Anda di halaman 1dari 7

Harun Al-Rasyid: Tokoh di Balik Gemilangnya Bani Abbasiyah

Nailussofi Rohima
Trista Febbrianti
Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Lamongan
E-mail: nailussofi11@gmail.com
Abstrak
Key words:
A. Pendahuluan
Berdirinya Kekhalifahan Abbasiyah berawal dari adanya pemberontakan yang
terjadi antara bani Umayyah dan bani Abbas di daerah Khurasan. Dalam
pemberontakan ini ani Abbas dikomandoi oleh Abu Muslim sedangkan bani
Umayyah dikomandoi oleh Nasar ibn Sayyar. Pemberontakan ini berawal
ketika Nasar ibn Sayyar menjadi gubernur Khurasan (Khalifah Umayyah).
Nasar ibn Sayyar orangnya sangat merakyat dan populer, hal ini dikarenakan
Nasar ibn Sayyar mampu memperbaharui sistem perpajakan dimana pajak
yang dilimpahkan pada rakyat baik bagi muslim maupun non-muslim dengan
angka yang sama rata.
Walaupun kebijakan ini jauh lebih baik pembaharuan yang dilakukan Nasar
ibn Sayyar mengalami kegagalan. Nasar ibn Sayyar gagal memperoleh
bantuan tentara untuk menghadapi serangan para pemberontak. Orang Persia
dan Turki yang hubungannya tidak harmonis sejak lama dengan khalifah
Umayyah, memuncak saat Marwan memangku jabatan sebagai Umayyah
XIV. Abu Muslim mengumumkan pada para pendukungnya atas nama
Khalifah Abbasiyah untuk menggoyahkan posisi Marwa II. Pendukung Abu
Muslim di antaranya orang Syiah, Khawarij serta orang-orang dari Afrika
utara yang selama ini disingkirkan oleh para khalifah Umayah.
Perselisihan ini tidak dapat dihindarkan yang akhirnya menimbulkan
peperangan. Dimana pada saat itu pasukan Abbasiyah yang berjumlah besar
berhadapan dengan tentara Marwan II di tepi sungai Dzab. Peperangan di
antara kedua kubu ini dimenangkan oleh bani Abbas yang dipimpin oleh Abu
Muslim, hal ini dikarenakan Abu muslim mendapat banyak pengikut atau
dukungan dalam peperangan. Sebelum terjadi peperangan untuk menarik
dukungan dari suku Yamani dan suku Mudhar Abu Muslim melakukan
pendekatan secara halus dengan cara berinteraksi tentang hal- hal kebaikan
lewat dakwah dan majelis. Meskipun peperangan di antara kedua kubu ini
dimenangkan oleh pihak bani Abbas, namun tetap terjadi gesekan- gesekan
yang terus berlanjut sehingga akhirnya Khalifah Marwan bin Muhammad
(khalifah dari bani Umayyah) bertindak dengan cara mengirim sejumlah
pasukan Islam mencapai zaman keemasan pada masa Kekhalifahan Harun al-
Rasyid pada tahun 786-809. Meskipun usia pemerintahannya kurang dari
setengah abad kota Baghdad pada saat itu muncul menjadi pusat dunia dengan
tingkat kemakmuran dan peran internasional yang luar biasa. Dinasti
Abbasiyah memasuki tatanan yang sangat besar di dalam pemerintahan
terutama dalam sistem perpajakan dan administrasi peradilan. Kejayaan ini
berjalan seiring dengan kemakmuran kerajaan terutama ibukotanya. Istana
kerajaan dengan bangunan-bangunan seperti ruang pertemuan yang dilengkapi
dengan karpet, gorden, dan bantal terbaik dari Timur. Selain itu pada masa
pemerintahan Harun al-Rasyid muncul gerakan intelektual dalam sejarah
Islam terkait dengan sejarah pemikiran dan budayanya. Kebangkitan
intelektual muncul sebagian besar disebabkan oleh masuknya berbagai
pengaruh asing seperti Indo-Persia dan Suriah, namun yang paling unggul
ialah pengaruh Yunani. Gerakan intelektual ini ditandai oleh proyek
penerjemahan karya-karya berbahasa Persia, Sansekerta, Suriah dan Yunani
ke dalam bahasa Arab. Pada era itu pula berkembang disiplin ilmu
pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Bait Al-Hikmah
atau perpustakaan raksasa, tempat ini sekaligus dijadikan pusat kajian ilmu
pengetahuan dan tempat penerjemah karya-karya Yunani ke bahasa Arab.
Lembaga pendidikan Islam bukanlah lembaga yang beku, tetapi lembaga
pendidikan Islam itu berkembang menurut kehendak waktu dan tempat. Salah
satu contoh misalkan suatu pondok pesantren awalnya hanya memiliki anak
santri sebanyak 20 orang, namun karena pengaruh positif serta hasil yang
diperoleh berupa ilmu di pondok akhirnya orang akan bergabung di dalamnya.
Ketika kaum muslimin hijrah ke suatu tempat (Madinah), maka masjidlah
yang digunakan sebagai tempat atau pusat kehidupan masyarakat Islam,
namun semua usaha yang dilakukan oleh Khalifah Harun al-Rasyid tidak
berlangsung lama karena Khalifah Harun Al-Rasyid meninggal dunia pada
bulan Maret 809 tepatnya pada usia 47 tahun.
B. Profil Harun Ar-Rasyid
Harun Ar-Rasyid adalah khalifah kelima dari kekhalifahan Abbasiyah dan
memerintah antara tahun 786 hingga 803. Ayahnya bernama Muhammad Al-
Mahdi, khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-Hadi adalah khalifah
yang keempat. Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran berasal dari Yaman.
Meski berasal dari dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid dikenal dekat dengan
keluarga Barmak dari Persia (Iran). Pada masa mudanya, Harun banyak
belajar dari Yahya ibn Khalid Al-Barmak. Era pemerintahan Harun, yang
dilanjutkan oleh Ma'mun Ar-Rasyid, dikenal sebagai masa keemasan Islam
(The Golden Age of Islam), di mana saat itu Baghdad menjadi salah satu pusat
ilmu pengetahuan dunia.
Setelah Al Hadi meninggal pada tahun 786, naiklah saudaranya, Harun Al
Rasyid. Pada zaman khalifah Harun Al Rasyid inilah, Kekhalifahan
Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya, baik kekayaan negeri, wilayah
administratif pemerintahan, hingga perkembangan ilmu pengetahuan.
Ilmuwan hidup makmur karena mereka mendapat pendanaan dari khalifah.
Penduduk kota Baghdad menjadi ramai, karena perdagangan yang makmur.
Beliau tidak memerangi keturunan Ali bin Abi Thalib sebagaimana
yang dilakukan para pendahulunya. Keturunan Ali yang hidup di Baghdad
tidak lagi diintip dan dicurigai. Hanya seorang saja yang diperangi oleh beliau,
yaitu Yahya ibnu Abdullah yang melarikan diri pada zaman al-Hadi dan
mendirikan kekuasaan di negeri Dailam. Setelah jelas bahwa pasukan Yahya
akan menjadi besar, beliau mengirimkan tentara di bawah panglima Fadhal
ibnu Yahya ibnu Khalid al-Barmaky untuk berangkat ke sana. Karena Yahya
merasa dirinya akan terdesak, dia memohon perdamaian. Permohonan itu
dikabulkan. Dailam akhirnya bergabung dalam kekuasaan Baghdad.
Sementara itu, saudara Yahya yang bernama Idris terus melanjutkan pelarian
ke Mesir. Dari Mesir, diteruskannya perjalanan ke Magrib (Afrika Utara). Di
sana, dia mendirikan Daulah Alawiyin (Adarisah).
Harun al-Rasyid berulang kali mengerahkan pasukannya menyerang negeri
Romawi. Mereka banyak mendapat kemenangan. Banyak negeri Romawi
yang membayar jizyah dan mengakui kekuasaan Abbasiyah. Karel Agung pun
mengirimkan utusannya ke Baghdad untuk mendekati Harun al-Rasyid. Karel
Agung mengetahui bahwa Harun Al Rasyid memiliki musuh besar, yaitu Raja
Kordova, Bani Umayah di Andalusia. Karel hendak membangga diri di
hadapan musuhnya, yakni Raja Naqfur (Raja Konstantinopel, Roma Timur),
bahwa ia telah sanggup menarik hati Raja Baghdad.
Harun al-Rasyid meninggal dalam perjalanan memimpin angkatan di negeri
Thus, pada tahun 809. Harun al-Rasyid memiliki dua orang putra, yaitu Al
Amin dan Al Ma'mun. Kekuasaan Abbasiyah diberikan kepada dua orang itu
secara berganti-gantian. Hingga akhirnya, Al Amin tidak mau memberikan
giliran memerintah kepada Al Ma'mun. Ia hanya mau memberikan giliran
memerintah ke anaknya sendiri. Oleh sebab itu, Al Ma'mun menyatakan
perang terhadap Al Amin. Al Amin kalah dalam peperangan dan dibunuh
tentara Al Ma'mun yang datang menyerang Kota Baghdad di bawah pimpinan
Panglima Thaher ibnu Husin pada tahun 813. Al Amin hanya memerintah
selama 4 tahun.
C. Masa Keemasan Harun Ar-Rasyid
Harun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M - 809 M). Selama dua
dasawarsa itu, Harun Al-Rasyid mampu membawa dinasti yang dipimpinnya
ke puncak kejayaan. Ada banyak hal yang patut ditiru para pemimpin Islam di
abad ke-21 ini dari sosok raja besar Muslim ini. Sebagai pemimpin, dia
menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum, penulis,
qari, dan seniman.
Ia kerap mengundang para tokoh informal dan profesional itu ke istana untuk
mendiskusikan berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid begitu menghargai setiap
orang. Itulah salah satu yang membuat masyarakat dari berbagai golongan dan
status amat menghormati, mengagumi, dan mencintainya.
Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat dengan
rakyatnya. Sebagai seorang pemimpin dan Muslim yang taat, Harun Ar-
Rasyid sangat rajin beribadah. Konon, dia terbiasa menjalankan sholat sunat
hingga seratus rakaat setiap harinya. Dua kali dalam setahun, khalifah kerap
menunaikan ibadah haji dan umrah dengan berjalan kaki dari Baghdad ke
Makkah. Ia tak pernah lupa mengajak para ulama ketika menunaikan rukun
Islam kelima.
Jika sang khalifah tak berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka
dihajikannya sebanyak tiga ratus orang di Baghdad dengan biaya penuh dari
istana. Masyarakat Baghdad merasakan dan menikmati suasana aman dan
damai di masa pemerintahannya.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harus Ar-Rasyid tak mengenal
kompromi dengan korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku
korup itu adalah orang yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya.
Tanpa ragu-ragu Harun Ar- Rasyid memecat dan memenjarakan Yahya bin
Khalid yang diangkatnya sebagai perdana menteri (wazir).
Harun pun menyita dan mengembalikan harta Yahya senilai 30,87 juta dinar
hasil korupsi ke kas negara. Dengan begitu, pemerintahan yang dipimpinnya
bisa terbebas dari korupsi yang bisa menyengsarakan rakyatnya. Pemerintahan
yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya.
Konon, Harun Ar-Rasyid adalah khalifah yang berprawakan tinggi, bekulit
putih, dan tampan. Di masa kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai wilayah
kekuasaan yang terbentang luas dari daerah-daerah di Laut Tengah di sebelah
Barat hingga ke India di sebelah Timur. Meski begitu, tak mudah bagi Harun
Ar-Rasyid untuk menjaga keutuhan wilayah yang dikuasainya.
Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya.
Pemberontakan yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain;
pemberontakan Khawarij yang dipimpin Walid bin Tahrif (794 M);
pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M); serta pemberontakan Yahya bin
Abdullah bin Abi Taglib (792 M).
Salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda adalah
perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di masa
kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa.
Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam. Menggenggam dunia
dengan ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada era itu pula berkembang
beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan
berdirinya Baitul Hikmah - perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian ilmu
pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya.
Harun pun menaruh perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu
keagamaan. Sang khalifah tutup usia pada 24 Maret 809 M pada usia yang
terbilang muda 46 tahun. Meski begitu pamor dan popularitasnya masih tetap
melegenda hingga kini. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu tokoh
dalam kitab 1001 malam yang amat populer. Pemimpin yang baik akan tetap
dikenang sepanjang masa.

D. Dinamika dan Tantangan Kepemimpinan Harun Ar-Rasyid


Dimasa kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari berbagai
bahasa. Inilah yang menjadi awal kemajuan yang di capai Islam.
Menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada masa itu
pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang
ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah, perpustakaan raksasa sekaligus
pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar di zamannya.
Harun Ar-Rasyid juga berupaya dengan keras menunjukkan perekonomian
serta perdagangan. Pertanian berkembang dengan begitu pesat, lantaran
khalifah begitu menaruh perhatian yang besar dengan membangun saluran
irigasi. Langkah tersebut mendapat dukungan rakyatnya. Kemajuan dalam
sektor perekonomian, perdagangan dan pertanian itu membuat Baghdad
menjadi pusat perdagangan terbesar dan teramai di dunia saat itu.
Dengan kepastian hukum serta keamanan yang terjamin, para saudagar dari
berbagai tempat penjuru dunia berbondong-bondong berinteraksi melakukan
pertukaran barang dan uang di Baghdad. memperoleh pemasukan yang
begitu besar dari perekonomian dan perdagangan itu serta tentunya dari
pungutan pajak.
Harun Ar-Rasyid menggunakan dana itu untuk membangun dan
menyejahterakan rakyatnya. Kota Baghdad pun dibangun dengan indah dan
megah. Gedung-gedung tinggi berdiri, sarana peribadatan tersebar, sarana
pendidikan pun menjamur, dan fasilitas kesehatan gratis pun di berikan
dengan pelayanan prima. Sarana umum lainnya seperti kamar mandi, taman,
jalan serta pasar juga dibangun dengan kualitas yang sangat baik. Khalifah
pun membiayai pengembangan ilmu pengetahuan dibidang penerjemah dan
penelitian. Negara menempatkan para ulama dan ilmuan diposisi yang tinggi
dan mulia. Mereka dihargai dengan gaji yang sangat tinggi. Setiap tulisan dan
penemuan yang dihasilkan ulama dan ilmuan di bayar mahal oleh negara.

Anda mungkin juga menyukai