Anda di halaman 1dari 11

Teori Tentang proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Mesir

MAKALAH Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Asia Barat Daya Yang Dibina Oleh Ibu. Sri Oleh : Irvan Okta Prasetya 209831419770

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN SEJARAH Maret, 2011

BAB I PENDAHULUAN Awal Masuknya Islam di Mesir Pada awal masuknya agama Islam, Mesir masik masuk dalam kawasan Afrika Utara. Awal masuknya Islam di Afrika utara adalah di bawah pimpinan Amru bin Ash1 pada tahun 640 M. Pada saat menyerbu Mesir yang dikuasai oleh kerajaan Bizantium, Amru bin Ash memandang bahwa Mesir dilihat dari kacamata militer maupun perdagangan letaknya sangat strategis, tanahnya subur karena terdapat sungai nil sebagai sumber pengairan. Maka dengan restu khalifah Umar bin Khattab dia membebaskan Mesir dari kekuasaan Romawi pada tahun 19 H (640 M). Beliau hanya membawa 400 orang pasukan karena sebagian besar diantaranya tersebar di Persia dan Syria. Berkat siasat yang baik serta dukungan masyarakat yang dibebaskannya maka beliau berhasil memenangkan berbagai peperangan. Mula-mula memasuki kota Al-Arisy dan dikota ini tidak ada perlawanan, baru setelah memasuki kota Al-Farma yang merupakan pintu gerbang memasuki Mesir beliau mendapat perlawanan. Oleh Amru bin Ash kota itu dikepung selama 1 bulan. Setelah kota Al-Farma jatuh, menyusul pula kota Bilbis, Tendonius, Ainu Syam hingga benteng Babil (istana lilin) yang merupakan pusat pemerintahan Muqauqis.2 Pada saat hendak menyerbu Babil yang dipertahankan mati-matian oleh pasukan Muqauqis tersebut, datang bala bantuan 4.000 orang pasukan lagi yang dipimpin empat panglima kenamaan, yaitu Zubair bin Awwam, Mekdad bin Aswad, Ubadah bin Samit dan Mukhollad sehingga menambah kekuatan pasukan muslim yang merasa cukup kesulitan untuk menyerbu karena benteng itu dikelilingi sungai. Akhirnya, pada tahun 22 H (642 M) pasukan Muqauqis bersedia mengadakan perdamaian dengan Amru bin Ash yang menandai berakhirnya kekuasaan Romawi di Mesir. Kemenangan dalam perang ini tidak terlepas dari respon positif yang diberikan
1

Amru bin Ash ada awalnya Beliau pernah mengambil bagian dalam peperangan menetang Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslim. Ia masuk Islam bersama Khalid bin Walid. Enam bulan setelah masuk Islam, beliau bersama Rasulullah SAW menaklukan Mekkah dalam peristiwa Fathul Mekkah. Ia adalah panglima perang yang bijak dalam mengatur strategi perang. Beliau adalah panglima perang yang menaklukan Baitul Maqdis dan Mesir dari cengkraman Romawi. Ia kemudian dilantik sebagai gubernur Mesir oleh Umar bin Khattab, tetapi kemudian dipecat oleh Khalifah Usman bin Affan. Selanjutnya Muawiyah bin Abu Sufyan melantik kembali beliau menjadi gubernur Mesir. Panglima Amru mengerahkan tentara yang al-Quran menjujung diujung tombak, ia menggunakan cara ini dalam pertempuran dengan Ali bin Abi Thalib agar Ali bin Abi Thalib menghetinkan serangan. (Tarikh Al-Khulafa Oleh Imam As-Suyuthi halaman 154) 2 Tokoh Yang Diabadikan Al-Qur`an 4 Oleh Abdurrahman Umairah halaman 114

rakyat Mesir waktu itu yang masih memeluk agama kristen, hal ini dikarenakan perlakuan yang semena-mena dari pemerintahan bizantium di Mesir, di tambah lagi adanya dendam teologis sekte jakobiyah yang merupakan aliran kristen mayoritas di Mesir waktu itu, mereka diperlakukan tidak adil dan semena-mena oleh pemerintahan Bizantium yang menganut paham gereja ortodhok. Banyak dari rakyat yang di bunuh dan di siksa, sebagian ada yang melarikan diri ke negara tetangga, sebagian ada juga yang munafik dengan mengikuti aturan dari gereja ortodhok untuk menghindari siksaan. Bagi kaum copti3 yaitu penganut sekte jakobiyah kemenangan Islam atas bizantium di Mesir berarti adalah kebebasan beragama. Sebagai jaminan atas keadilan bagi negara yang ditundukkan Amru bin Ash memberi jaminan kebebasan beragama.

BAB II
3

Orang Kristen Copt (Koptik) adalah penduduk asli Mesir yang beragama Kristen. umlahnya kira-kira 18% (tapi menurut statistik resmi dibawah 10%) dari penduduk Mesir sekarang. Orang-orang Copt masih menggunakan bahasa Copt (Mesir kuno) dan sama sekali tidak tercampur etnis pendatang (Arab).

Teori Tentang proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Mesir (Afrika utara) Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Mesir terdapat 4 teori yaitu melalui peperangan atau ekspansi, degenerasi gereja, dan politik. a. Peperangan (war/sword) Kedatangan Islam di Afrika Utara terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab. Pada masa itu kekuasaan Islam di tahun 640 M, sudah berhasil memasuki Mesir di bawah komando Amru bin Ash.4 Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan penaklukan Islam sudah meluas sampai ke Barqah dan Tripoli. Penaklukan atas dua wilayah itu dimaksudkan untuk menjaga keamanan daerah Mesir. Penaklukan itu tidak berlangsung lama, karena gubernur-gubernur Romawi menduduki kembali wilayah-wilayah yang telah ditinggalkan itu. Namun kekejaman dan pemerasan yang mereka lakukan telah mengusik ketenteraman penduduk asli, sehingga tidak lama kemudian penduduk asli sendiri memohon kepada orang-orang muslim untuk membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi. Pada waktu kekuasaan Islam sudah berpindah kepada Muawwiyah bin Sufyan khalifah pertama bani Ummayah. Ia bertekad untuk memberikan pukulan terakhir kepada kekuasaan Romawi di Afrika Utara, dan mempercayakan tugas ini kepada seorang panglima masyhur Uqbah bin Nafi al-Fikri (W. 683 M), yang telah menetap di Barqah sejak daerah itu ditaklukan. Pada tahun 50 H/670 M Uqbah mendirikan kota militer yang termasyhur, Kairawan, disebelah selatan Tunisia. Tujuannnya adalah untuk mengendalikan orang-orang Barbar yang ganas dan sukar diatur,dan juga untuk menjaga terhadap perusakan-perusakan yang dilakukan oleh orang-orang Romawi dari laut. Perjalanan Uqbah yang cemerlang itu dan pukulan-pukulannya yang menghancurkan orang-orang Romawi dan Barbar, telah membuat negeri itu aman selama beberapa tahun. Akan tetapi, pada tahun 683 M orang-orang Islam di Afrika Utara mengalami kemunduran yang hebat, karena orang-orang Barbar dibawah kepemimpinan Kusailah bangkit memberontak dan mengalahkan Uqbah. Dia dan seluruh pasukannya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu orang-orang Islam tidak berdaya mengembalikan

Siti Maryam dkk, 2004, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: LESFI, hlm 79.

kekuasaannya di Afrika Utara, karena selain berhadapan dengan bangsa Barbar juga ada bangsa Romawi yang memanfaatkan kesempatan dalam pemberontakan tersebut. Dalam kondisi seperti ini penyebaran Islam tidak bisa menyebar dengan baik keadaan ini berlanjut hingga terjadi pergantian Gubernur dari Hasan bin Numan kepada Musa bin Nusair5 tahun 708 M, pada awal pemerintahan Walid bin Abdul Malik (86-96 H)/705-715 M. bahkan pergantian pimpinan ini pun juga mendorong orang-orang Barbar mengadakan pemberontakan untuk melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Musa dapat mematahkan pemberontakan mereka, dan untuk mengantisipasi timbulnya pemberontakan lagi dia menetapkan kebijakan Perujukan, yaitu menempatkan orang-orang Barbar kedalam pemerintahan orang-orang Islam. b. Degenerasi gereja Pada masa pemerintahan Shalahuddin di Mesir, umat kristen benar-benar menikmati kebebasan dan toleransi, namun justru di tubuh gereja itu sendiri yang mengalami degenerasi. Suap dan sogok merata hampir di semua lapisan gereja, jabatan-jabatan dalam gereja pun menjadi barang dagangan. Akibatnya ialah terbengkalainya pembinaan spiritual dan moral rakyat yang mengakibatkan kemunduran kehidupan gereja, pergantian pemimpin dikalangan gereja menjadi permasalahan besar dikarenakan terdapat beberapa kubu yang saling berlawanan. Akibatnya, banyak jabatan-jabatan penting dalam gereja yang kosong, dituliskan dalam biara santa macarius yang dahulu terdapat 80 pendeta hanya tinggal 4 orang saja. Karena begitu terbengkalainya nasib umat kristen maka banyak dari mereka yang memeluk agama Islam pada akhirnya.

c. Politik
5

Ketika pemerintahahan dipegang oleh Musa, di Afrika Utara terjadi perubahan sosial dan politik yang cukup drastis. Perlawanan orang-orang Barbar yang ganas dapat dihancurkan dominasi politik berada di tangan orang-orang muslim dan dawah Islam yang menyebar dengan kecepatan yang luar biasa. Pemberontak Barbar yang dijadikan tawanan adalah 300.000 orang termasuk 60.000 orang dijual sebagai budak untuk meningkatkan keuangan kerajaan, 30.000 orang dari mereka masuk Islam dan menjadi bagian tentara muslim. Hal-hal inilah yang menyebabkan sebagian sejarawan menganggap Musa bin Nusair sebagai penakluk yang sesungguhnya atas Afrika Utara.

Masuknya Islam di Afrika Utara juga melalui politik, hal ini didasarkan pada masuknya agama Islam di kerajaan-kerajaan Afrika Utara yaitu kerajaan Nubia 6dan kerajaan Abisinia. Pada abad ke 12 kerajaan nubia masih beragam dengan memeluk agama kristen dan mereka masih dapat bertahan dari serbuan kerajaan Mesir di bawah panji Islam. Pada akhirnya terjadi perjanjian perdamaian antara Mesir dengan nubia7. Terbengkalainya gereja di Afrika juga dialami oleh kerajaan nubia yang juga menganut sekte jakobiyah. Hal ini menyebabkan banyak dari bangsa nubia yang beralih agama dari kristen ke agama Islam, namun peralihan agama kristen ke agama Islam berjalan sangat lambat dan bertahap. Sedangkan awal masuknya Islam di kerajaan Abisinia ditandai dengan masuknya bangsa Bollos ke dalam Islam bersamaan dengan suku bangsa bajah yang bersatu dalam kerajaan Islam.

Peninggalan sejarah kebudayaan Islam di Mesir a. Masjid Peninggalan sejarah Islam di Mesir dalam bentuk masjid, dapat kita lihat antara lain pada beberapa masjid berikut: 1) Masjid Amr bin Ash Merupakan Masjid pertama di Benua Afrika, dibangun oleh Panglima Amru bin Ash pada tahun 21 H/641 M. Panglima Amru bin Ash adalah panglima yang diutus oleh Khalifah Umar bin Khattab untuk membebaskan Mesir dari penjajahan bangsa asing. 2) Masjid Muhammad Ali Masjid ini terletak di dalam Benteng Shalahuddin Al-Ayyubi. Dibangun oleh Raja Muhammad Ali Pasha pada tahun 1830 M. Seluruh bahan bangunan masjid ini terdiri dari marmer yang indah sehingga masjid ini dijuluki Masjid Marmer (Allabaster Mousque). Di bagian belakang masjid terdapat kuburan Muhammad Ali Pasha.
6

Nubia adalah wilayah di Mesir selatan di sepanjang sungai Nil, dan kini berada di Sudan utara. Kebanyakan wilayah Nubia terletak di Sudan dengan sebagian di Mesir. Pada zaman kuno, Nubia merupakan kerajaan independen. 7 Perjanjian tersebut, yang dikenal dengan Baqt, menyatukan Mesir dan Nubia selama enam abad , dan diizinkannya pembangunan Masjid di ibukota Nubia, Dongolia, bagi para Musyafir.

3)

Masjid Al-Azhar Masjid AI-Azhar dibangun oleh Jauhar as-Siqilli atas perintah Muiz Lidinillah

yang memerintah Dinasti Fatimiyah pada tahun 359 H/970 M. Masjid ini merupakan cikal-bakal Universitas Al-Azhar, karena di dalam masjid ini juga dilaksanakan proses belajar mengajar sejak tahun 975 M/365 H. 4) Masjid Sayyidina Hussein Dinamakan demikian karena di dalam masjid ini terdapat makam Sayyidina Hussein, cucu Nabi Muhammad Saw. Menurut ahli sejarah, di dalam masjid ini hanya dimakamkan kepala Sayyidina Hussein, kemudian ada juga yang berpendapat bahwa jasad Sayyidina Hussein juga dimakamkan di sini, karena telah dipindahkan oleh Pemerintah Dinasti Fatimiyah dari Asqalan ke Kairo.. 5) Masjid Imam Syafii Masjid ini berada di kawasan Hayyu Syafii. Terletak di pinggiran Kota Kairo dibangun oleh Pangeran Abdurrahman Kakhuda tahun 1157 H. Makam Imam Syafii berada di samping masjid ini bersebelahan dengan Makam Sultan Muhammad Kamil (Paman Shalahuddin Al-Ayyubi) dan Ibunya Malikatu Syam, serta makam temannya yang bernama Abdullah bin Hakam. 6) Masjid Abul Abbas Al-Mursi Masjid ini berada di tepi pantai Kota Alexandria8, berbentuk segi enam dan dipenuhi kaligrafi nan indah. Di dalam masjid inilah seorang Sufi pengikut tarekat Syadziliyah dimakamkan. Beliau adalah Abul Abbas Al-Mursi yang lahir di Mursiah, Andalusia (kini Spanyol) tahun 616 H dan wafat pada tahun 685 H. b. Benteng 1) Benteng Shalahuddin Al-Ayyubi Benteng Shalahuddin terletak di Bukit Muqattam. Dibangun oleh Shalahuddin AI-Ayyubi antara tahun 1176-1183 M. ketinggian tembok benteng mencapai 10 m dengan tebal 3 m. Benteng ini dibangun untuk mempertahankan Kota Kairo dari serangan pasukan salib.

Alexandria, atau Iskandariah, adalah kota terbesar kedua di Mesir setelah Kairo. Dibangun oleh Alexander The Great atau Iskandar Zulkarnain dari Romawi pada tahun 332 SM. Kota pelabuhan yang pernah menjadi ibukota Mesir selama 1000 tahun ini dirancang oleh Denokrates, seorang arsitek asal Yunani. Alexander memperoleh pendidikan dari Aristoteles, sedangkan Aristoteles sendiri adalah murid Plato. Sebelum mendirikan kota Alexandria, Alexander adalah penguasa Macedonia.

c. Perpustakaan 1) Perpustakaan Alexandria9 Merupakan perpustakaan kebanggan rakyat Mesir, hingga mendapat julukan Piramida keempat. Pada mulanya perpustakaan ini didirikan oleh Alexander The Great (Iskandar yang Agung) pada tahun 228 SM mengoleksi kurang lebih 500.000 manuskrip. Namun, perpustakaan ini pernah dibakar oleh Pasukan Julius Cesar pada tahun 48 SM hingga buku-buku di dalamnya hangus. Tapi, Mark Antonio yang datang setelah Julius Cesar menghadiahkan 200.000 buku kepada Kleopatra
10

(pemimpin Mesir ketika itu) yang berlanjut ke kisah cintanya. Untuk kedua kalinya

Perpustakaan ini hancur pada tahun 391 M, ketika itu pasukan Romawi menghancurkan seluruh bangunan yang di dalamnya terdapat arca dan patung, ketika itu di dalam perpustakaan juga terdapat patung dan arca-arca hingga tak luput dari keganasan tentara Romawi. Kini, perpustakaan ini kembali berdiri kokoh dengan bentuk arsitektur yang sangat unik, berbentuk setengah matahari terbit. Dibangun sejak tahun 1990-2002 atas prakarsa pemerintah Mesir bekerjasama dengan UNESCO menghabiskan dana sebesar US$ 220 juta. Islam merupakan agama mayoritas penduduk mesir. Tercatat hanya sekitar 14% saja penduduknya yang beragama non islam. Sebagai negara yang pernah lama di jajah, tentunya sedikit telah terpengaruh dari kultur penjajah (barat). Kehidupan dan pergaulan sedikit bebas, banyak terdapat tempat-tempat hiburan dan lain-lain tapi pada dasarnya masyarakanya tetap berpegang pada ajaran islam. Umumnya sikap mereka tidak ambil pusing pada orang lain, sehingga bentrok hukum jarang terjadi, setiap tiba waku shalat, tak segan segan mereka shalat di samping jalan, trotoar, kebun atau sawah. Orang mesir kurang memperhatikan dari segi adab (etika). Pemandangan seperti menduduki buku, main lempar-lemparan dengan tas/buku sering terlihat pada anak-anak mesir. Apalagi dalam hal-hal kecil, seperti makan minum berdiri dan lain9

Di Alexandria ini pula, Euclides, Archimedes, Erathostenes, dan ilmuwan-ilmuwan besar lainnya yang meletakkan dasar pengetahuan bagi umat manusia pernah menghabiskan sebagian hidupnya. 10 Selain perpustakaan tertua di dunia, di Alexandria juga terdapat Monumen Cleopatra. Di Monumen Cleopatra ini dahulu terdapat patung Cleopatra, tetapi patung itu kemudian dipindahkan ke Luxor. Dari foto patung Cleopatra, ternyata Ratu Mesir itu tidaklah cantik, tidak sebagaimana dibayangkan orang (karena berhasil menundukkan hati Caesar dan Antony). Ratu Mesir dari dinasti Ptolomeus ini berkuasa dari tahun 69 SM 30 SM. Setelah suami sekaligus pelindungnya, Mark Antony (orang Romawi menyebutnya Markus Antonius) dibunuh, dan Roma dikuasai oleh Augustus (nama mudanya Octavianus), Cleopatra merasa tidak bisa lagi mempertahankan kekuasaannya di Mesir. Dari pada harus tunduk kepada penguasa Romawi yang baru, Augustus, ia memilih bunuh diri dengan sengaja menyengatkan dirinya pada ular yang sangat berbisa.

lain hampir tak didengar sama sekali. Orang mesir, seperti halnya orang arab lain, sebenarnya punya pribadi yang hangat, setiap bertemu teman, tak segan-segan saling cium dan pelukan, meski sebenarnya baru sebentar tak bertemu. Pembicaraan dan obrolan mereka selalu hangat. Mereka juga senang bercanda. Kalau kita perhatikan, orang mesir begitu menikmati akan kehidupan mereka. Mereka seakan tak punya beban, santai dan penyabar. Selain itu, mereka juga punya kebanggaan yang berlebihan pada negara mereka. Sampai sampai mereka sering mengatakan mesir negara terkaya, terindah, termulia di dunia dan seterusnya.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai