Dosen pengampu:
Disusun Oleh:
SEMESTER 3-F
TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
September 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah “Induksi Matematika
Kuat” dengan tepat waktu. Sholawat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan
nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah
menuju zaman islamiyah sekarang ini.
Tidak lupa ucapan terima kasih penulis tujukan kepada pihak-pihak yang turut
mendukung terselesaikannya makalah ini, antara lain:
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari sejawat atau para
pembaca mengenai makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
PEMBAHASAN
Catatan:
Induksi kuat mirip induksi yang dirampatkan. Perbedaannya terdapat pada langkah
(2’). Induksi kuat mengambil hipotesis yang lebih kuat, yaitu: 𝑃(1),𝑃(2),...,𝑃(𝑛)
benar. Prinsip ini memungkinkan kita mencapai kesimpulan yang sama meskipun
memberlakukan pengandaian yang lebih banyak.
2. Contoh Soal
Contoh 2.1
Bilangan bulat positif disebut prima jika dan hanya jika bilangan bulat tersebut
habis dibagi dengan 1 dan dirinya sendiri. Kita ingin membuktikan bahwa setiap
bilangan bulat positif n (n ≥ 2) dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau
lebih) bilangan prima. Buktikan dengan prinsip induksi kuat.
1
Penyelesaian:
1) Basis induksi.
Jika n = 2, maka 2 sendiri adalah bilangan prima dan di sini 2 dapat dinyatakan
sebagai perkalian dari satu buah bilangan prima, yaitu dirinya sendiri.
2) Langkah induksi.
Misalkan pernyataan bahwa bilangan 2, 3, …, n dapat dinyatakan sebagai
perkalian (satu atau lebih) bilangan prima adalah benar (hipotesis induksi). Kita
perlu menunjukkan bahwa n + 1 juga dapat dinyatakan sebagai perkalian
bilangan prima. Ada dua kemungkinan nilai n + 1:
(a) Jika n + 1 sendiri bilangan prima, maka jelas ia dapat dinyatakan sebagai
perkalian satu atau lebih bilangan prima.
(b) Jika n + 1 bukan bilangan prima, maka terdapat bilangan bulat positif a
yang membagi habis n + 1 tanpa sisa. Dengan kata lain, (n + 1)/ a = b atau
(n + 1) = ab yang dalam hal ini, 2 ≤ a ≤ b ≤ n.
Menurut hipotesis induksi, a dan b dapat dinyatakan sebagai perkalian satu atau
lebih bilangan prima. Ini berarti, n + 1 jelas dapat dinyatakan sebagai perkalian
bilangan prima, karena n + 1 = ab. Karena langkah (i) dan (ii) sudah ditunjukkan
benar, maka terbukti bahwa setiap bilangan bulat positif n (n ≥ 2) dapat
dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau lebih) bilangan prima.
Contoh 2.2
Suatu permainan memiliki aturan bahwa dua pemain dalam permainan tersebut
secara bergiliran mengambil sejumlah batang korek api yang dia mau dari satu
dari dua bungkus korek api. Pemain yang berhasil mengambil batang korek api
terakhir ditetapkan sebagai pemenang permainan ini. Tunjukkan bahwa jika dua
bungkus korek api tersebut memuat batang korek api dengan jumlah yang sama,
pemain kedua selalu dapat menjadi pemenang dalam permainan ini.
Penyelesaian:
2
menyatakan bahwa pemain kedua dapat memenangkan permainan jika mula-mula
terdapat n batang korek api dalam masing-masing bungkus.
Contoh 2.3
Misalkan kita akan menelusuri silsilah keluarga kita untuk mengetahui nenek
moyang kita. Kita akan memberlakukan asumsi yang memudahkan yaitu bahwa
3
untuk setiap nenek moyang kita, kita dapat menelususri kedua orangtuanya atau
kita tidak dapat menelusuri keduanya. Didalam suatu silsilah keluarga, seseorang
dinamakan ‘daun’ jika kita tidak memiliki catatan untuk menelusuri orangtuanya,
dan seseorang dinamakan sebagai ‘simpul internal’ jika orang tuanya telah
ditelusuri.
Kita akan menunjukkan bahwa didalam suatu silsilah keluarga, banyaknya daun
selalu satu lebih banyak daripada banyaknya simpul internal.
(1’) Basis induksi. Pernyataan ini benar bila n = 1. Bila hanya ada satu orang
dalam silsilah keluarga, orang ini adalah daun, dan disini tidak ada simpul
internal.
(2’) Langkah induksi. Kita asumsikan bahwa pernyataan ini benar untuk semua
silsilah dengan n orang, 1 ≤ n ≤ k. kita ingin menunjukkan bahwa pernyataan
ini benar untuk sembarang silsilah keluarga dengan k + 1 orang. Perhatikan
silsilah keluarga seorang laki-laki dengan k + 1 orang. Misalkan p menyatakan
banyaknya daun dan banyaknya simpul internal didalam silsilah ini. Karena
setidaknya ada tiga orang dalam silsilah ini, kedua orangtua laki-laki ini pasti
ada didalam silsilah. Misalkan 𝑛1 menyatakan banyaknya orang didalam
keluarga ayah laki-laki tadi, dengan 𝑝1 diantarannya menjadi daun dan
𝑞1 menjadi simpul internal. Misalkan 𝑛2 menyatakan banyaknya orang didalam
keluarga ibu laki-laki tadi, dengan 𝑝2 diantarannya menjadi daun dan
𝑞2 menjadi simpul internal. Karena 𝑛1 ≤ k dan 𝑛2 ≤ k, maka menurut hipotesis
induksi
𝑝1 = q1 + 1
𝑝2 = 𝑞 2 + 1
Karena
p = 𝑝1 +𝑝2
q = 𝑞1 +𝑞2 +1
maka kita memperoleh
4
p = 𝑞1 +𝑞2 +2= q+1
3. Lampiran soal
Soal 3.1
Bilangan bulat positif disebut prima jika dan hanya jika bilangan bulat tersebut
habis dibagi dengan 1 dan dirinya sendiri. Kita ingin membuktikan bahwa setiap
bilangan bulat positif n (n ≥ 2) dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau
lebih) bilangan prima. Buktikan dengan prinsip induksi kuat.
Soal 3.2
Tunjukkan bahwa bilangan bulat positif adalah bilangan prima jika dan hanya jika habis
dibagi 1 dan dirinya sendiri.
Soal 3.3
Tunjukkan bahwa setiap bilangan bulat yang lebih besar dari 1 dapat dituliskan
sebagai hasil kali bilangan-bilangan prima.
Soal 3.4
Teka-teki susun potongan gambar (jigsaw puzzle) terdiri dari sejumlah potongan
(bagian) gambar (lihatGambar). Dua atau lebih potongan dapat disatukan untuk
membentuk potongan yang lebih besar. Lebih tepatnya, kita gunakan istilah blok
bagi satu potongan gambar. Blok-blok dengan batas yang cocok dapat disatukan
membentuk blok yang lain yang lebih besar.
Gambar 1.1
Akhirnya, jika semua potongan telah disatukan menjadi satu buah blok, teka-teki
susun gambar itu dikatakan telah dipecahkan. Menggabungkan dua buah blok
dengan batas yang cocok dihitung sebagai satu langkah. Gunakan prinsip induksi
5
kuat untuk membuktikan bahwa untuk suatu teka-teki susun gambar dengan n
potongan, selalu diperlukan n–1 langkah untuk memecahkan teki-teki itu.
Contoh 3.5
Buktikan dengan induksi kuat bahwa untuk membayar biaya pos sebesar n sen (𝑛
≥ 12) selalu dapat digunakan perangko 4 sen dan atau perangko 5 sen saja.
Contoh 3.6
Gunakan induksi kuat untuk membuktikan bahwa setiap bilangan asli 𝑛 ≥ 2 adalah
bilangan prima atau merupakan hasil kali bilangan prima.
Contoh 3.7
Buktikan bahwa bea pos sejumlah Rp 12.000,00 atau lebih dapat dibentuk dengan
menggunakan perangko seharga Rp 4.000,00 dan perangko seharga Rp 5.000,00.
6
DAFTAR PUSTAKA
http://irma.lecturer.pens.ac.id/Matematika%20Diskrit/Induksi%20Matematik.pdf
http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/20142015/Induksi%20Mate
matik%20(2014).pdf
Munir, Rinaldi. 2010. Matematika Diskrit. (Bandung: Informatika Bandung)
Sutarno, Heri. 2003. Matematika Diskrit. (Bandung: Jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Pendidikan Indonesia)