Anda di halaman 1dari 11

Jamaluddin Al-Afghani

Kelompok 2:
Adelia Maharani
Devan Farid
Luthfia Wahyu
Mustafidul Umam
R. Masturina
Biografi
Nama lengkap : Sayyid Muhammad bin Safdar al-Husaini
• Lahir : 1) Desa Asadabad dekat Hamadan, Iran tahun 1838 M.
2) Asadabad, Prov. Kunar, Afghanistan tahun 1838 M.
Wafat : Istanbul, Turki tahun 1897 M
• Ayah : Sayyid Safdar.
 Sisilah beliau sampai kepada Husain bin Ali bin Abi Thalib, itulah mengapa beliau menggunakan
gelar Sayyid.
• Penganut Mazhab Hanafi
• Usia 12 tahun telah menghafal Al-Qur’an
• Usia 18 tahun telah menguasai berbagai bidang ilmu keislaman dan ilmu umum yang beliau pelajari
dari dunia timur dan barat
• Pendidikan dasar dari ayahnya—> mengaji Al-Qur’an, B.Arab, dan sejarah
• Belajar ilmu agama di Teheran, Iran dan dilanjutkan ke Najd, Irak. Melanjutkan pendidikan di India
saat usia 17 tahun, mempelajari ilmu-ilmu yang lebih modern/umum.
Peran Politik
 Memegang peranan penting dalam politik Islam modern, dikenal luas di dunia Sunni dan
Syi’ah.
 Memulai peranan politik di India. Al-Afghani bergabung dalam perang kemerdekaan India
tahun 1857, menyempatkan naik haji sebelum pindah ke Afghanistan.
• Pengabdian di Afghanistan :
- Pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan hingga usia 22 tahun
- Penasehat Sher Ali Khan tahun 1864
- Perdana menteri pada zaman Azam Khan—>Inggris ikut campur urusan politik dalam negeri;
ia memihak kelompok oposisi Inggris.
• Saat kelompoknya kalah, agar lebih aman ia pindah ke India tahun 1869 untuk yang kedua
kalinya, tetapi tidak diperbolehkan menemui pemimpin-pemimpin yang berpengaruh.
• Tahun 1871 ia pindah ke Mesir dan menetap di Kairo. Al-Afghani melanjutkan aktifitas
politiknya dengan menggalang kelompok muda terpelajar, ia menemukan gagasan
politiknya di Kairo.
• Tahun 1876, campur tangan Inggris makin kuat dalam politik Mesir, ia bergabung dengan
perkumpulan Freemason Mesir untuk bergaul dengan tokoh-tokoh politik.
• Membentuk Partai Al-Hizb al-Wathani (Partai Kebangsaan) di tahun 1879
• Mensosialisasikan gagasan politik ke negara-negara lain untuk mendapat dukungan,
seperti Asia Tengah, wilayah Kaukasus, Tbilisi, Istanbul, London, Moscow, St.
Petersburg, Munich, lalu menetap di Paris.
• Mendirikan perkumpulan dan surat kabar Urwatul Wutsqa pada tahun 1884 di Paris
bersama Muhammad Abduh
• Tahun 1892 pindah ke Istanbul atas undangan Sultan Abdul Hamid—>bekerja sama
dalam pemikiran demokratis di bidang pemerintahan.
Pan-islamisme (solidaritas umat Islam di dunia)
Mengajarkan agar semua umat Islam seluruh dunia bersatu, untuk membebaskan mereka dari
perbudakan asing. Bersatu bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan Islam menjadi satu, tetapi
harus memiliki satu pandangan hidup.
Umat Islam harus melakukan perbaikan internal dan mampu mewujudkan kemandirian di
tengah arus globalisasi dan persaingan yang ketat, juga dalam rangka melawan kolonialisme
barat.
Persatuan Islam hanya dapat dicapai apabila berada dalam kesatuan pandangan dan kembali
kepada ajaran Islam yang murni.
Latar belakang : melihat adanya perpecahan di kalangan umat Islam karena persoalan
khilafiyah, melihat praktek kolonialisme yang berlangsung di dunia Islam.
Tujuan : membina kesetiakawanan dan persatuan umat Islam dalam perjuangan; pertama,
menentang sistem pemerintahan yang absolut dan digantikan dengan sistem pemerintahan
yang didasarkan musyawarah. Kedua, menentang kolonialisme dan dominasi barat.
Al-Afghani selalu mengkampanyekan konsep republik dalam sistem ketatanegaraan karena
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis yang ada di dalamnya.
Antara Pan-islamisme dan Khilafah Modern
 Pan-islamisme
- Dalam rangka pemurnian akidah dan ajaran Islam serta mengembalikan keutuhan umat Islam, Al
Afghani menganjurkan pembentukan suatu ikatan politik yang mempersatukan umat Islam seluruh
dunia. Asosiasi politik itu harus meliputi seluruh umat Islam, baik negara merdeka maupun yang
masih dalam penjajahan. Ikatan tersebut didasari oleh solidaritas akidah Islam yang bertujuan
untuk membina kesetiakawanan dan persatuan umat Islam dalam perjuangan; pertama, menentang
tiap sistem pemerintahan yg sewenang-wenang dan mengganti dengan sistem yang didasarkan
musyawarah. Kedua, menentang kolonialisme dan dominasi barat. Umat Islam harus memiliki satu
pandangan hidup dan bersatu dalam kerja sama.
 Khalifah Modern
- Menegakkan hukum dari Allah SWT dalam realitas kehidupan, serta tidak mengenal batas
geografis dan teritorial. Hukum Islam mustahil untuk ditegakkan dengan sempurna kecuali dengan
adanya khilafah (negara Islam) dan seorang Khalifah yang akan menerapkan Islam kepada muslim
dibaiat untuk didengar dan ditaati perintahnya atas dasar Al-Qur'an dan Sunnah. Bertujuan
mengembalikan muslim ke dalam masyarakat Islam. Dengan kata lain, seluruh urusan kehidupan
dijalankan sesuai hukum-hukum syariat di bawah naungan negara Islam, yang dipimpin seorang
Khalifah yang dibaiat untuk menerapkan hukum berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah, serta
mengemban risalah ke seluruh dunia dengan jihad
Pada Intinya pan-islamisme bersatu untuk menentang absolutisme dan
kolonialisme barat, sedangkan khilafah modern untuk menegakkan hukum-hukum
syariat dalam segala urusan kehidupan kehidupan di bawah negara islam.
Peran di Urwatul Wutsqa
• Al-Afghani mendirikan satu perkumpulan yang diberi nama Al-’Urwah Al-Wutsqa pada
tahun 1883 ketika sedang berada di Paris.
• Anggota perkumpulan terdiri atas Muslim dari India, Mesir, Suriah, dan Afrika Utara
• Tujuan : memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam, membawa umat Islam
pada kemajuan.
• Al-Afghani bersama muridnya, Muhammad Abduh, menerbitkan mingguan berbahasa
Arab dengan nama yang sama, Urwatul Wutsqa, untuk menyalurkan ide dan gagasan
politiknya di tahun 1884.
• Publikasinya menggoncang dunia Islam, bahkan banyak dibaca masyarakat London.
Tetapi juga menimbulkan kegelisahan di dunia barat.
• Di pasaran dunia timur surat kabar ini dibinasakan oleh penguasa Inggris, di India dan
Mesir juga dilarang beredar, meski pun begitu, surat kabar ini masih terus beredar secara
ilegal.
Sikap Intelektual Al-Afghani terhadap Imperialisme
• Selalu mengajarkan bahaya imperialisme yang dikembangkan oleh dunia barat
dapat mengancam ajaran agama, terutama Islam
• Perhatiannya yang serius terhadap imperialisme bangsa barat dan absolutisme
penguasa muslim memberi semangat baru untuk membela warga melalui
pemurnian ajaran-ajaran berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, serta tidak menutup
mata terhadap ijtihad.
• Meski pun Al-Afghani mengecam imperialisme yang dilakukan barat, namun ia
memberi dukungan kepada umat muslim untuk mempelajari pengetahuan secara
lebih luas sebagaimana telah dilakukan oleh bangsa barat.

Anda mungkin juga menyukai