Anda di halaman 1dari 6

Pengarang : Hasyim El-Hanan

Judul Novel : Merajut Rahmat Cinta


Judul Resensi : Kerikil Kehidupan Cinta
Resentator : Arum Mei Lutfiana

Identitas Buku
Judul Resensi : Kerikil Kehidupan Cinta
Judul Novel : Merajut Rahmat Cinta
Nama Pengarang : Hasyim El-Hanan
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2013
Tebal Buku : vi + 258 halaman
ISBN : 978-602-7888-59-3
Jenis Buku : Fiksi
Harga : Rp35.000,00
Jenis Kertas : Bookpaper

Hasyim El-Hanan, lahir di pesisir utara Tanggerang, Banten 8 Oktober 1978 adalah
alumnus STAI Imam Syafi'i Jakarta jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan S-2 jurusan
Administrasi Pendidikan di UNIS Tanggerang. Sebelum mengabdikan diri menjadi guru,
Hasyim pernah menjadi pedagang pakaian keliling dan menulis beberapa cerpen dan buku
bernuansa religi. Novel berjudul "Sorban Cinta Sang Kyai" yang akan segera terbit, juga
memiliki beberapa kesamaan. Dalam kedua novelnya ini, Hasyim El-Hanan berkisah tentang
cinta yang berdasarkan agama Islam. Merajut Rahmat Cinta dan Sorban Cinta Sang Kyai
sama-sama novel religi yang diharapkan dapat memperluas khazanah dakwah islam. Ia juga
masih aktif menulis artikel-artikel politik dan pendidikan disejumlah media massa.
Muhammad Fatih Fauzan, adalah seoarang santri di pesantren Raudhatul Muhtadhin.
Tuhan telah memanggil orang-orang yang paling ia cintai. Ayah, ibu dan adiknya telah
meninggalkannya tanpa pesan, kecuali apa yang sudah mereka tanam di hatinya. Fatih
memiliki sifat santun dan berbakat dalam ceramah. Sifatnya itu membuat Tazkiya, putri
bungsu Kyai Syamsul jatuh hati padanya. Kesantunan dan kesederhanaan Tazkiya
menghadirkan rasa istimewa dalam hati banyak pemuda. Cinta Tazkiya tak bertepuk sebelah
tangan. Fatih juga menyukai Tazkiya. Namun takdir mempertemukannya dengan perempuan
lain yang wajib ia jaga. Shilvi, sang muhajirah. Sampai pada akhirnya Fatih kembali
dihadapkan oleh dua pilihan terbesar dalam hidupnya. Kyai Syamsul memberikan amanat
padanya untuk meneruskan Pondok Pesantren dan menikahi Tazkiya. Akankah ia menolak
permintaan terakhir dari guru besarnya atau menerimanya dengan segala konsekuensi yang
ada?
Novel Merajut Rahmat Cinta ini menggunakan bahasa Indonesia yang mudah
difahami. Sehingga pembaca dapat memahami isi novel dengan mudah. Novel ini sangatlah
inspiratif, yang menceritakan kehidupan cinta islami yang sudah jarang ditemukan
dikehidupan muda-mudi zaman sekarang. Didalamnya juga terdapat banyak kata-kata indah
yang menggugah hati. Juga banyak pelajaran berharga yang dapat diambil dari kisah
didalamnya. Covernya pun juga menarik. Font size nya juga tidak terlalu kecil. Sehingga
pembaca bisa membacanya dengan mudah.
Tetapi dalam novel ini terlalu banyak tokoh yang tidak berperan dalam cerita. Tidak
dilengkapi dengan glosarium untuk menjelaskan kata-kata sulit dalam cerita. Misalnya kata-
kata dalam bahasa arab, yang mungkin tidak dimengerti oleh orang awam. Dalam novel ini
juga tidak terdapat daftar isi, sehingga pembaca tidak mudah mencari halaman per babnya.
Ending dalam cerita terlalu datar dan kurang mengejutkan pembaca.
Pembaca mendapat banyak pelajaran yang berharga diantaranya dapat menghadapi
ujian dengan sabar dan mengembalikan semuanya pada Yang Maha Kuasa, mengetahui
pentingnya tawadhu' kepada guru dan berbakti pada orang tua. Memperoleh pemahaman
bahwa seburuk apapun orang apabila ada kemauan untuk bertaubat maka dia bukanlah orang
yang rendah di hadapan Allah SWT.
Sejak pertama kali penulis membaca novel ini, penulis sudah mengira bahwa novel ini
menceritakan kisah cinta islami. Novel Merajut Rahmat Cinta ini memberikan gambaran
kisah cinta yang inspiratif. Tokoh-tokoh dalam cerita tersebut mempunyai beberapa sifat yang
dapat diteladani oleh pembaca. Cocok sekali dibaca oleh remaja zaman sekarang, sebab
banyak pelajaran yang dapat dipetik didalamnya. Apalagi untuk memaknai cinta yang
sesungguhnya. Kisah cinta dan pengorbanan yang sudah jarang dijumpai.
Sinopsis :
Muhammad Fatih Fauzan, seorang santri sholeh yang memiliki tutur kata santun
dengan suaranya yang menggelegar saat berceramah. Ia menutut ilmu di sebuah pesantren
bernama "Raudhatul Muhtadin". Tuhan telah memanggil orang-orang yang ia cintai. Ayah,
ibu dan adiknya pergi menghadap Tuhan, meninggalkannya sendirian tanpa pesan, kecuali
apa yang sudah mereka tanam didalam hatinya. Prinsip-prinsip yang sesuai dengan agama
untuk pegangan hidup meuju Ridho Allah telah tertanam di dasar hatinya. Orang tuanya telah
mengajarinya tentang arti kehidupan. Mereka telah membekalinya dengan iman untuk
menghadapi segala angkara dalam kehidupan. Bekal yang membuatnya selalu ingin
bercengkerama dengan Tuhan. Bekal yang sudah mereka berikan jauh sebelum mereka benar-
benar meninggalkan Fatih. Dan semua itu merupakan warisan paling berharga bagi Fatih.
Setiap takdir memiliki hikmah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Tuhan sangat
Maha Mengetahui kadar keimanan dan kesabaran yang dimiliki hamba-Nya. (h. 79)
Fatih memulai pengembaraannya di kota Serang sejak masuk SMKN 1 Serang. Tiga
tahun kemudian ia meneruskan kuliah di STAIN Sultan Maulana Hasanudin. Untuk itu ia
tinggal di sebuah pondok pesantren, menambah bekal pengetahuannya di bidang agama.
Kemampuan ceramah yang dimilikinya menjadikannya sebagai santri terpilih, yang menerima
amanat KH. Syamsul Anwar, pimpinan Pesantren Raudhatul Muhtadin. Ia diamanahkan untuk
mengikuti Mutsabaqah Syarhil Qur’an (MSQ) yang merupakan salah satu cabang Mutsabaqah
Tilawatil Qur’an (MTQ) di Kecamatan Serang. Ia tampil bersama Syifa(salah seorang putri
Kyai Syamsul) sebagai qori'ah dan Rahmah sebagai sari tilawah. Pada acara yang amat
digemari oleh hampir seluruh warga Banten itu, ia berhasil tampil sebagai peserta baru yang
mampu membuat seluruh hadirin terhenyak. Dengan kemampuannya, ia berhasil memenangi
lomba dan mengharumkan nama Raudhatul Muhtadin.
Raudhatul Mutadin kini memiliki pensyarah yang tangguh. Semua mengucapkan
selamat kepada Fatih, Syifa dan Rahmah. (h. 71)
Tazkiya yang cantik jelita bak bidadari itu adalah putri bungsu Kyai Syamsul. Tak
sedikit santriwan Raudhah yang mengagumi kecantikannya. Kesantunan dan kesederhanaan
Tazkiya menghadirkan rasa istimewa dalam hati banyak pemuda. Namun, tak seorangpun
berani mengungkapkannya. Bagi mereka, mengagumi dari jauh sudah cukup, tanpa harus
mendekati, apalagi memiliki. Karena di mata pemuda-pemuda itu, Tazkiya adalah mutiara
yang harus dijaga kemuliaannya dan takkan mungkin dapat disentuh. Dan pertemuannya
dengan Fatih sore itu tanpa sengaja membuat hatinya bergemuruh. Santri itu berbeda dari
santri lainnya yang cenderung mencuri pandang ketika tak sengaja bertemu dengannya.
Keesokan harinya Tazkiya bertemu dengan Fatih di sebuah halte ketika hendak berangkat
kuliah. Fatih ingin mengucapkan terimakasih kepada Tazkiya karena obat masuk angin yang
diberikan kepadanya subuh tadi. Tazkiya yang belum mengenal Fatih hanya menjawab
dengan gugup. Ia hanya mengetahui bahwa santi yang dikagumi oleh kakak dan umminya itu
bernama Fauzan. Namun pada akhirnya Tazkiya mengetahui banwa Fauzan itu adalah Fatih
yang tak sengaja bertemu di halte. Tazkiya memutuskan untuk menulis surat untuk fatih yang
berisi permintaan maaf karena sikapnya yang agak kecus padanya saat bertemu di halte. Fatih
membalas surat Tazkiya dan menulisnya di kertas yang sama karena Fatih tak ingin sesuatu
terjadi dengan surat ini dikemudian hari. Fatih amat menghaegai dan menjaga kehormatan
Tazkiya. Lelaki itu, Fauzan, santri kesayangan Kyai Syamsul, telah mencuri hati Tazkiya.
Tazkiya menghela napas lega, seolah baru saja terbebas dari belenggu keraguan. Ia
melayang ke alam harapan. Kedua telapak tangannya menutupi wajah. Tazkiya tak mampu
menggambarkan perasaannya. Ada sesuatu yang tiba-tiba bergemuruh hebat. Memanggut
asa dan rasa yang sebelumnya telah memijar. (h. 55)
Bahkan, lewat sehelai surat pun, laki-laki itu amat menghormatinya.... (h.59)
Fatih, seorang santri yang berbeda dari santri lainnya. Yang membuatnya menjadi
idola para santriwati Raudhah, tak terkecuali Rahmah teman satu jurusan di IAIN. Ayuda
Rahmawati, santriwati Raudhah yang berparas cantik, alisnya yang tebal, bibirnya yang tipis
dan hidungnya yang mancung, membuatnya menjadi sangat populer dikalangan santri
Raudhah. Ia bertemu dengan Rahmah ketika di kampus. Mereka tak sengaja bertabrakan.
Namun Fatih tidak tertarik dengan Rahmah. Menurutnya Rahmah kurang bisa menjaga
kehormatannya sebagai seorang muslimah. Pasha, sahabat Fatih juga tertarik pada Rahmah. Ia
meminta Fatih untuk mengenalkan dirinya pada Rahmah.
Sejak kematin orang tua dan adiknya Fatih memutuskan untuk kulisah sambil bekerja.
Dengan penuh ketabahan dan tekad yang kuat, ia bekerja keras untuk terus melanjutkan
kuliahnya. Meraih cahaya kebanggaan yang menjadi harapan kedua orang tuanya. Dengan
bekal sertifikat kursus Akuntansi, ia diterima bekerja sebagai kasir di salah satu mini market
di daerah Cilegon. Kehidupan ekonominya kembali tertata. Ia lewati semuanya dengan santai,
berusaha mempersembahkan yang terbaik kepada orang-orang terdekatnya. Termasuk
menjadi pahlawan di malam pagelaran kampusnya. Kesantunan, kecerdasan, dan kearifan
yang dimilikinya, menjadikannya sebagai sosok yang dikagumi oleh para teman dan sahabat.
Karena prestasi kerjanya yang gemilang, ia dipindah tugas ke market pusat,
supermarket terbesar di daerah Tanah Abang Jakarta Pusat. Pemindahan itu adalah awal karier
baru dengan peluang kenaikan pangkat lebih cepat. Dengan istikharah dan pertimbangan
orang-orang terdekat, ia pun harus rela meninggalkan Raudhatul Muhtadin dan berpindah
kampus ke Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta di daerah Petamburan Jakarta Barat. Dalam
istikharahnya tersebut ia melihat cahaya yang membawanya ke gedung-gedung bertingkat.
Cahaya itu terus menembus angkasa, lalu menukik turun. Cahaya itu hinggap pada seseosok
tubuh wanita. Ketika ia tanyakan kepada Kyai Syamsul, ia mengartikan bahwa gedung-
gedung bertingkat itu adalah gambaran dari wajah ibukota Jakarta. Kepindahan Fatih ke
Jakarta membuat Tazkiya bersedih. Ia telah kehilangan permata hatinya.
Kerikil-kerikil kehidupan mulai menyandung langkahnya. Kamar yang ia tempati di
lantai dua supermarket itu, berada tidak jauh dari sarang kupu-kupu malam. Kondisi itu
menguji keimanannya. Tidak jarang ia harus melumpuhkan hawa nafsunya, ketika beberapa
wanita penjaja seks itu memaksanya berbuat maksiat. Di matanya, kehidupan ibukota tidak
sekedar menjadi korban modernitas, namun juga telah menjadi sarang kriminal. Akan tetapi
kondisi itu justru mengenalkannya kepada Kakek Aji. Ia menolongnya ketika dua orang
preman tengah menganiaya lelaki tua itu. Hari-hari baru pun dimulai. Kakek dan Nenek Aji
ternyata memiliki pengetahuan agama yang amat dalam. Di kota besar itu, akhirnya ia merasa
telah menemukan kembali kedua orang tuanya.
Ujian keimanan itu pun terus mendera. Secara tak sengaja ia mengenal Shilviyanti
Maharani, seorang gadis kupu-kupu malam yang tengah menangis di sekitar lokalisasi tak
jauh dari tempat tinggalnya. Gadis yang bernasib malang. Setelah kehormatannya direnggut
oleh ayah kandungnya, Ia dijual ke seorang germo terbesar di kota itu. Hingga berbulan-bulan
lamanya, gadis itu berhasil menjaga dirinya untuk tak terjebak pada kehidupan kelam wanita
malam. Meskipun untuk itu ia harus rela menerima siksaan dari kaki tangan germo yang
menguasainya. Naluri kemanusiaan Fatih seketika menyeruak. Ia berharap bisa lebih dekat
dengan gadis itu, agar mampu membangkitkan semangat hidupnya, dan berani keluar dari
kehidupan nistanya.
Sejak kecil Shilvi hanya tinggal dengan papinya yang selalu menyayanginya. Perangai
papinya berubah sejak dia kelas 3 SMA. Sering marah-marah dan tak jarang menamparnya.
Bahkan sering mengurungnya di dalam kamar sepanjang malam
Razia yang dilakukan oleh aparat setempat menjadi babak baru dalam kehidupan
Shilvi. Ia berhasil menyelamatkan diri dengan bersembunyi di lantai dua sebuah supermarket
terbesar. Ia berharap pemuda yang baru saja dikenalnya itu berani membawanya keluar dari
cengkeraman germo itu. Sebuah perjuangan pun dimulai. Fatih menyelamatkan gadis itu dan
menitipkannya ke rumah Kakek dan Nenek Aji. Ia amat menaruh harap, kedua orang tua itu
mampu meng-hijrah-kan Shilvi ke jalan yang diridhai Allah. , melalui bantuan Kakek dan
Nenek Aji, yang selanjutnya dapat melindungi dan membimbing Shilvi kembali menjadi
lebih baik. Shilvi juga mulai kembali belajar sholat, dan mengaji. Yang tak kalah hebatnya,
Shilvi pun mulai menutup auratnya dengan jilbab pemberian Fatih.
Menjelang wisudanya, keberadaan Shilvi yang tengah nyaris sempurna menjadi
seorang muhajirah itu, telah tercium oleh kaki tangan germo yang dulu menguasainya. Upaya
penculikan pun dilakukan oleh mereka. Beruntung, rencana pertama mereka dapat digagalkan.
Sejak peristiwa itu, Shilvi mengalami depresi yang cukup berat. Keselamatan gadis itu
menjadi titik tolak munculnya sebuah dilema. Kakek dan Nenek Aji memintanya untuk
menikahi Shilvi. Maka pasca wisuda sarjananya, melalui istikharah ia putuskan bersedia
menikahi gadis itu. Badai kedua muncul tiba-tiba di hari-hari madu pernikahannya.
Penculikan itu terjadi. Shilvi berhasil dibawa pergi oleh para kaki tangan germo itu, hingga
keberadaannya tak diketahui sampai lebih dari satu bulan lamanya. Hari-hari duka ia alami.
Hingga suatu hari ia menerima kabar tentang mendung pekat yang terjadi di Raudhatul
Muhtadin. KH. Syamsul Anwar, pimpinan pesantren itu sakit keras. Dalam sakitnya, orang
yang amat dimuliakannya itu memintanya menghadap.Atas saran Kakek dan Nenek Aji, ia
pun menghentikan pencarian Shilvi. Ia putuskan meninggalkan Jakarta untuk beberapa saat,
menjenguk orang nomor satu di pesantren itu. Bagai petir menyambar tubuhnya, orang yang
amat dihormatinya itu memintanya untuk menikahi Tazkiya, puteri bungsunya. Wasiat itu tak
mampu ia tolak. Ia yang telah jujur menceritakan perjalanan hidupnya selama di Jakarta
kepada Hj. Nurhayati Anwar, isteri pak Kyai, seketika malah memantapkan niat suaminya
untuk menjadikannya menantu dan meneruskan kepemimpinan pesantren.
Kekecewaan Tazkiya ketika saat malam pertama setelah pernikahannya Fatih
menceritakan semua yang terjadi padanya. Mulai dar pertemuannya dengan Kakek dan Nenek
Aji, pertemuannya dengan Shilvi hingga ia harus menikahinya karena suatu keadaan.
Kemudian ia juga menceritakan tentang hilangnya Shilvi. Dan ia meminta izin pada istrinya
untuk kembali melanjutkan pencarian Shilvi yang sempat tertunda untuk menjenguk Kyai
Syamsul. Keimanan dan kearifan Tazkiya menuntunnya ikhlas menerima semuanya. Ia ikhlas
merelakan kepergian suaminya, untuk kembali melakukan pencarian atas penculikan Shilvi,
isteri pertamanya. Tapi pada akhirnya Shilvi ditemukan telah tidak bernyawa disebuah Rumah
Sakit. Fatih melihat wajah istrinya tampak bersih bercahaya seakan rohnya terbang ke
singgasana Rabb Pemilik Takdir dengan penuh keikhlasan. Seperti seorang Masithah,
pembantu Fir'aun yang rela menceburkan dirinya dan anaknya ke tungku air panah demi
mempertahankan iman, mati sebagai syahid (h.236).
Fatih menjemput jenazah isterinya di ruang otopsi di Rumah Sakit Umum Jatinegara,
Jakarta Timur. Jenazah itu dikebumikan di pemakaman komplek rumah Kakek Aji. Merasa
semuanya telah berakhir. Akhirnya kepada Kakek Aji dan Pak Dhitto, manajer di kantornya,
malam itu ia terpaksa menceritakan amanah yang harus diembannya di ranah seribu santri itu.
Untuk itu ia harus meninggalkan Jakarta, meninggalkan sepasang orang tua itu, juga
mengundurkan diri dari pekerjaannya. Klimaks itu rupanya tidak berakhir sepenuhnya dengan
duka. Pak Dhitto manajernya, memberikan kabar gembira dan menyerahkan surat keputusan
pengangkatannya sebagai Kepala Cabang mini market baru di daerah Ciceri Serang. 
Selalu ada alasan di balik semua peristiwa. (hlm. 79)
Rahmat Allah kembali bercahaya, tidak hanya di Raudhatul Muhtadin, namun juga di
hatinya. Allah telah mengganti Shilvi dengan Tazkiya, dan memberikan drama baru dalam
kehidupannya. Sebagai orang nomor satu di Raudhatul Muhtadin, juga di supermarketnya.
Jagalah cinta itu untuk menyempurnakan kemualiaanmu di sisi-Nya. Jodoh itu pasti
datang, karena Tuhan telah mencatatnya sejak kita dilahirkan. Dan, ketika jodoh itu datang,
berilah cintamu sepenuhnya. (h. 105)

Anda mungkin juga menyukai