarti sebuah tenpat suci yang menyerupai benteng , seperti biara bagi
para biksu dan “Rabat” ibu kota negeri ini (Magrib) juga berasal dari kata “Ribat” yang
berarti tempat suci.

Dari beberapa uraian diatas dapat dipahami bahwa Murabihun nampaknya pada
awalnya adalah merupakan suatu gerakan keagamaan yang bertujuan memberantas berbagai
penyelewengan keagamaan dan akhirnya berkembang memasuki wilayah militer dan
kemudian politik dan kekuasaan.

Seperti telah disinggung diatas bahwa Murabithun berasal dari suku Lamtunah, yaitu
merupakan bagian dari cabang suku Shanhajah dari suku Barbar. Jumlah mereka semakin
bertambah ketika Musa bin Nushair menjadi gubernur diwilayah Afrika. Dalam
perkembangan berikutnya, mereka menjadi sebuah komunitas yang cukup dominan di
wilayah tersebut.Gerakan Murabithun ini dipelopori Yahya bin Ibrahim Al-Jaddali salah
seorang kepala suku Lamtunah. Gerakan ini dimulai sekembalinya dari perjalanan ibadah
haji. Dalam perjalanan kembali ke kampung halaman di Naflis, ia berjumpa dengan seorang
alim bernama Abdullah bin Yasin Al-Jazuli. Dengan kesungguhan hati, Yahya bin Ibrahim
meminta Abdullah bin Yasin untuk datang ke tempat tinggalnya dan mengajarkan ilmu
agama yang benar kepada penduduk ditempat tinggal Yahya, sehingga ia bersama Yahya
pergi menuju tempat kelahiran Yahya bin Ibrahim. Akan tetapi, dakwah yang disampaikan
Abdullah bin Yasin tidak mendapat banyak sambutan, kecuali dari keluarga Yahya bin
Ibrahim, Yahya bin Umar dan keluarga adiknya Abu Bakar bin Umar. Melihat kegagalan
dakwah yang disampaikannnya, akhirnya Abdullah bin Yasin mengajak beberapa orang
pengikutnya pergi ke sebuah pulau di Sinegal.

Kegagalan dakwah tersebut di latarbelakangi karena: pada mulanya tindakan keras dan
tegas yang diperaktekkan oleh Abdullah bin Yasin dalam mengajarkan sekaligus memurnikan
ajaran Islam, telah mengurangi simpati mereka kepadanya,sehingga hamper saja beliau
meninggalkan ummat yang baru dihadapinya tersebut untuk pergi berdakwah ke
Sudan.Namun karena bujukan dan desakan dari beberapa teman dekatnya, akhirnya Abdullah
bin Yasin mau bertahan dan menetap disana.

Orang- orang Berber yang berpandangan luas menyesali tindakan mereka terhadap
Abdullah bin Yasin, dan datang meminta maaf serta menyatakan bersedia melaksanakan
ajaran- ajaran gurunya, sehingga secara bersama-sama mereka mendirikan ribat, semacam
pesantren, di hulu sungai Sinegal .

Disinilah Abdullah bin Yasin dan para pengikutnya mendirikan ribat . Orang –orang
yang bergabung dengan kelompok Abdullah bin Yasin dan Yahya bin Ibrahim, semakin
bertambah banyak. Ketika jumlah pengikutnya sekitar seribu orang, Abdullah bin Yasin
memerintahkan kepada seluruh pengikutnya untuk menyebarkan ajaran mereka keluar ribath
dan memberantas berbagai penyimpangan ajaran agama. Sasaran usaha kelompok ribath ini
tidak hanya ditujukan kepada individu, tetapi juga kepada para penguasa yang memungut
pajak terlalu tinggi tanpa ada distribusi yang jelas kepada masyarakat.
Dalam perkembangan selanjutnya, ketika pengikut ribath semakin bertambah banyak,
mereka mulai melirik cara lain dalam perkembangan ajaran kelompok ini, yaitu dengan
memasuki wilayah politik militer dan kekuasaan.Untuk kepentingan itu, mereka mengangkat
Yahya bin Umar menjadi panglima militer mereka. Kelompok ini kemudian melakukan
ekspansi ke wilayah-wilayah Sahara Afrika dan menaklukan penduduknya.Usaha ekspansi ini
bukan berarti tidak ada perlawanan sengit, penguasa Sijilmash bernama Mas’ud bin
Wanuddin al-Magrawi melakukan perlawanan sengit, meskipun akhirnya gugur dalam
pertempuran tersebut dan ibu kota Wadi Dar’ah direbut oleh kelompok Murabithun pada
tahun 1055 M.

Dr. Hasan Asari, MA menyebutkan, Ribath tidak menjadi lembaga sufi pada saat
pertama lembaga ini diperkenalkan. Pada abad ke-1/7, semasa berlangsungnya penaklukan
besar-besaran yang dilakukan pasukan Muslim, ribath berarti barak-barak tentara yang berada
pada garis depan, dekat dengan perbatasan daerah yang masih dikuasai musuh atau yang
sedang dalam proses penaklukan. Asosiasi ribath dengan persoalan militer dapat dilihat
dalam sejarah munculnya dinasti Murabithun, yang pernah

Menjadi penguasa Afrika Utara dan al-Andalusia dari pertengahan abad ke - 5/ 11 hingga
pertengahan abad berikutnya, meskipun asosiasi ini bukan kondisi yang umum lagi sejak
abad ke -8/ 14. Para penghuni Ribath (murabith, murabithun) kemudian mengalihkan
perhatiannya dari perang fisik melawan musuh kepada perang spiritual melawan diri dan
jiwa mereka sendiri dalam praktek-praktek sufi.

Setelah Yahya bin Umar meninggal pada tahun 1056 m, tampuk kekuasaan diambil
alih oleh adiknya yang bernama Abu Bakar dan kemanakannya bernama Yusuf bin Tasyfin.
Setelah Abdullah bin Yasin meninggal pada tahun 1059 M, dalam suatu pertempuran
Samudera Atlantik. Sepeninggal Abdullah bin Yasin, tampuk kekuasaan dan wilayah-wilayah
kekuasaan kaum ribath diambil alih oleh Abu Bakar dan Yusuf bin Tasyfin.

Ketika terjadi konflik di antara suku-suku yang ditinggalkannya di bagian utara, kedua
berpisah. Abu Bakar kembali ke Sahara untuk mengembalikan keamanan dan ketertiban.
Sementara Yusuf bin Tasyfin melanjutkan usaha penaklukannya ke wilayah Utara. Usaha
keduanya berhasil dengan baik. Karena itu, Abu Bakar berkeinginan kembali ke utara dan
mengambil kekuasaan. Tetapi apa yang diharapkan Abu Bakar tidak menjadi kenyataan.
Karena kedatangannya ke wilayah Magribi tidak diharapkan oleh Yusuf bin Tasyfin dan
istrinya bernama Zainab. Karena itu, ketika Abu Bakar tiba Yusuf tidak pernah menyinggung
soal kepemimpinan. Yusuf hanya memberikan hadiah dengan jumlah yang cukup banyak.

Tampaknya Abu Bakar tidak mau bersitegang dengan kemanakannya hanya karena
persoalan politik kekuasaan. Karena ia menyadari bahwa latar belakang berdirinya kelompok
ini semata bertujuan memberikan peringatan kepada semua orang dan para penguasa yang
telah melakukan penyimpangan ajaran agama. Karena itu kemudian ia pergi meninggalkan
Mahgribi dan kembali ke Sahara, terus pergi ke Sudan dan meninggal disini. Setelah satu
tahun Yusuf bin Tasfin memimpin kesultanan Al-Murabithun, dia langsung membangun kota
Marrakech dan menjadikannya sebagai ibu kota pemerintahannya.
Ekspansi wilayah masih terus dilanjutkan dan bahkan sampai ke Aljazair. Ia
menganggkat pejabat dari kalangan Murabithun untuk menduduki jabatan gubernur pada
wilayah taklukan, sementara ia memerintah di Maroko. Pada masa Yusuf Tasyfin ini
Murabithun mengalami kejayaan.

Puncak prestasi karir politik Yusuf bin Tasyfin dicapai ketika ia berhasil menyeberang
ke Spanyol. Keberangkatannya ke Spanyol atas undangan amir Cardoba, Al-Mu’tamid bin
Abbas, yang terancam kekuasaan oleh raja Alfonso VI (raja Leon Castelia). Dalam
melaksanakan perjalanan ini Yusuf Bin Tasyfin mendapat dukungan dari Muluk al Thawaif
Andalus. Dalam sebuah pertempuran besar di Zallakah tanggal 12 Rajab 479 H/ 23 Oktober
1086 M, ia berhasil mengalahkan raja Alfonso VI selanjutnya berhasil merebut Granada dan
Malag. Mulai saat itulah ia memakai gelar Amir al-Mukminin. Pada akhirnya ia juga berhasil
menaklukan Muluk al-Thawaif.kemudian menggabungkan wilayah itu dalam kerajaan yang
dibangun.Yusuf juga berhasil menaklukan Almeria dan Badajoz. Kemudian menaklukan
kerajaan Saragosa dan pulau Balearic.

Yusuf bin Tasfin wafat dalam usia seratus tahun (1106), yang pada waktu itu
kekuasaannya telah sampai ke Liberia Selatan termasuk juga Valencia dan Afrika Utara dari
kepulauan Atlantik sampai dengan Aljazair. Warisan yang cukup luas tersebut diterima
anaknya yang bernama Ali bin Yusuf bin Tasfin dan berhasil melanjutkan politik
pendahulunya dengan mengalahkan anak Alfonso VI tahun 1108.

B. Kemajuan yang Dicapai Dinasti Murabithun

a. Filsafat.

Pada masa Daulah Umayyah II telah diketahui bahwa Cardoba dengan perpustakan
dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Bagdad sebagai pusat Ilmu Pengetahuan
dan peradaban Islam. Kebijakan para penguasa Dinasti Umayah di Andalusia ini merupakan
langkah untuk melahirkan para ilmuan dan filosof terkenal pada masa

Daulah Murabithun antara lain: Ibnu Bajjah,Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd .

b. Sains

Diantara Sain yang berkembang saat itu adalah kedokteran, musik, matematika,
astronomi, kimia dan lain-lain. Salah seorang tokoh terkenal dalam kimia dan astronomi
adalah Abbas bin Farmas. Dia adalah orang yang pertama yang manemukan pembuatan kaca
dari batu. Ibrahim bin Yahya Al-Naqqash terkenal dalam astronomi. Dalam riset yang
dilakukannya berhasil menentukan beberapa lama terjadinya gerhana matahari dan
menentukan berapa lama waktu terjadinya gerhana tersebut. Selain itu ia juga berhasil
membuat teropong bintang modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan
bintang-bintang. Ahmad bin Abbas dari Cardoba adalah seorang ahli dalam bidang obat-
obatan. Ummul Hasan bin Ja’far dan saudara perempuannya Al-Hafidz adalah orang ahli
kedokteran dari kalangan wanita.
Selain itu daulah Murabithun yang pertama membuat uang dinar memakai huruf Arab
dengan tulisan Amir al-Mukminun dibagian depannya mencontoh uang Abbasyiah dan
bertuliskan kalimat iman dibelakanggnya . Selain itu dibangun pula sejumlah Mesjid yang
indah di berbgai kota.

c. Fiqih Mazhab Maliki

Mazhab Maliki ini mengalami perkembangan yang signifikan karena selain satu-
satunya mazhab yang dapat diterima dikalangan muslimm Andalusia, juga karena mendapat
dukungan dari penguasa Murabithun dan para fuqaha. Maka wajar mazhab ini mengalamai
kemajuan pesat.

C. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Murabithun

Pada pertengahan abad ke 12, pemerintahan Al-Murabithun mulai terdesak, dan


beberapa beberapa kesultanan Muslim Spanyol menolak otoritasnya. Hal ini disebabkan oleh
perubahan sikap mental mereka, yakni dengan terkondisinya kemewahan yang berlebihan.
Perubahan sikap tersebut jelas kelihatan, dari selama ini mereka keras dalam kehidupan
Sahara, menjadi sangat lemah lembut dalam kehidupan Spanyol yang penuh gemerlap
kemewahan materi. Selain itu penguasa –penguasa sesudah Yusuf ibnu Tasyfin adalah raja-
raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir.

Sepeninggal Yusuf bin Tasyfin pada 1106 M, kekuasaan Murabithun hanya bertahan
kurang lebih setengah abad, Karena fase ini Ali bin Yusuf tidak banyak melakukan
konsulidasi kekuatan dan kekuasaan, sehingga mengalami masa-masa kemunduran. Dalam
catatan sejarah diketahui bahwa Ali bin Yusuf tidak secakap ayahnya dalam masalah
kepemimpinan dan politik, karena ternyata Ali lebih cendrung ke masalah-masalah
keagamaan. Sehingga untuk kepemimpinan dan kenegaraan, para ulama yang memainkan
nya. Peranan ulama sangat dominant di dalam memerintah menjadi penyebab ketidaksukaan
keompok Kristen. Sebab kedudukan dan jabatan strategis dalam pemerintahan dipegang oleh
mereka. Mereka mengeluarkan kebijakan yang sangat diskriminatif, khususnya terhadap
kleompok Yahudi dan Kristen. Apabila kelompok non Muslim ingin menjalankan praktek
keagamaan, mereka diminta untuk membayar pajak bila ingin bebas menjalankan ibadahnya.
Bagi masyarakat non Muslim yang tidak mampu membayar, mereka diminta untuk pergi
meninggalkan tempat tinggal mereka. Kebijakan yang tidak popular ini menjadi salah satu
factor penyebab perlawanan masyarakat non Muslim Andalusia.

Menjelang pertengahan abad XII Murabithun mulai retak. Di Spanyol Muluk al-
Thawaif menolak kekuasaaannya. DiMaroko sebuah gerakan keagamaan (muwahidun ) mulai
mengingkari .

Kemunduran yang dialami oleh Al-Murabithun, juga dipicu oleh kecendrungan dari
para pemimpinnya yang senang menumpuk harta kekayan disamping para fuqahanya
terjerumus pada mengkafirkan orang lain yang berusaha untuk merobah moral masyarakat
dengan mengokohkan prinsif-prinsif syari’ah dan aqidah. Sehingga dapat dirangkumkam,
kelemahan kemudian kehancuran dinasti ini disebabkan oleh :
1. Lemahnya disiplin tentara dan merajalelanya korupsi melahirkan disintegrasi.

2. Berubahnya watak keras pembawaan Barbar menjadi lemah ketika memasuki kehidupan

Maroko dan Andalus yang mewah.

3. Mereka memasuki Andalus ketika kecemerlangan inteletual kalangan arab telah meng

ganti kesenangan berperang.

4. Kontak dengan peradaban yang sedang menurun dan tidak siap mengadakan asimilasi.

5. Dikalahkan oleh dinasti dari rumpun keluarganya sendiri, al-Muwahidun.

Dinasti Al-Murabithun memegang tampuk kekuasaan selama sembilan puluh tahun,


dengan penguasa enam orang, yang terdiri dari :

- Abu Bakar bin Umar memerintah dari tahun 1056-1061

- Yusuf bin Tasfin (1061-1107)

- Ali bib Yusuf (1107-1143)

- Tasfin bin Ali (1143-1145)

- Ibrahim bin Tasfin (1145-1147)

- Ishak bin Ali (1147) .

Dinasti Al-Murabitun berakhir, ketika dikalahkan Dinasti Al-Muwahidun yang


dipimpin oleh Abdul Mukmin dalam menaklukan Marokko pada tahun 1147, ditandai dengan
terbunuhnya Penguasa Al-Murabithun yang terakhir, Ishak bin Ali. Walaupun sebelumnya
tentara Kristen mulai bergerak memanfaatkan kelemahan Murabithun.

Gerak maju Katholik Roma ke Andalusia, yang tertunda dengan kedatangan al-
Murabithun, kemudian mendapat momentumnya kembali. Namun demikian, sekali lagi hal
ini terhenti dengan kedatangan gelombang lain kaum Muslim dari Afrika Utara, yaitu kaum
Almohad atau dalam bahasa Arab: al- Muwahhidun.
DINASTI MUWAHHIDUN

A. Proses Berdirinya dan Berkembangnya Dinasti Muwahhidun.

Pada masa akhir Murabithun, Abdullah ibn Tumart, seorang sufi Mesjid Cardoba,
melihat sepak terjang kaum Murabithun, ia ingin memperbaikinya. Ia kemudian berangkat ke
Baghdad dan menambah ilmu kepada iman al—Ghazali. Setelah dirasa memadai ia kembali,
tinggal di Maroko. Disitu ia mulai mengkeritik dan mencela perbuatan raja-raja Murabithun
yang bersalahan dengan syari’at Islam, yang menurut fahamnya tidak mengikuti sunnah
Rasul.

Selain itu, dalam catatan sejarah, Ibnu Tumart pernah belajar di pusat-pusat studi
Islam kenamaan, seperti di Cardoba, Alexandria, Makah dan Bagdad. Dikota Bagdad, Ibnu
Tumart pernah belajar di Madrasah Nidlamiyah, sebuah perguruan tinggi terkemuka di kota
Bagdad. Dalam pengembaraan ilmiahnya banyak berdialog dengan pemikiran-pemikiran
yang aktual saat itu, diantaranya adalah soal tidak diperlukan lagi bagi para penganut
mazhab Maliki untuk belajar tafsir Al-Qur’an dan Al-Hadist, karena keduanya telah
dilakukan oleh Imam Malik. Kenyataan ini membuat Ibnu Tumart merasa ditantang. Untuk
mengimbangi pemikiran seperti itu, ia menyerukan kepada umat Islam di Andalusia, agar
menjadikan Al-Qur’an dan Al-Hadits serta ijma’ sahabat sebagai dasar dari ajaran Islam.
Selain itu ia menolak ra’yu dan Qias sebagai dasar hukumPemikiran keagamaan dan hukum
yang stagnan (mandek) serta pendidikan yang rendah pada masa pemerintahan dinasti
Murabithun, dijadikan sebagai motifasi dirinya untuk pergi ke Bahdad mencari ilmu.
Sekembalinya dari Bagdad ke Afrika Utara, Ibnu Tumart pada tahun 1100 M bertekad untuk
melakukan pemurnian ajaran Islam. Karena menurutnya, ajaran Islam di bawah Murabithun,
mengalami penyimpangan. Gerakan ini didasari atas keinginan untuk memurnikan ajaran
Islam, berdasarkan Tauhid. Karena itu, gerakan ini kemudian dikenal dengan sebutan
Muwahhidun.

Meskipun Ibnu Tumart dianggap sebagai pencetus gerakan Muwahidun, namun ia


sendiri tidak pernah menjadi sultan.Yang lebih terkenal adalah Abd al-Mu’min yang awalnya
sebagai panglima. Ia akhirnya memimpin dinasti al-Muwahhidun selama 33 tahun (1130-
1163) dengan membawa kemajuan pesat.

Ibnu Tumart sebagai pencetus , mula-mula pergi ke Tanmaal di wilayah Sus untuk
menyusun kekuatan. Yang pertama dilakukan adalah memberantas paham golongan
Murabbitun yang menyimpang, menyerukan kemurnian tauhid menentang kekafiran,
antrophomorpisme dan mengajak ummat menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar walau
harus dengan kekerasan. Murid-murid disuruh membuat benteng agar sukar bagi musuh
hendak memasukinya. Di Tanmaal inilah Ibnu Tumart merumuskan system militernya
sebagai organisasi pemerintahan .

Ensiklopedi IslamIII, penyebutan nama gerakan ini dengan nama Al-Muwahhidin,


yang artinya golongan yang berfaham tauhid, didasarkan atas prinsip dakwah Ibnu Tumart
yang memerangi fahan al- tajsim, yang menganggap bahwa Tuhan mempunyai bentuk
(antropomorfisme). Ibnu Tumart sendiri mendakwahkan bahwa ayat-ayat yang berkaitan
dengan sifat Tuhan yang tersebut dalam kitab suci Al-Qur’an, seperti “tangan Tuhan”, tidak
dapat ditakwilkan (dijelaskan), tapi dia harus dipahami apa adanya. Justru itu faham al-tajsim
adalah benar-benar musyrik dan harus diperangi. Ibnu Tumart menganggap bahwa
menegakkan kebenaran dan memberantas kemungkaran harus dilakukan dengan kekerasan.
Oleh karena itu, dalam mendakwahkan prinsipnya, Ibnu Tumart tidak segan-segan
menggunakan kekerasan. Seperti yang dilakukannya kepada saudara perempuan seorang
gebernur di kota Fez, dengan cara memukul gadis tersebut karena tidak memakai kerudung.
Bahkan tradisi yang sudah berurat berakar pun, seperti minuman khamar, musik dan
kesenangan terhadap pakaian yang mewah, ditentang habis-habisan oleh Ibnu Tumart.

Sikap keras yang diperankan oleh Ibnu Tumart ini ditentang oleh sebagian besar
masyarakat, terutama ulama dan penguasa. Untunglah dakwahnya kemudian diterima

dan mendapat dukungan dari berbagai suku Berber seperti suku Haraqah, Hantamah,
Jaduniwiyah, dan Janfisah.

Setelah mendapat pengikut yang banyak dan kepercayaan penuh dari orang-orang
terkemuka di sukunya, pada tahun 1121 M ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi dan
bertekad untuk mendirikan pemerintahan Islam yang didasari atas prinsip ketauhidan.

Untuk mengujudkan semua keinginannya, Ibnu Tumart mengirim sejumlah


pengikutnya ke berbagai tempat untuk mengajak penduduk itu kejalan yang benar sesuai
dengan ajaran Islam dan menyelamatkan diri dari ajaran kelompok Murabithun yang
dianggap telah menyekutukan Allah. Anjuran yang selalu diajarkan kepada pengikutnya
adalah untuk berakhlak mulia, taat undang-undang, shlalat tepat pada waktunya, membawa
wirid yang dibuat Al-Mahdi dan buku-buku akidah Muwahihidun.

Sejak ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi, pengikutnya terus bertambah dan


berhasil menghimpun sejumlah orang Barbar yang ketuanya adalah sahabat atau murid Ibnu
Tumart. Dari sinilah kemudian Ibnu Tumart menyusun konsep dan memberikan definisi yang
jelas bagi kelompoknya.

Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada mulanya dakwah
Ibnu Tumart adalah murni didasari oleh keagamaan, artinya tidak didasari oleh kepentingan-
kepentingan lain melainkan semata-mata menegakkan tauhid secara murni. Namun seiring
dengan waktu dan jumlah pengikutnya semakin bertambah karena didasari dengan
dakwahnya dapat diterima oleh orang banyak, disisi lain Dinasti Murabitun semakin lemah,
akhirnys Ibnu Tumart berambisi untuk menjatuhkan dan merebut kekuasaan Dinasti
Murabithun.

Selanjutnya dibentuklah kota sebagai pusat pemerintahan, yaitu suatu daerah di bagian
Selatan Maroko, dan dari sini pulalah dilancarkan seruan perang suci untuk menaklukan
daerah-daerah sekitarnya. Sarana utama yang digunakan dalam
Kordinir kegitan jama’ah, Ibnu Tumart membangun sebuah Mesjid yang megah di Ibu kota
Dinasti al-Muwahhidin.

Adapun stuktur Negara dala pemerintahan Al-Muwahidun yang di bentuk Ibnu Tumart
terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut :

1. Al-Asyrah, (dewan Sepuluh), semacam Dewan Menteri disebut juga dengan nama Ahl
al-Jama’ ah.

2. Al-Khamsin (Dewan Lima Puluh) , semacam senat.

3. Al-sabi’in (Dewan Tujuh Puluh) , semacam Dewan Perwakilan Rakyat.

4. Al-Talabah, Dewan Ahli yang terdiri dari Ulama-ulama Yunior.

6. Ahl-Dar, (keluarga Istana).

7. Kabilah Haragah, yaitu Kabilah Ibnu Tumart sendiri.

8. Ahl Tainmul (Pasukan Inti), mewakili beberapa kabilah.

9. Kabilah Jadmiwah.

10. Kabilah Janfisah.

11. Kabilah Hantamah.

12. Kabila-kabilah Al-Muwahhidun.

13. Para Prajurit.

14. Al-Girrat, yaitu rakyat biasa .

Dari keempat belas stuktur diatas, masing-masing kelompok telah mempunyai tugas dan
tanggungjawabnya, namun kedudukan yang paling tinggi adalah urutan pertama (al-
‘Asyrah) yang sekaligus berwenang untuk memilih, mengangkat dan membai’at imam atau
kepala pemerintahan. Dan semua struktur yang ada sama-sama mempunyai kewajiban dan
tugas yang sama dalam mensukseskan dakwah Al-Muwahhidin.

Kontak pertama dengan Murabithun terjadi ketika Gubernur Sus dengan pasukannya
menyerang suku Hurglah yang membangkang terhadap pemerintahan Murabithun. Tetapi
pasukan itu dapat dikalahkan oleh kelompok Muwahhidun. Kemenangan

pertama ini membangkitkan semangat kelompok Muwahhidun untuk

melakukan serangan ke Maroko. Dengan kekuatan besar, kelompok Muwahiddun berusaha


menaklukan Maroko pada tahun 1125 M, tetapi gagal.

Setelah mempunyai pengikut yang besar, maka pada tahun 1129 dengan jumlah
pasukan 40.000 orang dibawah komando Abu Muhammad Al-Basyir Al-Wansyarisi, mereka
menyerang kota Marrakech, sebagai salah satu kota penting dalam dinasti Al-Murabithun,
yang terkenal dalam sejarah dengan nama “Perang Buhairah”. Dalam peperangan ini pihak
Al-Muwahhidun menderita kekakalahan, banyak diantara prajuritnya yang gugur serta
beberapa anggota al-Asrah termasuk komandannya sendiri Al-Wansyarisi, dan empat bulan
kemudian Ibnu Tumart sendiri juga wafat.

Sesudah Ibnu Tumart meninggal dunia, Abdul Mukmin bin Ali, dibai’at sebagai
penggantinya. Setelah mendapat pengakuan dan dinobatkan oleh Dewan 10 orang.Ia diberi
gelar bukan Al-mahdi, melainkan Khalifah. Pada masa kepemimpinannya inilah Al-
Muwahhidin banyak meraih kemenangan dalam beberapa peperangan.

Setelah dinyatakan sebagai khalifah, langkah pertama dilakukannya adalah


menundukkan kabilah-kabilah di Afrika Utara dan mengakhiri kekuasaan Murabithun di
Afrika Utara. Sejak tahun 1144-1146 M, ia berhasil menguasai kota-kota yang pernah
dikuasai Murabithun, seperti Tlemcen, Fez, Tangier dan Aghmat. Setelah itu Andalusia
dikuasainya pada tahun 1145 M. Kemudian pada tahun 1147 M seluruh wilayah Murabithun
di kuasai Muwahhidun.

Sejak Marrakech dikuasai, pada tahun 1146 Abdul Mukmin bin Ali memindahkan ibu
kota pemerintahan dari Tinmal ke kota tersebut dan dari sana ia menyusun ekspansinya ke
berbagai daerah, sehingga ia bisa menguasai Al-Jazair (1152), Tunisia (1158), Tripoli –Libya
(1160).

Dalam masa pemerintahan Abdul Mukmin bin Ali inilah, wilayah kekauasaan Al-
Muwahidun membentang dari Tripoli hingga ke Samudera Atlantik sebelah barat, merupakan
suatu prestasi gemilang yang belum pernah dicapai Dinasti atau Kerajaan manapun di Afrika
Utara.

Pada tahun 1162 Abdul Mukmin bin Ali meninggal dunia, beliau digantikan
puteranya sendiri yang bernama Abu Ya’kub Yusuf bin Abdul Mukmin, yang sama seperti
ayahnya ingin memperluas wilayah kekuasaannya, baik ke Utara maupun ke Timur.

Dalam masa kepemimpinannya paling tidak ada dua kali penyerangan yang
dilakukannya ke Andalusia. Pertama pada tahun 1169 di bawah pimpinan saudaranya Abu
Hafs, mereka berhasil merebut Toledo, kedua pada tahun 1184 yang dikomandoinya sendiri,
dan berhasil menguasai wilayah Syantarin sebelah Barat Andalusia, sekaligus
menghancurkan pertahanan tentara Kristen di daerah Lissabon (ibu kota Portugal saat ini),
sekalipun Abu Ya’kup sendiri luka berat yang mengakibatkan kematiannya.

Abu Ya’kup digantikan Abu Yusuf al-Manshur (1184 -1199). Al-Manshur mencatat
kemenangan atas penduduk bani Hamad di Bajaya setelah ia meminta bantuan Bahaduun,
panglima Shalahuddin al-Ayyubi 1184 M. Tahun 1195 Abu Ya’cub berhasil mematahkan
Alfonso VIII setelah menguasai banteng Alarcos kemudian menguasai Toledo dan akhirnya
kembali ke Sevilla (sebagai ibu kota baru).

Kemudian Al-Mansur digantikan Muhammad al-Nashir. Ia dikalahkan dalam


pertempuran di Toulose, sejak itu kerajan Muwahidun melemah, orang Kristen yang pernah
ditaklukan memberontak. Sebab itulah habislah kekuasaan Muwahidun di Andalusia.
Dari uraian diatas kalau kita urutkan para pemimpin- pemimpin Muwahidun, dapat
kita rangkumkan sebagai-berikut:

1. Ibnu Tumart sebagai pelopor awal

2. Abdul Mu’ min sebagai khalipah I

3. Abu Ya’ kub Yusuf.

4. Abu Yusuf Ya’ kub Al –Mansur

5. Muhammad Al-Nasir

6. Abu Ya’ kub Yusuf II dengan gelar Al-Muntasir

B. Kemaujuan –Kemajuan yang Dicapai Dinasti Muwahhidun

Berbagai kemajuan telah dicapai oleh Dinasti Muwahhidun, diantaranya adalah:

a. Politik

Dalam bidang politik, Muwahhidun berhasil menguasai daerah kepulauan Samudera


Atlantik hingga Mesir dan Andalusia.

b. Ekonomi.

Dalam bidang ekonomi, dinasti Muwahhidun menguasai jalur-jalur strategis di Italia dan
menjalin hubungan dagang dengan Genoa dan tahun 1157 M dengan Pisa. Perjanjian itu
berisi tentang perdagangan, ijin mendirikan bangunan gedung, kantor, loji dan pemungutan
pajak.

c. Arsitektur.

Dalam bidang arsitektur yang berbentuk monument seperti Giralda, menara pada Mesjid
Jami’ di Sevilla, Bab Aquwnaou dan Al-Kutubiyah, menara yang sangat megah di Maroko
dan menara Hasan di Rabath. Juga mendirikan rumah sakit di Marakesy yang tidak
tertandingi.

d. Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.

Tercatat cendikiawan muslim yang terkenal adalah Ibnu Bajjah (533H/ 1139 M) . Ia
seorang ahli filsafat dan musik, disebut Avencape atau Abenpace. Selain itu ada Ibn Tufayl
(Abebecer), seorang dokter istana Muwahhidun pada masa Abu Ya’kub Yusuf. Ia dikenal
juga dengan nama Al-Andalusi, Al-Kurtubi, Al-Isybili (581 h/1185-1186 M).
Cendikiawan yang lebih terkenal adalah Averrous (Ibnu Rusyd 1126-1198 M). Ia adalah
seorang filosof, dokter, ahli matematika, ahli hukum, juga seorang polimek.Tahun 578 h ia
menggantikan Ibnu Tufayl sebagai kepala Tabib (dokter Istana) pada masa Ya’ kub Yusuf.
Ia juga seorang qadhi di Cordoba .
C. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Muwahhidun.

Sejak khalifah dipegang oleh Muhammad Al-Nasir, dinasti Muwahhidun mulai


menunjukkan kelemahan-kelemahannya. Karena Khalifah tidak lagi memiliki kemampuan
untuk menyusun strategi militer guna menghadapi kekuatan tentara Kristen. Sehingga dalam
pertempuran pasukan Muwahhidun senantiasa mengalami kekalahan.

Kekalahan ini tentu membawa derita yang cukup panjang dalam hati khalifah dan
akhirnya ia meninggalkan Andalusia untuk kembali ke Fez dan Andalusia diserahkan kepada
anaknya Abu Ya’kub Yusuf II dengsn gelar Al-Muntasir. Karena usia yang masih muda baru
berusia 15 tahun, ia tidak mampu menjalankan pemerintahan. Akibatnya, perpecahan
dikalangan keluarga istana tidak dapat dihindari, terutama setelah kematian nya pada
tahun1224 M. Hal itu terjadi karena khalifah Al-Muntasir tidak memiliki anak yang dapat
menggantikan posisinya sebagai khalifah. Melihat kenyataan ini, akhirnya
beberapa orang kelompok Muwahhidun meneruskan pemerintahannya masing-masing
didaerah-daerah tertentu. Keadaan ini dimanfaatkan oleh kekuatan Kristen untuk
menyingkirkan para penguasa Dinasti Muwahhidun dari Andalusia. Usaha ini berhasil
dengan terusirnya mereka dari Andalusia pada tahun 1236 M. Pengusiran secara total baru
terjadi pada tahun 1238 M, kecuali daerah Granada yang dikuasai Bani Ahmar dari kerajaan
Arab Madinah.

Dari uraian diatas telah dijelaskan setelah Al-Nasir wafat selanjutnya kekuasaan
dinasti Muwahidun dipimpin oleh khalifah yang lemah. Maka setelah mengalami kejayaan
selama satu abad, dinasti Muwahhidun mengalami kemunduran dan pada akhirnya
mengalami kehancuran. Adapun faktor kemunduran tersebut antara lain disebabkan sebagai-
berikut:

a. Perebutan tahta dikalangan keluarga kerajaan.

b. Melemahnya control terhadap penguasa daerah.

c. Mengendurnya tradisi disiplin .

d. Memudarnya keyakinan Ibn Tumar, bahkan namanya tak disebut lagi dalam dokumen
Negara.

e. Menguatnya kelompok dan raja-raja Kristen Andalusia dan lain –lain.

Demikian sekilas perjalanan sejarah Dinasti Muwahidun yang telah berjaya


menguasai Andalusia. Tetapi karena banyak persoalan yang dihadapi, akhirnya kekuasaan
Dinasti Muwahhidun melemah dan kemudian hancur akibat serangan dari berbagai pihak,
terutama raja- raja Kristen. Akhirnya Dinasti Muwahhidun di Andalusia maupun di Afrika
Utara kini hanya kenangan sejarah, meskipun peninggalan- peninggalannya masih terdapat di
beberapa wilayah bekas kekuasaaannya .
KESIMPULAN

Dinasti Murabithun dan Dinasti Muwahhidun adalah dua dinasti Islam yang pernah
jaya di Spanyol dan Afrika Utara. Meskipun pada awal tebentuknya kedua dinasti ini berawal
dari suatu gerakan keagamaan yang menegakkan kebenaran dengan memberantas
kemungkaran. Tapi pada akhirnya berkembang menjadi suatu kekuatan dengan
mengandalkan pasukan perangnya. Sehingga pada kedua masa pemerintahan dua dinasti ini
telah berhasil mengantar Islam untuk memiliki peradapan yang berkembang pesat, seperti
ilmu pengetahuan, seni ukir, seni arsitektur dll. Sehingga lahirlah sejumlah tokoh –tokoh
Islam yang masyhur didunia Islam dan terkenal didunia Barat.

Tetapi seiring dengan perubahan waktu serta keadaan, kedua dinasti ini kian melemah
dikarenakan perubahan sikap mental yang dipicu oleh kesenangan dan kemewahan, dan
perpecahan yang terjadi dikalangan kaum muslimin. Sehingga mengantarkan kedua dinasti
ini mengalami kemunduran dan bahkan kehancuran apalagi dengan bertambah kuatnya
kekuatan musuh dari kalangan umat Kristen. Sehingga tidak dapat dielakkan lagi kedua
kekuasaan tersebut saat ini hanya tinggal didalam catatan sejarah. Meskipun sisa-sisa
kejayaan dan bangunan-bangunan tersebut masih kita jumpai akan tetapi tidak menjadi milik
Islam lagi. Semoga apa-apa yang masih tersisa ini dapat kita ambil hikmahnya dan kita
jadikan pelajaran bagi generasi kita mendatang.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita, masukan dari teman-teman sangat, serta
bimbingan dan arahan dari bapak dosen sangat dibutuhkan untuk menambah perbendaharaan
ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai