Disusun Oleh
Kelompok 1:
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Teori Bilangan, dengan judul “Metode Pembuktian dalam
Matematika”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi khalayak luas.
Jayapura, 17 Februari
Penulis
ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bukti menurut Educational Development Center (2003) pembuktian adalah suatu argumentasi
logis yang menetapkan kebenaran suatu pernyataan. Argumentasi memperoleh kesimpulannya dari
premis pernyataan, teorema lain, definisi. Logis berarti setiap langkah dalam argumentasi dibenarkan
oleh langkah-langkah sebelumnya.
Dalam proses pembuktian, dapat melibatkan diagram, kalimat verbal, simbolik, atau program
komputer. Griffiths (dalam Weber, 2003) menyatakan bahwa bukti matematik adalah suatu cara
berpikir formal dan logis yang dimulai dengan aksioma dan bergerak maju melalui langkahlangkah
logis sampai pada suatu kesimpulan.
Adapun tujuan pembuktian menurut Educational Development Center (2003) adalah untuk:
(1) menyusun fakta dengan pasti, (2) memperoleh pemahaman, (3) mengkomunikasikan gagasan
kepada orang lain, (4) tantangan, (5) membuat sesuatu menjadi indah, dan (6) mengkonstruksi teori
matematika.
Metode pembuktian diperlukan untuk meyakinkan kebenaran pernyataan atau teorema yang pada
umumnya berbentuk implikasi atau biimpilikasi. Pembuktian pernyataan implikasi menurut Martono
(1999) antara lain terdiri atas metode bukti langsung, metode bukti tak langsung (bukti dengan
kontraposisi dan kontradiksi). Untuk membuktikan pernyataan yang berlaku untuk semua bilangan
asli digunakan bukti dengan induksi matematik.
Berdasarkan uraian diatas, maka pada makalah ini akan dibahas metode pembuktian dalam
matematika yang secara umum ada tiga metode pembuktian yaitu pembuktian langsung, pembuktian
tak langsung, dan induksi matematika.
Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu:
1.3 Tujuan
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas berbagai metode pembuktian dalam matematika sebagai dasar
untuk mempelajari ide-ide matematika deduktif dalam teori bilangan dan bidang matematika lainnya.
Secara umum, ada tiga metode pembuktian dalam matematika, yaitu pembuktian langsung,
pembuktian tidak langsung dan induksi matematika.
Pembuktian pernyataan implikasi menurut Martono (1999) antara lain terdiri atas metode
bukti langsung, dan metode bukti tak langsung (bukti dengan kontraposisi dan kontradiksi). Untuk
membuktikan pernyataan yang berlaku untuk semua bilangan asli digunakan bukti denganinduksi
matematika.
Pembuktian suatu teorema dalam matematika, yang biasanya berbentuk pernyataan implikasi,
dapat dilakukan dengan metode pembuktian langsung. Proses pembuktian pernyataan implikasi
berbentuk "jika p, maka q" (∀m[ p(m) → q(m)]) dilakukan dengan cara berikut. Kita gunakan
pernyataan p (q(m))sebagai suatu informasi, lalu informasi tersebut diolah hingga diperoleh
pernyataan q (q (m)).
Definisi 2.1
Misalkan n adalah bilangan bulat. n disebut bilangan bulat genap jika n dapat dibagi dengan 2,
artinya jika ada bilangan bulat r sehingga n = 2 r.
Jika n tidak genap, maka disebut n bilangan bulat ganjil dan dalam hal ini ada bilangan bulat s
sehingga n = 2s + 1.
Teorema 2.1
Untuk semua bilangan bulat m dan n, jika m dan n keduanya ganjil, maka m + n genap.
Bukti
v
Dengan hokum komutatif, asosiatif, dan distributive terhadap penjumlahan (untuk
bilanganbilangan bulat). karena s, t ∈ ℤ Maka s + t + 1 = c ∈ ℤ. Karena m + n = 2c dan dari definisi
2.1 disimpulkan bahwa m + n adalah genap
Teorema 2.2
Untuk semua bilangan bulat m dan n, jika m dan n keduanya ganjil, maka pergandaan mn juga
ganjil.3
Bukti
Sehingga
mn = ( 2s + 1 )( 2t +1 ) = 4st + 2s + 2t +1
Dengan 2st + s + t bilangan bulat genap. Jadi, menurut definisi 2.1 disimpulkan bahwa
mn ganjil.
Teorema 2.3
Bukti
Sehingga
m + 5 = 2s + 5 = 2s+ 4 + 1 = 2(s + 2) + 1
Contoh 2.1
Penyelesaian:
vi
Akibatnya x 2 = (2k + 1)² = 4k² + 4k + 1 = 2(2k² + 2k) + 1.
Karena hasil kali dua buah bilangan bulat adalah bilangan bulat, jumlah dua bilangan bulat adalah
bilangan bulat, serta x² dapat ditulis dalam bentuk 2m + 1 , dengan m = 2k² + 2k yang juga
merupakan bilangan bulat, maka jelaslah bahwa x² merupakan bilangan ganjil.
Ada dua cara pembuktian pernyataan matematis berbentuk implikasi dengan metode bukti tak
langsung. Pertama, pembuktian dengan menggunakan kontraposisi. Kedua, pembuktian dengan
menggunakan kontradiksi.
Pernyataan implikasi "jika p, maka q" ekuivalen dengan pernyataan kontraposisinya, yaitu "jika
bukan q, maka bukan p”.
Jika sebuah teorema berbentuk ∀m[p(m) → q(m)] maka teorema dibuktikan menggunakan
pernyataan yang ekuivalen (kontraposisinya), yaitu: ∀m[–q(m) →
–p(m)]. Jadi, diasumsikan –q(m) benar untuk sebarang m di SP. Kemudian ditunjukkan kebenaran
dari –q (m).
Contoh 2.2.1
Bukti :
Definisi 2.2
Dua bilangan bulat m dan n dikatakan mempunyai paritas sama jik m dan n keduanya ganjil atau
genap.
Teorema 2.4
Jika m dan n bilangan-bilangan bulat dengan m + n genap, maka m dan n mempunyai paritas sama.
Bukti:
Misalkan m dan n mempunyai paritas tidak sama (berlawanan). Dengan tidak mengurangi
keumuman, misalka m ganjil, genap dan n. Maka terdapat s,t ∈ ℤ
vii
sedemikian hingga m = 2s dan n = 2t + 1
Sehingga
Jadi, m + n ganjil
Contoh 2.2.1
Penyelesaian:
Perhatikan bahwa kontraposisi dari pernyataan yang perlu dibuktikan adalah pernyataan berikut.
Karena setiap bilangan yang tak genap adalah bilangan ganjil, maka pernyataan
Perhatikan bahwa pernyataan ini sama dengan pernyataan pada Contoh 2.1. Jadi,
Contoh 2.2.2
Jika n bilangan bulat dan n bilangan genap, maka 7n + 9 adalah bilangan ganjil.
Pernyataan p adalah ‘n bilangan genap’ sedangkan pernyataan q ialah ‘7n + 9’ adalah bilangan ganjil.
Buktikan pernyataan n bukan bilangan genap ( bilangan ganjil). Dengan begitu, untuk ‘7n + 9’
adalah bilangan ganjil’ benar akan muncul kontradiksi.
Bukti
viii
Umpamakan bilangan ganjil sembarang n.
Dari definisi bilangan ganjil, n dapat dinyatakan sebagai n = 2k + 1, dengan k bilangan bulat.
7(2k + 1) + 9 = 14k + 10
= 2∙7k + 2∙5
= 2(7k + 5)
Sehingga :
7n + 9 = 14k + 10 = 2m.
Pernyataan 14k + 10 atau 7n + 9 menyatakan bahwa nilainya 2 kali suatu bilangn bulat.
Padahal, itu merupakan definisi bilangan genap. Hal ini berkontradiksi dengan asumsi awal yang
menyatakan 7n + 9 adalah bilangan ganjil. Itu artinya, asumsi awal n adalah bilangan ganjil salah.
Induksi Matematika
Pembuktian dengan induksi matematika digunakan untuk yang berlaku untuk semua bilangan
bulat positif. Sebagai materi prasyarat dalam membahas hal ini kita perlu membahas WellOrdering
Principle dan Sifat Archimedes.
Setiap himpunan bagian tak kosong S dari himpunan bilangan bulat non-negatif memiliki
anggota terkecil, yaitu terdapat suatu bilangan bulat a ∈ s demkian sehingga a ≤ b untuk setiap b
∈s
Jika dan adalah sembarang bilangan bulat postif, maka terdapat sebuah bilangan bulat positif
dengan demikian sehingga na ≥ b
Andaikan penyataan dalam teorema tidak benar, yaitu untuk suatu bilangan positif a dan b
Berlaku na < b untuk setiap n bilangan bulat positif. Akibatnya, himpunan S berikut berisi
ix
S = { b – na |n sebuah bilangan bulat positif}
sebagai anggota kecil dari S. Dengan demikaian pengandaian salah. Jadi, pernyataan Sifat
Archimedes benar.
Prinsip pertama Induksi Berhingga (Finite Induction) berikut merupakan landasan untuk
metode pembuktian yang dikenal dengan nama Induksi Matematika ( Mathematical Induction).
Andaikan T adalah himpunan tak kosong berisi semua bilang positif yang tidak berada di
anggota terkecilnya. Karena 1 ∈ s , maka a > 1. Akibatnya 0 < a − 1 < a . Karena a adalah
himpunan kosong. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa S berisi semua bilangan
positif.
Contoh 1.4
x
Penyelesaian:
berikut benar.
Kedua, andaikan bahwa k ∈ s, dengan k adalah sembarang bilangan bulat tetap. Akibat
berlaku :
1 + 3 + + … + (2k − 1) = k²
Ketiga, untuk kasus (k + 1), dengan kedua ruasnya ditandai dengan (2(k + 1) − 1), maka
k² + (2( k + 1) − 1) = k² + 2k + 2 − 1
= k ² + 2k + 1
= ( k + 1)²
Dengan demikian, untuk kasus ( k + 1), pernyataan (*) dapat ditulis menjadi:
diatas, kita telah menunjukkan bahwa himpunan S mengandung bilangan bulat ( k + 1) jika
mengandung bilangan bulat . Oleh karena itu, menurut Teorema 1.2, S haruslah merupakan
himpunan semua bilangan bulat positif, yakni, penyataan (*) berlaku untuk = 1,2,3, ….
Contoh 1.5
xi
1 + 2 + 2² + 23 + … + 2n−1 = 2n − 1, untuk setiap bilangan bulat positif .
Penyelesaian:
berikut benar.
1 + 2 + 2² + 23 + … + 2n−1 = 2n − 1
Pertama, untuk n = 1, maka pernyataan (**) merupakan pernyataan yang benar yaitu 1 =
2 − 1. Dengan demikian, 1 ∈ S.
1
1 + 2 + 2² + 23+ … + 2k−1 = k² − 1
Ketiga, Untuk kasus n = k + 1, maka pernyataan terakhir ini dapat ditulis dengan
1 + 2 + 2² + 23 + … + 2( k+1)−1= 2k − 1 + 2( k+1)−1
= 2k − 1 + 2k
= 2 × 2k − 1
= 2k=1− 1
prinsip induksi pada Teorema 1.2, maka S merupakan himpunan semua bilangan bulat
Selain prinsip induksi pertama, tertuang pada Teorema1.2, yang sering digunakan, ada juga
prinsip induksi kedua yang kadang lebih mudah digunakan untuk membuktikan pernyataan
xii
b) Jika adalah anggota S, maka ( k + 1) haruslah anggota S.
Andaikan T adalah himpunan bilangan bulat positif tak kosong yang tak berada di S.
Misalkan n adalah bilangan bulat terkecil anggota T. Akibatnya, menurut sifat a) , n > 1.
bahwa anggota dari T. dengan demikian T adalah himpunan kosong. Oleh karena itu, kita
Contoh 1.7
Penyelesaian:
xiii
= ( a + 1)(a k − 1) – a (a k−1− 1)
Pernyataan ini benar untuk kasus n = k + 1. Dengan demikian, berdasarkan prinsip induksi
LATIHAN SOAL
xiv
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
matematika deduktif dalam teori bilangan dan bidang matematika lainnya. Secara umum,
ada tiga metode pembuktian dalam matematika, yaitu pembuktian langsung, pembuktian
Pembuktian pernyataan implikasi menurut Martono (1999) antara lain terdiri atas
metode bukti langsung, dan metode bukti tak langsung (bukti dengan kontraposisi dan
kontradiksi). Untuk membuktikan pernyataan yang berlaku untuk semua bilangan asli
pernyataan implikasi berbentuk "jika p, maka q". Ada dua cara pembuktian pernyataan
matematis berbentuk implikasi dengan metode bukti tak langsung. Pertama, pembuktian
Pembuktian dengan induksi matematika digunakan untuk yang berlaku untuk semua
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?
id=6pK0DwAAQBAJ&prinsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
xv
https://www.gramedia.com/literasi/contoh-soal-induksi-matematika/
xvi