Anda di halaman 1dari 13

Presentasi Kelompok 1

Mata Pelajaran SKI


Anggota Kelompok

1. ABY FACHRI
2. ADELIA MAHARANI P.S
3. AISYAH MAURANI A.S
4. ALFIATURROCHMAH SAFITRI
5. ARDIANINGSIH WORO SAPUTRI
6. ATTALA TASBITA AZIZ
7. AYU NURAQILAH FADHILAH
8. DWIE DURROTUNNASHAH
9. DEVAN FARID HIDAYAT
10. FADHLI
11. FAICHA NURHASNA
12. HIDEYO RAMADHAN
13. LUTFIA WAHYU HAPSARI
DAULAH UTSMANI PADA MASA PEMERINTAHAN
MURAD I
MURAD I (761-791 H/1360-1388 M)

Murad I lahir di Sogut atau Bursa, 29 Juni 1326 – meninggal di Kosovo, 15 Juni 1389 pada umur 62 tahun) adalah
pemimpin Utsmani ketiga dan berkuasa sepeninggal ayahnya antara tahun 1361 hingga 1389. Ia adalah putra
Orhan dan Nilufer Hatun. Murad I dijuluki Hudavendigar, yang berasal dari bahasa Persia: Khodāvandgār yang
berarti "yang disayangi Tuhan".

Murad I dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani, dermawan, dan agamais. Ia demikian kokoh memegang
semua aturan dan sangat mencintainya. Selalu berlaku adil pada rakyat dan tentaranya, mencintai jihad dan
membangun masjid, sekolah, dan tempat berlindung.
Murad I berhasil meluaskan wilayahnya di Asia kecil dan Eropa dalam waktu bersamaan. Ia menaklukkan
Adrianopel (Edirne), dan kemudian dijadikan sebagai ibu kota kerajaan yang baru, serta membentuk pasukan
berkuda (Kavaleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibu kota Bulgaria,
dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.

Murad I mulai menghadapi serangan Eropa pertama kali dari Raja Qurok V dari Serbia dan dibantu raja Bosnia
bermaksud menyerang Andrianopel. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur
seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki. Selanjutnya menguasai Bulgaria, Serbia, Sisman dan Lozan.

Sultan Murad I meninggal dengan syahid dalam usia 65 tahun pada 15 Syaban 791 H.Sultan Murad I mewarisi
kekuasaan yang luas, lima kali lipat kekuasaan ayahnya. Banyak hal yang bisa dipetik hikmahnya dari
kepemimpinan Sultan Murad I, di antaranya menyebarnya Islam yang semakin meluas di Wilayah Balkan,
banyak pemimpin mereka yang masuk Islam, kedaulatan Daulah Usmani semakin dihormati dan dihargai oleh
bangsa Eropa, Pengaruh Daulah Usmani semakin meluas, sehingga syiar Islam semakin berkembang.
DAULAH UTSMANI PADA MASA PEMERINTAHAN
BAYAZID I
BAYAZID I (791-805 H/1389-1402 M)
Setelah Sultan Murad I wafat, kepemimpinan Daulah Usmani dilanjutkan oleh putranya yaitu Sultan
Bayazid I. Dia adalah orang yang sangat pemberani, cerdas, murah hati, dan memiliki semangat yang
kuat untuk melakukan perluasan wilayah Islam. Oleh karena itu, dia sangat memperhatikan masalah-
masalah kemiliteran, mengarahkan perluasan wilayahnya ke negara-negara Kristen Anatolia.
Hanya dalam jangka waktu setahun, negeri-negeri itu berada dalam kekuasaan Daulah Usmaniyah.
Bayazid bergerak begitu cepat di antara dua Balkan dan Anatolia. Oleh karena itu dia diberi gelar
“Yaldrum” atau kilat. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus
Bonafacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang menjadi
penyebab terjadinya Perang Salib.
Konstatinopel hampir saja bisa dikuasai, namun Bayazid mengurungkan niatnya dari penaklukan
Konstatinopel karena munculnya bahaya baru terhadap Daulah Usmaniyah. Bahaya baru itu adalah adanya
serangan tentara Mongol dibawah pimpinan Timur Lenk.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan perselisihan antara Timur Lenk dan Bayazid, antara lain sebagai
berikut :
a. Para pemimpin di wilayah Iraq (Baghdad) yang wilayahnya ditaklukkan oleh Timur Lenk banyak yang
meminta perlindungan kepada Bayazid.
b. Kerajaan-kerajaan Kristen memprovokasi Timur Lenk untuk menyerang dan mengalahkan Bayazid.
c. Adanya kesalahfahaman di antara kedua belah pihak sehingga saling menghina dengan saling membakar
surat.
d. Di antara keduanya, sama-sama saling berusaha untuk meluaskan wilayah kekuasaannya
DAULAH UTSMANI PADA MASA PEMERINTAHAN
MUHAMMAD I
MUHAMMAD I (817-824 H/1403-1421 M)
Muhammad I adalah putera bungsu dari Bayazid, setelah berkuasa menggantikan ayahnya ia mulai menyusun kekuatan
kembali dan memulihkan keadaan Turki Usmani dari upaya memecah-belah yang dilakukan oleh Timur Lenk.

Strategi Muhammad I adalah menjalin hubungan diplomatik dengan para penguasa Byzantium dan Venesia, dengan
maksud agar kedua negeri ini tidak mengganggu kerja utamanya yaitu mendamaikan kekhalifahan Usmani. Berkat
usahanya yang gigih, Muhammad I berhasil mengangkat citra Daulah Usmaniyah sehingga dapat bangkit kembali, yaitu
dengan menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kesejahteraan kehidupan masyarakat.

Sultan Muhammad I adalah sosok yang sangat cinta kedamaian dan ilmu pengetahuan. Mencintai Fuqafa, termasuk alasan
memindahkan ibu kota dari Adrianopel ke Busra. Karena Busra sering juga disebut sebagai kota para Fuqaha. Sultan
Muhammad I hadir pada waktu yang tepat, di saat rakyat mendapat seorang penguasa yang sesuai dengan harapan, namun
Allah Swt berkehendak lain. Pada 39 tahun 824 H/1421 M Sultan Muhammad I meninggal dunia di Kota Urnah dalam usia
43 tahun.
DAULAH UTSMANI PADA MASA
PEMERINTAHAN MURAD II
MURAD II (824-855 H/1421-1451 M)
Murad II menggantikan ayahandanya Muhammad I pada usia yang masih 18 tahun. Dia dikenal sebagai
penyair dan orang yang mencintai ulama. Cita-cita Sultan Murad II adalah melanjutkan usaha perjuangan
Muhammad I. Prioritas utama perjuangannya adalah merangkul kembali daerah-daerah yang terlepas dari
Daulah Usmani sebelumnya, yaitu daerah Asia Kecil, Soloniki, Albania, Falakh, dan Hongaria. Sultan
Murad II membuat istana penguasa bernuansa akademis, hal tersebut dilakukan agar kegiatan keilmuan
tetap berkembang pada zamannya. Dia mengirimkan sejumlah uang untuk kesejahteraan penduduk
Makkah, Madinah dan Baitul Maqdis sebanyak 3.500 dinar setiap tahunnya.

Sultan Murad II menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 16 Muharram 855 H. Bertepatan dengan
tanggal 18 Februari 1451 M di Andrianopel menjelang usia 47, dan sesuai wasiatnya kemudian
dimakamkan pada hari Jum`at di samping masjid Jami` Muradiyah di Bursa.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai