Hilful Fudhul
Perjanjian ini terjadi setelah perang Fijar, hampir seluruh kabilah Quraisy
berkumpul dalam perjanjian ini, terdiri dari Bani Hasyim, Bani Muthalib, Asad
bin Abdul Uzza , Zahrah bin Kilab, dan Taim bin Murrah, Rasulullah Saw
menghadiri pula perjanjian ini.
Mereka berkumpul di kediaman Abdullah bin Judan At-taimi karena faktor usia
dan kedudukannya, dan terjadi pada bulan Dzulqadah.
Isi Perjanjian:
1) Bersepakat dan berjanji untuk tidak membiarkan ada orang yang
didhalimi di Mekkah, baik dia penduduk asli maupun pendatang,
2) Dan bila hal itu terjadi, maka mereka akan bergerak menolongnya
hingga dia meraih haknya kembali
Setelah beliau dimuliakan Allah dengan risalah, beliau berkomentar:
Aku telah menghadiri suatu perjanjian di kediaman Abdullah bin Judan yang
lebih aku sukai ketimbang aku memiliki unta merah. Andai pada masa Islam Aku
diundang untuk menghadirinya, niscaya Aku akan memenuhinya
2.
3.
Terjadi pada musin haji tahun 11 Hijriyah dari kenabian, bertepatan dengan Juli
621 M, datanglah 12 orang laki-laki, diantaranya 5 orang dari 6 orang yang
pernah menghubungi beliau pada musim haji tahun sebelumnya, seorang yang
tidak hadir kali ini adalah Jabir bin Abdullah bin Riab, 12 orang itu adalah:
1) Muadz bin Al-Harits bin Afra - Bani Najir (suku Khajraj)
2) Dzakwah bin Abdul Qais - Bani Zuraiq (suku Khajraj)
3) Ubadah bin Ash-Shamit - Bani Ghanam (suku Khajraj)
4) Yazid bin Tsalabah - sekutu Bani Ghanam (suku Khajraj)
5) Al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah - suku Bani Salim (suku Khajraj)
6) Abu Al-Haitsam bin Ali Taihan - suku Bani Abdul Asyhal(suku Aus)
7) Uwaim bin Saidah - Bani Amr bin Auf (suku Aus)
8) Asad bin Zurarah- Bani Najjar
9) Auf bin Al-Harits bin Rifaah bin Afra- Bani Najjar
10) Rafi bin Malik bin Al-Ajlan- Bani Zuraiq
11) Quthbah bin Amir bin Hadidah- Bani Salamah
12) Aqabah bin Amir bin Nabi- Bani Hiram bin Kaab
Perjanjian ini terjadi di sisi bukit Aqabah di Mina.
Isi dari Baiat Aqabah ini adalah sebagaimana yang telah diriwayatkan Al-Bukhori
dari Ubadah bin Ash-Shamit bahwa Rasulullah Saw bersabda:
Kemarilah dan berbaiat kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalian,
tidak berbuat dusta yang kalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian dan
tidak berbuat maksiat terhadapku dalam hal yang makruf.
Siapa saja diantara kamu yang menepati, maka Allah-lah yang akan mengganjar
pahalanya, dan siapa saja yang mengenai sesuatu dari hal itu lalu diberi sanksi
karenanya di dunia, maka itu adalah penebus dosa baginya, siapa saja yang
mengenai sesuatu dari hal itu lalu Allah menutupi aibnya , maka urusannya
tergantung kepada Allah, jika Dia menghendaki, Dia mengadzabnya dan jika Dia
menghendaki, Dia akan memaafkannya.
4.
Pada musin haji tahun 13 Hijriyah dari kenabian, bertepatan dengan Juli 622 M,
hampir tujuh puluh orang muslim madinah datang ke Mekkah untuk menunaikan
manasik haji. Seorang pemimpin Anshar, Kaab bin Malik Al-Ansharimeyebutkan
bahwa 30 orang laki-laki dan 2 orang perempuan, yaitu Nusaibah binti Kaab
(Ummu Ammar) dari Bani Mazin bin An-Najjar dan Asma binti Amr (Ummu
Mani) dari Bani Salamah.
Isi dari baiat-baiat adalah:
1) Mendengar dan taat kepada Rasulullah dalam kondisi semangat
maupun malas
2) Berinfak ketika masa sulit dan mudah
3) Berbuat amar maruf dan nahi munkar
4) Tegar di jalan Allah, tidak peduli dengan celaan si pencela selama
berada di jalan Allah
5) Menolong Rasulullah ketika beliau datang kepada mereka, Mereka
melindungi beliau dari hal yang biasa mereka lakukan untuk
melindungi diri mereka sendiri, istri-istri dan anak-anak mereka, jika
ini mereka lakukan, maka bagi mereka surga.
Rasulullah juga meminta agar dipilih dua belas orang kepala kaum untuk menjadi
pemimpin bagi kaum mereka dan Beliau mengambil perjanjian terhadap mereka
untuk diserahi tanggung jawab dalam melaksanakan poin-poin baiat tersebut,
mereka terdiri dari sembilan orang suku Khajraj dan tiga orang suku Aus.
Para pemimpin terpilih suku Khajraj:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Orang musyrik tak boleh melindungi harta atau orang Quraisy dan
tak boleh merintangi orang mukmin.
10.
11. Tak boleh membantu dan menampung orang jahat. Siapa yang
melakukannya, dia berhak mendapat laknat Allah dan murka-Nya
pada hari kiamat dan tak ada tebusan yang bisa diterima.
12. Perkara apapun yang diperselisihkan harus dikembalikan pada Allah
dan Rasul-Nya Muhammad SAW.
B.Perjanjian dengan Yahudi di Madinah
Butir- butir perjanjian tersebut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Yatsrib adalah kota yang dianggap suci bagi setiap orang yang
menyetujui perjanjian ini.
8.
9.
10. Mereka harus saling tolong menolong dalam menghadapi orang yang
hendak menyerang Yatsrib.
11.
Perjanjian ini tak boleh dilanggar, kecuali memang dia orang yang
zalim dan jahat.
6.
Tempat tinggal Bani Juhainah berjarak 3 Marhalah dari Madinah. Satu Marhalah
sama dengan perjalanan kaki selama satu hari.
Isi perjanjian: saling bekerja sama dan tidak saling menyerang antara kedua belah
pihak.
7.
Terjadi pada perang Abwa atau Waddan, pada Shafar 2 H bertepatan dengan
Agustus 623 M.
Isi perjanjian antara Rasulullah dengan Amr bin Makhsyi, pemimpin Bani
Dhamrah:
1) Ini adalah perjanjian dari Muhammad, utusan Allah, dengan Bani
Dhamrah. Sesungguhnya harta dan diri mereka dijamin keamanannya,
dan mereka berhak mendapatkan pertolongan jika ada yang menyerang
mereka, kecuali jika mereka memerangi agama Allah. Jika Nabi
mengajak mereka agar memberi pertolongan, maka mereka harus
memenuhinya.
8.
Terjadi pada perang Dzul Usyairah, pada Jumadil Ula dan Jumadil akhirah 2 H
bertepatan dengan November dan Desember 623 M.
Isi perjanjian antara Rasulullah dengan Bani Mudlij, sekutu Bani Dhamrah :
saling bekerja sama dan tidak saling menyerang antara kedua belah pihak.
9.
Rasulullah melakukan baiat kepada kaum muslimin yang ingin berumrah bersama
beliau pada tahun ini.
Hal ini terjadi karena tersiar kabar bahwa Utsman bin Affan yang menjadi duta
Rasulullah untuk kaum Quraisy telah terbunuh. Maka para sahabat berkerumun di
sekeliling beliau dan mengucapkan baiat untuk tidak melarikan diri. Bahkan,
diantara mereka ada yang berbaiat untuk bersedia mati. Orang yang pertama
mengucapkan baiat adalah Sinan Al-Asadi, sementara itu Salamah Al-Akwa
mengucapakan baiat hingga tiga kali.
Dalam baiat ini, beliau memegang tangannya sendiri lalu bersabda: Ini (baiat)
untuk Utsman.
10. Perjanjian Hudaibiyah
Terjadi pada Dzulqadah 6 H antara Rasulullah dan kaum Quraisy yang diwakili
Suhail Bin Amr.
Isi kesepakatan perjanjian Hudaibiyah:
1.
Rasulullah harus pulang pada tahun ini dan tak boleh masuk Mekkah
kecuali pada tahun depan bersama kaum Muslimin. Mereka diberi
jangka waktu selama tiga hari berada di Mekkah dan hanya boleh
membawa senjata yang biasa dibawa musafir, yaitu pedang yang
disarungkan. Sementara pihak Quraisy tidak boleh menghalangi
sedikitpun.
2.
3.
4.
5.
tanpa izin walinya, dia harus dikembalikan kepada pihak Quraisy. Dan
siapapun dari pihak Muhammad yang melarikan diri ke pihak Quraisy,
dia tidak boleh dikembalikan kepada Muhammad.
11. Perundingan Khaibar
Perundingan ini terjadi antara Rasulullah dengan Ibnu Abil Huqaiq pada
Muharram 7 Khaibar.
Isi perundingan:
1.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
6.
Tak satupun dari permintaan diatas yang dipenuhi Rasulullah, akhirnya mereka
berdiskusi sendiri dan tidaka da jalan lain kecuali tunduk dan masuk Islam,
akhirnya mereka masuk Islam.
Mereka menyuruh orang lain untuk merobohkan berhala mereka , Lata, bukan
dengan tangan para kaum Tsaqif sendiri, maka Rasulullah memenuhinya dan
mengutus beberapa orang untuk menghancurkan Lata, dipimpin Khalid bin AlWalid.
17. Perjanjian dengan utusan dari Najran
Najran adalah daerah yang cukup luas berjarak tujuh marhalah dari Mekkah ke
arah Yaman. Wilayah ini meliputi 73 dusun yang punya 100 ribu prajurit dibawah
bendera agama nasrani.
Pada tahun 9 H, sejumlah 60 orang utusan dari Najran datang ke Madinah, dua
puluh empat termasuk bangsawan mereka dan tiga orang yang termasuk
pemimpin mereka. Orang pertama berjuluk Al-Aqib, yang memegang roda
pemerintahan, dan namanya adalah Abdul Masih. Orang kedua berjuluk AsSayyid, yang memegang urusan oeradaban dan politik, namanya Al-Aiham atau
Syurahbil. Orang ketiga bergelar Al-Usquf, yang memegang urusan agama dan
kepemimpinan spiritual, namanya adalah Abu Haritsah bin Alqamah.
Mereka sepakat untuk tunduk kepada Nabi dengan perjanjian berikut:
Mereka sepakat membayar jizyah kepada Rasulullah sebesar 2000 hullah setiap
tahunnya, 1000 pada bulan Rajab dan 1000 lagi pada bulan Shafar.
Rasulullah memberikan perlindungan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka,dan
mereka diberi kebebasan mutlak untuk menjalankan agamanya.
Mereka meminta agar beliau mengirimkan seorang penjaga keamanan di daerah
mereka. Tugas ini diserahkan kepada Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Kemudian Nabi
SAW mengutus Ali bin Abi Thalib untuk mengurusi sedekah dan jizyah mereka.
Bahkan sekembalinya ke Najran, para penulis sejarah menyebutkan bahwa AsSayyid dan Al-Aqib masuk Islam.
Demikian perjanjian-perjanjian yang pernah dilakukan Rasulullah semasa
hidupnya, mudah-mudahan bermanfaat, sekian.... Walhamdulillahirobbil
Alamin.......