Dosen Pengampu :
Dr. H. Turmudi, M.Si, Ph.D
Disusun Oleh:
Nur Wiji Sholikin NIM. 18811001
Dewi Rosikhoh NIM. 18811005
Siti Azizah NIM. 18811003
Siti Badriyahtul Fadilah NIM. 18811010
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
PEMBAHASAN................................................................................................................1
A. Himpunan (Set), Pernyataan (Statement), dan Penalaran (Reasoning)..................1
1. Himpunan (Set)...................................................................................................1
2. Pernyataan (Statment).........................................................................................1
3. Penalaran (Reasoning)........................................................................................2
4. Diagram Ven.......................................................................................................5
B. Geometri dan Pengukuran Informal.......................................................................6
1. Ukuran Ruas Garis..............................................................................................7
2. Ukuran Sudut......................................................................................................7
3. Penafsiran (Constructions).................................................................................8
C. Definisi Awal dan Dalil (Postulates).....................................................................9
1. Sistem Matematika.............................................................................................9
2. Karakteristik dari suatu Definisi yang Baik........................................................9
3. Postulat Awal....................................................................................................10
D. Sudut dan Hubungannya.......................................................................................12
1. Tipe Sudut.........................................................................................................12
2. Mengklasifikasikan Pasangan Sudut................................................................14
3. Mengkonstruksikan Sudut................................................................................15
E. Pengantar untuk Membuktikan Geometri............................................................16
F. Hubungan-hubungan: Garis Tegak Lurus............................................................19
1. Hubungan..........................................................................................................20
2. Mengkonstruksikan arah ke Garis Tegak Lurus...............................................22
G. Pembuktian Formal dari suatu Teorema...............................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................32
PEMBAHASAN
Pernyataan (Statment)
Definisi “Suatu pernyataan (statement) merupakan himpunan dari kata/simbol yang
secara kolektif menyatakan bahwa pernyataan tersebut benar dan salah”.
Contoh:
Kelompok sebagai pernyataan benar, pernyataan salah, atau bukan merupakan sebuah
pernyataan.
a. 4 +3=7
b. Sebuah sudut memiliki dua sisi.
c. Robert E. Lee bermain shortstop untuk Yankees.
d. 7<3 (menunjukkan “7 kurang dari 3”)
e. Awas!
Pembahasan:
a. Sebuah pernyataan benar.
b. Pernyataan benar
c. Pernyataan salah
d. Pernyataan salah
e. Bukan pernyataan
Contoh:
Asumsikan bahwa pernyataan P dan pernyataan Q benar.
P :4+ 3=7
Q :Suatu sudut memiliki dua Sisi
Klasifikasikan bahwa pernyataan diatas benar atau salah.
1
1. 4 +3 ≠ 7dan Suatu sudut memiliki dua sisi
2. 4 +3 ≠ 7atau Suatu sudut memiliki dua sisi
Pembahasan:
Pernyataan 1 adalah salah karena konjungsi dari “F” dan “T ”
Pernyataan 2 adalah benar karena disjungsi dari “F” atau “T ”
Penalaran (Reasoning)
Penalaran merupakan suatu proses yang didasarkan pada pengalaman dan
prinsip untuk mengambil suatu kesimpulan. Berikut ini merupakan macam-macam
penalaran yang digunakan untuk mengembangkan prinsip matematika
a. Intuisi merupakan suatu ilham yang mengarahkan kepada pernyataan dari suatu teori,
yang mana dengan suatu intuisi memungkikan seseorang untuk membuat pernyataan
tanpa menggunakan penalaran formal.
Contoh:
Perhatikan gambar. 1 di bawah ini adalah suatu segi lima kerena memiliki sisi yang
sama panjang dan lima ukuran sudut yang sama. Apakah benar bahwa panjang garis
putus-putus dari B ke E sama dengan B ke D?
Pembahasan:
Dengan menggunakan intuisi menunjukan bahwa panjang bagian garis putus-putus
(disebut dengan diagonal pentagon) adalah sama.
b. Induksi merupakan suatu upaya teroganisir (melalui observasi dan eksperimen) untuk
menguji dan memvalidasi teori sehingga dapat menarik kesimpulan secara umum.
Contoh:
Ketika berada di toko grosir, diketahui terdapat karton yogurt 6 ons. Meskipun rasa dan
mereknya berbeda, masing-masing karton dihargai 75 sen. Apakah kesimpulan dari
permasalan di atas?
Pembahasan:
2
Setiap 6 ons karton yogurt di toko dihargai 75 sen.
Contoh:
Didalam kelas geometri, anda diminta untuk mengukur tiga sudut pada setiap segitiga
yang terdapat pada gambar 2 dibawah ini. Anda menemukan bahwa segitiga I, II, IV
memiliki dua ukuran sudut yang sama. Apa yang dapat anda simpulkan?
Pembahasan:
Dapat disimpulkan bahwa segitiga yang memiliki dua sisi dengan panjang yang sama
juga memiliki dua sudut dengan ukuran yang sama.
c. Deduksi merupakan suatu argumen formal untuk membuktikan teori yang akan diuji.
Definisi: “Deduksi merupakan suatu tipe penalaran di mana pengetahuan dan
penerimaan asumsi yang dipilih akan menjamin kebenaran akan kesimpulan tertentu”.
Pada contoh berikut ini, akan di gambarkan bentuk penalaran deduktif yang sering
dugunakan dalam pengembangan geometri. Hal ini dikenal sebagai argumen valid,
dimana setidaknya diperlukannya dua pernyataan sebagai fakta; asumsi-asumsi tersebut
disebut dengan premis dari suatu pernyataan. Hal tersebut disebut dengan Law of
Detachment.
Contoh:
Jika anda menerima pernyataan 1 dan 2 adalah benar, apa yang harus anda simpulkan.
1. Jika seorang siswa bermain bola basket di Rockville High School tim, maka dia
adalah atelet yang berbakat
2. Todd bermain di tim basket Rockville High School
Maka kesimpulannya Todd adalah atlet yang berbakat.
Untuk lebih memahami dan mengenal pola penalaran deduktif, perhatikan pernaytaan
berikut ini:
3
Law of Detachment
Misalkan P dan Q merepresentasikan suatu pernyataan, dan diasumsikan bahwa
pernyataan 1 dan 2 benar. Maka C merupakan suatu pernyataan yang valid dari
Premis
kesimpulan
Contoh:
Apakah pernyataan dibawah ini valid? Asumsikan bahwa premis 1 dan 2 adalah benar.
1. Jikahujan , makaakan tinggal di rumah
2. Hujan
C . ∴Tinggal di rumah
Pembahasan:
1. Jika P , makaQ
2. P
C.∴Q
Dengan P=¿ Hujan dan Q=¿ Tinggal di rumah
Contoh:
Apakah pernyataan berikut ini valid? Asumsikan bahwa premis 1 dan 2 benar.
1. Jika seorang pria tinggal di London, maka ia tinggal di Inggris.
2. William tinggal di Inggris.
3. William tinggal di London.
Pembahasan:
Pernyataan diatas tidak valid. Di sini, P=¿ "Seorang pria tinggal di London," dan Q=¿
"Seorang pria tinggal di Inggris”. Dengan demikian, bentuk argumen ini adalah
1. Jika P , makaQ
2.Q
C.∴P
Hukum Detasemen akan mengharuskan pernyataan pertama memiliki bentuk
“Jika Q, maka P.”Meskipun pernyataan Q adalah benar, itu tidak memungkinkan kita
untuk menarik kesimpulan yang valid tentang P. Tentu saja, jika William tinggal di
Inggris, ia mungkin tinggal di London, tetapi dia mungkin malah tinggal di Liverpool,
Manchester, Coventry, atau tempat lain yang tak terhitung jumlahnya di Inggris.
4
Masing-masing kemungkinan ini merupakan contoh counterexample guna
membuktikan keabsahan argumen.
Diagram Venn
Himpunan dari objek dalam geometri sering direpresentasikan sebagai gambar
yang disebut dengan Venn Diagram (Diagram Venn). Di dalam suatu diagram venn,
masing-masing himpunan adalah seseuatu yang terbatas (bounded) yang digambarkan
pada suatu lingkarangan atau persegi panjang. Jika pernyataan P dan Q “Jika P, maka
Q” merepresentasikan suatu himpunan dari objek P dan Q masing-masing berlaku
Hukum Detasemen. Ketika suatu diagram ven digunakan untuk merepresentasikan
sebuah pernyataan “jika P, maka Q”, maka sepenuhnya anggota P berada didalam Q; P
adalah subset dari Q. (lihat gambar 3).
Contoh:
Gunakan diagram venn untuk menggambarkan pernyataan berikut ini:
1. Jika seorang siswa bermain bola basket di Rockville High School tim, maka dia
adalah atelet yang berbakat
2. Todd bermain di tim basket Rockville High School
Pembahasan:
Misalkan:
B=¿ Siswa laki-laki di Rockville High yang mengikuti tim bola basket
A=¿ Beberapa orang atlit berbakat.
Untuk merepresentasikan pernyataan “jika seorang pemain bola basket ( B), maka dia
adalah seorang atlit yang berbakat ( A),” maka berdasarkan gambar diagram venn diatas
5
B berada di dalam A. Misalkan T =¿ Todd bermain di tim basket Rockville High
School maka T berada di dalam B. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Todd adalah
atlet yang berbakat.
B. Geometri dan Pengukuran Informal
Geometri adalah struktur matematika yang membicarakan unsur dan relasi yang
ada antara unsur tersebut. Dalam geometri istilah titik, garis, bidang dan ruang
merupakan benda abstrak yang menjadi unsur dasar geometri. Berikut ini beberapa
istilah-istilah yang dapat dijelaskan.
Pengertian titik tidak didefinisikan. Titik tidak mempunyai panjang atau lebar,
tetapi dapat ditentukan letaknya. Titik dapat digambarkan dengan noktah “.” Dan diberi
nama dengan huruf kapital seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 4. Titik
Gambar 5. Garis
Perhatikan gambar 5 (c) titik A , X dan B berada di garis yang sama, maka garis
tersebut disebut dengan kolnier (collinear) maka ada kemungkinan titik yang terletak
diantara A , X , B yaitu A−X−B atau B− X− A, titik X dikatakan antara A dan B. Pada
gambar 6 titik A , B dan C adalah noncollinear. Selanjutnya, akan ditunnjukan mengenai
6
istilah-istilah sudut, segitiga, dan persegi panjang yang ditunjukan pada gambar 6
berikut ini.
Pembahasan:
´ sama dengan AB+ BC. Maka,
Dengan menggunakan intuisi, panjang dari AC
AC=4+ 8=12.
2. Ukuran Sudut
Ukuran sudut tidak tergantung pada panjang sisinya tetapi pada jarak yang
terbuka antara sisi. Perhatikan gambar 7 sudut di bawah ini.
Gambar 7. Sudut
7
Perhatikan gambar 8 di bawah ini merupakan instrumen yang digunakan untuk
mengukur sudut menggunakan busur derajat. Misalkan, untuk menyatakan ukuran dari
∠ RST dapat ditulis dengan m∠ RST =50 ° atau dapat dibaca “ukuran dari ∠ RST
adalah 50 derajat”.
Gambar 8. ∠ RST=50°
Contoh:
Perhatikan gambar di bawah ini, sisi sudut dari ABC dan ¿adalah sejajar ( AB
´ ke DE
´ dan
´ ke EF
BC ´ ¿ . Gunakan busur sangkar untuk memutuskan apakah sudut ini memiliki
ukuran yang sama?
Pembahasan:
Benar bahwa kedua sudut memiliki ukuran yang sama yaitu 44 °.
3. Penafsiran (Constructions)
Sebuah lingkaran adalah himpunan dari semua titik di dalam bidang di mana
tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama dari satu titik tertentu.
Contoh:
Perhatikan gambar di bawah ini, titik B terletak pada AC
´ antara A dan C. Jika AC=10
dan AB memiliki 2 bagian lebih panjang dari BC, tentukan panjang x dari AB
´ dan
panjang y dari BC
´ .
Pembahasan:
Karena AB+ BC = AC , maka x + y=10
Karena AB−BC=2 , maka x − y=2
Dengan menambahkan sisi kiri dan kanan pada persamaan ini:
x + y=10
x− y =2
8
2 x=12 jadi x=6.
Jika x=6, maka x + y=10 menjadi 6+ y=10 dan y=4. Maka, AB=6 dan BC=4.
a. Undefined term
b. Defined term
c. Axiom or postulates
d. Theorem
Didalam menuliskan suatu definisi yang baik, berikut ini beberapa hal yang perlu
diperhatikan berdasarkan definisi diatas:
3. Postulat Awal
Perlu diingat bahwa postulat merupakan pernyataan yang dianggap benar.
Postulat 1 “Melalui dua titik Perhatikan simbol-simbol pada tabel berikut ini:
berbeda, hanya ada satu garis”
9
Postulat 2 “Suatu ukuran ruas Implikasi dari postulat 2 adalah:
garis adalah bilangan positif a. Setiap ruas garis memiliki ukuran bilangan
yang unik” b. Hanya ada satu ukuran yang diperbolehkan
10
Postulat 4 “Jika dua garis
saling memotong, maka titik
potongnya akan membentuk
sebuah titik”.
Postulat 8 “Protractor Postulate”: Ukuran dari sebuah sudut adalah bilangan positif
unique
Tipe Sudut
Macam-macam sudut adalah sebagai berikut:
a. Sudut siku-siku : sudut yang ukurannya 90 °
11
b. Sudut lurus : sudut yang ukurannya 180 °
c. Sudut lancip : sudut yang ukurannya terletak antara 0 ° dan 90 °
d. Sudut tumpul : sudut yang ukurannya terletak antara 90 ° dan 180 °
e. Dua sudut berkomplemen : dua sudut yang jumlahnya ukuran 90 °
f. Dua sudut bersuplemen : dua sudut yang jumlahnya 180 °.
Postulat 9 “angle-Addition Postulate” Jika titik D terletak dibagian dalam sudut ABC,
maka m∠ ABD+ M ∠ DBC=m ∠ ABC.
Contoh:
Perhatikan gambar dibawah ini untuk menentukan m∠ ABC jika:
12
b. m∠ ABC =m∠ ABD+m ∠ DBC=x ° + ( 2 x−3 ) °=( 3 x−3)°
Contoh
Diberikan ∠1 ≅ ∠ 2 Tentukan nilai x?
m ∠ 1 = 2x + 15
m ∠ 2 = 3x – 2
Definisi: Bisektor dari suatu sudut adalah jika suatu garis yang memotong dua sudut
menjadi kongruen.
m ∠ MNP=m ∠ PNQ
1
m∠ PNQ= m∠ MNQ
2
m∠ MNQ=2 ( m∠ PNQ )
1
m ∠ MNP= m∠ MNQ
2
m∠ MNQ=2(m ∠ MNP)
Definisi: Dua sudut adalah suplementari (supplementary) jika jumlah ukuran sudutnya
180 °, yang mana sudut dianataranya adalah suplemen (supplement) dari sudut lainnya.
Contoh:
Diberikan m∠1=29 °, tentukan:
a. Komplemen x dari ∠ 1
b. Suplemen y dari ∠ 1
Pembahasan:
13
a. x +29=90 , maka x=61 °; komplemen = 61 °
b. y +29=180 ,maka y=151 °; suplemen = 151 °.
Contoh:
Diberikan ∠ P dan ∠ Q adalah komplemen, dimana
x x
m ∠P = dan m ∠Q =
2 3
Tentukan x ,m ∠ P, m ∠ Q ?
Pembahasan m ∠ P + m ∠ Q = 90
x x
+ = 90
2 3
------------------------------ x 6
x x
6. + 6. = 6. 90
2 3
3 x+ 2 x = 540
5 x = 540
x = 108
x 108
m∠ P = = =54
2 2
x 108
m∠ P = = =36
3 3
3. Mengkonstruksikan Sudut
Kontruksi 3 (mengkontruksi sebuah sudut kongruen)
Diberikan: ∠ RST (Lihat Gambar (a)
Mengkontruksi: Dengan Sinar Garis PQ Sebagai Salah Satu
Sisi, ∠ NPQ ≅ ∠RST
Kontruksi:
Gambar (b): Dengan kompas, tandai sebuah busur untuk
memotong kedua sisi ∠RST di titik G dan H
Gambar (C): Tanpa mengubah radius, tandai sebuah busur
untuk dihubungkan dengan sinar garis PQ di K dan akan
menjadi sisi kedua dari ∠NPQ
Gambar (b): Sekarang tandai sebuah busur untuk
menghitung jarak dari G ke H
Gambar (d): Gunakan radius yang sama seperti langkah
sebelumnya, tandai busur dengan K sebagai pusat untuk
memotong sisi yang akan menjadi sudut kedua yang
diinginkan. Sekarang menggambar sinar p melalui titik
potong dua busur. Sudut yang dihasilkan ∠NPQ adalah
sudut yang diinginkan
14
Teorema 1.4.1: Setiap sudut hanya memiliki satu bisektor.
Pembuktian:
Misalkan l bisektor ∠ ABC
∃ D ∈l , ∋∠ ABC ≌ ∠ DBC
D titik interior ∠ ABC
Maka m∠ ABD+ m∠ DBC=m∠ ABC
⟺ 2 m∠ ABD=m∠ ABC
m∠ ABC
⟺ m∠ ABD= (i)
2
Andai ∃m ≠l; m bisektor ∠ ABC
∃ E ∈ m, ∋∠ ABC ≌∠ EBC
E titik interior ∠ ABC
Dengan cara yang sama pada titik D diperoleh
m∠ ABC
∠ ABE= (ii)
2
Dari (i) dan (ii), diperoleh:
m∠ ABD=m ∠ ABE
∠ ABD ≌∠ ABE
Oleh karena itu, pengandaian m≠ l salah, yang benar m=l Terbukti.
15
Sifat persamaan pengurangan Jika a=b maka a−c=b−c
Sifat persamaan perkalian Jika a=b maka a . c=b . c
Sifat persamaan pembagian a b
Jika a=b dan c ≠ 0maka =
c c
Seperti yang kita temukan dalam Contoh 1, beberapa sifat dapat digunakan secara
bergantian.
Contoh 1
Dalam Contoh 2, kami membangun klaim bukti aljabar, "Jika maka" jika
2 x−3=7 maka x=5. Di mana P mewakili pernyataan "2 x−3=7 " dan R mewakili "
x=5" memiliki bentuk teorema "Jika P, maka R." Kami juga menggunakan huruf Q
untuk memberi nama kesimpulan antara “2 x=10” Menggunakan huruf P ,Q, dan R,
kami menunjukkan pengembangan logis untuk bukti di sebelah kiri. Format logis ini
tidak akan disediakan dalam bukti di masa mendatang.
16
Contoh 2
Diberikan: 2 x−3=7
Buktikan: x=5
Bukti
Format Logis Pernyataan Alasan
P 1. 2 x−3=7 Diberikan
Jika P , maka Q 2. 2 x−3+3=7+3 Sifat persamaan
penjumlahan
Q 3. 2 x=10 Subtitusi
Jika Q , maka R 2 x 10 Sifat persamaan
4. =
2 2 pembagian
R 5. x=5 Subtitusi
Menemukan:
Jawab:
Jadi 2. m∠1=900, dan membaginya dengan 2, kami melihat itu m∠ 1=45 0, kemudian
m∠2=45 0 juga.
17
1. A−P−B pada AB
´ 1. Diberikan
2. AP+ PB=AB 2. Postulat-Penambahan Segmen
3. AP= AB−PB 3. Sifat persamaan pengurangan
Contoh 4
Buktikan mengggunakan statemen dan alasan.
ST bisect ∠ RSU
Diberikan: ⃗
SV bisect ∠ USW
⃗
No Pernyataan Alasan
1 ST bisect ∠ RSU
⃗ Diberikan
2 m∠ RST =m ∠TSU Jika suatu sudut bisektor, maka ukurannya
adalah sama
3 ST bisect ∠ USW
⃗ Menggunakan alasan 1
4 m∠VSW =m∠USV Menggunakan alasan 2
5 m∠ RST + m∠VSW Addition Property of Quality (hal. 38)
¿ m∠ TSU + m∠USV menggunakan persamaan dari pernyataan 2
dan 4.
6 m∠TSU + m∠ USV =m∠TSV Angle-Addition Postulate
7 m∠ RST + m∠VSW =m∠TSV Subsitusi
18
Ilustrasi: Untuk bukti dari Contoh 1,
Teorema 1.6.1: Jika dua garis tegak lurus maka akan membentuk sudut siku-siku
Bukti:
´ ⊥ CD
Di berikan : AB ´
1. Hubungan
Tabel.3 Hubungan Relasi
19
Adalah sama dengan Bilangan 2+3=5
Lebih besar dari Bilangan 7>5
Tegak lurus terhadap Garis l ⊥m
Bersifat melengkapi Sudut ∠1 terdiri dari∠2
Kongruen Segmen garis AB´ ≅ CD
´
Teorema 1.6.2: Jika dua garis berpotongan, maka sudut vertikal yang terbentuk adalah
kongruen.
Bukti:
´ pada O
´ memotong BD
Di berikan : AC
Buktikan : ∠ 2 ≅ ∠ 4
Pembuktian:
Pernyataan Keterangan
´ memotong BD
1. AC ´ pada O 1. Diberikan
2. ∠ s AOC dan DOB lurus ∠ s, dengan 2. Ukuran sudut lurus adalah 180⁰
m∠ DOB=180 °
3. m∠ DOB=m ∠ AOC 3. Subtitusi
4. m∠1+ m∠ 4=∠ DOB dan 4. Angle-Addition Postulate
m∠1+ m∠2=m ∠ AOC
5. m∠1+ m∠ 4=m ∠1+ m∠2 5. Subtitusi
6. m∠ 4=m∠ 2 6. Subtraction Property of Equality
7. ∠ 4 ≅ ∠2 7. Jika dua sudut berukuran sama, maka
8. ∠ 2 ≅ ∠ 4 kongruen.
8. Symmetric Property of Congruence of
20
Angle
Dalam bukti sebelumnya, tidak perlu mengatur ulang sudut kongruen dari
pernyataan 7 ke pernyataan 8 karena kongruensi sudut simetris; dalam karya
selanjutnya, pernyataan 7 akan ditulis untuk mencocokkan pernyataan Buktikan bahkan
jika baris sebelumnya tidak memiliki urutan yang sama. Jenis pemikiran yang sama
berlaku untuk membuktikan garis yang tegak lurus atau paralel: Urutannya tidak
penting!
Teorema 1.6.4: Bisektor tegak lurus dari suatu segmen garis adalah unique.
Contoh 1:
Tentukan hipotesis H dan kesimpulan C untuk masing-masing pernyataan berikut.
a) Jika dua garis berpotongan, maka vertical angles (sudut saling bertolak belakang)
yang terbentuk kongruen.
b) Semua sudut right angles (siku-siku) adalah kongruen.
c) Garis sejajar tidak berpotongan.
d) Garis-garis dikatakan perpendicular (tegak lurus) apabila garis-garis tersebut
bertemu dan membentuk adjacent angles (sudut yang berdekatan) kongruen.
Penyelesaian
a) Pernyataannya telah sesuai dengan bentuk "Jika. . . , maka . . . ” sehingga:
21
H: Dua garis berpotongan.
C: Vertical angles (sudut saling bertolak belakang) yang terbentuk adalah kongruen
b) Perlu ditulis ulang: jika dua sudut adalah sudut siku-siku (right angles), maka sudut
tersebut kongruen.
H: Dua sudut adalah sudut siku-siku (right angles).
C: Sudut tersebut kongruen.
c) Perlu ditulis ulang: jika dua garis saling sejajar, maka garis-garis tersebut tidak
berpotongan.
H: Dua garis saling sejajar.
C: Garis-garis tersebut tidak berpotongan.
d) Disusun ulang: jika dua garis bertemu dan membentuk adjacent angles (sudut yang
berdekatan) kongruen, maka garis-garis tersebut tegak lurus (perpendicular).
H: Dua garis bertemu dan membentuk adjacent angles (sudut yang berdekatan)
kongruen.
C: Garis-garis tersebut tegak lurus (perpendicular).
Mengapa perlu membedakan antara hipotesis dan kesimpulannya? Pada suatu
teorema, hipotesis menentukan apa yang diberikan (Given) dan Drawing. Given
memberikan deskripsi tentang karakteristik gambar (Drawing) yang diketahui.
Kesimpulan (Prove) menentukan hubungan yang ingin dijalin (dibuat) dalam Gambar.
Bagian-bagian penting dari bukti formal suatu teorema yang harus ditulis yakni:
Aspek yang paling sulit dari bukti formal adalah proses berpikir yang harus
terjadi antara bagian 4 dan 5. Rencana atau analisis permainan ini melibatkan
22
penyimpulan dan pengurutan kesimpulan berdasarkan situasi yang diberikan. Seseorang
harus agak seperti pengacara, memilih klaim yang membantu membuktikan kasus
sambil membuang yang tidak berguna (tidak dibutuhkan dalam pembuktian). Dalam
proses menyusun pernyataan, mungkin dibutuhkan proses berpikir dalam urutan
terbalik, seperti:
Buktikan teorema 1.6.1 Jika dua garis saling tegak lurus, maka garis-garis tersebut
bertemu dan membentuk sudut siku-siku.
Langkah-langkah Pembuktian:
1. Statement Jika dua garis saling tegak lurus, maka garis-garis tersebut
bertemu dan membentuk sudut siku-siku.
2. Drawing Dua garis saling tegak lurus (Hypothesis).
23
11. ∠ AEC ≅ ∠CEB sudut berdekatan yang
(berdasarkan definisi).
12. Jika dua sudut kongruen, maka
(besar sudutnya) sama.
12. m∠ AEC =m∠ CEB 13. Ukuran sudut lurus adalah 180⁰
Kebalikan (converse) dari pernyataan "Jika P, maka Q" adalah "Jika Q, maka P."
Yaitu, kebalikan dari pernyataan yang diberikan menukar hipotesis dan kesimpulannya.
Perhatikan contoh berikut:
Bukti yang mengikuti hampir lengkap! Sulit untuk memberikan bukti formal
lengkap yang menjelaskan "bagaimana" dan secara bersamaan menyajikan bentuk akhir
yang dipoles. Contoh 3 menggambarkan bukti yang dipoles. Tidak terlihat proses
berpikir dan kertas coretan yang diperlukan untuk menyatukan puzzle ini.
24
Bukti teorema tidak tunggal (unique)! Misalnya, Gambar siswa tidak perlu
cocok, meskipun hubungan yang sama harus ditunjukkan. Tentu saja, surat yang
berbeda kemungkinan akan dipilih untuk Gambar yang menggambarkan hipotesis.
Teorema 1.7.1: Jika dua garis bertemu dan membentuk sudut siku-siku, maka garis-
garis tersebut tegak lurus.
Bukti:
Jika dua garis bertemu dan membentuk sudut siku-siku, maka garis-garis tersebut tegak
lurus.
´ berpotongan di E sedemikian hingga ∠ AEC merupakan sudut
´ dan CD
Diberikan : AB
siku-siku (gambar 1.66).
´ ⊥ CD
Buktikan: AB ´
Bukti:
Pernyataan Alasan
1. AB dan CD berpotongan sedemikian Diberikan
´ ´
hingga ∠ AEC adalah sudut siku-siku
2. m∠ AEC =90 ° Jika suatu ∠ adalah sudut siku-siku,
maka ukuran sudutnya 90 °
3. ∠ AEB adalah sudut lurus ∠, maka Jika suatu ∠ adalah sudut lurus, maka
m∠ AEB=180 ° ukuran sudutnya 180 °
4. m∠ AEC +m ∠CEB=m∠ AEB Angle-Addition Postulate
5. 90 ° +m∠CEB=180 ° Subsitusi (2, 3, 4)
6. m∠CEB=90° Subraction Property of Equality (6)
7. m∠ AEC =m∠ CEB Subsitusi (2, 6)
8. ∠ AEC ≌ ∠CEB Jika dua ∠ s mempunyai ukuran sama,
maka ∠ s adalah ≌
´ ⊥ CD
9. AB ´ Jika dua garis membentuk ≌ adjacent
∠ s, maka garis-garis tersebut adalah ⊥
25
Teorema 1.7.2: Jika dua sudut saling berkomplemen pada sudut yang sama (atau pada
sudut yang kongruen) maka kedua sudut tersebut kongruen.
Teorema 1.7.3: Jika dua sudut saling bersuplemen pada sudut yang sama (atau pada
sudut yang kongruen) maka kedua sudut tersebut kongruen.
Teorema 1.7.4: Dua sudut siku-siku adalah kongruen
Teorema 1.7.5: Jika sisi luar dari dua sudut lancip berdekatan membentuk garis tegak
lurus, maka sudut-sudut tersebut saling berkomplemen (complementary).
Bukti:
Untuk membuktikan teorema 1.7.5, digunakan bukti informal yang disebut picture
proof.
Perhatikan bukti gambar dari teorema 1.7.5 berikut ini:
BA ⊥ ⃗
Diberikan: ⃗ BC
Buktikan : ∠ 1 dan ∠ 2 saling berkomplemen
BA ⊥ ⃗
Bukti: karena ⃗ BC, maka ∠ 1 dan ∠ 2adalah bagian
dari sudut siku-siku. Dengan demikian
m∠1+ m∠ 2=90 °, jadi ∠ 1 dan ∠ 2 saling
berkomplemen (complementary).
Teorema 1.7.6: Jika sisi luar dari dua sudut yang berdekatan membentuk garis lurus,
maka sudut-sudut tersebut saling bersuplemen (supplementary).
Diberikan: ∠ 3dan ∠ 4 dan EG
´
26
6. ∠ 3dan ∠ 4 adalah suplementari Jika jumlah ukuran dari dua sudut adalah
180 ° , maka sudut tersebut adalah
bersuplemen (supplementary).
Teorema 1.7.7: Jika dua ruas garis adalah kongruen, maka titik tengahnya memisahkan
ruas tersebut ke dalam empat ruas yang kongruen.
Teorema 1.7.8: Jika dua sudut kongruen, maka bisektornya membagi sudut-sudut
tersebut ke dalam empat sudut yang kongruen.
Contoh 1
Temukan angka keempat dalam pola angka segitiga yang ditunjukkan pada Gambar
1.71 (a).
PENYELESAIAN
Menambahkan baris 4 poin di bagian bawah, sebagaimana diagram yang ditunjukkan
pada Gambar 1.71 (b), yang berisi 10 poin. Angka segitiga keempat adalah 10.
27
Beberapa pola geometri mengarah pada prinsip yang dikenal sebagai postulat dan
teorema. Salah satu prinsip yang akan kita gali dalam contoh berikut didasarkan pada
jumlah diagonal yang ditemukan dalam poligon dengan jumlah sisi tertentu. Diagonal
poligon (gambar banyak sisi) menyatukan dua simpul poligon yang tidak berurutan.
Tentu saja, bergabung dengan dua simpul segitiga mana pun akan menentukan sisi;
dengan demikian, segitiga tidak memiliki diagonal. Dalam Contoh 2, jumlah sisi
poligon dan jumlah diagonal ditunjukkan.
CONTOH 2
Titik tengah sisi persegi digunakan untuk menghasilkan gambar baru dalam urutan yang
ditunjukkan pada Gambar 1.74 (a). Gambarlah angka keempat.
PENYELESAIAN
Dengan melanjutkan menambah dan menggabungkan titik tengah pada gambar ketiga,
terbentuk sebuah gambar sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.74(b)
Perhatikan bahwa setiap gambar baru di dalam gambar sebelumnya juga kotak!
28
DAFTAR PUSTAKA
29