Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

“HUBUNGAN GARIS DAN SUDUT”

Disusun untuk Memenuhi


Tugas Matakuliah Geometri

Dosen Pengampu :
Dr. H. Turmudi, M.Si, Ph.D

Disusun Oleh:
Nur Wiji Sholikin NIM. 18811001
Dewi Rosikhoh NIM. 18811005
Siti Azizah NIM. 18811003
Siti Badriyahtul Fadilah NIM. 18811010

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
PEMBAHASAN................................................................................................................1
A. Himpunan (Set), Pernyataan (Statement), dan Penalaran (Reasoning)..................1
1. Himpunan (Set)...................................................................................................1
2. Pernyataan (Statment).........................................................................................1
3. Penalaran (Reasoning)........................................................................................2
4. Diagram Ven.......................................................................................................5
B. Geometri dan Pengukuran Informal.......................................................................6
1. Ukuran Ruas Garis..............................................................................................7
2. Ukuran Sudut......................................................................................................7
3. Penafsiran (Constructions).................................................................................8
C. Definisi Awal dan Dalil (Postulates).....................................................................9
1. Sistem Matematika.............................................................................................9
2. Karakteristik dari suatu Definisi yang Baik........................................................9
3. Postulat Awal....................................................................................................10
D. Sudut dan Hubungannya.......................................................................................12
1. Tipe Sudut.........................................................................................................12
2. Mengklasifikasikan Pasangan Sudut................................................................14
3. Mengkonstruksikan Sudut................................................................................15
E. Pengantar untuk Membuktikan Geometri............................................................16
F. Hubungan-hubungan: Garis Tegak Lurus............................................................19
1. Hubungan..........................................................................................................20
2. Mengkonstruksikan arah ke Garis Tegak Lurus...............................................22
G. Pembuktian Formal dari suatu Teorema...............................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................32
PEMBAHASAN

A. Himpunan (Set), Pernyataan (Statement), dan Penalaran (Reasoning)


Himpunan (Set)
Himpunan merupakan kumpulan dari suatu objek, semua objek tersebut disebut
dengan anggota (element) dari suatu himpunan. Misalkan A={1,2,3 } maka A adalah
suatu himpunan yang beranggotakan 1, 2 dan 3. Di dalam geometri, garis dan sudut merupakan
himpunan-himpunan dari titik-titik.

Pernyataan (Statment)
Definisi “Suatu pernyataan (statement) merupakan himpunan dari kata/simbol yang
secara kolektif menyatakan bahwa pernyataan tersebut benar dan salah”.
Contoh:
Kelompok sebagai pernyataan benar, pernyataan salah, atau bukan merupakan sebuah
pernyataan.
a. 4 +3=7
b. Sebuah sudut memiliki dua sisi.
c. Robert E. Lee bermain shortstop untuk Yankees.
d. 7<3 (menunjukkan “7 kurang dari 3”)
e. Awas!
Pembahasan:
a. Sebuah pernyataan benar.
b. Pernyataan benar
c. Pernyataan salah
d. Pernyataan salah
e. Bukan pernyataan

Contoh:
Asumsikan bahwa pernyataan P dan pernyataan Q benar.
P :4+ 3=7
Q :Suatu sudut memiliki dua Sisi
Klasifikasikan bahwa pernyataan diatas benar atau salah.

1
1. 4 +3 ≠ 7dan Suatu sudut memiliki dua sisi
2. 4 +3 ≠ 7atau Suatu sudut memiliki dua sisi
Pembahasan:
Pernyataan 1 adalah salah karena konjungsi dari “F” dan “T ”
Pernyataan 2 adalah benar karena disjungsi dari “F” atau “T ”

Penalaran (Reasoning)
Penalaran merupakan suatu proses yang didasarkan pada pengalaman dan
prinsip untuk mengambil suatu kesimpulan. Berikut ini merupakan macam-macam
penalaran yang digunakan untuk mengembangkan prinsip matematika
a. Intuisi merupakan suatu ilham yang mengarahkan kepada pernyataan dari suatu teori,
yang mana dengan suatu intuisi memungkikan seseorang untuk membuat pernyataan
tanpa menggunakan penalaran formal.
Contoh:
Perhatikan gambar. 1 di bawah ini adalah suatu segi lima kerena memiliki sisi yang
sama panjang dan lima ukuran sudut yang sama. Apakah benar bahwa panjang garis
putus-putus dari B ke E sama dengan B ke D?

Gambar 1. Segi Lima

Pembahasan:
Dengan menggunakan intuisi menunjukan bahwa panjang bagian garis putus-putus
(disebut dengan diagonal pentagon) adalah sama.
b. Induksi merupakan suatu upaya teroganisir (melalui observasi dan eksperimen) untuk
menguji dan memvalidasi teori sehingga dapat menarik kesimpulan secara umum.
Contoh:
Ketika berada di toko grosir, diketahui terdapat karton yogurt 6 ons. Meskipun rasa dan
mereknya berbeda, masing-masing karton dihargai 75 sen. Apakah kesimpulan dari
permasalan di atas?
Pembahasan:

2
Setiap 6 ons karton yogurt di toko dihargai 75 sen.

Contoh:
Didalam kelas geometri, anda diminta untuk mengukur tiga sudut pada setiap segitiga
yang terdapat pada gambar 2 dibawah ini. Anda menemukan bahwa segitiga I, II, IV
memiliki dua ukuran sudut yang sama. Apa yang dapat anda simpulkan?

Gambar 2 Macam-macam Segitiga

Pembahasan:
Dapat disimpulkan bahwa segitiga yang memiliki dua sisi dengan panjang yang sama
juga memiliki dua sudut dengan ukuran yang sama.
c. Deduksi merupakan suatu argumen formal untuk membuktikan teori yang akan diuji.
Definisi: “Deduksi merupakan suatu tipe penalaran di mana pengetahuan dan
penerimaan asumsi yang dipilih akan menjamin kebenaran akan kesimpulan tertentu”.
Pada contoh berikut ini, akan di gambarkan bentuk penalaran deduktif yang sering
dugunakan dalam pengembangan geometri. Hal ini dikenal sebagai argumen valid,
dimana setidaknya diperlukannya dua pernyataan sebagai fakta; asumsi-asumsi tersebut
disebut dengan premis dari suatu pernyataan. Hal tersebut disebut dengan Law of
Detachment.
Contoh:
Jika anda menerima pernyataan 1 dan 2 adalah benar, apa yang harus anda simpulkan.
1. Jika seorang siswa bermain bola basket di Rockville High School tim, maka dia
adalah atelet yang berbakat
2. Todd bermain di tim basket Rockville High School
Maka kesimpulannya Todd adalah atlet yang berbakat.
Untuk lebih memahami dan mengenal pola penalaran deduktif, perhatikan pernaytaan
berikut ini:

3
Law of Detachment
Misalkan P dan Q merepresentasikan suatu pernyataan, dan diasumsikan bahwa
pernyataan 1 dan 2 benar. Maka C merupakan suatu pernyataan yang valid dari
Premis
kesimpulan

Catatan: Simbol ∴ menyatakan “Oleh karena itu”

Contoh:
Apakah pernyataan dibawah ini valid? Asumsikan bahwa premis 1 dan 2 adalah benar.
1. Jikahujan , makaakan tinggal di rumah
2. Hujan
C . ∴Tinggal di rumah
Pembahasan:
1. Jika P , makaQ
2. P
C.∴Q
Dengan P=¿ Hujan dan Q=¿ Tinggal di rumah
Contoh:
Apakah pernyataan berikut ini valid? Asumsikan bahwa premis 1 dan 2 benar.
1. Jika seorang pria tinggal di London, maka ia tinggal di Inggris.
2. William tinggal di Inggris.
3. William tinggal di London.
Pembahasan:
Pernyataan diatas tidak valid. Di sini, P=¿ "Seorang pria tinggal di London," dan Q=¿
"Seorang pria tinggal di Inggris”. Dengan demikian, bentuk argumen ini adalah
1. Jika P , makaQ
2.Q
C.∴P
Hukum Detasemen akan mengharuskan pernyataan pertama memiliki bentuk
“Jika Q, maka P.”Meskipun pernyataan Q adalah benar, itu tidak memungkinkan kita
untuk menarik kesimpulan yang valid tentang P. Tentu saja, jika William tinggal di
Inggris, ia mungkin tinggal di London, tetapi dia mungkin malah tinggal di Liverpool,
Manchester, Coventry, atau tempat lain yang tak terhitung jumlahnya di Inggris.

4
Masing-masing kemungkinan ini merupakan contoh counterexample guna
membuktikan keabsahan argumen.

Diagram Venn
Himpunan dari objek dalam geometri sering direpresentasikan sebagai gambar
yang disebut dengan Venn Diagram (Diagram Venn). Di dalam suatu diagram venn,
masing-masing himpunan adalah seseuatu yang terbatas (bounded) yang digambarkan
pada suatu lingkarangan atau persegi panjang. Jika pernyataan P dan Q “Jika P, maka
Q” merepresentasikan suatu himpunan dari objek P dan Q masing-masing berlaku
Hukum Detasemen. Ketika suatu diagram ven digunakan untuk merepresentasikan
sebuah pernyataan “jika P, maka Q”, maka sepenuhnya anggota P berada didalam Q; P
adalah subset dari Q. (lihat gambar 3).

Gambar 3. “Jika P , makaQ

Contoh:
Gunakan diagram venn untuk menggambarkan pernyataan berikut ini:
1. Jika seorang siswa bermain bola basket di Rockville High School tim, maka dia
adalah atelet yang berbakat
2. Todd bermain di tim basket Rockville High School
Pembahasan:

Misalkan:
B=¿ Siswa laki-laki di Rockville High yang mengikuti tim bola basket
A=¿ Beberapa orang atlit berbakat.
Untuk merepresentasikan pernyataan “jika seorang pemain bola basket ( B), maka dia
adalah seorang atlit yang berbakat ( A),” maka berdasarkan gambar diagram venn diatas

5
B berada di dalam A. Misalkan T =¿ Todd bermain di tim basket Rockville High
School maka T berada di dalam B. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Todd adalah
atlet yang berbakat.
B. Geometri dan Pengukuran Informal
Geometri adalah struktur matematika yang membicarakan unsur dan relasi yang
ada antara unsur tersebut. Dalam geometri istilah titik, garis, bidang dan ruang
merupakan benda abstrak yang menjadi unsur dasar geometri. Berikut ini beberapa
istilah-istilah yang dapat dijelaskan.
Pengertian titik tidak didefinisikan. Titik tidak mempunyai panjang atau lebar,
tetapi dapat ditentukan letaknya. Titik dapat digambarkan dengan noktah “.” Dan diberi
nama dengan huruf kapital seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 4. Titik

Pengertian garis tidak didefinisikan. Garis merupakan kumpulan titik-titik,


mempunyai panjang tetapi tidak mempunyai lebar, di mana jarak antara dua titik pada
suatu garis dapat diukur. Garis AB dinotasikan dengan AB
´ , garis dapat digambarkan
seperti gambar 5 di bawah ini:

Gambar 5. Garis

Perhatikan gambar 5 (c) titik A , X dan B berada di garis yang sama, maka garis
tersebut disebut dengan kolnier (collinear) maka ada kemungkinan titik yang terletak
diantara A , X , B yaitu A−X−B atau B− X− A, titik X dikatakan antara A dan B. Pada
gambar 6 titik A , B dan C adalah noncollinear. Selanjutnya, akan ditunnjukan mengenai

6
istilah-istilah sudut, segitiga, dan persegi panjang yang ditunjukan pada gambar 6
berikut ini.

Gambar 6. Sudut ABC , Segitiga ¿, dan Persegi Panjang WXYZ

Dengan menggunakan simbol gambar 6 dapat dinotasikan dengan 6(a) ∠ ABC,


6(b) ΔDEF dan ▭ WXYZ.

1. Ukuran Ruas Garis


Instrumen yang digunakan untuk mengukur ruas garis adalah skala sejajar
seperti penggaris, tongkat, pengukur, atau meteran. Secara umum “titik 0” digunakan
untuk menentukan ujung garis.
Contoh:
´ adlah AB=4 dan BC=8.
´ dan BC
Perhatikan gambar garis dibawah ini, panjang AB
´ ?
Maka berapakah panjang dari AC

Pembahasan:
´ sama dengan AB+ BC. Maka,
Dengan menggunakan intuisi, panjang dari AC
AC=4+ 8=12.
2. Ukuran Sudut
Ukuran sudut tidak tergantung pada panjang sisinya tetapi pada jarak yang
terbuka antara sisi. Perhatikan gambar 7 sudut di bawah ini.

Gambar 7. Sudut

7
Perhatikan gambar 8 di bawah ini merupakan instrumen yang digunakan untuk
mengukur sudut menggunakan busur derajat. Misalkan, untuk menyatakan ukuran dari
∠ RST dapat ditulis dengan m∠ RST =50 ° atau dapat dibaca “ukuran dari ∠ RST
adalah 50 derajat”.

Gambar 8. ∠ RST=50°

Contoh:
Perhatikan gambar di bawah ini, sisi sudut dari ABC dan ¿adalah sejajar ( AB
´ ke DE
´ dan
´ ke EF
BC ´ ¿ . Gunakan busur sangkar untuk memutuskan apakah sudut ini memiliki
ukuran yang sama?

Pembahasan:
Benar bahwa kedua sudut memiliki ukuran yang sama yaitu 44 °.
3. Penafsiran (Constructions)
Sebuah lingkaran adalah himpunan dari semua titik di dalam bidang di mana
tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama dari satu titik tertentu.

Contoh:
Perhatikan gambar di bawah ini, titik B terletak pada AC
´ antara A dan C. Jika AC=10
dan AB memiliki 2 bagian lebih panjang dari BC, tentukan panjang x dari AB
´ dan
panjang y dari BC
´ .
Pembahasan:
Karena AB+ BC = AC , maka x + y=10
Karena AB−BC=2 , maka x − y=2
Dengan menambahkan sisi kiri dan kanan pada persamaan ini:
x + y=10
x− y =2

8
2 x=12 jadi x=6.
Jika x=6, maka x + y=10 menjadi 6+ y=10 dan y=4. Maka, AB=6 dan BC=4.

C. Definisi Awal dan Dalil (Postulates)


1. Sistem Matematika
Seperti aljabar, cabang matematika di dalam geometri disebut dengan sistem
matematika. Terdapat empat bagian pada matematika sistem yaitu

a. Undefined term
b. Defined term
c. Axiom or postulates
d. Theorem

2. Karakteristik dari suatu Definisi yang Baik


Definisi “suatu segitiga sama kaki adalah suatu segitiga yang memiliki dua sisi
kongruen”

Didalam menuliskan suatu definisi yang baik, berikut ini beberapa hal yang perlu
diperhatikan berdasarkan definisi diatas:

a. Berikan nama pada bagian yang akan di definisikan


b. Istilahkan ke dalam kategori
c. Untuk menuliskan definisi tidak perlu memberikan fakta yang tidak diperlukan.
d. Definisi tersebut adalah reversible (penggunaan jika dan hanya jika)

Contoh suatu definisi:


Definisi: “Suatu segitiga sama kaki adalah suatu segitiga yang memiliki dua sisi
kongruen”
Definisi: “Suatu ruas garis adalah bagian dari garis yang terdiri atas dua titik, dikenal
dengan titik akhir, dan semua titik-titik antara mereka”

3. Postulat Awal
Perlu diingat bahwa postulat merupakan pernyataan yang dianggap benar.

Postulat 1 “Melalui dua titik Perhatikan simbol-simbol pada tabel berikut ini:
berbeda, hanya ada satu garis”

9
Postulat 2 “Suatu ukuran ruas Implikasi dari postulat 2 adalah:
garis adalah bilangan positif a. Setiap ruas garis memiliki ukuran bilangan
yang unik” b. Hanya ada satu ukuran yang diperbolehkan

Definisi: “Jarak antara titik A dan B adalah panjang dari ruas


garis AB yang menghubungkan dua titik”.

Postulat 3 (Segment-Addition Postulate)


“Jika X adalah titik dari AB
´ dan A−X−B, maka AX+ XB= AB”.
Definisi: “Ruas garis yang Pada tanda
kongruen (≅ ¿adalah dua ruas AB ≅ CDtetapi AB ≇ EF kongruen, tanda ¿)
garis yang memiliki panjang menunjukkan
dengan ukuran sama”. bentuk yang sama,
dan tanda (=)
menunjukkan
ukuran yang sama,
perhatikan gambar
di bawah ini:

Definisi: “Titik tengah dari ruas AM =MB


garis adalah titik yang terpisah 1
AM = ( AB)
dari ruas garis ke dua bagian 2
yang kongruen”. 1
MB= ( AB)
2
AB=2 ( AM )
AB=2(MB)
Definisi: “Sinar garis AB
dinotasikan dengan ⃗ AB adalah
´
gabungan dari ABdan semua
ukuran titik X di AB
´ sedemikian
hingga B diantara Adan X ”.

10
Postulat 4 “Jika dua garis
saling memotong, maka titik
potongnya akan membentuk
sebuah titik”.

Definisi: “Garis sejajar adalah


garis yang terletak dibidang
yang sama tetapi tidak saling
memotong”.

Postulat 5 “Melalui tiga titik noncollinear, hanya terdapat satu bidang”.


Postulat 6 “Jika dua bidang berbeda saling memotong, maka perpotongan tersebut
adalah garis”.
Postulat 7 “Diberikan dua titik berbeda pada sebuah bidang, garis yang memiliki titik
juga teletak pada bidang tesebut”.
Teorema 1.3.1: Titik tengah Bukti: Jika M adalah titik tengah dari AB ´ maka
dari sebuah ruas garis adalah berdasarkan gambar 9, tidak terdapat titik lain yang
unique dapat memisahkan dua bagian yang kongruen.
Pembuktian teorema ini berdasarkan postulate Ruler,
1
yang mana M merupakan titik yang terletak ( AB)
2
yang merupakan kesatuan dari A dan B.

D. Sudut dan Hubungannya


Definisi: Sudut adalah kumpulan titik yang
merupakan gabungan dari dua sinar garis yang
mempunyai titik pangkal yang berserikat.

Postulat 8 “Protractor Postulate”: Ukuran dari sebuah sudut adalah bilangan positif
unique

Tipe Sudut
Macam-macam sudut adalah sebagai berikut:
a. Sudut siku-siku : sudut yang ukurannya 90 °

11
b. Sudut lurus : sudut yang ukurannya 180 °
c. Sudut lancip : sudut yang ukurannya terletak antara 0 ° dan 90 °
d. Sudut tumpul : sudut yang ukurannya terletak antara 90 ° dan 180 °
e. Dua sudut berkomplemen : dua sudut yang jumlahnya ukuran 90 °
f. Dua sudut bersuplemen : dua sudut yang jumlahnya 180 °.
Postulat 9 “angle-Addition Postulate” Jika titik D terletak dibagian dalam sudut ABC,
maka m∠ ABD+ M ∠ DBC=m ∠ ABC.

Gambar 9. Angle-Addition Postulate

Tabel. 2 Macam-macam Sudut


No Sudut Contoh Gambar
1 Sudut lancip m∠ 1=23 °

2 Sudut siku-siku m∠ 2=90 °

3 Sudut tumpul m∠3=112 °

4 Sudut lurus m∠ 4=180 °


5 Sudut reflex m∠ 5=337 °

Contoh:
Perhatikan gambar dibawah ini untuk menentukan m∠ ABC jika:

a. m∠ ABD=27 ° dan m∠ DBC =42 °


b. m∠ ABD=x ° dan m∠ DBC =(2 x−3)°
Pembahasan:
a. Gunakan postulat Angle-Addition
m∠ ABC =m∠ ABD+m ∠ DBC, maka m∠ ABC =27 °+ 42 °=69 °

12
b. m∠ ABC =m∠ ABD+m ∠ DBC=x ° + ( 2 x−3 ) °=( 3 x−3)°

Mengklasifikasikan Pasangan Sudut


Definisi: Dua sudut dikatakan berdekatan (adjacent) (adj. ∠ s ¿ jika kedua sudut
memiliki sebuah simpul dan sisi diantaranya berdampingan.

Definisi: “Sudut kongruen (≌ ∠ s)


adalah dua sudut yang memiliki ukuran
sama”.

Contoh
Diberikan ∠1 ≅ ∠ 2 Tentukan nilai x?
m ∠ 1 = 2x + 15
m ∠ 2 = 3x – 2

Pembahasan ∠1 ≅ ∠ 2 artinya m ∠ 1 = m ∠ 2 sehingga


2 x+15=3 x−2
17=¿ x atau x=17

Definisi: Bisektor dari suatu sudut adalah jika suatu garis yang memotong dua sudut
menjadi kongruen.
m ∠ MNP=m ∠ PNQ
1
m∠ PNQ= m∠ MNQ
2
m∠ MNQ=2 ( m∠ PNQ )
1
m ∠ MNP= m∠ MNQ
2
m∠ MNQ=2(m ∠ MNP)

Definisi: Dua sudut adalah komplementari (complementary) jika jumlah ukuran


sudutnya 90 °, yang mana sudut diantaranya adalah komplemen (complement) dari sudut
lainnya.

Definisi: Dua sudut adalah suplementari (supplementary) jika jumlah ukuran sudutnya
180 °, yang mana sudut dianataranya adalah suplemen (supplement) dari sudut lainnya.

Contoh:
Diberikan m∠1=29 °, tentukan:
a. Komplemen x dari ∠ 1
b. Suplemen y dari ∠ 1
Pembahasan:

13
a. x +29=90 , maka x=61 °; komplemen = 61 °
b. y +29=180 ,maka y=151 °; suplemen = 151 °.

Contoh:
Diberikan ∠ P dan ∠ Q adalah komplemen, dimana
x x
m ∠P = dan m ∠Q =
2 3
Tentukan x ,m ∠ P, m ∠ Q ?
Pembahasan m ∠ P + m ∠ Q = 90
x x
+ = 90
2 3
------------------------------ x 6
x x
6. + 6. = 6. 90
2 3
3 x+ 2 x = 540
5 x = 540
x = 108
x 108
m∠ P = = =54
2 2
x 108
m∠ P = = =36
3 3

3. Mengkonstruksikan Sudut
Kontruksi 3 (mengkontruksi sebuah sudut kongruen)
Diberikan: ∠ RST (Lihat Gambar (a)
Mengkontruksi: Dengan Sinar Garis PQ Sebagai Salah Satu
Sisi, ∠ NPQ ≅ ∠RST
Kontruksi:
Gambar (b): Dengan kompas, tandai sebuah busur untuk
memotong kedua sisi ∠RST di titik G dan H
Gambar (C): Tanpa mengubah radius, tandai sebuah busur
untuk dihubungkan dengan sinar garis PQ di K dan akan
menjadi sisi kedua dari ∠NPQ
Gambar (b): Sekarang tandai sebuah busur untuk
menghitung jarak dari G ke H
Gambar (d): Gunakan radius yang sama seperti langkah
sebelumnya, tandai busur dengan K sebagai pusat untuk
memotong sisi yang akan menjadi sudut kedua yang
diinginkan. Sekarang menggambar sinar p melalui titik
potong dua busur. Sudut yang dihasilkan ∠NPQ adalah
sudut yang diinginkan

14
Teorema 1.4.1: Setiap sudut hanya memiliki satu bisektor.
Pembuktian:
Misalkan l bisektor ∠ ABC
∃ D ∈l , ∋∠ ABC ≌ ∠ DBC
D titik interior ∠ ABC
Maka m∠ ABD+ m∠ DBC=m∠ ABC
⟺ 2 m∠ ABD=m∠ ABC
m∠ ABC
⟺ m∠ ABD= (i)
2
Andai ∃m ≠l; m bisektor ∠ ABC
∃ E ∈ m, ∋∠ ABC ≌∠ EBC
E titik interior ∠ ABC
Dengan cara yang sama pada titik D diperoleh
m∠ ABC
∠ ABE= (ii)
2
Dari (i) dan (ii), diperoleh:
m∠ ABD=m ∠ ABE
∠ ABD ≌∠ ABE
Oleh karena itu, pengandaian m≠ l salah, yang benar m=l Terbukti.

E. Pengantar untuk Membuktikan Geometri


Untuk meyakini prinsip dari geometri, maka diperlukannya sebuah serangkaian
pembuktian.

Tabel 1.5 Sifat persamaan (a, b, dan c adalah bilangan real)


Sifat persamaan pejumlahan Jika a=b maka a+ c=b+ c

15
Sifat persamaan pengurangan Jika a=b maka a−c=b−c
Sifat persamaan perkalian Jika a=b maka a . c=b . c
Sifat persamaan pembagian a b
Jika a=b dan c ≠ 0maka =
c c
Seperti yang kita temukan dalam Contoh 1, beberapa sifat dapat digunakan secara
bergantian.

Contoh 1

Sifat persamaan mana yang membenarkan setiap kesimpulan?

a. Jika 2 x−3=7 maka 2 x=10


b. Jika 2 x=10 maka x=5
Jawab:

a. Addition Property of Equality, menambahkan 3 di setiap sisi persamaan


b. Multiplication Property of Equality, mengalikan setiap ruas persamaan dengan
1
, atau Division Property of Equality; masing-masing sisi persamaan dibagi
2
dengan 2.
Tabel 1.6 selanjutnya aljabar sifat persamaan (a , b , dan c adalah bilangan real)
Sifat reflektif a=a
Sifat simetri Jika a=b , maka b=a
Sifat distributive a ( b+ c )=a . b+a . c
Sifat subtitusi Jika a=b maka a dapat menggantikan b
untuk semua persamaan
Sifat transitif Jika a=b dan b=c maka a=c
Sebelum mempertimbangkan bukti geometris, kita mempelajari bukti aljabar
dalam Contoh 2 dan 3. Setiap pernyataan dalam bukti didukung oleh alasan mengapa
kita dapat membuat pernyataan itu (klaim). Klaim pertama dalam bukti adalah
pernyataan Diberikan; dan urutan langkah-langkah harus diakhiri dengan pernyataan
akhir yang mewakili klaim untuk dibuktikan (disebut pernyataan Buktikan).

Dalam Contoh 2, kami membangun klaim bukti aljabar, "Jika maka" jika
2 x−3=7 maka x=5. Di mana P mewakili pernyataan "2 x−3=7 " dan R mewakili "
x=5" memiliki bentuk teorema "Jika P, maka R." Kami juga menggunakan huruf Q
untuk memberi nama kesimpulan antara “2 x=10” Menggunakan huruf P ,Q, dan R,
kami menunjukkan pengembangan logis untuk bukti di sebelah kiri. Format logis ini
tidak akan disediakan dalam bukti di masa mendatang.

16
Contoh 2

Diberikan: 2 x−3=7

Buktikan: x=5

Bukti
Format Logis Pernyataan Alasan
P 1. 2 x−3=7 Diberikan
Jika P , maka Q 2. 2 x−3+3=7+3 Sifat persamaan
penjumlahan
Q 3. 2 x=10 Subtitusi
Jika Q , maka R 2 x 10 Sifat persamaan
4. =
2 2 pembagian
R 5. x=5 Subtitusi
Menemukan:

Dalam diagram, potongan kayu dipasangkan (dipotong pada sudut)


untuk menjadi sama dan untuk membentuk sudut yang tepat ketika
ditempatkan bersama. Gunakan sifat-sifat aljabar untuk
menjelaskan mengapa ukuran ∠1 dan ∠2 keduanya 45 °. Apa
yang Anda lakukan adalah “bukti” informal.

Jawab:

m∠1+ m∠ 2=90 0 karena m∠1=m∠ 2 kami melihat itu m∠1+ m∠ 2=90 0

Jadi 2. m∠1=900, dan membaginya dengan 2, kami melihat itu m∠ 1=45 0, kemudian
m∠2=45 0 juga.

yang digunakan dalam buku teks ini.

STRATEGI UNTUK BUKTI ■ Garis Bukti Pertama


Aturan Umum: Pernyataan pertama dari bukti mencakup informasi "Diberikan"; juga,
alasan pertama adalah Mengingat. Ilustrasi: Lihat baris pertama dalam bukti Contoh
3.
Contoh 3
Diberikan: A−P−B pada AB
´
Buktikan: AP= AB−PB
Bukti
Pernyataan Alasan

17
1. A−P−B pada AB
´ 1. Diberikan
2. AP+ PB=AB 2. Postulat-Penambahan Segmen
3. AP= AB−PB 3. Sifat persamaan pengurangan

STRATEGI UNTUK BUKTI ■ Pernyataan Terakhir dari Bukti


Aturan Umum: Pernyataan akhir dari bukti adalah pernyataan “Buktikan”. Ilustrasi:
Lihat pernyataan terakhir dalam bukti Contoh 4.

Contoh 4
Buktikan mengggunakan statemen dan alasan.
ST bisect ∠ RSU
Diberikan: ⃗
SV bisect ∠ USW

Bukti: m∠ RST + m∠ VSW =m∠TSV

No Pernyataan Alasan
1 ST bisect ∠ RSU
⃗ Diberikan
2 m∠ RST =m ∠TSU Jika suatu sudut bisektor, maka ukurannya
adalah sama
3 ST bisect ∠ USW
⃗ Menggunakan alasan 1
4 m∠VSW =m∠USV Menggunakan alasan 2
5 m∠ RST + m∠VSW Addition Property of Quality (hal. 38)
¿ m∠ TSU + m∠USV menggunakan persamaan dari pernyataan 2
dan 4.
6 m∠TSU + m∠ USV =m∠TSV Angle-Addition Postulate
7 m∠ RST + m∠VSW =m∠TSV Subsitusi

F. Hubungan-hubungan: Garis Tegak Lurus


Definisi: Garis tegak lurus adalah dua garis yang bertemu untuk membentuk sudut yang
berdekatan kongruen.

STRATEGI UNTUK BUKTI ■ Gambar untuk Bukti


Aturan Umum: Buat gambar yang secara akurat menandai informasi "Diberikan".

18
Ilustrasi: Untuk bukti dari Contoh 1,

Teorema 1.6.1: Jika dua garis tegak lurus maka akan membentuk sudut siku-siku
Bukti:
´ ⊥ CD
Di berikan : AB ´

Bukti : ∠ AEC adalah sudut siku-siku.


Pernyataan Keterangan
1. AB´ ⊥ CD
´ menarik pada E 1. Diberikan
2. ∠ AEC ≅ ∠CEB 2. Garis tegak lurus bertemu
membentuk sudut kongruen yang
berdekatan.
3. m∠ AEC =m∠ AEC 3. Jika kedua sudut kongruen, maka
4. ∠ AEB adalah sudut lurus dan berukuran sama.
m∠ AEB=180 ⁰ 4. Ukuran sudut lurus adalah 180⁰
5. m∠ AEC +m ∠ CEB=m∠ AEB 5. Angle-Addition Postulate
6. m∠ AEC +m ∠ CEB=180⁰
7. 6. Subtitusi
m∠ AEC +m ∠ AEC =180 ⁰ atau2. m∠ AEC=180
7. Subtitusi

8. m∠ AEC =90 ⁰
9. ∠ AEC sebuah sudut siku-siku 8. Pembagian kesetaraan
9. Jika ukuran pada sudut 90⁰, maka
sudut tersebut adalah sudut siku-
siku.

1. Hubungan
Tabel.3 Hubungan Relasi

Relasi R Objek relasi Contoh

19
Adalah sama dengan Bilangan 2+3=5
Lebih besar dari Bilangan 7>5
Tegak lurus terhadap Garis l ⊥m
Bersifat melengkapi Sudut ∠1 terdiri dari∠2
Kongruen Segmen garis AB´ ≅ CD
´

Reflexive Property: aRa (5 = 5 ; persamaan angka memiliki sifat refleksif)


Symmetric Property: jika aRb, kemudian bRa. ( jika l⊥m, kemudian m⊥ l : garis tegak
lurus memiliki sifat simetris)
Transitive Property: jika aRb, kemudian bRc, kemudian aRc. (jika ∠1 ≅ ∠ 2 dan ∠2
≅ ∠ 3, kemudian ∠1 ≅ ∠ 3; kongruen pada sudut memiliki sifat transitif).

Teorema 1.6.2: Jika dua garis berpotongan, maka sudut vertikal yang terbentuk adalah
kongruen.

Bukti:
´ pada O
´ memotong BD
Di berikan : AC

Buktikan : ∠ 2 ≅ ∠ 4
Pembuktian:
Pernyataan Keterangan
´ memotong BD
1. AC ´ pada O 1. Diberikan
2. ∠ s AOC dan DOB lurus ∠ s, dengan 2. Ukuran sudut lurus adalah 180⁰
m∠ DOB=180 °
3. m∠ DOB=m ∠ AOC 3. Subtitusi
4. m∠1+ m∠ 4=∠ DOB dan 4. Angle-Addition Postulate
m∠1+ m∠2=m ∠ AOC
5. m∠1+ m∠ 4=m ∠1+ m∠2 5. Subtitusi
6. m∠ 4=m∠ 2 6. Subtraction Property of Equality
7. ∠ 4 ≅ ∠2 7. Jika dua sudut berukuran sama, maka
8. ∠ 2 ≅ ∠ 4 kongruen.
8. Symmetric Property of Congruence of

20
Angle
Dalam bukti sebelumnya, tidak perlu mengatur ulang sudut kongruen dari
pernyataan 7 ke pernyataan 8 karena kongruensi sudut simetris; dalam karya
selanjutnya, pernyataan 7 akan ditulis untuk mencocokkan pernyataan Buktikan bahkan
jika baris sebelumnya tidak memiliki urutan yang sama. Jenis pemikiran yang sama
berlaku untuk membuktikan garis yang tegak lurus atau paralel: Urutannya tidak
penting!

2. Mengkonstruksikan arah ke Garis Tegak Lurus


Teorema 1.6.3: Didalam sebuah bidang, ada tepat satu garis tegak lurus terhadap titik
pada garis.

Teorema 1.6.4: Bisektor tegak lurus dari suatu segmen garis adalah unique.

G. Pembuktian Formal dari suatu Teorema


Sebagaimana disebutkan pada 1.3 bahwa pernyataan yang dapat dibuktikan
disebut teorema. Untuk memahami bukti formal dari suatu teorema, terlebih dahulu
perlu memahami istilah hipotesis (hypothesis) dan kesimpulan (conclusion). Hipotesis
dari sebuah pernyataan menggambarkan situasi yang diberikan, sedangkan
kesimpulannya menggambarkan apa yang perlu dibuktikan. Ketika sebuah pernyataan
memiliki bentuk "Jika H, maka C," hipotesisnya adalah H dan kesimpulannya adalah C.
Beberapa teorema harus ditulis ulang agar sesuai dengan bentuk "Jika . . . , maka . . . ”
sehingga hipotesis dan kesimpulan mudah dikenali.

Contoh 1:
Tentukan hipotesis H dan kesimpulan C untuk masing-masing pernyataan berikut.
a) Jika dua garis berpotongan, maka vertical angles (sudut saling bertolak belakang)
yang terbentuk kongruen.
b) Semua sudut right angles (siku-siku) adalah kongruen.
c) Garis sejajar tidak berpotongan.
d) Garis-garis dikatakan perpendicular (tegak lurus) apabila garis-garis tersebut
bertemu dan membentuk adjacent angles (sudut yang berdekatan) kongruen.
Penyelesaian
a) Pernyataannya telah sesuai dengan bentuk "Jika. . . , maka . . . ” sehingga:

21
H: Dua garis berpotongan.
C: Vertical angles (sudut saling bertolak belakang) yang terbentuk adalah kongruen
b) Perlu ditulis ulang: jika dua sudut adalah sudut siku-siku (right angles), maka sudut
tersebut kongruen.
H: Dua sudut adalah sudut siku-siku (right angles).
C: Sudut tersebut kongruen.
c) Perlu ditulis ulang: jika dua garis saling sejajar, maka garis-garis tersebut tidak
berpotongan.
H: Dua garis saling sejajar.
C: Garis-garis tersebut tidak berpotongan.
d) Disusun ulang: jika dua garis bertemu dan membentuk adjacent angles (sudut yang
berdekatan) kongruen, maka garis-garis tersebut tegak lurus (perpendicular).
H: Dua garis bertemu dan membentuk adjacent angles (sudut yang berdekatan)
kongruen.
C: Garis-garis tersebut tegak lurus (perpendicular).
Mengapa perlu membedakan antara hipotesis dan kesimpulannya? Pada suatu
teorema, hipotesis menentukan apa yang diberikan (Given) dan Drawing. Given
memberikan deskripsi tentang karakteristik gambar (Drawing) yang diketahui.
Kesimpulan (Prove) menentukan hubungan yang ingin dijalin (dibuat) dalam Gambar.

Bagian-bagian penting dari bukti formal suatu teorema yang harus ditulis yakni:

1) Pernyataan : Menyatakan teorema yang akan dibuktikan.


2) Gambar (Drawing) : Merupakan hipotesis teorema.
3) Diberikan (Given) : Menjelaskan Gambar sesuai dengan informasi yang ditemukan/
diberikan dalam hipotesis teorema.
4) Buktikan(Prove) : Menjelaskan Gambar sesuai dengan klaim yang dibuat dalam
kesimpulan teorema.
5) Bukti (Proof) : Memerintahkan daftar claims (Pernyataan) dan justifikasi
(Alasan), dimulai dengan “diberikan” dan berakhir dengan “buktikan”; harus ada alur
logis dalam Bukti ini.

Aspek yang paling sulit dari bukti formal adalah proses berpikir yang harus
terjadi antara bagian 4 dan 5. Rencana atau analisis permainan ini melibatkan

22
penyimpulan dan pengurutan kesimpulan berdasarkan situasi yang diberikan. Seseorang
harus agak seperti pengacara, memilih klaim yang membantu membuktikan kasus
sambil membuang yang tidak berguna (tidak dibutuhkan dalam pembuktian). Dalam
proses menyusun pernyataan, mungkin dibutuhkan proses berpikir dalam urutan
terbalik, seperti:

The Prove statement would be true if what else were true?


Bukti akhir harus diatur dalam urutan yang memungkinkan seseorang untuk
berargumentasi dari pernyataan sebelumnya ke klaim kemudian dengan menggunakan
deduksi (mungkin beberapa kali). Di mana prinsip P memiliki bentuk "Jika H, maka C,"
sebagaimana urutan logis berikut.

H: hipotesis ← pernyataan bukti


P: prinsip ← alasan pembuktian
∴ C: kesimpulan← pernyataan berikutnya dalam bukti
Contoh 2

Buktikan teorema 1.6.1 Jika dua garis saling tegak lurus, maka garis-garis tersebut
bertemu dan membentuk sudut siku-siku.

Langkah-langkah Pembuktian:

1. Statement Jika dua garis saling tegak lurus, maka garis-garis tersebut
bertemu dan membentuk sudut siku-siku.
2. Drawing Dua garis saling tegak lurus (Hypothesis).

3. Given Diberikan AB´ ⊥ CD


´ berpotongan di E
4. Prove Buktikan ∠ AEC adalah sudut siku-siku (Conclusion).
5. Proof
Pernyataan Alasan
´ ⊥ CD
10. AB ´ berpotongan di E 10. Diberikan
11. Garis tegak lurus bertemu membentuk

23
11. ∠ AEC ≅ ∠CEB sudut berdekatan yang
(berdasarkan definisi).
12. Jika dua sudut kongruen, maka
(besar sudutnya) sama.
12. m∠ AEC =m∠ CEB 13. Ukuran sudut lurus adalah 180⁰

13. ∠ AEB adalah sudut lurus dan 14. Angle-Addition Postulate


m∠ AEB=180⁰
14. m∠ AEC +m ∠CEB=m∠ AEB
15. m∠ AEC +m ∠ CEB=180⁰ 15. Subtitusi
16. 16. Subtitusi
m∠ AEC +m ∠ AEC =180⁰ atau2. m∠ AEC=180⁰
17. m∠ AEC =90⁰ 17. Division Property of Equality
18. ∠ AEC sebuah sudut siku-siku 18. Jika ukuran/ besar sudut adalah 90⁰, maka
sudut tersebut adalah sudut siku-siku

Kebalikan (converse) dari pernyataan "Jika P, maka Q" adalah "Jika Q, maka P."
Yaitu, kebalikan dari pernyataan yang diberikan menukar hipotesis dan kesimpulannya.
Perhatikan contoh berikut:

Pernyataan : Jika seseorang tinggal di London, maka orang itu tinggal di


Inggris.
Converse : Jika seseorang tinggal di Inggris, maka orang itu tinggal di
London.
Seperti yang ditunjukkan di atas, pernyataan yang diberikan adalah benar, sedangkan
kebalikannya salah. Terkadang kebalikan dari pernyataan yang benar juga benar.
Faktanya, Contoh 3 menyajikan bukti formal dari Teorema 1.7.1, yang merupakan
kebalikan dari Teorema 1.6.1.
Sekali teorema telah terbukti, maka dapat disebut sebagai alasan dalam
pembuktian selanjutnya. Dengan demikian, setiap teorema yang ditemukan di bagian ini
dapat digunakan untuk pembenaran dalam masalah bukti yang ditemukan di bagian
selanjutnya.

Bukti yang mengikuti hampir lengkap! Sulit untuk memberikan bukti formal
lengkap yang menjelaskan "bagaimana" dan secara bersamaan menyajikan bentuk akhir
yang dipoles. Contoh 3 menggambarkan bukti yang dipoles. Tidak terlihat proses
berpikir dan kertas coretan yang diperlukan untuk menyatukan puzzle ini.

24
Bukti teorema tidak tunggal (unique)! Misalnya, Gambar siswa tidak perlu
cocok, meskipun hubungan yang sama harus ditunjukkan. Tentu saja, surat yang
berbeda kemungkinan akan dipilih untuk Gambar yang menggambarkan hipotesis.

Teorema 1.7.1: Jika dua garis bertemu dan membentuk sudut siku-siku, maka garis-
garis tersebut tegak lurus.
Bukti:
Jika dua garis bertemu dan membentuk sudut siku-siku, maka garis-garis tersebut tegak
lurus.
´ berpotongan di E sedemikian hingga ∠ AEC merupakan sudut
´ dan CD
Diberikan : AB
siku-siku (gambar 1.66).

´ ⊥ CD
Buktikan: AB ´
Bukti:
Pernyataan Alasan
1. AB dan CD berpotongan sedemikian Diberikan
´ ´
hingga ∠ AEC adalah sudut siku-siku
2. m∠ AEC =90 ° Jika suatu ∠ adalah sudut siku-siku,
maka ukuran sudutnya 90 °
3. ∠ AEB adalah sudut lurus ∠, maka Jika suatu ∠ adalah sudut lurus, maka
m∠ AEB=180 ° ukuran sudutnya 180 °
4. m∠ AEC +m ∠CEB=m∠ AEB Angle-Addition Postulate
5. 90 ° +m∠CEB=180 ° Subsitusi (2, 3, 4)
6. m∠CEB=90° Subraction Property of Equality (6)
7. m∠ AEC =m∠ CEB Subsitusi (2, 6)
8. ∠ AEC ≌ ∠CEB Jika dua ∠ s mempunyai ukuran sama,
maka ∠ s adalah ≌
´ ⊥ CD
9. AB ´ Jika dua garis membentuk ≌ adjacent
∠ s, maka garis-garis tersebut adalah ⊥

Berikut teorema-teorema tambahan yang pembuktiannya diberikan sebagai latihan.

25
Teorema 1.7.2: Jika dua sudut saling berkomplemen pada sudut yang sama (atau pada
sudut yang kongruen) maka kedua sudut tersebut kongruen.
Teorema 1.7.3: Jika dua sudut saling bersuplemen pada sudut yang sama (atau pada
sudut yang kongruen) maka kedua sudut tersebut kongruen.
Teorema 1.7.4: Dua sudut siku-siku adalah kongruen
Teorema 1.7.5: Jika sisi luar dari dua sudut lancip berdekatan membentuk garis tegak
lurus, maka sudut-sudut tersebut saling berkomplemen (complementary).
Bukti:
Untuk membuktikan teorema 1.7.5, digunakan bukti informal yang disebut picture
proof.
Perhatikan bukti gambar dari teorema 1.7.5 berikut ini:
BA ⊥ ⃗
Diberikan: ⃗ BC
Buktikan : ∠ 1 dan ∠ 2 saling berkomplemen
BA ⊥ ⃗
Bukti: karena ⃗ BC, maka ∠ 1 dan ∠ 2adalah bagian
dari sudut siku-siku. Dengan demikian
m∠1+ m∠ 2=90 °, jadi ∠ 1 dan ∠ 2 saling
berkomplemen (complementary).

Teorema 1.7.6: Jika sisi luar dari dua sudut yang berdekatan membentuk garis lurus,
maka sudut-sudut tersebut saling bersuplemen (supplementary).
Diberikan: ∠ 3dan ∠ 4 dan EG
´

Buktikan: ∠ 3dan ∠ 4 saling bersuplemen (supplementary)


Bukti:
Pernyataan Alasan
1. ∠ 3dan ∠ 4 dan EG
´ Diberikan
2. m∠ 3+ m∠ 4=m∠ EFG Angle-Addition Postulate
3. ∠ EFG adalah sudut lurus Jika sisi-sisi suatu sudut adalah sinar
berseberangan, maka sudut tersebut
adalah sudut lurus
4. m∠ EFG=180 ° Ukuran sudut lurus adalah 180 °
5. m∠ 3+ m∠ 4=180 ° Subsitusi

26
6. ∠ 3dan ∠ 4 adalah suplementari Jika jumlah ukuran dari dua sudut adalah
180 ° , maka sudut tersebut adalah
bersuplemen (supplementary).

Teorema 1.7.7: Jika dua ruas garis adalah kongruen, maka titik tengahnya memisahkan
ruas tersebut ke dalam empat ruas yang kongruen.
Teorema 1.7.8: Jika dua sudut kongruen, maka bisektornya membagi sudut-sudut
tersebut ke dalam empat sudut yang kongruen.

PERSPEKTIF TENTANG APLIKASI


POLA
Dalam banyak studi matematika, telah dicari pola yang berhubungan dengan himpunan
hitungan bilangan N={1,2,3,4,5 ,. . . }. Beberapa pola ini adalah geometric dan diberi
nama khusus yang mencerminkan konfigurasi dari himpunan titik-titik. Sebagai contoh,
himpunan bilangan kuadrat ditunjukkan secara geometris pada Gambar 1.70 dan, tentu
saja, sesuai dengan bilangan 1, 4, 9, 16, . . . .

Contoh 1
Temukan angka keempat dalam pola angka segitiga yang ditunjukkan pada Gambar
1.71 (a).

PENYELESAIAN
Menambahkan baris 4 poin di bagian bawah, sebagaimana diagram yang ditunjukkan
pada Gambar 1.71 (b), yang berisi 10 poin. Angka segitiga keempat adalah 10.

27
Beberapa pola geometri mengarah pada prinsip yang dikenal sebagai postulat dan
teorema. Salah satu prinsip yang akan kita gali dalam contoh berikut didasarkan pada
jumlah diagonal yang ditemukan dalam poligon dengan jumlah sisi tertentu. Diagonal
poligon (gambar banyak sisi) menyatukan dua simpul poligon yang tidak berurutan.
Tentu saja, bergabung dengan dua simpul segitiga mana pun akan menentukan sisi;
dengan demikian, segitiga tidak memiliki diagonal. Dalam Contoh 2, jumlah sisi
poligon dan jumlah diagonal ditunjukkan.
CONTOH 2
Titik tengah sisi persegi digunakan untuk menghasilkan gambar baru dalam urutan yang
ditunjukkan pada Gambar 1.74 (a). Gambarlah angka keempat.

PENYELESAIAN
Dengan melanjutkan menambah dan menggabungkan titik tengah pada gambar ketiga,
terbentuk sebuah gambar sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.74(b)

Perhatikan bahwa setiap gambar baru di dalam gambar sebelumnya juga kotak!

28
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, D. C., & Koeberlein, G. M. (2014). Elementary Geometry for College


Students 6E. USA

29

Anda mungkin juga menyukai