Anda di halaman 1dari 6

NASKAH DRAMA KU MENUNGGUMU DI AL-AKBAR

 Berkisah tentang sepasang insan yang saling mencintai. Namun kisah mereka harus kandas di tengah
jalan karena salah satu dari  mereka telah dijodohkan oleh ibunya. sebut saja Fahmi. Dia adalah
kekasih dari Kirna. Kirana adalah seorang kekasih yang selalu setia rela menunggu kedatangan
kekasihnya meskipun bertahun-tahun lama bekerja di Jakarta.
Pada suatu malam Kirana sedang berada di jendela kamar sedang menatap megahnya
mesjid Al-Akbar disertai suasana hujan-hujan kecil. Tiba-tiba ia teringat sebuah janji bersama
seorang pria yang diidamkannya dia bernama Mas Fahmi. Lalu keesokan harinya mereka
bertemu.

Mas Fahmi      : Ran, aku jadi pergi besok.

Kirana             : Mas benar-benar akan ke Jakarta? Hmmh, kenapa harus jauh sekali?

Mas Fahmi      : Iya, memang jauh. Aku gak enak nolak tawaran pekerjaan itu. Apalagi aku memang
sangat membutuhkannya.

Kirana             : Ya, kalau itu memang sudah jadi pilihan Mas Fahmi, jalani saja. Ran pasti akan
selalu doakan di sini.

Mas Fahmi      : Makasih ya Ran. Nanti kalau Mas sudah sukses, Mas mau kasih hadiah buat Ran.

Kirana             : Hem? Hadiah? Kenapa gak sekarang saja? kenapa harus tunggu sukses dulu? Emang
hadiahnya mahal?

Mas Fahmi      :Iya, bahkan.. tidak ternilai harganya?

Kirana             : Apa? (Fahmi kembali memandang kirana sambil tersenyum).

Mas Fahmi      : Biar Al Akbar yang menjadi saksinya nanti dalam sebuah pertemuan suci antara dua
insan.”  (kirana tersenyum malu. Jantungnya berdegup cepat, wajahnya memerah.)
Kirana             : InsyaAllah. Semoga Allah memberi jalan terindah buat kita. Aku akan menunggumu
di Masjid Al Akbar.”

Sejak pertemuan itu kirana dan Mas Fahmi tidak pernah bertemu lagi. Satu tahun, dua tahun, tidak
terasa sudah hampir empat tahun berlalalu.
Selama itu, hanya dunia maya penghubung antara mereka.Sudah tiga tahun terakhir ia jarang
pulang ke Surabaya. Bahkan di hari lebaran, ia hanya tinggal paling lama dua hari saja. Terakhir ia
pulang, karena ibundanya yang tiba-tiba jatuh sakit. Ia menelpon Kirana dan minta maaf padanya
sebab tidak sempat menemuinya karena ia harus buru-buru kembali ke Jakarta.
SemakIn lama… Kirana semakin merasa kehilangan dirinya. Ada perasaan yang tidak enak mungkin
karena terlalu cemas. Tiba-tiba Kirana teringat sebuah e-mail, dia membukanya namun tidak  ada
kabar dari Fahmi, beberapa kali ia membukanya bahkan sampai ke sepuluh kali, akhirnya ada
kiriman yang datang dan itu dari Mas Fahmi.

Kirana             : Subhanallah!!! (Kirana terbelalak hampir saja ia melompat kegirangan. Tiba-tiba ia


melihat ada nama Fahmi di daftar inboxnya). Ya Allah, akhirnya..

Mas Fahmi      : Salamu’alaikum wr.wb. Kirana.. Mas minta maaf karena baru bisa balas e-mail
kamu. Mas juga minta maaf  karena tidak pernah menghubungi Ran lagi. Alhamdulillah, keadaan
Mas baik-baik aja. Ran, besok pagi Mas mau ketemu sama kamu. Ada yang mau Mas katakan. Bisa
kan? di Taman Flora dekat  kampusmu, jamnya kamu yang tentukan saja. Mas tunggu balasannya.
Wassalamu’alaikum

Kirana             : (Jantung Kirana berdebar-debar berbagai prasangka berkecamuk dalam dada.)


wa’alaikumsalam.Iya Mas, tidak apa-apa. Ran mengerti kalau mas sibuk sekali. Alhamdulillah,
keadaan Mas Fahmi baik-baik saja. Ran sempat khawatir terjadi apa-apa sama Mas Fahmi. Ya sudah,
besok kita ketemu jam 10 ya.

Keesokan harinya Kirana dan Mas Fahmi bertemu di suatu tempat yang dijanjikannya. Namun
setelah Mas Fahmi datang, ia terdiam menatap Kirana, agak lama. Terlihat ada mendung yang
menutupi matanya yang teduh.
Kirana             : Ada apa Mas? Katanya ada yang mau disampaikan sama Ran?

Mas Fahmi      : Ehmm… Iya Ran.. Sebelumnya, Mas minta maaf. Mas mau Ran mendengarkan Mas
cerita sampai selesai ya. Setelah itu terserah apa yang mau Ran lakukan ke mas Fahmi.

Kirana             : Silahkan, Ran dengerin kok.

Mas Fahmi      : Ibu Mas.. tiap kali Mas pulang selalu menyuruh Mas untuk cepat menikah agar Ibu
bisa melihat Mas di pelaminan.
(Deg! Sejenak kirana merasa tersentak mendengar hal itu jantungnya serasa berhenti berdetak).
 
Mas Fahmi  : Mas sudah berencana untuk segera mengenalkan Ran pada Ibu.

Kirana             : (Swiinggg!! Rasanya ribuan bunga mekar seketika di dalam hatiku). Eeh, lalu?”
(Kirana mulai tidak sabar) Tapi…Tapi……

Mas Fahmi      : (Mas Fahmi terdiam lagi. kali ini agak lama dari sebelumnya. Ia menundukkan
sejenak. Lalu menatapku lagi dengan pandangan yang lebih sendu dari sebelumnya).T..tter..
ternyata… Ibu telah menjodohkan Mas dan ingin sekali Mas menikah dengan gadis pilihan Ibu.
(Katanya lirih dan terbata-bata).Mas ingin sekali menolaknya jika saja Mas bisa. Mas sudah berusaha
menjelaskan pada Ibu, kalau Mas sudah punya pilihan lain bahkan Mas sempat bersitegang dengan
Ibu. Tapi Ibu tetap tidak mau tahu. Ibu malah sedih dan akhirnya jatuh sakit sampai-sampai terkena
stroke. Ibu terbaring lemah di rumah sakit, bahkan menolak untuk bertemu dengan Mas. Ibu tidak
punya semangat hidup lagi karena anak satu-satunya tidak mau mewujudkan keinginannya. Mas
tidak tega Ran. Akhirnya, seminggu yang lalu Mas telah bertunangan dengan gadis itu.

Kirana             : (Kiran terkejut, Ia tak bisa lagi membendung air matanya yang mulai meluap dan
tumpah). Kke.. Kenapa Mas baru cerita sama Ran? ( mulai terisak.)

Mas Fahmi      : Mas tidak tega Ran. Mas gak bisa melihat kamu sedih dan menangis seperti ini. Mas
takut melukai perasaan kamu. Mas bingung harus bagaimana menyampaikan semua ini.
Kirana             : (Kiran berusaha membendung air mataku walau tak berhasil.) Sss.. Sudahlah Mas..
Aku….

Mas Fahmi      : Maafin Mas ya Ran.

(Kirana tidak bisa berkata lebih banyak lagi, semakin dia melihatnya semakin dia ingin menjerit.
Ulu hatinya bagai tertusuk-tusuk pedang tajam. Merasa sakit! dia segera berdiri dari tempat
duduk Mas Fahmi dan ingin segera pergi).

Mas Fahmi      : Ran mau kemana?

Kirana             : Ran mau pulang Mas. Wassalamu’alaikum.

Mas Fahmi      : Kirana…

Tiba-tiba Kirana pun pergi sambil menangis menuju rumahnya. Sesampai di rumah ia seolah
tidak percaya dengan perkataan Fahmi. Betapa tidak seorang laki-laki yang selama ini ia
impikan untuk jadi imam dalam hidupnya kini harus bersama orang lain.

Kirana             : (Sambil menangis penuh dengan rasa kesal dan kecewa) Hancur sudah semua
harapan bahagiaku. Cuma dia laki-laki yang    aku cintai dan aku impikan tuk jadi imamku. Selama
dalam masa penantianku. Menanti janji manisnya untuk kami wujudkan berdua. Tapi apa balasan
atas kesetiaanku? Kenapa harus berakhir seperti ini Ya Allah. Apa salah hamba? Salahkah semua
kesetiaan ini? Salahkah hamba mencintainya? salahkah hamba mengharapkannya? Salahkah hamba
menginginkan ia tuk jadi pendamping hamba di kemudian hari? Hidupku bagai tak berharga lagi,
kemanapun aku pergi bayangan tentangnya selalu mengikuti. Tidak ada lagi semangat dalam
hidupku. Aku bagai bunga yang kering menunggu mati. Tak lama lagi adalah hari wisuda. Ku kira
hari itu akan jadi hari bahagiaku karena ia pasti kan hadir dan memberiku selamat, lalu akan ku
kenalkan pada kedua orangtuaku sebagai calon pendamping hidupku. Namun itu semua tinggallah
mimpi yang kini telah musnah jadi asap. (Tiba-tiba mamanya datang dan meyakinkan Kirana)
Mama Kirana  : Sudahlah nak, mama tahu kamu sedang bersedih, Kamu harus yakin bahwa Allah
telah mempersiapkan seseorang yang seribu kali lebih baik dari Mas Fahmi untukmu.

Kirana             : Kok mama bisa tahu kalau Kirana lagi sedih?

Mama Kirana  : Kamu jangan kehilangan semangat seperti ini Nak.” (Lanjut mama). Allah selalu
punya rencana istimewa buat hamba-hambaNya yang istimewa, dan Kamulah salah satunya. Percaya
sama Allah, Sayang. Allah akan memberikan yang terbaik buat kamu. Mungkin ini ujian dari Allah,
dan jangan lupa jika Allah menguji seorang hambaNya berarti Allah sayang sama dia karena Allah
ingin ia jadi lebih mulia. Kamu yang sabar ya, yang ikhlas.

Kirana             : Ya Allah, mama benar. Aku harus bisa melanjutkan hidupku. (Kirana pun mulai
tenang dalam belaian hangat mamanya).

Akhirnya setahun sudah waktu berlalu. Semakin menapaki hari, semakin  tahu bahwa tidak
sepantasnya Kirana menyesali apa yang terjadi. Walaupun sampai saat ini, Kirana masih belum
bisa sepenuhnya melupakan Fahmi. Sulit memang melupakan orang yang sangat dicintainya.
Tapi Kirana percaya, sesuatu yang sulit bukan berarti tidak bisa untuk dilakukan.
Tak disangka ada kejutan istimewa untuk kirana, papanya mengenalkan dia dengan seorang
pemuda yang baik, santun dan InsyaAllah punya pemahaman agama yang lumayan baik. Saat
Pemuda itu datang melamarnya, tidak ada alasan bagi Kirana untuk menolaknya, karena ia
sama-sama menyukainya.
Mas Alfath       : Dik Kirana, ingin akad nikah kita nanti dilaksanakan dimana?” (tanya Mas Alfath
saat rapat keluarga untuk mempersiapkan hari pernikahannya).

Kirana             : Di Masjid Al Akbar.(jawab sambil tersenyum).

Akhirnya mereka menikah dengan Mas Alfah di mesjid  Al akbar.  Sekarang Mas Alfath adalah
masa depannya. Kepada suaminya Kirana akan mengabdikan diri sebagai seorang istri sholehah.
Kepadanya ia semaikan kesetiaan cinta karena Allah yang tidak akan pudar.
Tak lama kemudian, sesosok wajah yang dinantikan hadir bersama seorang wanita cantik    yang
memeluk dengan penuh kasih sayang seorang bayi mungil di gendongannya. Ternyata Mas
Fahmi. Kirana tersenyum, dia pun tersenyum. Nampak ada raut kebanggaan di wajahnya yang
seolah berkata “Semoga kamu bahagia selamanya.”

Anda mungkin juga menyukai