Anda di halaman 1dari 7

BIOGRAFI HARUN AL RASYID

Harun Al-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 766 dan wafat pada tanggal 24 Maret 809, d Thus,
Khurasan. Harun Al-Rasyid adalah kalifah kelima dari dinasti Abbasiyah dan memerintah antara tahun
786 hingga 803. Ayahnya bernama Muhammad Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-
Hadi adalah kalifah yang ketiga.Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran berasal dari Yaman. Dalam usia
yang relatif muda, Harun Al-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu
pasukan beserta para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar
tentang strategi pertempuran.pada tahun 163 H beliau diangkat oleh ayahnya untuk menjadi gubernur
di saifah dan pada tahun 164H beliau di beri kewenangan untuk memimpin seluruh wilayah anbar dan
negeri-negri di wilayah afrika utara. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah mengukuhkannya
sebagai putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya al-Hadi.Beliau menjadi khalifah
menggantikan kakaknya, al-Hadi pada tahun 170 H.Harun al-rasyid berkuasa selama kurang lebih 23
tahun dan pada masa pemerintahanya islam mencapai puncak kejayaan.ia adalah seorang khalifah yang
dicintai oleh rakyatnya karena mempunyai jiwa murah hati dan kedermawanan yang tinggi

Beliau menjadi khalifah menggantikan kakaknya, al hadi pada tahun 170 H. Beliau merupakan
khalifah paling baik, dan raja dunia paling agung pada waktu itu. Beliau bisa menunaikan haji setahun
dan berperang selama setahun. Sekalipun sebagai seorang khalifah beliau masih sempat shalat yang bila
dihitung seharinya encapai seratus rakaat hingga beliau wafat. Beliau tidak meninggalkan hal itu kecuali
bila ada uzur. Demikian pula beliau bisa bersedekah dari harta pribadinya setiap hari sebesar 1000
dirham.

Beliau orang yang mencintai ilmu dan penuntut ilmu mengangungkan kerhomatan islam dan
membenci debat kusir dalam agama dan perkataan yang bertantangan dengan kitabullah dan assunah
annabawiyah.Beliau berumrah tahun 179 H di bulan ramadhan dan terus dalam kondisi ihram hingga
melaksanakan kewajiban ibadah haji. Beliau berjalan kaki dari mekah ke padang arafah. Beliau berhasil
menguasai kota Hiracle dan menyebarkan pasukannya yang kemudian menaklukan benteng Cicilia,
Malconia, dan Cyprus. Lalu menawan penduduknya yang berjumlah 1600 orang.

Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada 3 atau 4 Jumadil Tsani 193 H/809 M
setelah menjadi khalifah selama lebih kurang 23 tahun 6 bulan. Seperti ditulis Imam As-Suyuthi, ia
meninggal saat memimpin Perang Thus, sebuah wilayah di Khurasan. Saat meninggal usianya 45 tahun,
bertindak sebagai imam shalat jenazahnya adalah anaknya sendiri yang bernama Shalih.

Daulah Abbasiyah dan dunia Islam saat itu benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang shalih
dan adil, sehingga tak seorang pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid dan
mendapatkan perlindungan hukum yang sesuai.

B. MASA KE EMASAN KHALIFAH HARUN AL RASYID

Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid,
seorang khalifah yang taat beragama, shalih, dermawan, hampir bisa disamakan dengan Khalifah Umar
bin Abdul Azis dari Bani Umayyah. Jabatan khalifah tidak membuatnya terhalang untuk turun ke jalan-

1
jalan pada malam hari, tujuannya untuk melihat keadaan rakyat yang sebenarnya. Ia ingin melihat apa
yang terjadi dan menimpa kaum lemah dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan
bantuan. Pada masa itu, Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam yang tidak ada
tandingannya di dunia pada abad pertengahan. Daulah Abbasiyah pada masa itu, mempunyai wilayah
kekuasaan yang luas, membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukush, India. Kekuatan militer yang
dimilikinya juga sangat luar biasa.

Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai perhatian yang sangat baik terhadap ilmuwan dan
budayawan. Ia mengumpulkan mereka semua dan melibatkannya dalam setiap kebijakan yang akan
diambil pemerintah. Perdana menterinya adalah seorang ulama besar di zamannya, Yahya Al-Barmaki
juga merupakan guru Khalifah Harun Ar-Rasyid, sehingga banyak nasihat dan anjuran kebaikan mengalir
dari Yahya. Hal ini semua membentengi Khalifah Harun Ar-Rasyid dari perbuatan-perbuatan yang
menyimpang dari ajaran-ajaran Islam. Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid, hidup juga seorang cerdik
pandai yang sering memberikan nasihat-nasihat kebaikan pada Khalifah, yaitu Abu Nawas. Nasihat-
nasihat kebaikan dari Abu Nawas disertai dengan gayanya yang lucu, menjadi bagian tak terpisahkan
dari kehidupan Khalifah Harun Ar-Rasyid.

Suasana negara yang aman dan damai membuat rakyat menjadi tenteram. Bahkan pada masa
pemerintahan Harun Ar-Rasyid sangat sulit mencari orang yang akan diberikan zakat, infak dan sedekah,
karena tingkat kemakmuran penduduknya merata. Di samping itu, banyak pedagang dan saudagar yang
menanamkan investasinya pada berbagai bidang usaha di wilayah Bani Abbasiyah pada masa itu.

Setiap orang merasa aman untuk keluar pada malam hari, karena tingkat kejahatan yang minim.
Kaum terpelajar dan masyarakat umum dapat melakukan perjalanan dan penjelajahan di negeri yang
luas itu dengan aman. Masjid-masjid, perguruan tinggi, madrasah-madrasah, rumah sakit, dan sarana
kepentingan umum lainnya banyak dibangun pada masa itu.

Khalifah Harun Ar-Rasyid juga sangat giat dalam penerjemahan berbagai buku berbahasa asing
ke dalam bahasa Arab. Dewan penerjemah juga dibentuk untuk keperluan penerjemahan dan
penggalian informasi yang termuat dalam buku asing. Dewan penerjemah itu diketuai oleh seorang
pakar bernama Yuhana bin Musawih. Bahasa Arab ketika itu merupakan bahasa resmi negara dan
bahasa pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan bahkan menjadi alat komunikasi umum.
Karena itu, dianggap tepat bila semua pengetahuan yang termuat dalam bahasa asing itu segera
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada 3 atau 4 Jumadil Tsani 193 H/809 M
setelah menjadi khalifah selama lebih kurang 23 tahun 6 bulan. Seperti ditulis Imam As-Suyuthi, ia
meninggal saat memimpin Perang Thus, sebuah wilayah di Khurasan. Saat meninggal usianya 45 tahun,
bertindak sebagai imam shalat jenazahnya adalah anaknya sendiri yang bernama Shalih.

Daulah Abbasiyah dan dunia Islam saat itu benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang shalih
dan adil, sehingga tak seorang pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid dan
mendapatkan perlindungan hukum yang sesuai.

Era keemasan Islam (The Golden Ages of Islam) tertoreh pada masa ke pemimpinannya.
Perhatiannya yang begitu besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong
perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah kekuasaan, serta

2
peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu negara adikuasa dunia di abad ke-
8 M.

Harun Ar-Rasyid adalah Amir para Khalifah Abbasiyah. Dia adalah raja agung pada zamannya.
Konon, kehebatannya hanya dapat dibandingkan dengan Karel Agung (742 M – 814 M) di Eropa. Pada
masa kekuasaannya, Baghdad ibu kota Abbasiyah – menjelma menjadi metropolitan dunia. Jasanya
dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban hingga abad ke-21 masih dirasakan dan dinikmati
masyarakat dunia.

Sejak belia, Harun Ar-Rasyid ditempa dengan pendidikan agama Islam dan pemerintahan di
lingkungan istana. Salah satu gurunya yang paling populer adalah Yahya bin Khalid. Berbekal pendidikan
yang memadai, Harun pun tumbuh menjadi seorang terpelajar. Harun Ar-Rasyid memang dikenal
sebagai pria yang berotak encer, berkepribadian kuat, dan fasih dalam berbicara.

Ketika tumbuh menjadi seorang remaja, Harun Ar-Rasyid sudah mulai diterjunkan ayahnya
dalam urusan pemerintahan. Kepemimpinan Harun ditempa sang ayah ketika dipercaya memimpin
ekspedisi militer untuk menaklukkan Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi militer pertama
dipimpinnya pada 779 M – 780 M. Dalam ekspedisi kedua yang dilakukan pada 781-782 M, Harun
memimpin pasukannya hingga ke pantai Bosporus. Dalam usia yang relatif muda, Harun Ar-Rasyid yang
dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat tinggi dan
jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar tentang strategi pertempuran.

Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, Harun didaulat ayahnya menjadi gubernur di As-Siafah
tahun 779 M dan di Maghrib pada 780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah
mengukuhkannya sebagai putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya, Al-Hadi. Pada 14
Septempber 786 M, Harun Ar-Rasyid akhirnya menduduki tahta tertinggi di Dinasti Abbasiyah sebagai
khalifah kelima.

Harun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M – 809 M). Selama dua dasawarsa itu, Harun
Ar-Rasyid mampu membawa dinasti yang dipimpinnya ke puncak kejayaan. Ada banyak hal yang patut
ditiru para pemimpin Islam di abad ke-21 ini dari sosok raja besar Muslim ini. Sebagai pemimpin, dia
menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum, penulis, qari, dan seniman.

Ia kerap mengundang para tokoh informal dan profesional itu ke istana untuk mendiskusikan
berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid begitu menghagai setiap orang. Itulah salah satu yang membuat
masyarakat dari berbagai golongan dan status amat menghormati, mengagumi, dan mencintainya.
Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat dengan rakyatnya. Sebagai seorang
pemimpin dan Muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah. Konon, dia terbiasa
menjalankan shalat sunat hingga seratus rakaat setiap harinya. Dua kali dalam setahun, khalifah kerap
menunaikan ibadah haji dan umrah dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Mekkah. Ia tak pernah lupa
mengajak para ulama ketika menunaikan rukun Islam kelima. Jika sang khalifah tak berkesempatan
untuk menunaikan ibadah haji, maka dihajikannya sebanyak tiga ratus orang di Baghdad dengan biaya
penuh dari istana.

3
Masyarakat Baghdad merasakan dan menikmati suasana aman dan damai di masa
pemerintahannya. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid tak mengenal kompromi
dengan korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu adalah orang yang dekat dan
banyak berpengaruh dalam hidupnya. Tanpa ragu-ragu Harun Ar-Rasyid memecat dan memenjarakan
Yahya bin Khalid yang diangkatnya sebagai perdana menteri (wazir).

Harun pun menyita dan mengembalikan harta Yahya senilai 30,87 juta dinar hasil korupsi ke kas
negara. Dengan begitu, pemerintahan yang dipimpinnya bisa terbebas dari korupsi yang bisa
menyengsarakan rakyatnya. Pemerintahan yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya. Konon,
Harun Ar-Rasyid adalah khalifah yang berperawakan tinggi, bekulit putih, dan tampan. Di masa
kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari daerah-daerah di
Laut Tengah di sebelah Barat hingga ke India di sebelah Timur. Meski begitu, tak mudah bagi Harun Ar-
Rasyid untuk menjaga keutuhan wilayah yang dikuasainya.

Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya. Pemberontakan


yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain; pemberontakan Khawarij yang dipimpin Walid
bin Tahrif (794 M); pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M); serta pemberontakan Yahya bin Abdullah
bin Abi Taglib (792 M). Salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda adalah
perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di masa kepemimpinannya terjadi
penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa.

Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam. Menggenggam dunia dengan ilmu
pengetahuan dan perabadan. Pada era itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan
peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah – perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian
ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya. Harun pun menaruh perhatian yang besar
terhadap pengembangan ilmu keagamaan. Sang khalifah tutup usia pada 24 Maret 809 M pada usia
yang terbilang muda 46 tahun. Meski begitu pamor dan popularitasnya masih tetap melegenda hingga
kini. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu tokoh dalam kitab 1001 malam yang amat populer.
Pemimpin yang baik akan tetap dikenang sepanjang masa.

C. KAMAJUAN KEPEMINPINAN HARUN AL RASYID

PEMERINTAHAN

Khalifah Harun ar-Rasyid sendiri begitu cekap dalam menguruskan pentadbiran negara.

4
Beliau telah dapat membanteras segala kekacauan dan pemberontakan di dalam negaranya
dengan pelbagai rintangan dan dugaan.

Beliau begitu mengambil berat terhadap kredibiliti tentera-tenteranya dan juga memberi
perlindungan serta keselamatan untuk kesejahteraan rakyatnya.

Ekonomi

Banyak perubahan yang dilakukan oleh beliau dalam membangunkan ekonomi dengan
melakukan aktiviti perdagangan, perniagaan dan membawa pedagang-pedagang asing untuk berniaga di
Kota Baghdad.

Disebabkan usaha inilah, ramai pedagang-pedagang asing yang datang membawa barangan
mereka untuk diniagakan di Kota Baghdad.

Hubungan diplomatik

Beliau juga mengadakan hubungan yang baik dengan kuasa-kuasa asing, antaranya kerajaan
Byzantium, Peranchis dan keluarga al-Barmaki.

Perhubungan ini bertujuan untuk pendamaian antara kedua-dua belah pihak melalui
pembayaran ufti antara Kota Bahgdad dengan kerajaan Byzantium.

PERKEMBANGAN ILMU

Khalifah harun ar-Rasyid dikenali sebagai tokoh negarawan terulung kerana usaha beliau
dalam penyebaran ilmu pengetahuan.

Oleh kerana itulah, beliau membuka Baitul Hikmah iaitu institusi kebudayaan dan pusat
kegiatan ilmu pengetahuan.

Disamping itu juga, seseorang khalifah harus tahu untuk membangunkan dan memajukan
negara agar menjadi sebuah negara yang maju dalam pelbagai bidang sama ada ekonomi, politik
mahupun sosial.

Ilmu pengetahuan sangat penting yang seharusnya ada dalam diri seorang khalifah. Beliau
juga mempunyai pengalaman yang cukup luas dalam mentadbir Kota Baghdad selama 23 tahun.

Kemajuan Intelektual

Kemajuan intelektual yang dicapai oleh Khalifah Harun ar-Rasyid juga adalah salah satu
sumbangan yang besar diberikan oleh baginda.

5
Terdapat buku-buku yang berupa terjemahan ilmu dari luar ataupun disusun oleh intelektual
Islam tergolong dalam kemajuan intelektual.

Beliau dianggap sebagai penaung bagi semua kegiatan ilmu pengetahuan kerana beliau sering
kali menganjurkan majlis forum, syarahan dan perbahasan, yang mana akan dihadiri oleh orang ramai
dan golongan intelektual di masjid

Baitul hikmah

Satu lagi sumbangan Khalifah ar-Rasyid yang sangat besar kepada kerajaan Abbasiyah ialah
dengan tertubuhnya Baitul Hikmah.

Sikap prihatin beliau dalam bidang ilmu pengetahuan mendorong beliau untuk menubuhkan
institusi itu sebagai satu tempat penyebaran ilmu pengetahuan.

Semua kegiatan keilmuan ini merupakan satu usaha yang cemerlang dilakukan oleh beliau
ketika mentadbir kerajaan Abbasiyah.

Baitul Hikmah ini juga menggabungkan pelbagai fungsi antaranya ialah sebagai tempat
penyimpanan buku-buku, pengumpulan buku, perpustakaan, pusat akademik dan balai penterjemahan.
Ia juga merupakan lambang pendidikan yang terpenting dan telah dapat menandingi kemasyhuran
Perpustakaan Iskandariah.

Pembinaan Baitulhikmah yang merupakan sebuah institusi keilmuan yang ditubuhkan oleh
khalifah Harun al- Rashid turut berkembang secara meluas dan mencapai kegemilangannya pada zaman
pemerintahan Khalifah al- Makmun.

Hasilnya, aktiviti penterjemahan dijalankan dengan pesat dan menjadi lebih sistematik.

Penterjemahan karya falsafah dan sains, khususnya daripada bahasa Yunani menjadi kegiatan
utama.

Menjadi pusat pengajian yang menjadi tumpuan para ilmuwan dalam pelbagai bidang.

Keberkesanan pemerintahannya dalam bidang penulisan pula boleh dilihat melalui tiga tahap.

Tahap yang pertama ialah mencatat segala percakapan atau idea. Beliau mengumpul idea
yang serupa atau mengumpul hadis Nabi Muhammad s.a.w. ke dalam sebuah buku.

Tahap yang kedua pula mengarang. Terdapat golongan ulama yang terlibat dalam penulisan
pada zaman pemerintahannya. Ramai ulama menyusun hadis dan menghasilkan tulisan dalam bidang
fikah, tafsir, sejarah, dan sebagainya seperti Imam Malik menyusun buku al- Muwatta’, Ibn Ishaq
menyusun sejarah hidup Nabi Muhammad s.a.w., Abu Hanifah menyusun fikah dan pendapat ijtihad.

Tahap ketiga pula ialah penterjemahan. Penterjemahan pada masa itu mula dibuat daripada
bahasa Sanskrit, Suriani, dan Yunani kepada Bahasa Arab. Dua perkara penting berkaitan dengan
penterjemahan ialah, di samping menterjemah, orang Islam mencipta dan membuat pembaharuan
dalam karya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Huraian dan penambahbaikan dibuat terhadap
karya dengan memuatkan keterangan dan ulasan. Selain itu,Orang Islam berperanan penting dalam

6
berbakti kepada kebudayaan dunia kerana mereka berjaya memelihara warisan ilmu daripada lenyap
semasa masyarakat Eropah dilanda Zaman Gelap.

Penubuhan pusat pengajian tinggi dapat mempertingkatkan kegiatan penyelidikan.

Hasil kajian sarjana Islam tersebar ke Eropah dan sejumlah hasil kajian diterjemahkan ke
dalam bahasa asing.

Perkembangan ini membawa kepada kebangkitan Eropah.

Perkembangan tamadun Islam di Kota Baghdad dan Cordova memberi sumbangan yang besar
kepada perkembangan keilmuan di Eropah dan perkembangan keilmuan di Eropah melahirkan zaman
pemulihan budaya atau Renaissance.

Penulisan karya dalam pelbagai bidang oleh para ilmuan Islam telah mempertingkatkan
pengetahuan manusia sezaman dan meninggalkan warisan yang amat ternilai kepada generasi
kemudian.

Kegigihan masyarakat Islam menimba ilmu daripada pelbagai sumber asing banyak memberi
faedah kepada orang Islam sendiri.

Para ilmuan Islam telah memperbaiki dan meningkatkan mutu karya sehingga berlakunya
percambahan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Hasilnya, pada zaman pemerintahannya itu sudah
terdapat sekitar 800 orang doktor.

Anda mungkin juga menyukai