Anda di halaman 1dari 16

Strategi Khalifah Harun Ar Rasyid Dalam Meningkatkan Kecerdasan

Masyarakat sehingga Mencapai Puncak Peradaban

Oleh

Ibnu Abdi Al Qayyim, S.Pd.I, M.Pd


Guru Madrasah Tsanawiyah Ulumul Qur-an

Abstrak

Kajian ini mengenai strategi Khalifah Harun Ar Rasyid dalam


meningkatkan kecerdasan masyarakat sehingga pada masa kepemimpinannya
Abbasiyah mencapai puncak peradaban Islam. Harun Ar Rasyid adalah salah satu
khalifah Abbasiyah yang mampu membawa Daulah Abbasiyah mencapai puncak
peradaban yang dikenal dengan masa keemasan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui beberapa strategi Khalifah Harun Ar Rasyid untuk meningkatakan
kecerdasan masyarakatnya sehingga Abbasiyah pada masanya mencapai puncak
peradaban dan mengalami masa keemasan. Harun Ar Rasyid terkenal sebagai
pemuka agama, kepala pemerintahan, dan dikenal sebagai khalifah yang menyukai
ilmu pengetahuan.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka
(library research). Metode ini memiliki tujuan untuk menemukan informasi
tentang beberapa strategi yang digunakan Khalifah Harun Ar Rasyid dalam
meningkatkan kecerdasan masyarakat sehingga masa kepemimpinannya
mencapai puncak peradaban yang sangat gemilang. Jenis penelitian ini adalah
penelitian sejarah dengan metode penelitian sejarah. Pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan bahan-bahan atau
sumber-sumber sejarah.

Kata Kunci: Strategi, Khalifah Harun Ar Rasyid, peningkatan kecerdasan,


puncak peradaban.
A. PENDAHULUAN

Dalam literartur sejarah terdapat informasi bahwa kemajauan peradaban


islam masa klasik dalam bidang keilmuwan mencapai pincaknya pada masa
kekhalifahan Daulah Abbasiyah. Daulah abbasiyah merupakan kekhalifahan Islam
yang berdiri pada tahun 132 H/750 M setelah runtuhnya kekhalifahan Umayyah.
Daulah abbsiyah didirikan oleh keturunan Abbas bin Abdul Muthalib ini berkuasa
sejak tahun 132 H/750 M sampai dengan 656 H/ 1258 M (Yatim, 1994:49).

Peradaban Islam telah mencapai puncaknya pada masa Dinasti Abbasiyah,


kususnya, Ketika Khalifah Harun Al-Rasyid menjadi pemimpin pada saat itu.
Pengaruh seorang pemimpin sangat besar sekali dalam memajukan suatu
peradaban. Banyak kontribusi yang diberikan oleh Khalifah Harun Al-Rasyid
dalam kepemimpinannya sehingga peradaban Islam mencapai puncak
kejayaannya.

Harun Ar Rasyid adalah salah seorang khalifah yang kelima dalam Daulah
Abasiyah yang mengantikan khalifah sebelumnya yaitu khalifah Al Hadi yang
merupakan saudara Harun Ar Rasyid. Masa Khalifah Harun Ar Rasyid adalah
merupakan masa paling gemilang dalam sejarah kekhalifahan Daulah Islam. Ketika
orang-orang eropa masih berada dalam masa kegelapan, dunia islam dengan kota
baghdad sebagai pusat dan ibu kota Daulah bani Abbasiyah telah sanggup
melebarkan kekuasaan pemikiran dan membuat suatu kesan yang mendalam pada
kehidupan dan pemikiran eropa ( Saifuddin et.al, 1987:170).

Ahmad (1996), memberikan informasi bahwa Harun Ar Rasyid sangat


disegani dan dihormati oleh negara-negara lain. Di dalam negeri kedudukan Harun
ar-Rasyid lebih hebat daripada peristiwa-peristiwa dan kekacauan yang timbul di
beberapa tempat. Harun ar-Rasyid, dikenal di seluruh jagad sebagai penguasa
terbesar di dunia. Pada masanyalah terdapat pemerintahan muslim yang paling
cemerlang di Asia.

Kestabilan politik, sosial, budaya dan ekonomi pada masa Harun Ar Rasyid
menjadikan ilmu pengetahuan perkembang dengan pesat dan lahirnya para tokoh
cerdas dan brilian diberbagai disiplin keilmuwan seperti Jabir Bin Hayyan
Ilmuwan Kimia, Ibnu Sina seorang dokter hebat pada masanya, para filsuf
terkemuka seperti Ibnu Rusyd, Al Kindi, dan Al Farabi, juga ulama-ulama fiqih
seperti Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafii, dan Imam Ahmad Bin hambal
(Hasyimi, 1993:294)

Kemajuan peradaban Islam yang tercermin dengan pesatnya


perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Harun Ar Rasyid sebagaimana
penulis uraikan, tentu tidak lepas dari strategi Khalifah Harun Ar Rasyid dalam
meningkatkan kecerdasan masyarakat pada saat itu sampai lahirnya para tokoh
brilian sebagai mercusuar ilmu pengetahuan yang menerangi seantero dunia
Islam, hingga negeri Islam dengan Daulah Abbasiyah sebagai pemegang tampuk
kekuasaan mencapai puncak peradaban.

B. METODE PENELITIAN

Dalam rangka melakukan penelitian, penulis melakukan suatu pendekatan


yang sesuai dengan studi dalam penyusunan artikel ini adalah pendekatan sejarah,
hal ini sangat relevan dengan judul penelitian yang penulis lakukan. Pendekatan
sejarah merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam
melakukan penelitian tentang objek sejarah, agar mampu mengungkapkan banyak
dimensi dari peristiwa-peristiwa yang diteliti.

Dalam mengumpulan data penulis melakukannya dalam bentuk library


research, yakni mengumpulkan beberapa literatur yang berkaitan dengan
masalah-masalah yang akan dibahas baik buku dan tulisan-tulisan lain, yang akan
dijadikan bahan acuan dalam penulisan ini. Penulis membaca beberapa buku yang
berhubungan dengan objek kajian, dan tentunya yang ada hubungan dengan
pembahasan dalam penelitian.
C. PEMBAHASAN

1. Biografi Khalifah Harun Ar Rasyid

Nama beliau adalah Harun Al-Rasyid bin Muhammad Al-Mahdi bin Al Manshur
Al-Abbasi Abu Ja’far. Beliau satu ibu dengan khalifah Al-Hadi. Harun Ar Rasyid lahir
di Rayy pada tahun 145 H, merupakan khalifah kelima dari Dinasti Abbasiyahdi Irak
dan paling terkenal. Masa kanak-kanaknya dilewati dengan mempelajarai ilmu-
ilmu agama dan ilmu-ilmu pemerintahan (Andi, 2008:91).

Silsilah keturunan lengkap dari pihak ayah beliau adalah Harun Al-Rasyid bin
Muhammad Al-Mahdi bin Abu Ja’far Al-Manshur bin Muhammad bin Ali bin
Abdullah bin al-Abbas. Sedangkan keturunan silsilah dari ibunda beliau ialah
Harun Al Rasyid bin Khaizuran binti Ata’ sama seperti saudara beliau yaitu
Khalifah Al Hadi (Tarikuddin, 2012:149).

Harun Ar Rasyid yang bernama lengkap Harun ibn Muhammad ibnu Abi Ja’far
al-Manshur. merupakan putra termuda dari Muhammad ibnu Ja’far Al-Manshur
yang kemudian di kenal dengan khalifah al-Mahdi. Harun lahir dari seorang ibu
berdarah Iran bernama Khaizran yang pada mulanya merupakan seorang budak.
Dengan demikian, dalam diri Harun mengalir darah Arab dan Iran sekaligus
(Sou’yb, 1997:38)

Khalifah Harun Al-Rasyid memiliki kepribadian yang berperasaan lembut dan


hatinya mudah tersentuh. Setiap beliau mendengarkan nasehat dan pengajaran
dari seseorang yang berilmu kepadanya maka hati beliau akan tersentuh dan
terkadang sampai menangis. Tetapi dibalik kelembutannya, beliau juga dikenal
sebagai orang yang gagah perkasa dalam medan pertempurang. Selain itu juga
beliau adalah sosok yang tegas bagi orang-orang yang berbuat salah (Tarikuddin,
2012:166)

Khalifah Harun Al-Rasyid juga merupakan sosok yang ta’at dalam beragama.
Hal ini bisa dilihat dari pelaksaan ritual ibadah yang beliau lakukan sepanjang
sejarah hidupnya. Salah satu ritual ibadah yang selalu dilakukan beliau selain yang
diwajibkan dalam syariat islam yakni sholat seratus raka’at dan selalu bersedekah
seribu dirham. Untuk menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu ibadah haji telah
beliau laksanakan setelah beliau naik tahta sebanyak 8 kali. Diantara 8 kali
tersebut beliau pergi haji ke Mekkah 7 diantaranya beliau naik unta ke Mekkah
untuk menunaikan ibadah haji, dan untuk haji yang 8 kalinya beliau berjalan kaki
ke Mekkah yang menempuh jarak 1.750 mil dari Baghdad dan itu beliau lakukan
untuk perjalanan pulang dan pergi.

2. Kepemimpinan Khalifah Harun Ar Rasyid

Khalifah Harun Ar Rasyid merupakan khalifah yang terkenal dengan


kedermawananya. Beliau merupakan khalifah Bani Abbasiyah yang sangatfamiliar
dan terkemuka dibelahan dunia Islam. Harun Ar Rasyid memerintah selama 23
tahun yaitu sejak tahun 786 M / 170 H sampai dengan tahun 809 M/194 H, dan
menjadikan Daulah Abbasiyah mencapai puncak kemajuan dan kejayaan di bidang
ekonomi, perdagangan, wilayah kekuasaan, politik, ilmu pengetahuan dan
peradaban islam. Sejarah memberikan informasi bahwa sanya pada abad
kesembilan masehi ada dua raja besar yang sangat terkenal dengan
kegemilangannya yaitu Charlemagne dibarat, dan Harun Ar Rasyid di Timur
(Mahmudunnasir,1988:259).

Harun Ar Rasyid memiliki Istana yang sangat megah pada saat beliau
memimpin Daulah Abbasiyah. Karna kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan
Istana yang megah nan indah tersebut dijadikan oleh Harun Ar Rasyid sebagai
pusat pengembangan ilmu pengetahuan di berbagai disiplin keilmuwan. Istana
pada saat itu menjadi tempat berkumpul para ilmuwan, ulama, sarjana, dan juga
orang-orang terpelajar dari seluruh belahan dunia.

Sebagai khalifah Harun Ar-Rasyid memiliki ciri khas tersendiri, salah satunya
beliau begitu menghargai orang lain. Hal Itulah salah satu yang membuat
masyarakat dari berbagai golongan dan status amat menghormati, mengagumi,
dan mencintainya. Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat
dengan rakyatnya. Selama menjadi khalifah Harun As Rasyid sering melakukan
hal-hal yang sangat harus dilakukan oleh khalifah, misalnya beliau menyamar di
malam hari dan berada di jalanan ataupun pasar, mendengarkan pembicaraan
orang-orang yang bertemu dengannya dan bertanya kepada mereka, dengan cara
ini dia mengetahui apakah orang puas atau tidak atas kepemimpinannya.

Dalam menjalankan kepemimpinan Harun Ar Rasyid sangat tegas terhadap


indikasi-indikasi korupsi yang pastinya sangat merugikan rakyat. Ketegasan
Khalifah Harun Rasyid terjadi kepada semua orang yang melakukan kesalahan
tanpa memandang status sosial orang tersebut. Sebagai khalfah beliau menindak
dengan tindakan yang keras terhadap para palaku korup, meskipun yang
melakukan korupsi adalah orang – orang dekatnya yang mungkin memiliki andil
besar terhadap kehidupan sang khalifah. Dimasa kepemimpinan Harun Ar Rasyid
Daulah Abbasiyah menguasai wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari
daerah-daerah di laut tengah di sebelah barat hingga ke india di sebelah timur.
Meski begitu, tak mudah bagi Harun Ar-Rasyid untuk menjaga keutuhan wilayah
yang dikuasainya tersebut.

Harun Ar-Rasyid dalam kepemimpinannya berupaya membangun dan


mensejahterakan rakyatnya. Beliau membangun Kota Baghdad dengan sangat
indah dan megah. Gedung-gedung tinggi berdiri, sarana peribadatan tersebar,
sarana pendidikan pun menjamur, dan fasilitas kesehatan gratis pun di berikan
dengan pelayanan prima. Sarana umum lainnya seperti kamar mandi, taman, jalan
serta pasar juga dibangun dengan kualitas yang sangat baik. Kahlifah pun
membiayai pengembangan ilmu pengetahuan dibidang penerjemah dan
penelitian. Negara menempatkan para ulama dan ilmuan diposisi yang tinggi dan
mulia. Mereka di hargai dengan gaji yang sangat tinggi. Setiap tulisan dan
penemuan yang di hasilkan ulama dan ilmuan di bayar mahal oleh negara pada
saat itu.

Harun Ar Rasyid adalah Khalifah yang sangat taat beribadah. Saban hari beliau
melaksanakan shalat sunnah seratus rakaat, beliau berhaji setiap tahun dan
melaksanakan ibadah umrah dua kali dalam setahun. Jika dalam tahun tersebut
tidak berhaji maka beliau memberikan hadiah kepada 300 orang masyarakatnya
dengan hadiah tiket haji, dan biaya yang digunakan adalah dari istana, semua
pegawai istananya tidak pernah diperlambat upah mereka sebagai pekerja yang
bekerja dibawah pemerintahannya (Suwito, 2005:97).

Begitu banyak pengalaman yang dimiliki oleh Khalifah Harun Ar Rasyid, dan
pengalaman utu menjadikan beliau mampu memimpin pemerintahan dengan baik
hingga kemudian pada gilirannya menjadikan pemerintahan yang dipimpinnya
menjadi sebuah peradaban dan kebudayaan yang sangat maju dan jaya, dan
menjadi puncak sebuah peradaban dan kebudayaan Islam.

3. Strategi Khalifah Harun Ar Rasyid untuk meningkatkan kecerdasan


masyarakat sehingga mencapai puncak peradaban

Masa khalifah Harun Al-Rasyid, Bani Abbasiyah memiliki limpahan ilmu


pengetahuan, baik dalam bidang bahasa, sastra, dan penerjemahan berbagai ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, masa ini telah mengalirkan sungai-sungai ilmu
pengetahuan, dan bermuculan berbagai macam karya-karya yang brilian di
berbagai disiplin keilmuwan.

Pemerintahan masa khalifah Harun Ar Rasyid menikmati segala bentuk


kebesaran, kekuasaan dan keagungan ilmu pengetahuan. Khalifah Harun Ar Rasyid
sangat dihormati dan disegani oleh negara-negara tetangga pada saat itu, didalam
negerinya sendiri kepemimpinan Harun Ar Rasyid lebih hebat dari segala
peristiwa dan kekacauan yang timbul di beberapa tempat. Tiada kekurangan pada
masa kepemimpinan khalifah Harun Ar Rasyid, seluruh nya merupakan masa yang
indah penuh kebaikan laksana masa pengantin baru (Syalabi,, Labib Ahmad,
2003:98)

Dalam usia yang relatif muda, Khalifah Harun Ar-Rasyid yang dikenal
berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat
tinggi dan jenderal veteran. Era keemasan Islam (The Golden Ages of Islam)
tertoreh pada masa kepemimpinan Harun Ar Rasyid. Perhatiannya yang begitu
besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, perdagangan, politik,
wilayah kekuasaan, serta peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah
menjadi salah satu negara adikuasa dunia di abad ke 8 M (Sohail, 2002:183-185).

Agar ilmu pengetahuan mencapai pucak kejayaan tentunya khalifah Harun


Ar Rasyid mempersiapkan cara strategi agar meningkatnya kecerdasan
masyarakat pada saat itu, karena dengan meningkatnya kecerdasan masyarakat
akan melahirkan kejayaan sebuah peradaban dan kebudayaan.

Untuk peningkatan kecerdasan masyarakatnya khalifah Harun Ar Rasyid


melakukan beberapa strategi antara lain:

a. Stabilitas politik, ekonomi, dan sosial

Harun Ar Rasyid memimpin Daulah Abbasiyah pada masa awal. Pada masa
awal pemerintahan Abbasiyah seorang khalifah memegang dua kekuasaan secara
bersamaan yaitu kekuasaan politik dan otoritas keagamaan (Suwito, 2005:98.)
Secara umum model pemerintahan Bani Abbas menyatukan kekuasaan agama dan
politik. Perhatian khalifah Abbasiyah terhadap agama tentu tidak terlepas dari
pertimbangan politis, yaitu untuk memperkuat posisi dan sebagai sebuah
legitimasi kekuasaan khalifah terhadap rakyat. Pemanfaatan bahasa agama dalam
pemerintahan Abbasiyah sebenarnya telah terdengar dari para khalifah Abbasiyah
sebelum Harun Ar Rasyid. Hal bisa kita lihat dari kata-kata yang pernah
dilontarkan oleh khalifah Abu Ja’far Al mansur bahwa dirinya adalah wakil Allah di
bumi atau Zhill Allah fi al-Ardh.

Hal ini mengindikasikan absolutnya kekuasaan seorang khalifah. Absolutisme


kekuasaan khalifah ini didukung juga oleh beberapa ulama Sunni yang hidup pada
masa Daulat Bani Abbas, seperti: Ibn Abi Rabi’, al-Mawardi, al-Ghazali, dan Ibn
Taimiyah. Mereka mendukung gagasan kekuasaan mutlak khalifah dan sakralnya
kedudukan mereka. (Iqbal, 2014. 98)

Kebijakan lain yang dibuat pada masa Bani Abbasiyah yaitu: pada masa al-
Saffah, daerah kekuasaan Bani Abbas dibagi menjadi dua belas provinsi. Bani
Abbas juga membentuk lembaga peradilan militer (Qadhi al-‘Askar atau qadhi al-
Jund). Khalifah sendiri juga menyediakan waktu-waktu tertentu di istana untuk
menangani perkara-perkara khusus. Dalam bidang perekonomian, sumber
pendapatan terbesar Negara berasal dari pajak. Penghasilan dari pajak, selain
untuk kepentingan masyarakat luas, dibelanjakan juga untuk membayar gaji
pegawai tiap-tiap departemen. Selain dari pajak, sumber pendapatan Negara
lainnya adalah pertanian, perdagangan, dan industri. Untuk mendukung sektor ini,
Khalifah membangung jembatan, irigasi dan memanfaatkan pupuk. Pemerintah
pada waktu itu juga mendirikan sekolah pertanian (Iqbal, 2014:105)

Dinasti Abbasiyah, merupakan negara adidaya tunggal dizamannya dan


mampu bertahan sampai pertengahan abad ke 13. Dunia Islam kemudian
kehilangan unsur terpenting eksistensinya, yaitu kesatuan atau integritas.
Berbagai penyebab dapat dideteksi, salah satunya yaitu tekanan yang semakin
intens dari berbagai dinasti lain (Asari,2002:23)

Harun Ar Rasyid melakukan begitu banyak terobosan pada pola pemerintahan,


poitik, sosial dan budaya. Pada masanya ekonomi negara lebih maju dan
berkembang, kota baghdad sebagai ibu kota negara menjadi pusat perdagangan
terbesar dan teramai di dunia pekerja pada masa itu (Suwito, 2005:98).

b. Mendirikan dan mengembangkan lembaga pendidikan.

Pada masa Khalifah Harun Ar Rasyid ini pendidikan dan pengajaran


berkembang dengan sangat pesatnya sehingga jangankan anak-anak, orang- orang
dewasa berlomba-lomba menuntut ilmu pengetahuan, para masyarakat pada saat
itu meninggalkan kampung halaman mereka menuju ke pusat-pusat
pendidikan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Perkembangan pendidikan
dan pengajaran pada masa itu ditandai dengan lahir dan berkembangnya lembaga-
lembaga pendidikan Islam.

Untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat demi mencapai puncaknya


ilmu pengetahuan, Khalifah Harun Ar Rasyid mendirikan dan mengembangkan
lembaga-lembaga pendidikan Islam, yang terfokus pada motivasi literasi
masyarakat pada saat itu. Diantara lembaga pendidikan yang berkembang pada
masa khalifah Harun Ar Rasyid adalah:

Kuttab atau Maktab

Kuttab atau maktab berasal dari kata kataba yang menulis atau tempat
menulis, namun pada gilirannya kuttab atau maktab memiliki pengertian sebagai
lembaga pendidikan dasar (Suwito,2005:101). Kuttab atau maktab sebagai
lembaga dasar dalam dunia islam menjadi tempat paling dominan dalam
mengalakan baca tulis masyarakat. Baca dan tulis mendapat tempat dan dorongan
yang kuat dalam islam, dan menjadikannya berkembang luas dalam masyarakat
islam. Konsep Islam memberikan gambaran bahwa Kepandaian membaca dan
menulis merupakan sarana utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan
(Zuhairini, dkk, 2006:90)

Membaca dan menulis atau Literasi yang begitu kuat dikalangan masyarakat
Islam yang dimulai dari murid-murid di lembaga pendidikan dasar dalam hal ini
kuttab atau maktab masa khalifah Harun Ar Rasyid membawa Abbasiyah di bawah
kepemimpinan Harun Ar Rasyid dengan baghdad ibu kota negaranya menjadi
mercusuar ilmu pengetahuan keseluruh belahan dunia.

Pendidikan Rendah di Istana

lahirnya pendidikan rendah di Istana adalah untuk menjawab perihal


pendidikan anak-anak para pejabat negara pada saat itu (Suwito, 2005:101). Para
khalifah berusaha menyiapkan generasinya untuk mampu menjawab tantangan
zaman dan mampu menjawab tugas-tugas yang dibebankan kepundaknya pada
saat anak tersebut dewasa. Ada perbedaan antara pendidikan di Istana dengan
pendidikan yang ada di kuttab atau maktab. Pendidikan di istana silabus dan
kurikulumnya di atur oleh orang tua masing-masing anak yang merupakan para
pejabat istana. Para orang tua murud mengatur kurikulum pendidikan sesuai
dengan kebutuhan anaknya dan tujuan yang ingin di capai oleh orang tua murid
tersebut (Zuhairini, dkk, 2006:92).

Jika kita melihat dari mekanisme pembelajaran yang diterapkan di istana bagi
anak-anak pejabat istana maka dalam konteks moderen bisa kita katakan bahwa
pembelajaran di Istana adalah pembelajaran berdiferensiasi yaitu pembelajaran
yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi
adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Sang guru di
tuntut untuk menfasiltasi kebutuhan-kebutuhan murid, karena setiap murid
memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga tidak mungkin bisa
diperlakukan sama dalam proses pembelajaran. Ada tiga tipe belajar anak yaitu
Audio, Visual, dan Kinestetik dan guru harus mampu mengakomodir tipe-tipe
belajar anak tersebut.

Pendidikan rendah diistana bagi para anak-anak pejabat istana tentunya


menghasilkan dan melahirkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas semisal
Abdullah Al makmun yang pada gilirannya juga membawa masa keemasan Daulah
Bani Abbasiyah.

Toko –Toko Kitab

Pada masa Khalifah harun Ar Rasyid dimana ilmu pengetahuan sudah mulai
tumbuh dan berkembang, sehingga lahirnya karya-karya dari berbagai disiplin
ilmu. Toko kitab mempunyai fungsi awal sebagai tempat jual beli kitab, kemudian
sejalan dengan waktu toko kitab menjadi multi fungsi salah satunya adalah
menjadi tempat berkumpulnya para ulama, ilmuwan, sastrawan, pujangga, dan
ahli-ahli ilmu pemgetahuan lainnya, untuk berdiskusi, bertukar pikiran dalam
berbagai masalah ilmiah, sehingga toko-toko kitab pada saat itu laksana lembaga
pendidikan Pasca Sarjana (S2) dan Program Doktor (S3) pada masa sekarang ini.

Begitu banyak lembaga pendidikan yang lahir masa kepemimpinan Harun Ar


Rasyid selain yang telah penulis uraikan, seperti Majelis atau Salon Kesusastraan
sebuah majelis khusus yang didalamnya membahas berbagai macam keilmuwan,
Rumah Sakit sebagai lembaga pendidikan bagi mahasiswa kedokteran dan
keperawatan, dan lain-lain.

Semua lembaga pendidikan yang ada pada masa itu memiliki tujuan sebagai
wadah literasi yang output nya diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan
masyarakat atau rakyat yang berada di bawah pemerintahan Khalifah Harun Ar
Rasyid.
c. Mendirikan Baitul Hikmah

Baitul Hikmah adalah perpustakaan dan pusat penerjemahan pada masa


Daulah Abbasiah. Baitul Hikmah didirkan di ibukota Abbasiyah yaitu kota
Baghdad. Kota Bagdad pada saat itu adalah sebagai pusat intelektual dan keilmuan.
Mengapa kota baghdad menjadi pusat intelektual dan pusat keilmuwan karena
sejak didirikan baghdad telah menjadi centre peradaban dan kebangkitan ilmu
pengetahuan dalam dunia Islam. Tidak berlebihan jika Philip K Hitti mengatakan
bahwa kota bagdad adalah guru besar atau profesornya masyarakat Islam (Syukur,
2008:123)

Baitul-Hikmah merupakan bagian dari bangunan istana khalifah yang terletak


di kota Baghdad, lembaga ini dikelola oleh sejumlah direktur. Para ilmuwan yang
berperan dalam Baitul Hikmah diberi gelar dengan Shahib, sedangkan direktur
Baitul Hikmah ini disebut dengan Shahib Baitul Hikmah. Yang menjadi direktur
pertama dalam Baitul Hikmah yaitu Sahal Ibn Harun al-Farisi. Sahal Ibn Harun al-
Farisi diangkat oleh Khalifah pada saat itu. Sahal Ibn Harun al-Farisi pada saat itu
dibantu oleh Said ibn Harun yang dijuluki juga dengan Ibn Harim untuk mengurusi
Baitul Hikmah. Hasan Ibn Marar Adz-Dzabi juga diangkat di kantor Baitul Hikmah
(Yanto,2015:244).

Baitul Hikmah yang didirikan oleh khalifah Harun Ar Rasyid merupakan salah
satu contoh dari perpustakaan dunia islam yang sangat lengkap. Didalam Baitul
Hikmah terdapat berbagai macam kitab-kitab ilmu pengetahuan sesuai dengan
perkembangan zaman pada masa itu. Tidak hanya itu didalam Baitul Hikmah juga
terdapat sejumlah kitab-kitab ilmu pengetahuan yang berasal dari Yunani, Persia,
India, Qibti, dan Arami yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Arab (Suwito,
2005:104)

Baitul Hikmah sebagai perpustakaan juga dilengkapi dengan ruang tersendiri


untuk para penyalin, penjilid dan pustakawan. Baitul Hikmah pada saat itu dibagi
menjadi tiga struktur organisasi yaitu pertama, Mushrifal-Ulya
(Penanggungjawab) yang disebut dengan Wakil. Kedua, Amiin al-Maktabah
(petugas perpustakaan/ bisa juga disebut pustakawan) yang disebut dengan
Khazin dan ketiga Al-Musaid (pembantu petugas perpustakaan) yang disebut
dengan Mushrif atau staf (Yanto,2015:20).

Selain sebagai perpustakaan, Baitul Hikmah tersebut juga berfungsi sebagai


Lembaga Pendidikan Tinggi pada saat itu. Pada masa Harun Al-Rasyid yang
kemudian dikembangkan oleh putranya yang bernama Abdullah Al-Ma’mun, Baitul
Hikmah memiliki peran yang sangat besar sebagai sebuah lembaga tempat belajar
para pelajar di belahan dunia Islam. Semua pelajar memiliki kedudukan yang sama
antara satu dengan yang lainnya sebagai pelajar di Baitul Hikmah. Gaji bulanan
para guru yang mengajar di Baitul Hikmah diatur oleh bendahara umum negara.
Gaji yang diberikan oleh negara kepada para guru yang mengajar di Baitul Hikam
salah satunya bersumber dari badan-badan wakaf yang digunakan untuk
memberikan infak yang diperuntukkan untuk urusan pendidikan. Gaji yang
diberikan kepada guru sebagai pengajar tentunya berbeda-beda sesuai kedudukan
pengajar atau masukan wakaf sebagai sumber dana, meskipun demikian sejarah
mencatat bahwa gaji para guru yang mengajar di lembaga tersebut masih kategori
mewah dan cukup banyak. Di antara pengajar terkenal di Baitul Hikmah adalah Az-
Zajaj yang digaji oleh pemerintah sebanyak 200 dinar setiap bulan sebagai
ilmuwan dalam bidang Fiqih. Guru terkenal lainnya adalah Hakim Al-Muqtadli ibn
Daraid yang yang digaji oleh pemerintah pada saat itu sebanyak 50 dinar pada
setiap bulannya (As-Sirjani,, Sonif, M .Irham dan M. Supar, 2009:256-247).

Harun Ar Rasyid mengembangkan fungsi Baitul Hikmah sedemikian rupa.


Baitul Hikmah oleh khalifah Harun al-Rasyid, dibuat menjadi pusat segala kegiatan
keilmuan, dan dikenal dengan nama Khizanah al-Hikmah (Khazanah
Kebijaksanaan). Baitul Hikmah selain perpustakaan juga sebagai pusat penelitian.
Di Baitul Hikmah inilah para ilmuwan melakukan riset. Di lembaga ini lah baik
muslim maupun non muslim bekerja mengalih bahasakan berbagai naskah kuno
dan menyusun berbagai penjelasan dari naskah-naskah kuno tersebut (Yunus,
2008:86)

Pendidikan di Baitul Hikmah meliputi cabang-cabang ilmu seperti filsafat, ilmu


falak, ilmu kedokteran, matematika, juga berbagai macam bahasa seperti bahasa
Yunani, bahasa Persia, dan juga bahasa India disamping bahasa Arab. Setelah lulus
dari Baitul Hikmah, para alumni diberi ijazah dan kemudian dinobatkan sebagai
sarjana oleh para guru dan civitas akademika Baitul Hikmah sebagai lembaga
pendidikan. Ijazah yang diberikan tersebut sebagai bukti bahwa mereka telah
mendalami ilmu tersebut dan bahkan memperoleh izin untuk mengajarkannya
kembali kepada orang lain. Ijazah juga diberikan bagi mereka yang mendapatkan
peringkat istimewa dalam mengikuti pembelajaran, ijazah itu hanya berhak
diberikan dan ditulis oleh ustadz yang bersangkutan. Dalam ijazah tersebut
terdapat nama murid, syaikhnya, mazhab fiqihnya serta tanggal dikeluarkannya
ijazah tersebut (Yanto,2015:11).
Begitu banyak alumni-alumni Baitul Hikmah yang telah mendapat legalitas
sebagai sarjana Baitul Hikmah yang kemudian menjadi tokoh ilmuwan muslim
pada masa Abbasiyah sehingga Daulah Abbasiyah khususnya masa Khalifah Harun
Ar Rasyid mengalami masa keemasan dalam sejarah panjang kekhalifahannya.

d. Gerakan Penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari peradaban


asing

Era penerjemahan oleh Dinasti Abbasiyah dimulai sejak 750M dan terus
berlangsung sepanjang abad kesembilan dan sebagian besar abad kesepuluh.
Selain sebagai perpustakaan Baitul Hikmah juga menunjukkan fungsinya sebagai
biro penerjemah. Aktivitas penerjemahan di Baitul Hikmah ini mendapat
dukungan penuh dari khalifah Harun Ar Rasyid sebagai pemimpin tertinggi negara
pada saat itu. Harun Ar Rasyid memberikan gaji yang sangat fantastis bagi ilmuwan
atau para penerjemah yang bekerja di lembaga Baitul Hikmah tersebut. Para
penerjemah bukan saja menerjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Arab, tetapi
juga menerjemahkannya ke seluruh bahasa negara-negara yang berada dan
tersebar sebagai kumpulan masyarakat Islam. Hal ini mendatangkan manfaat
sangat besar dan luar biasa yang dirasakan oleh seluruh masyarakat yang hidup
dalam naungan pemerintahan Islam saat itu.

Khalifah pada saat itu membentuk sebuah tim akademik khusus yang bertugas
untuk menerjemahkan berbagai disiplin keilmuwan yang tentunya berbeda-beda.
Khalifah Harun Ar Rasyid merekrut para penerjemah secara besar-besaran dari
segala penjuru dunia, di antara penerjemah yang di rekrut oleh khalifah Harun Ar
Rasyid adalah Abu Yahya ibn Bitrik yang merupakan seorang ilmuwan yang
berasal dari Yunani, penerjemah lain yang diangkat oleh khalifah pada saat itu
adalah Hunayn ibn Ishak dan Yuhana ibn Masawayh. Khalifah Harun al-Rasyid,
kemudian mengangkat Yuhana ibn Masawayh sebagai kepala tim dalam
menerjemahkan buku-buku pengobatan lama yang diperoleh dari Ankara dan
Amuriah. Khalifah pada saat itu juga menyediakan staf untuk membantupekerjaan
para ketua penerjemah dalam menyelesaiakan proyek penerjemahan tersebut
(Hitti,, RC. Yasin & D.S Riyadi,2006:392).

Penerjemahan karya-karya ilmiah dijalankan oleh Baitul Hikmah, adalah pada


saat Baitul Hikmah dikepalai oleh Hunain ibn Ishaq seorang Kristen yang pandai
berbahasa Arab dan Yunani. Dia memperkenalkan metode penerjemahan baru
yaitu menterjemahkan kalimat, bukan menerjemahkan kata per kata, hal ini agar
dapat memperoleh keakuratan naskah, Hunain juga menggunakan metode
penerjemahkan dengan membandingkan beberapa naskah untuk
diperbandingkan. Hunain berhasil menerjemahkan buku-buku ke dalam bahasa
Arab seperti buku kedokterann yang dikarang oleh Paulus al-Agani. Dengan
bantuan para penerjemah dari Baitul Hikmah, Ia juga menerjemahkan kitab
Republik dari Plato, dan kitab Kategori, Metafi sika, Magna Moralia dari Aristoteles.
Penerjemahan buku-buku ilmu kedokteran,filsafat, dan lain-lain dilakukan secara
langsung dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.

Dengan adanya aktivitas penerjemahan buku-buku yang berasal dari


peradaban luar arab seperti Yunani, Persia, India, dan lain-lain kedalam bahasa
Arab maka pada gilirannya akan memudahkan orang-orang arab atau masyarakat
dalam wilayah kekuasaan khalifah Harun Ar Rasyid untuk mengiatkan literasi
demi mencapai peradaban yang tinggi. Dengan litarasi akan melahirkan inspirasi
dan juga menghadirkan para ilmuwan-ilmuwan yang memiliki segudang prestasi.
Hasil kerja keras Harun Ar Rasyid mengiatkan aktivitas terjemahan tersebut pada
gilirannya melahirkan tokoh-tokoh ilmuwan besar dalam berbagai bidang
keilmuwan dan disiplin ilmu pengetahuan.

D. PENUTUP

Harun ar-Rasyid sebagai khalifah dalam Daulah Bani Abbasiyah


telah mampu mengangkat popularitas Bani Abbasiyah bahkan juga dunia
Islam sebagai Daulah Islam yang pernah mencapai puncak sebuah
peradaban. Melalui strategi peningkatan kecerdasan masyarakat yang
berawal dari literasi dan kemudian peningkatan kecerdasan masyarakat
hingga mendapatkan sebuah kesuksesan dalam bentuk peradaban yang
sangat tinggi.

Beberapa strategi yang dijalankan oleh khalifah Harun Ar Rasyid


demi meningkatnya keceerdasan masyarakat pada saat itu seperti
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, menstabilkan politik ekonomi
masyarakat, mendirikan Baitul Hikmah sebagai perpustakaan, kampus dan
juga lembaga riset, dan juga aktivitas penerjemahan menjadikan
Abbasiyah pada saat itu sebagai rujukan ilmu pengetahuan dari berbagai
negara diseluruh belahan dunia pada saat itu.

Kesimpulan dan ibrah yang dapat kita ambil adalah literasi dapat
menciptakan kecerdasan, dan kecerdasan dapat melahirkan sebuah
peradaban yang sangat luar biasa.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Jamil. 1996. Seratus Muslim Terkemuka. Cet. VI. Jakarta: Pustaka
Firdaus.

Andi, Hepi. 2008. Sejarah Para Khalifah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Asari, Hasan. 2002. Modernisasi Islam: Tokoh, Gagasan dan Gerakan.


Bandung: Citapustaka Media.

As-Sirjani. Raghib. 2009. Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, terj.


Sonif, M.Irham dan M. Supar. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.

Hasyimi, A. 1993. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Hitty. Philip K. 2006. History of the Arabs: Rujukan Induk dan Paling
Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islams, terj. R.C. Yasin dan D.S. Riyadi,
Jakarta: Serambi.

Iqbal, Muhammad. 2014. Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik


Islam, Cet. 1, Jakarta: Prenadamedia Group.

Mahmudunnasir, Syed. 1988. Islam dan Konsepsi sejarahnya Bandung:


Rosda bandung.

Saifuddin AM et.al. 1987. Desekularisasi pemikiran: Landasan Islamisasi


Bandung: Mizan.
Sou’yb, Joesoef. 1997. Sejarah Daulat Abbasiyah I. Jakarta: Penerbit Bulan
Bintang.

Sohail, Muhammad. 2002. Administrative and Cultural History of Islam New


Delhi : Adam Publishers & Distributors.

Suwito. 2005. Sejarah Sosial PendidikanIislam. Kencana, Prenada Media


Group.

Syalabi, A. 2003. Sejarah Kebudayaan Islam Jil 3, Terj. Ustaz. Muhammad


Labib Ahmad jakarta: Pustaka Alhusna Baru.

Syukur, Fatah. 2008. Sejarah Peradaban Islam 2. Semarang: Fakultas


Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Tarikuddin. 2012. Pemerintahan Kerajaan Bani Abbasiyah (132-656H =


749-1258M). Malaysia Perniagaan Jahabesra.

Yanto. 2015. Sejarah Perpustakaan Bait Al-Hikmah Pada Masa Keemasan


Dinasti Abbasiyah. Jurnal Pendidikan”, Vol. XV, No. 1.

Yatim, Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta Raja Grafindo


Persada.

Yunus, Mahmud. 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Mahmud Yunus


Wadzurriyyah. Mahmud Yunus.

Zuhairi, dkk. 2006. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai