Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKIDAH AKHLAK

MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI

GURU PEMBIMBING :

DISUSUN OLEH :

DHEA RAMADHANIA

MADHIYAH

FIRYAL

REFINA NUR KAMILAH

KELAS :

XII IPA 1

MADRASAH ALIYAH NEGERI 4 BANJAR

MARTAPURA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran Akidah Akhlak.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan
informasi bagi kita semua terutama siswa siswi MAN 4 BANJAR dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
BAB I

PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR……..…....…………………………………................................…… i

DAFTAR ISI……………………………….…………………………...........................…… ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang……….......…………...…………...……...…………………………………1

2. Rumusan Masalah………………………………………....……………...……………….. 1

3. Tujuan Penulisan……………..………………………………….………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN

1. Bekerja Keras dan Kolaboratif……………………….......……………………….........…..

2. Fastabiqul Khairat (Berlomba dalam kebaikan)………...………………………...........…..

3. Dinamis dan Optimis...........……………………………….…………………….............…

4. Kreatif dan Inovatif...............................................................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan…………………………………………..………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………....………..
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat hal-hal yang dilakukan secara terus-menerus sehingga
melekat pada diri kita dan menjadi suatu kebiasaan, maka perilaku tersebut disebut akhlak.
Akhlak terbagi menjadi dua yaitu akhlak terpuji dan akhlak terela. Akhlak terpuji adalah
tingkah laku yang menimbulkan perbuatan baik, sesuai dengan akal sehat, ketentuan syariat
dan tuntunan Al-Quran dan hadits. Seorang muslim sejati hendaknya membiasakan
berperilaku terpuji, seperti bekerja keras, fastabiqul khairat, optimis, dinamis, kreatif, dan
inovatif.

2. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari bekerja keras, fastabiqul khairat, optimis, dinamis, kreatif, dan
inovatif ?

b. Apa saja manfaat bekerja keras, fastabiqul khairat, optimis, dinamis, kreatif, dan inovatif ?

c. Bagaimana penerapannya dalam kehidupan ?

3. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui pengertian dari bekerja keras, fastabiqul khairat, optimis, dinamis, kreatif, dan
inovatif .

b. Mengetahui manfaat atau dampak positif dari bekerja keras, fastabiqul khairat, optimis,
dinamis, kreatif, dan inovatif .

c. Mengetahui penerapan akhlak terpuji dalam kehidupan sehari -hari.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Bekerja Keras dan Kolaboratif

a. Bekerja Keras

1. Pengertian Kerja Keras

Kerja keras adalah kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh tanpa mengenal
lelah atau berhenti sebelum target kerja tercapai dan selalu mengutamakan atau
memperhatikan kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan. Kerja keras dapat
diartikan bekerja mempunyai sifat yang bersungguh-sungguh untuk mencapai sasaran
yang ingin dicapai. Mereka dapat memanfaatkan waktu optimal sehingga kadang-kadang
tidak mengenal waktu, jarak, dan kesulitan yang dihadapinya. Mereka sangat bersemangat
dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal.

Pepatah arab mengatakan:

َ ‫َم ْن َج َّد َو َج َد َو َم ْن َح َر َك َو‬


‫ص َل‬

“Barangsiapa yang sungguh-sungguh (kerja keras), niscaya akan berhasil, dan barangsiapa
yang bergerak (berjalan), niscaya akan sampai”.

2. Pentingnya Kerja Keras

Islam menganjurkan umatnya agar mau bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sebaliknya Islam membenci umatnya yang hanya berpangku tangan, malas-
malasan dan tidak mau bekerja mencari nafkah. Selain bekerja keras, kita juga harus
berdo’a kepada Allah agar apa yang diinginkan dapat terkabul. Bekerja adalah usaha lahir
yang harus dilakukan manusia (Syari’at), sedang berdo’a adalah ikhtiar batin yang harus
dilakukan manusia (hakikat).

Allah Swt. berfirman:

َ َ‫َو َج َع ْلنَاٱلنَّه‬
‫ار َم َعا ًشا‬

Artinya : “Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,” (QS an-Naba’[78]:11)

Pentingnya bekerja keras dan berdo’a disebabkan antara lain:


1) Manusia sadar akan kebutuhan hidupnya yang harus dipenuhi, agar hidup menjadi
bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.

2) Manusia dituntut untuk bersikap kreatif dan rajin bekerja, sebab tanpa bekerja
seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

3) Manusia menyadari bahwa tidak ada rejeki dan kebahagiaan yang datangnya dari langit,
melainkan harus diraih dengan kerja keras, banting tulang, dan peras keringat.

4) Manusia menyadari bahwa ada kekutan lain di luar kekutan yang dimilikinya, sehingga
hasil dari kerja kerasnya harus dipasrahkan sepenuhnya kepada keagungan Allah swt.
Oleh karena itu manusia wajib berdo’a atas semua kerja kerasnya.

5) Manusia semakin kuat keimanannya, karena disamping bekerja kerasnya juga


kepasrahannya kepada kehendak terbaik Allah swt.

6) Manusia tidak memilih salah satunya, bekerja atau berdo’a, melainkan kedua-duanya
sangat penting dilakukan. Bekerja keras terlebih dahulu, kemudian berdo’a memohon
perlindungan dan keberhasilan.

3. Bentuk Kerja Keras

1) Melakukan setiap pekerjaan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati dan dengan niat
ibadah karena Allah.

2) Tidak mudah patah semangat dalam melakukan setiap pekerjaan, seberat dan sesulit
apapun pekerjaan yang dihadapinya.

3) Melakukan pekerjaan tidak tergesa-gesa, sebab pekerjaan yang dilakukan dengan


tergesa-gesa tidak mendatangkan hasil yang baik dan optimal.

4) Tidak meremehkan setiap pekerjaan yang hanya akan mendatangkan sikap malas dan
jenuh dalam bekerja, melainkan sebaliknya semua pekerjaan dipandang serius sehingga
harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.

5) Mencintai pekerjaan yang dilakukannya sehingga bekerja dengan sepenuh hati

4. Contoh Kerja Keras

1) Seorang anak MTs yang ayahnya hanya tukang bakso keliling, punya cita-cita ingin
menjadi sarjana ekonomi yang sukses. Demi meraih cita-citanya anak tersebut sudah
mempersiapkan dirinya sejak sekolah di MTs, dengan cara membantu ayahnya berdagang
bakso keliling di luar waktu belajar. Sesudah duduk di bangku aliyah bahkan perguruan
tinggi dia sudah berani dan bekerja keras berjualan bakso secara mandiri. Alhasil dengan
kerja kerasnya dia dapat menyelesaikan kuliahnya, bahkan telah diterima bekerja di
perusahaan ternama di kota ini.

2) Annisa adalah seorang anak MTs yang ayahnya bekerja sebagai buruh pabrik dan
ibunya sakit lumpuh. Dia punya cita-cita ingin menjadi bidan. Dia berani dan sanggup
bekerja keras dengan tanpa ada rasa malu untuk meraih cita-citanya dengan belajar
membuat makanan ringan untuk dijual diwarung-warung yang ada di daerahnya. Dengan
semangat kerja kerasnya alhasil dia bisa melanjutkan studinya dan berhasil menjadi
seorang bidan.

5. Nilai-nilai Positif dari Kerja Keras dalam Fenomena Kehidupan

a. Memiliki keimanan yang kuat dalam hati, sehingga tidak mudah tergoda oleh bisikan
dan rayuan setan, ketika menjalankan sesuatu pekerjaan.

b. Memiliki kesabaran yang kuat sehingga tidak tergesa-gesa. Tergesa-gesa merupakan


pekerjaan setan yang harus dihindari. Selain itu, setiap pekerjaan memerlukan ketekunan
dan ketelitian, agar mendapatkan hasil yang baik.

c. Memiliki keyakinan dalam hati bahwa bekerja yang baik sesuai ajaran Islam termasuk
ibadah, yang kelak akan mendapat pahala dari Allah swt.

d. Senantiasa berusaha sebisa mungkin agar pekerjaan tidak menyimpang dari ajaran
Islam, sehingga selain mendapatkan hasil yang bagus juga tidak melanggar aturan agama.

e. Selalu waspada dan bersikap hati-hati dalam bekerja, agar tidak mendatangkan
kerugian, baik bagi diri sndiri maupun orang lain.

6. Membiasakan Diri Bekerja Keras

Untuk dapat membiasakan diri bersikap bekerja keras, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

a. Biasakan bergaul dengan orang-orang yang mempunyai perilaku kerja keras. Sebaliknya
hindari pergaulan dengan mereka yang memiliki perilaku pemalas dan penghayal berat.

b. Selalu ingat dan berpegang teguh pada aturan dan tata cara bekerja yang baik menurut
ajaran Islam, agar dalam melakukan suatu pekerjaan tidak menyimpang atau melanggar
ketentuaj agama.

c. Biasakan bersikap terbuka akan masukan, kritik, teguran atau nasihat dari pihak
manapun yang tujuannya baik, terutama yang mengingatkan ketika kita lupa.

d. Selalu menjaga diri dari sikap tercela, baik ketika bekerja maupun di luar waktu bekerja,
sehingga akhlak seorang beriman akan tetap terjaga dari perbuatan keji dan munkar.
e. Selalu bersedia mengingatkan orang lain yang sedang lupa atau salah melanggar aturan
kerja, seraya melakukannya dengan cara-cara yang santun dan terhormat.

f. Panjatkan do’a kepada Allah, agar diberi kekutan dapat bersikap perilaku kerja keras
dalam menjalani kehidupan. Sebab tidak ada kebahagiaan yang datang dari langit tanpa
ada usaha dan kerja keras.

g. Mulailah membiasakan diri bersikap perilaku kerja keras dari sekarang, agar kelak
setelah dewasa menjadi orang yang sukses.

b. Kolaboratif

1. Pengertian Kolaboratif

Kolaboratif adalah kerja sama antara satu pihak dengan pihak lainnya untuk memperoleh
manfaat dan keuntungan satu sama lain. Sikap ini akan menjadi salah satu penguat
silaturahmi antar sesama. Karena sepanjang waktu mereka akan saling berkomunikasi dan
mengenal satu-sama lain.

2. Pentingnya Kolaboratif

Islam memerintahkan umatnya untuk saling bekerja sama dalam meraih tujuan yang baik.
Tiada kata pekerjaan berat jika dikerjakan secara bersama -sama. Seperti pepatah
mengatakan berat sama dipikul, ringan sama dijinjing yang artinya suka duka, baik buruk
akan dihadapi bersama. Itulah keistimewaan dari kerja sama. Segala sesuatu akan
dirasakan bersama-sama. Dalam  bekerja  sama,  kita  harus  memiliki  sikap  tolong-
menolong.  Tanpa adanya sikap tersebut, kolaboratif tidak akan terjalin. Oleh karena itu,
berusahalah menanamkan sifat dan sikap tolong-menolong.

Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya : “Permudahlah dan jangan mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan
membuat orang  lari,  saling  bekerja  samalah  kalian  berdua  dan  jangan  berselisih. 
(HR. Bukhari).

Penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan kolaborasi yang tertinggi dapat diraih
ketika kolaborasi itu melibatkan orang-orang dengan beragam gaya kerja, nilai-nilai,
budaya, pendidikan dan latar belakang pekerjaan yang berlainan. Orang-orang tersebut
akan menghadirkan pemikiran yang benar-benar berbeda dan akibatnya suatu persoalan
akan ditangani dari berbagai segi. Akan tetapi, agar kolaborasi di level ini bisa berjalan
efektif, dibutuhkan kepercayaan dan rasa saling menghormati.
3. Contoh Sikap Kolaboratif

•membersihkan parit atau selokan bersama tetangga lainnya.

•Gotong royong membangun jembatan.

•Gotong royong membersihkan balai dusun dan lapangan sebelum kegiatan pemilihan
umum.

4. Manfaat Bersikap Kolaboratif

Salah satu manfaat terbesar kolaborasi adalah kesempatan untuk mendapatkan banyak
inspirasi dan belajar. Karena setiap interaksi yang kita lakukan dengan seseorang di luar
lingkaran kita dapat mengajari sesuatu yang berharga. Kolaborasi dapat menginspirasi dan
membantu kita dalam berpikir dengan cara baru.

5. Tujuan Kolaboratif

Tujuan dari kolaborasi adalah untuk membawa individu, lembaga, organisasi, dan
masyarakat itu sendiri bersama-sama dalam suasana mendukung secara sistematis
memecahkan masalah yang ada dan muncul yang tidak bisa dengan mudah diselesaikan
oleh satu kelompok saja.

c. Makna Bekerja Keras dan Kolaboratif dalam Islam

Islam memberikan ajaran kepada umatnya untuk bekerja keras dan kolaboratif dalam
mencapai tujuan yang gemilang. Tentu kolaboratif itu harus dilakukan dalam kebaikan
bukan kejahatan. Karena sebaik-baik manusia adalah yang berguna untuk makhluk
lainnya. Dengan begitu kita sebagai manusia yang berakal tidak hanya diam dan
menunggu kabar baik melainkan harus turun tangan dan bersungguh-sungguh untuk
mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Orang sukses adalah mereka yang memiliki semangat dan aksi kerja keras baik dalam
kelompok maupun individu. Meskipun ada pekerjaan yang dilakukan dengan individu,
tetapi tetap saja masih membutuhkan individu lainnya. Seperti halnya pedagang dia
menawarkan produk atau jasanya pada masyarakat. Berarti pedagang juga membutuhkan
pembeli yang akan membeli dagangannya.
Dalam melakukan kerja keras dan kerja sama, ada beberapa ciri dan prinsip yang harus
diyakini dan diteladani, yaitu:

1. Ciri-ciri dan prinsip kerja keras

a. Melakukan segala perbuatan dengan tulus karena Allah

b. Melakukan dengan sungguh-sungguh dan pantang menyerah

c. Tidak meremehkan pekerjaan dan tidak tergesa-gesa menyikapi pekerjaan

d. Menyerahkan hasil kepada Allah

2. Ciri-ciri dan prinsip kerja sama

a. Berkolaborasi dalam hal kebaikan

b. Mengutamakan kepentingan bersama

c. Kolaborasi didasari aras kejujuran, keterbukaan dan saling percaya

d. Adanya hubungan kerjasama antar individu

2. Fastabiqul Khairat

a. Pengertian Fastabiqul khairat

Fastabiqul khairat secara bahasa artinya berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan.


Allah Swt. Memerintahkan kita untuk bersemangat dalam melakukan kebaikan, yaitu
berlomba-lomba dalam kebaikan, sebelum terjadinya hari kiamat. Sebagaimana
Firman Allah Swt :
‫ول ُك ٍّل وِّ جْ ه ٌة هُو مُولِّ ْيها َفاسْ َتبقُوا ْال َخي ْٰر ۗت اَيْن ما َت ُك ْو ُن ْوا يْأت ب ُكم هّٰللا‬
ُ ُ ِ ِ َ َ َ ِ ِ َ َ َ َ ِ َ
‫هّٰللا‬
‫َج ِم ْيعًا ۗ اِنَّ َ َع ٰلى ُك ِّل َشيْ ٍء َق ِد ْي ٌر‬
148. Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan
mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
(QS.Al-Baqarah [2]:148)

Isi kandungan dari surat ini adalah bahwa setiap umat mempunyai kiblat. Umat
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke Ka’bah, Bani Israil dan orang-orang
Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah memerintahkan supaya kaum
muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Oleh karena itu, hendaknya kaum muslimin
bersatu, bekerja dengan giat, beramal, bertobat dan berlomba-lomba dalam berbuat
kebajikan dan tidak menjadi fitnah atau cemooh dari orang-orang yang ingkar sebagai
penghambat. Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan
atas segala mala perbuatannya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang
dapat melemahkan-Nya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan.
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan semangat yang tinggi.
Allah akan membalas orang yang beriman, berbuat baik dan suka menolong dengan
surga dan berada didalamnya kekal selama-lamanya
Allah Swt akan menilai dan melihat hamba-hamba-Nya yang patuh dan taat,
maupun yang melanggar serta meninggalkan perintah-Nya. Manusia yang senantiasa
berbuat baik dan taat pastilah Allah akan membalasanya dengan pahala berupa Syurga,
sedangkan manusia yang lalai dan meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah
di neraka yang apinya senantiasa menyala-nyala.
Hari kiamat sebagi hari pembalasan akan menjadi suatu masa bahwa setiap
perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawabanya. Perbuatan baik sekecil appun
pasti akan mendapat balasanya demikian juga perbuatan buruk atau jahat sekecil apapun
juga akan mendapat balasan yang sangat adil dan setimpal. Tak ada satupun manusia di
hari kiamat yang akan dapat meloloskan diri dari pengadilan Allah Swt. Kehidupan di
akhirat hakekatnya adalah kehidupan hakiki dan merupakan kehidupan yang sebenarnya.
Oleh karena itu, kehidupan yang sebentar di dunia ini hendaklah benar-benar digunakan
dengan sebaik baiknya untuk diisi dengan amal perbuatan yang baik. Kebahagiaan
manusia di akhirat sesungguhnya ditentukan oleh kebahagiaan di dunia ini dengan satu
syarat senantiasa melakukan dan melaksanakan syariat Allah dengan sebaik-baiknya.

Dengan memiliki sikap berlomba-lomba dalam kebaikan akan memacu dan


mendorong diri kita ke arah yang lebih baik dan positif.

b. Contoh Fastabiqul khairat

1. Rajin menyumbangkan dana untuk pembangunan masjid

2. Bersedekah kepada orang yang tidak mampu

3. Membantu orang yang kesusahan

4. Selalu menjaga kebersihan

5. Berdakwah kepada orang sekitar

6. Menjauhi maksiat dan semua perbuatan yang dilarang

7. Shalat berjamaah di masjid

8. Melakukan sunnah-sunnah rasul

9. Rajin menghafalkan Al-Quran


c. Etos Fastabiqul khairat

Berislam itu bukan sekadar menyatakan dua kalimat syahadat sehingga memiliki  (to
have) identitas diri sebagai Muslim, tetapi juga menghendaki proses dinamis untuk
menjadi (to be) Muslim yang saleh: bervisi, berpikir, bersikap, dan berperilaku Islami.
Oleh karena itu, menjadi Muslim yang saleh itu tidak bisa instan atau karbitan, namun
menghendaki adanya proses terencana, usaha sungguh-sungguh, konsistensi, dan
kesabaran dalam mengaktualisasikan keberislamannya.

Islam menginginkan umatnya berkemajuan, berkeunggulan kompetitif,  berkemandirian,


dan berdaya saing tinggi dengan menunjukkan kinerja terbaiknya. Karena pada dasarnya,
umat Islam itu umat terbaik yang hadir untuk mengemban tugas mulia: dakwah amar
makruf nahi munkar, bahkan menyerukan tegaknya kebenaran, keadilan, dan kebaikan.
Salah satu kunci sukses umat terbaik adalah etos fastabiqul khairat (berlomba-lomba
dalam kebaikan).

Etos fastabiqul khairat ini sangat penting dimiliki setiap Muslim karena perjalanan hidup
ini tidak datar, tetapi mendaki dan terjal. Semangat kompetisi dalam berbuat kebaikan
merupakan energi positif  untuk meraih prestasi tinggi dan menjadi yang terbaik di mata
Allah.

Hakikat kehidupan dunia ini adalah ujian dan pembuktian iman untuk meraih kinerja
terbaik. "(Dialah) yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan, Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun." (QS
al-Mulk [67]: 2).

Sejarah menunjukkan bahwa etos fastabiqul khairat yang dimiliki umat telah memacu


spirit dan motivasi mereka meraih kemajuan peradaban Islam yang gemilang. Para
pemimpin, ulama, pendidik, filosof, sastrawan, dan sebagainya bergandeng tangan
mengaktualisasikan etos fastabiqul khairat dalam mengembangkan sains, teknologi, seni,
dan budaya demi terwujudnya peradaban Islam yang agung.

Etos fastabiqul khairat merupakan kekuatan penggerak umat menuju berpikir kreatif,
inovatif, dan konstruktif. Mereka selalu selangkah lebih maju dan lebih cepat dalam
melakukan aksi kebaikan. Mereka ini bukan termasuk kategori kelompok yang
menzalimi diri sendiri dan juga bukan kelompok pertengahan. Alquran mengisyaratkan
ketiga kelompok manusia itu agar kita memilih dan menjadi bagian dari kelompok
terbaik yang selalu ber-fastabiqul khairat.

"Kemudian, Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang
pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang
demikian itu adalah karunia yang besar." (QS Fathir [35]: 32).

Menurut Wahbah al-Zuhayli, zhalim li nafsihi adalah kelompok yang melaksanakan


sebagian kewajiban, dan melanggar sebagian yang diharamkan. Kelompok ini masih
cenderung fastabiqul ma'ashi wal munkarat (berlomba-lomba melakukan kemaksiatan
dan kemunkaran). Sementara muqtashid adalah kelompok pertengahan yang
melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan, namun masih melakukan sebagian
yang makruh (dibenci agama) dan meninggalkan beberapa amalan yang dianjurkan.

Sedangkan sabiq bil khairat bi idznillah adalah kelompok kompetitif yang melaksanakan
kewajiban dan anjuran serta meninggalkan larangan dan yang makruh, serta sebagian
yang dibolehkan. Kelompok paling ideal tentu saja adalah kelompok yang senantiasa
bergegas melakukan kebaikan (al-khairat) demi kemaslahatan bersama.

Seseorang dapat berbuat baik sesuai dengan kompetensi dan posisi masing-masing. Guru
bisa selangkah lebih maju dan cepat dalam mengamalkan ilmunya sebelum mendidik
para siswanya. Pedagang dapat berbaik hati dengan kejujuran dan keramahannya dalam
melayani pembeli atau pelanggan. Pengusaha kaya bersegera memberikan
kedermawanannya kepada fakir miskin yang memerlukan uluran tangannya.

Hakim dan penegak hukum tidak kenal kompromi dan rasuah dalam menegakkan
keadilan hukum; selalu membela yang benar, bukan memihak yang bayar. Pemimpin
umat dan bangsa peduli terhadap nasib rakyat yang dipimpinnya dengan memberikan
pelayanan profesional terbaiknya, tidak sibuk melakukan "transaksi kekuasaannya"
dengan pihak asing atau pengusaha hitam demi mengeruk kekayaan untuk kepentingan
pribadi atau partai politiknya.

Sedangkan, fakir miskin senantiasa mendedikasikan dukungan dan doanya demi


kebaikan bangsa dan negara. Semua warga bangsa ber-fastabiqul khairat dalam bidang
masing-masing; ber-fastabiqul khairat dalam mengaktualisasikan akidah tauhidnya, rasa
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan dan kesatuan bangsa, kerakyatan dan
kearifan, serta keadilan sosial bagi semua.

d. Manfaat Fastabiqul khairat

1. Waktu tidak terbuang sia-sia

Saat berlomba-lomba dalam kebaikan, seorang Muslim akan berfokus pada deretan
amalan baik yang hendak ia lakukan. Tidak ada waktu baginya untuk bersantai tidak
melakukan apa-apa.
Orang yang gemar melakukan kebaikan akan senantiasa mengisi waktu luangnya dengan
amalan yang diridhoi Allah SWT. Sehingga waktu yang Allah berikan kepadanya tidak
akan terbuang sia-sia.
Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk terus dinamis mengerjakan sesuatu. Ini
tertuang dalam Surat Al-Insyirah ayat 7.
‫ص ۡۙب‬
َ ‫فَا ِ َذا فَ َر ۡغتَ فَ ۡان‬
Artinya: Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja
keras (untuk urusan yang lain),

2. Energi Tersalurkan ke Kegiatan yang Positif

Ketaatan seorang Muslim akan perintah Allah SWT akan membawa orang tersebut
kepada kegiatan yang positif. Ia enggan menghabiskan waktunya untuk melakukan
kegiatan yang tidak diridhoi Allah. Sehingga energi yang ia punya akan senantiasa
disalurkan pada amalan-amalan baik. Terbuangnya energi terasa tidak sia-sia, karena
amalan yang dilakukan akan mendatangkan pahala berlimpah bagi dirinya.

3. Selamat dari Godaan Setan

Banyak cara yang dilakukan setan untuk menyesatkan manusia. Salah satunya dengan
menggoda dan membisikan perbuatan maksiat kepadanya. Tugas seorang Muslim untuk
meneguhkan iman dan Islamnya sehingga tidak mudah tergoda oleh bisikan setan. Salah
satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan berlomba-lomba dalam kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai