Anda di halaman 1dari 11

A.

Biografi singkat khalifah Harun Ar-Rasyid


Harun Ar-Rasyid, dilahirkan pada bulan Februari tahun 763 M di
Rayydan wafat pada tanggal 24 Maret 809 M. Ayahnya bernama AlMahdi bin Abu Jafar al-Mansyur, khalifah ketiga dari Bani Abbasiyah.
Ibunya bernama Khaizuran, seorang wanita sahaya dari Yaman yang
dimerdekakan oleh Al-Mahdi. Harun ar-Rasyid memperoleh pendidikan di
istana, baik pendidikan agama maupun ilmu pemerintahan. Ia dididik oleh
keluarga Barmaki, Yahya bin Khalid salah seorang anggota keluarga
Barmak yang berperan dalam pemerintahan Bani Abbasiyah, sehingga ia
menjadi terpelajar, cerdas, fasih berbicara dan berkepribadian yang kuat.
Karena kecerdasannya, walaupun usianya masih muda, ia sudah
terlibat dalam urusan pemerintahan ayahnya. Ia pun mendapatkan
pendidikan ketentaraan. Pada masa pemerintahan ayahnya, Harun arRasyid dipercayakan dua kali memimpin ekspedisi militer untuk
menyerang Bizantium (779-780) dan (781-782) sampai ke pantai
Bosporus. Ia didampingi oleh para pejabat tinggi dan jenderal veteran.
Sebelum menjadi khalifah, ia pernah memegang jabatan gubernur
selama dua kali, di as-Saifah pada tahun 163 H \779 M dan di Magribi
pada tahun 780 M. Setelah sempat dua kali menjadi gubernur, pada
tahun 166 H/782 M Khalifah Al-Mahdi mengukuhkannya menjadi putra
Mahkota untuk menjadi khalifah sesudah saudaranya, Al-Hadi, dan
setelah pengukuhannya empat tahun kemudian yakni tepatnya pada
tanggal 14 September 786 M Harun ar-Rasyid memproklamirkan diri
menjadi khalifah, untuk menggantikan saudaranya yang telah wafat.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid didampingi
Yahya bin Khalid dan empat putranya. ia pun mengangkat Yahya bin
Khalid sebagai wazir (perdana menteri) untuk menjalankan roda
pemerintahan dengan kekuasaan tidak terbatas. Dan menyerahkan
urusan rakyat kepada Yahya bin khalid.
Pribadi dan akhlak Harun ialah ia suka bercengkrama, alim dan sangat
dimuliakan. Ia tidak pernah menyia-nyiakan kebaikan orang kepadanya
dan tidak pernah menangguh-nangguhkan untuk membalasnya. Beliau
menyukai syair dan para penyairnya serta gemar tokoh-tokoh sastra dan
fikih, malah beliau sangat menghormati dan merendahkan diri kepada
alim ulama. Namun Demikian, ia pun sangat mencintai isterinya sehingga
kalau ada yang berbuat salah pada isteri dan pembantu-pembantunya
maka orang tersebut akan mendapat hukuman. Diantara sifat-sifat Harun
Ar-rasyid yang paling menonjol adalah beliau lebih mengutamakan akal
daripada emosi, kalau marah beliau begitu garang dan menggeletar
seluruh tubuh dan kalau memberi nasihat beliau menangis terseduhseduh.

B.Kekhalifahan Harun Ar-Rasyid


Akibat dari masuknya pengaruh asing dalam dunia Islam, maka telah
berubah bentuk pemerintahan dari bentuk demokrasi menjadi absolut. ini
mulai terasa pada masa Bani Umayyah dan semakin menjadi nyata pada
masa Bani Abbasiyah. Konsep pemikiran yang dianut oleh Bani Abbas
adalah bahwa pemimpin memperoleh hak memerintah dari Allah, bukan
dari manusia karena itu penguasa hanya bertanggung jawab kepada
Tuhan.
Para khalifah dalam pemerintahan Bani Abbas, menduduki tahta
kerajaan berdasarkan keturunan (atau sering kita sebut dengan sistem
monarki). Begitu juga pada diri Harun, ia menjadi khalifah karena
ayahnya seorang khalifah dan juga pengganti beliau adalah anak
keturunannya. Peranan sang khalifah yang pada dasarnya sebagai Amir
al-Muminin tetap dijalankan.
Harun Ar-Rasyid (786-809 M) adalah khalifah kelima Daulah
Abbasiyah. Beliau diangkat menjadi khalifah pada September 786 M,
pada usianya yang sangat muda yaitu 23 tahun. Jabatan khalifah itu
dipegangnya setelah saudaranya yang menjabat khalifah Musa Al-Hadi
wafat. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid
didampingi Yahya bin Khalid dan empat putranya.
Di masa pemerintahannya beliau :
* Mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat.
* Membangun kota Baghdad dengan bangunan-bangunan megah.
* Membangun tempat-tempat peribadatan.
* Membangun sarana pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
* Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi
. sebagai perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian.
* Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalahmasalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, mesjidmesjid, istana..
Dan Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Harun Ar-Rasyid, seorang khalifah yang taat beragama,
shalih, dermawan, hampir bisa disamakan dengan Khalifah Umar bin
Abdul Azis dari Bani Umayyah.
Jabatan khalifah tidak membuatnya terhalang untuk turun ke jalanjalan pada malam hari, tujuannya untuk melihat keadaan rakyat yang
sebenarnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi dan menimpa kaum lemah
dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan bantuan.
Pada masa itu, Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001
malam yang tidak ada tandingannya di dunia pada abad pertengahan.
Daulah Abbasiyah pada masa itu, mempunyai wilayah kekuasaan yang

luas, membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukush, India.


Kekuatan militer yang dimilikinya juga sangat luar biasa.
Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai perhatian yang sangat baik
terhadap ilmuwan dan budayawan. Ia mengumpulkan mereka semua dan
melibatkannya dalam setiap kebijakan yang akan diambil pemerintah.
Perdana menterinya adalah seorang ulama besar di zamannya, Yahya
Al-Barmaki juga merupakan guru Khalifah Harun Ar-Rasyid, sehingga
banyak nasihat dan anjuran kebaikan mengalir dari Yahya. Hal ini semua
membentengi Khalifah Harun Ar-Rasyid dari perbuatan-perbuatan yang
menyimpang dari ajaran- ajaran Islam. Pada masa Khalifah Harun ArRasyid, hidup juga seorang cerdik pandai yang sering memberikan
nasihat-nasihat kebaikan pada Khalifah, yaitu Abu Nawas. Nasihatnasihat kebaikan dari Abu Nawas disertai dengan gayanya yang lucu,
menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Khalifah Harun Ar-Rasyid.
Suasana negara yang aman dan damai membuat rakyat menjadi
tenteram. Bahkan pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid sangat sulit
mencari orang yang akan diberikan zakat, infak dan sedekah, karena
tingkat kemakmuran penduduknya merata. Di samping itu, banyak
pedagang dan saudagar yang menanamkan investasinya pada berbagai
bidang usaha di wilayah Bani Abbasiyah pada masa itu. Setiap orang
merasa aman untuk keluar pada malam hari, karena tingkat kejahatan
yang minim. Kaum terpelajar dan masyarakat umum dapat melakukan
perjalanan dan penjelajahan di negeri yang luas itu dengan aman.
Masjid-masjid, perguruan tinggi, madrasah- madrasah, rumah sakit, dan
sarana kepentingan umum lainnya banyak dibangun pada masa itu.
Khalifah Harun Ar-Rasyid juga sangat giat dalam penerjemahan
berbagai buku berbahasa asing ke dalam bahasa Arab. Dewan
penerjemah juga dibentuk untuk keperluan penerjemahan dan
penggalian informasi yang termuat dalam buku asing. Dewan
penerjemah itu diketuai oleh seorang pakar bernama Yuhana bin
Musawih. Bahasa Arab ketika itu merupakan bahasa resmi negara dan
bahasa pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan bahkan
menjadi
alat
komunikasi
umum.
Karena itu, dianggap tepat bila semua pengetahuan yang termuat dalam
bahasa asing itu segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
C.Kemajuan

yang dicapai Pada masa pemerintahan Harun

ArRasyid
Berangkat dari sikap ingin mensejahterakan rakyat maka apapun ia
berikan. Keadaan aman ia berikan sehingga membuat para pedagang,
saudagar, kaum terpelajar dan jamaah dapat melakukan perjalanan di
seluruh wilayah kerajaannya yang sangat besar. Masjid, perguruan tinggi
dan sekolah-sekolah, rumah sakit, toko obat, jembatan dan terus-terusan
dibangunnya, memperlihatkan hasratnya yang besar untuk kesejahteraan
rakyatnya.
Untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan Negara Harun arRasyid memajukan ekonomi, perdagangan dan pertanian dengan sistem

irigasi. Kemajuan sektor-sektor ini menjadikan Bagdad, ibu kota


pemerintahan Bani Abbas, sebagai pusat perdagangan terbesar dan
teramai di dunia. Pada saat itu, banyak terjadi pertukaran barang serta
valuta dari berbagai penjuru.
Dengan demikian, negara banyak memperoleh pendapatan dari
kegiatan perdagangan tersebut lewat sektor pajak sehingga negara
mampu membiayai pembangunan sektor-sektor lain.
Gedung-gedung yang megah, sarana peribadatan, pendidikan,
kesehatan juga sarana perdagangan mulai dibangun di kota Bagdad.
Tidak lupa, ia membiayai pengembangan ilmu pengetahuan dibidang
penerjemahan dan penelitian. Negara mampu memberikan gaji yang
tinggi kepada ulama dan ilmuwan. Di samping pembangunan untuk
masyarakat juga didirikan beberapa istana yang mencerminkan
kemewahan waktu itu, salah satunya adalah istana al-Khuldi.

Di bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Harun ar-Rasyid memperbesar departemen studi ilmiah dan
penerjemahan yang didirikan kakeknya, Al-Mansur. Kemurahan hati arRasyid, para menteri dan anggota istana yang berbakat terutama
keluarga Barmak, yang saling berlomba membantu ilmu pengetahuan
dan kesenian, membuat Baghdad menjadi pusat yang menarik orangorang terpelajar dari seluruh dunia. Salah satu perkara penting yang
menjadikan Harun ar-Rasyid begitu masyhur ialah naungannya atas ilmu
dengan mendirikan Baitul Hikmah yang merupakan suatu institusi
kebudayaan dan pikiran yang cemerlang ketika itu yang telah merintis
jalan kearah kebangkitan Eropa.
* Di

bidang Kesusasteraan

Yang telah menjadikan khalifah Harun ar-Rasyid termasyhur dan


terkenal ialah melalui buku Seribu Satu Malam, yang telah menduduki
tempat paling atas di bidang kesusasteraan dunia. Buku ini telah
diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa dunia

Di bidang hubungan Luar Negeri


Khalifah telah menjalin hubungan diplomatik dengan beberapa
negara di timur dan barat. Dialah khalifah pertama yang mene-rima para
duta besar di istananya. Seperti duta besar yang diutus kaisar Cina dan
penguasa Perancis, Charlemagne. Kepada penguasa Perancis ia
memberikan sebuah jam yang buat masyarakat barat katika itu masih
merupakan barang yang aneh
*

Di bidang Kesehatan

Khalifah mendirikan rumah sakit lembaga pendidikan dokter dan


farmasi, pada masa itu sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang
dokter.

D.Kemunduran dan kehancuran kekholifahan Harun ArRasyid


Kemunduran dan kehancuran kekhalifahan Harun ar-Rasyid, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.

1.

Faktor Internal
Semenjak awal pemerintahan Ar-Rasyid, problema suksesi menjadi
sangat kritis. Ia telah mewasiatkan tahta kehalifaan kepada putranya
yang bernama al-Amin dan kepada putranya yang lebih tua bernama alMamun seorang gubernur Khurasan dan orang yang berhak menjabat
tahta khilafah sepeninggalan saudaranya.
Al-Amin adalah anak lelaki dari Subaidah dan Al-Mamun ialah anak
dari istrinya yang bernama Marajil, seorang hamba sahaya.. Harun arRasyid sangat menyayangi isterinya yang bernama Zubaidah, bahkan
ternyata kedudukan isterinya ini setara dengan jabatan khalifah di sisi
Harun ar-Rasyid. Atas desakan Zubaidah dan dukungan dari golongan
Barmaki yang mendesak agar Al-Amin segera dilantik yang kelak
mengganti kedudukan beliau, maka pada tahun 175H / 791 M.
Muhammad resmi dilantik menjadi putra mahkota.
Khalifah menyadari bahwa kebijakannya dalam perkara ini adalah
suatu kebijakan yang gagal dan akan membawa pada perpecahan dan
pertumpahan darah. Oleh karena itu, ia pun mengambil langkah-langkah.
Langkah yang paling menonjol yang ditempuhnya untuk menghindari
angkara dari anak-anaknya dan menyelamatkan kaum muslim dari suatu
keadaan kacau balau yang buruk, beliau melakukan ibadah haji. Di
Makkah beliau menulis surat masing-masing berisi pengakuan dari dan
kepada kedua anaknya, dan digantungnya di ka`bah, tetapi ternyata
kebijakan yang dijalankanya bukan merintis pada perdamaian antara
saudara bahkan sebaliknya telah menjadikan perselisihan dan sengketa
yang amat buruk di antara Al-Amin dan Al-Ma`mun setelah ayahnya
meninggal dunia. Sengketa ini telah mengorbankan beribu-ribu jiwa kaum
muslim termasuk Al-Amin sendiri.
2. Faktor Eksternal
Adapun yang menjadi faktor eksternal adalah:
a.
Pengangkatan Ibrahim bin Aqlab sebagai Gubernur turun temurun
(800), yang kemudian menjadi Dinasti Aqlabiah, di Afrika Utara (Magribi).
b.
Pemberontakan Rafiul al-Laish yang baru dapat dipadamkan pada
masa Al-Mamun.

E.Wafatnya sang khalifah


Pada perjalanan untuk menumpas kaum pemberontak di Khurasan,
Harun ar-Rasyid tertimpa penyakit dan terpaksa berhenti bersama
rombongan di desa Sanabat di dekat Tus, dan ditempat ini pula beliau
meninggal dunia, tepatnya pada tanggal 4 Jumaditsani, 193 H /809 M.
Kejayaannya memimpin Dinasti Abbasiyah selama 23 tahun 6 bulan
menyebabkan Amer Ali memberi penghormatan terhadap Pemerintah arRasyid yang cemerlang tersebut dengan kata-kata berikut: Nilailah dia
seperti yang Anda sukai dalam ukuran kritik sejarah Harun ar-Rasyid
senantiasa akan disejajarkan dengan raja dan penguasa terbesar di
dunia.

A.biografi al-Mamun
Khalifah Al-Mamun memiliki nama lengkap Abu Jafar Al-Mamun bin
Harun. Orang Barat memanggilnya dengan sebutan Almamon. Ia terlahir
pada 14 September 786 M. Al-Mamun di lahirkan enam bulan lebih dulu
dari saudara sebapaknya Al-Amin. Sang khalifah bergelar Abu Al-Abbas.
Ayahnya adalah Khalifah Harun Ar-Rasyid. Sedangkan ibunya adalah
seorang bekas budak yang bernama Murajil.
Al-Makmun menjadi khalifah setelah saudaranya Al-Amin meninggal
dunia, sebagai khalifah yang ke-8 dari Daulah Abbasiyah, Ia terkenal
sebagai seorang administrator yang termasyhur karena kebijaksanaan
dan kesabarannya. Ia mencurahkan perhatiannya yang besar pada tugas
reorganisasi pemerintahan ketika mengalami kemunduran selama
pemerintahan Al-Amin. Ia melakukan peninjauan pengurus rumah tangga
istana. Ia mengangkat para administrator yang ahli unuk menjadi
gubernur di berbagai propinsi dan terus mengawasi langkah mereka.
Khalifah Al-Makmun yang berbasis pangikut di Persia mengalami
kemajuan di berbagai bidang, baik ilmu agama maupun ilmu umum.
Ketika Al-Makmun memerintah timbul masalah agama yang pelik, yakni
faham apakah Al-Quran itu makhluk atau bukan. Sejak Al-Hadi (paman
Al-Mamun) wafat ketika awal pemerintahan Al-Mamun muncul ilmu
Falsafi (Al-Quran) dan munculnya ilmu kedokeran. Ia mewajibkan
kepada para ulama menghapal Al-Quran. Munculnya pemahaman AlQuran ini makhluk dikemukakan Al-Mutasyim (saudara Al-Mamun).

Kepribadian
memerintah

dan

gaya

Al-Mamun

dalam

Al-makmun menyerupai sebagian sifat ayahnya dan tidak menyerupai


sifat yang lain. Al-makmun adalah orang yang pemalu, jujur, dan mulia,
mencintai manusia, dan senang jika mereka mencintainya yang dalam
hal ini beliau menyerupai ayahnya. Tetapi dia tiak menyerupai ayahnya
dalam hal memecahkan masalah, ayahnya adalah orang yang bisa
memecahkan masalah atau persoalan dalam waktu itu juga.adapun almakmun karena dia adalah orang yang hati-hati, dia bisa menangguhkan
pemecahan masalah hingga dia yakin terhadap pemikiran yang benar.
Didalam melihat suatu persoalan dia melihat persoalan dari jauh dan
dekat. Sama dengan ilmuwan kebanyakan dia tidak yakin terhadap suatu
hal kecualai setelah melihat kondisi sebenanya.
Jika dikagetkan dengan suatu kejadian, dia akan menunda
penyelesaiannya hingga pendapatnya tentang kejadian tersebut telah
lurus. Beliau memecahkan segala persoalan dengan tenang, tanpa
disertai amarah. Dia tidak memiliki kekerasan, dia ingin pemecahan
dilakukan dengan tenang, halus, dan lembut. Namun menurut usuf al-isy,
pemecahan tersebut masalah yang dilakukan oleh al-makmun tersebut
tidak harus mensyaratkan bahwa pemecahan harus dilakukan dengan
akhlak. Seperti yang dilakukannya dalam melenyapkan kedua tokoh (Ali
al Ridha dan Fadhl bin Sahal).

B. KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ALMAMUN


Konsep dasar Pendidikan Islam pada masa Al-Mamun adalah konsep
dasar Pendidikan Islam Mutikulrural dan Multikultural di Intuisikan.
Sedangkan pengaruh pendidikan multikultural pada masa itu, yaitu
terjalinnya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa yang
lain, terjalinnya toleransi terhadap agama, munculnya filsafat Islam dan
lain sebagainya. Tokoh-tokoh Pendidikan Multikultural seperti Khalifah AlMamun, Muhammad Ibn Musa Al-Hawarizmi dan Al-Kindi.
Pada masa khalifat ke-7 yaitu Al-Mamun ada dua konsep dasar
pendidikan, yaitu multikultural dan intuisi.
1. Konsep Dasar Pendidikan Multikultural
Menurut pakar pendidikan, Azyumardi Azra mendefinisikan pendidikan
multicultural sebagai pendiidkan untuk atau tentang keragaman
kebudayaan dalam merespon perubahan demokrafi dan kultur
lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Hariansyah, ditinjau dari sudut psikologi bahwa
pendidikan multicultural memandang manusia memiliki beberapa dimensi
yang harus diakomodir dan dikembangkan secara keseluruhan. Bahwa
manusia pada dasarnya adalah pengakuan akan pluralitas (jama),
heterogenitas (keanekaragaman), dan keberagaman manusia itu sendiri.
Keberagaman itu bisa berupa ideologi, agama, paradigm, pola pikir,
kebutuhan, keinginan dan tingkat intelektual (Suwito & Fauzan. 2005:
26).
2. Konsep Dasar Pendidikan Multikultural di Intuisi Pendidikan
Islam
Intuisi pendidikan Islam zaman Al-Mamun, termasuk kategori lembaga
pendidikan Islam yang klasik. George Maksidi membagi intuisi pendidikan
Islam klasik berdasarkan kriteria materi pelajaran yang diajarkan di
sekolah-sekolah Islam, menjadi dua tipe, yaitu: intuisi pendidikan inkluisif
(terbuka) terhadap pengetahuan umum dan intuisi pendidikan eksklusif
(tertutup) terhadap pengetahuan umum (Suwito & Fauzan. 2005: 27).
Perkembangan pendidikan Islam mencapai kejayaan pada masa
pemerintahan Al-Mamun. Dialah khalifah yang banyak perhatiannya
kepada perkembangan ilmu pengetahuan. Dialah yang memprakarsai
gerakan pemikiran dalam sejarah, sekaligus sebagai pemrakarsa paling
besar dalam penerjemahan buku-buku berbahasa Yunani dan Suryani.
Usahanya merupakan langkah pemula bagi gerakan penulisan yang
dilakukan oleh para pemikir dan cendekiawan Islam untuk disumbangkan
kepada kehidupan manusia.
Kemajuan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya pada masa AlMamun telah banyak mengundang perhatian pada ahli baik dari Barat
maupun Timur. Hai ini dapat dilihat dari buku-buku sejarah dan pemikiran
yang ditulis oleh berbagai pakar cenderung melihat kemajuan yang

pernah dicapai dalam sejarah khalifah Al-Mamun. Memang tidak


berlebihan jika Al-Mamun adalah satu-satunya khalifah Abbasiyah yang
paling gemilang dalam mengukir kemajuan umat Islam dalam sejarah
keilmuan.

C.Al-Mamun, Sang Tiang Penopang Ilmu Pengetahuan Islam


Di era kepemimpinannya, Ke khalifahan Abbasiyah menjelma sebagai
adikuasa dunia yang sangat disegani.
Khalifah Abbasiyah ketujuh yang meng antarkan dunia Islam pada
puncak penca paian itu bernama Al-Mamun. Ia di kenal sebagai figur
pemimpin yang dianuge rahi intelektulitas yang cemerlang. Ia menguasai
beragam ilmu pengetahuan. Kemampuan dan kesuksesannya mengelola
pemerintahan dicatat dengan tinta emas dalam sejarah peradaban Islam.
Berkat inovasi gagasannya yang brilian, Baghdadibu kota Abbasiyah
menjadi pusat kebudayaan dunia.
Sang khalifah sangat menyokong perkembangan aktivitas keilmuan
dan seni. Perpustakaan Bait Al-Hikmah yang didirikan sang ayah,
Khalifah Harun Ar-Rasyid disulapnya menjadi sebuah universitas virtual
yang mampu menghasilkan sederet ilmuwan Muslim yang melegenda.
Khalifah yang sangat cinta dengan ilmu pengetahuan itu mengundang
para ilmuwan dari beragam agama untuk datang ke Bait Al-Hikmah. AlMamun menempatkan para intelektual dalam posisi yang mulia dan
sangat terhormat. Para filosof, ahli bahasa, dokter, ahli fisika,
matematikus, astronom, ahli hukum, serta sarjana yang menguasai ilmu
lainnya digaji dengan bayaran yang sangat tinggi.
Dengan insentif dan gaji yang sangat tinggi, para ilmuwan itu dilecut
sema ngatnya untuk menerjemahkan beragam teks ilmu pengetahuan
dari berbagai bahasa seperti Yunani, Suriah, dan San sekerta. Demi
perkembangan ilmu pengetahuan, Al-Mamun mengirim seorang utusan
khusus ke Bizantium untuk mengumpulkan beragam munuskrip
termasyhur yang ada di kerajaan itu untuk diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab.
Ketika Kerjaan Bizantium bertekuk lutut terhadap pemerintahan Islam
yang dipimpinnya, sang khalifah memilih untuk menempuh jalur damai.
Tak ada penjarahan terhadap kekayaan intelektual Bizantium, seperti
yang dilakukan peradaban Barat ketika menguasai dunia Islam. Khalifah
Al-Mamun secara baikbaik meminta sebuah kopian Almagest atau alkitabu-l-mijisti (sebuah risalah tentang matematika dan astronomi yang
ditulis Ptolemeus pada abad kedua) kepada raja Bizantium.

Pada era kekuasaannya, beragam peralatan observasi astronomi telah


digunakan secara besar-besaran. Proyek penelitian astronomi pun
dilakukan di Baghdad di zaman itu. Serangkaian proyek dalam bidang
astronomi itu menjadi cikal bakal berdirinya universitas modern atau
Madrasah di Baghdad.

Masa aman dan makmur serta kemajuan yang dialami


semasa Al-Mamun

Selama berkedudukan selama 14 tahun di Baghdad , 10 tahun


berikutnya menjelang pecah sengketa dengan Imperium Bizantium,
terpandang masa penuh keamanan diseluruh wilayah islam.
Dengan keamanan yang terjamin serupa itu, maka timbul banyak
kemajuan-kemajuan yang dicapai Daulat Abasiyah. Diantaranya:
1)

Bidang pertanian
Dengan keamanan yang telah terjamin, maka kegiatan pertanian
disana sini berkembang kembali dengan pesat. Bahkan pertanian
dikembangkan dengan luas, maka mutu dan keistimewaan buah-buahan
dan bunga-bungaan dari Parsi telah makin meningkat, dan anggur dari
Shiraz, Yed dan Isfahan telah menjadi komoditi penting dalam
perdagangan diseluruh Asia.

2)

Bidang Perdagangan
Kegiatan perdagangan berjalan dengan lancar, tempat-tempat
perhentian kafilah dagang kembali ramai dengan kafilah-kafilah yang
datang dan memencar keberbagai penjuru. Lalu lintas dagang dengan
Tiongkok melalui dataran tinggi Pamir yang disebut dengan Jalan Sutera
(Silk Road), dan Jalur Laut (Sea Routes) dari teluk parsi menuju bandarbandar lainya kembali ramai.

3)

Bidang Pendidikan
Kemauan Al-Makmun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tidak
mengenal lelah. Ia ingin menunjukkan kemauan yang tinggi terhadap ilmu
pengetahuan dan filsafat tradisi Yunani. Ia menyediakan biaya dan
dorongan yang kuat untuk mencapai kemajuan besar di bidang ilmu.
Salah satunya adalah gerakan penerjemahan karya-karya kuno dari
Yunani dan Syria ke dalam bahasa Arab, seperti ilmu kedokteran,
astronomi, matematika, dan filsafat alam secara umum.
Ahli-ahli penerjemah yang diberi tugas Khalifah Al-Makmun diberi
imbalan yang layak. Para penerjemah tersebut antara lain Yahya bin Abi
Manshur, Qusta bin Luqa, Sabian bin Tsabit bin Qura, dan Hunain bin
Ishaq yang digelari Abu Zaid Al-Ibadi.
Selain para pakar ilmu pengetahuan dan politik, pada Khalifah AlMakmun muncul pula sarjana Muslim di bidang musik, yaitu Al-Kindi.
Khalifah Al-Makmun menjadikan Baghdad sebagai kota metropolis dunia
Islam sekaligus pusat ilmu pengetahuan, pusat kebudayaan, peradaban

Islam, dan pusat perdagangan terbesar di dunia selama berabad-abad


lamanya.
Kemajuan yang paling besar yang dalam bidang bidang pendidikan
yaitunya didirikannya perpustakaan yang dibangun disisi gedung
observatorium di Baghdad yang dikenal dengan nama Baitul Hikmah.
Yang terkenal kaya dengan karya-karya dan naskah-naskah. Dari baitul
hikmah tersebut lah berkembang berbagai macam ilmu pengetahuan
yang telah dimanfaatkan oleh manusia sampai pada saat sekarang ini.
4)

Bidang kesehatan

Diantara kemaujan yaitu berdirinya beberapa buah rumah sakit dan


para dokter diwajibkan menempuh beberapa ujian sebelum diizinkan
untuk membuka praktek. Dan begitu pun laboratorium-laboratorium
didirikan unutk melakukan eksperimen terhadap tumbuhan- tumbuhan
yang berkhasiat.

Bait Al-Hikmah di Era Sang Khalifah


Sejatinya Bait Al-Hikmahdidirikan pada era kekuasaan Khalifah Harun
Ar- Rasyid. Namun, lembaga yang awalnya berfungsi sebagai
perpustakaan dan pusat penerjemahan yang berada di Baghdad itu
berkembang pesat di era Kekhalifahan Al-Mamun. Pengganti Harun ArRasyid itu mengembangkan Bait Al-Hikmah menjadi sebuah perguruan
tinggi virtual pada zamannya.
Lembaga pengetahuan itu pun menjelma menjadi tempat para
ilmuwan Muslim mela kukan penelitian dan menimba ilmu. Pada era
kekuasaan Al-Mamun, Bait Al- Hikmah pun dilengkapi dengan
observatorium. Seja rah mencatat, pada era itu tak ada pusat studi di
belahan dunia mana pun yang mampu menandingi dan menyaingi
kehebatan Bait Al-Hikmah.
Di Bait Al-Hikmah, segala macam ilmu pengetahuan dikaji, diteliti dan
dikembangkan oleh para ilmuwan. Studi yang berkembang pesat di
lembaga itu antara lain; mate matika, astronomi, kedokteran, zoologi,
serta geografi. Sebagai khalifah yang dikenal sangat inovatif, Al-Mamun
meminta para ilmuwan Muslim tak hanya menguasai pengetahuan hasil
transfer dari peradaban lain saja.
Ia mendorong para ilmuwan Muslim untuk melakirkan inovasi dan
mengembangkan ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Upaya itu
akhirnya tercapai. Baghdad pun menjelma menjadi kota yang paling kaya
raya di dunia dan menjadi pusat pengembangan intelektual pada era itu.

Saat itu, penduduk Baghdad mencapai satu juta jiwapopulasi terbesar


saat itu. Selama kepemimpinannya, Bait Al-Hikmah telah melahirkan
sederet ilmuwan Muslim terkemuka di dunia.

Anda mungkin juga menyukai