Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

METODE PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA

Dosen Pengampu : Yosefin R. Hadiyanti, S.Pd., M.Pd.;

Agnes Teresa Panjaitan, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh

Kelompok 1:

Arifan Janatuh (2021011034007)

Yehezkiel Rantumbanua (2022011034015)

Wa Ode Chelsi Nur (2022011034018)

Sisca Liunokas (2022011034021)

FAKULTAS KEGURUANAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Teori Bilangan, dengan judul “Metode Pembuktian dalam
Matematika”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi khalayak luas.

Jayapura, 17 Februari

Penulis

ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1

1.3 Tujuan..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2

2.1 Bukti Langsung....................................................................................................2

2.2 Bukti Tak Langsung.............................................................................................4

2.3 Induksi Mateamtika..............................................................................................6

2.4 Latihan Soal.........................................................................................................12

BAB III PENUTUP....................................................................................................13

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bukti menurut Educational Development Center (2003) pembuktian adalah suatu argumentasi
logis yang menetapkan kebenaran suatu pernyataan. Argumentasi memperoleh kesimpulannya dari
premis pernyataan, teorema lain, definisi. Logis berarti setiap langkah dalam argumentasi dibenarkan
oleh langkah-langkah sebelumnya.

Dalam proses pembuktian, dapat melibatkan diagram, kalimat verbal, simbolik, atau program
komputer. Griffiths (dalam Weber, 2003) menyatakan bahwa bukti matematik adalah suatu cara
berpikir formal dan logis yang dimulai dengan aksioma dan bergerak maju melalui langkahlangkah
logis sampai pada suatu kesimpulan.

Adapun tujuan pembuktian menurut Educational Development Center (2003) adalah untuk:
(1) menyusun fakta dengan pasti, (2) memperoleh pemahaman, (3) mengkomunikasikan gagasan
kepada orang lain, (4) tantangan, (5) membuat sesuatu menjadi indah, dan (6) mengkonstruksi teori
matematika.

Metode pembuktian diperlukan untuk meyakinkan kebenaran pernyataan atau teorema yang pada
umumnya berbentuk implikasi atau biimpilikasi. Pembuktian pernyataan implikasi menurut Martono
(1999) antara lain terdiri atas metode bukti langsung, metode bukti tak langsung (bukti dengan
kontraposisi dan kontradiksi). Untuk membuktikan pernyataan yang berlaku untuk semua bilangan
asli digunakan bukti dengan induksi matematik.

Berdasarkan uraian diatas, maka pada makalah ini akan dibahas metode pembuktian dalam
matematika yang secara umum ada tiga metode pembuktian yaitu pembuktian langsung, pembuktian
tak langsung, dan induksi matematika.

1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu:

1. Apa saja metode pembuktian dalam matematika

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui metode pembuktian dalam matematika

iv
BAB II

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas berbagai metode pembuktian dalam matematika sebagai dasar
untuk mempelajari ide-ide matematika deduktif dalam teori bilangan dan bidang matematika lainnya.
Secara umum, ada tiga metode pembuktian dalam matematika, yaitu pembuktian langsung,
pembuktian tidak langsung dan induksi matematika.

Pembuktian pernyataan implikasi menurut Martono (1999) antara lain terdiri atas metode
bukti langsung, dan metode bukti tak langsung (bukti dengan kontraposisi dan kontradiksi). Untuk
membuktikan pernyataan yang berlaku untuk semua bilangan asli digunakan bukti denganinduksi
matematika.

2.1 Bukti Langsung

Pembuktian suatu teorema dalam matematika, yang biasanya berbentuk pernyataan implikasi,
dapat dilakukan dengan metode pembuktian langsung. Proses pembuktian pernyataan implikasi
berbentuk "jika p, maka q" (∀m[ p(m) → q(m)]) dilakukan dengan cara berikut. Kita gunakan
pernyataan p (q(m))sebagai suatu informasi, lalu informasi tersebut diolah hingga diperoleh
pernyataan q (q (m)).

 Definisi 2.1

Misalkan n adalah bilangan bulat. n disebut bilangan bulat genap jika n dapat dibagi dengan 2,
artinya jika ada bilangan bulat r sehingga n = 2 r.

Jika n tidak genap, maka disebut n bilangan bulat ganjil dan dalam hal ini ada bilangan bulat s
sehingga n = 2s + 1.

Teorema 2.1

Untuk semua bilangan bulat m dan n, jika m dan n keduanya ganjil, maka m + n genap.

Bukti

Karena m dan n ganjil, maka m = 2s + 1 dan n = 2t + 1 untuk s, t ∈ ℤ (definisi 2.1). Sehingga,

m + n = (2s + 1) + (2t + 1) = 2(s+ t + 1)

v
Dengan hokum komutatif, asosiatif, dan distributive terhadap penjumlahan (untuk
bilanganbilangan bulat). karena s, t ∈ ℤ Maka s + t + 1 = c ∈ ℤ. Karena m + n = 2c dan dari definisi
2.1 disimpulkan bahwa m + n adalah genap

Teorema 2.2

Untuk semua bilangan bulat m dan n, jika m dan n keduanya ganjil, maka pergandaan mn juga
ganjil.3

Bukti

Karena m dan n ganjil, maka m = 2s + 1 dan n = 2t + 1 untuk s, t ∈ ℤ (definisi 2.1)

Sehingga

mn = ( 2s + 1 )( 2t +1 ) = 4st + 2s + 2t +1

Dengan 2st + s + t bilangan bulat genap. Jadi, menurut definisi 2.1 disimpulkan bahwa

mn ganjil.

Teorema 2.3

Jika m bilangan bulat genap, maka m + 5 ganjil

Bukti

Karena m genap, maka m = 2s untuk , s ∈ ℤ

Sehingga

m + 5 = 2s + 5 = 2s+ 4 + 1 = 2(s + 2) + 1

Karena s + 2 bilangan bulat, maka m + 5 adalah bilangan bulat ganjil.

Jadi, menurut definisi 2.1 disimpulkan bahwa m + n ganjil.

Contoh 2.1

Buktikan pernyataan berikut.

Jika x adalah bilangan ganjil, maka x 2 adalah bilangan ganjil.

Penyelesaian:

Perhatikan bahwa bilangan ganjil x dapat ditulis sebagai x = 2k + 1, k ∈ ℤ

vi
Akibatnya x 2 = (2k + 1)² = 4k² + 4k + 1 = 2(2k² + 2k) + 1.

Karena hasil kali dua buah bilangan bulat adalah bilangan bulat, jumlah dua bilangan bulat adalah
bilangan bulat, serta x² dapat ditulis dalam bentuk 2m + 1 , dengan m = 2k² + 2k yang juga
merupakan bilangan bulat, maka jelaslah bahwa x² merupakan bilangan ganjil.

2.2 Bukti Tak Langsung

Ada dua cara pembuktian pernyataan matematis berbentuk implikasi dengan metode bukti tak
langsung. Pertama, pembuktian dengan menggunakan kontraposisi. Kedua, pembuktian dengan
menggunakan kontradiksi.

2.2.1 Pembuktian dengan Kontraposisi

Pernyataan implikasi "jika p, maka q" ekuivalen dengan pernyataan kontraposisinya, yaitu "jika
bukan q, maka bukan p”.

Jika sebuah teorema berbentuk ∀m[p(m) → q(m)] maka teorema dibuktikan menggunakan
pernyataan yang ekuivalen (kontraposisinya), yaitu: ∀m[–q(m) →

–p(m)]. Jadi, diasumsikan –q(m) benar untuk sebarang m di SP. Kemudian ditunjukkan kebenaran
dari –q (m).

Contoh 2.2.1

Jika m bilangan bulat genap, maka m + 5 ganjil

Bukti :

Andaikan m + 5 tidak ganjil (genap). Maka m + 5 = 2t untuk t ∈ ℤ

Dan m = 2t − 5 = 2t − 6 + 1 = 2(t − 2) + 1 dengan t − 3 ∈ ℤ. Jadi, ganjil.

 Definisi 2.2

Dua bilangan bulat m dan n dikatakan mempunyai paritas sama jik m dan n keduanya ganjil atau
genap.

Teorema 2.4

Jika m dan n bilangan-bilangan bulat dengan m + n genap, maka m dan n mempunyai paritas sama.

Bukti:

Misalkan m dan n mempunyai paritas tidak sama (berlawanan). Dengan tidak mengurangi
keumuman, misalka m ganjil, genap dan n. Maka terdapat s,t ∈ ℤ

vii
sedemikian hingga m = 2s dan n = 2t + 1

Sehingga

m + n = 2s + (2t + 1) = 2(s + t) + 1 dengan s + t ∈ ℤ

Jadi, m + n ganjil

Contoh 2.2.1

Buktikan pernyataan berikut.

Jika x² adalah bilangan genap, maka x adalah bilangan genap.

Penyelesaian:

Perhatikan bahwa kontraposisi dari pernyataan yang perlu dibuktikan adalah pernyataan berikut.

Jika x bukan bilangan genap, maka x² bukan bilangan genap,

Karena setiap bilangan yang tak genap adalah bilangan ganjil, maka pernyataan

terakhir ini ekuivalen dengan pernyataan berikut.

Jika x adalah bilangan ganjil, maka x² adalah bilangan ganjil.

Perhatikan bahwa pernyataan ini sama dengan pernyataan pada Contoh 2.1. Jadi,

proses pembuktiannya adalah sama seperti pada contoh tersebut.

2.2.2 Pembuktian dengan kontradiksi

Kontradiksi merupakan metode pembuktian tidak langsung. Metode ini memanfaatkan


prinsip logika matematika yaitu:

Jika p → q bernilai benar padahal q salah, maka p salah.

Contoh 2.2.2

Buktikan pernyataan berikut:

Jika n bilangan bulat dan n bilangan genap, maka 7n + 9 adalah bilangan ganjil.

Pernyataan p adalah ‘n bilangan genap’ sedangkan pernyataan q ialah ‘7n + 9’ adalah bilangan ganjil.
Buktikan pernyataan n bukan bilangan genap ( bilangan ganjil). Dengan begitu, untuk ‘7n + 9’
adalah bilangan ganjil’ benar akan muncul kontradiksi.

Bukti

viii
Umpamakan bilangan ganjil sembarang n.

Dari definisi bilangan ganjil, n dapat dinyatakan sebagai n = 2k + 1, dengan k bilangan bulat.

Karena n = 2k + 1, maka 7n + 9 dapat dituliskan menjadi:

7(2k + 1) + 9 = 14k + 10

= 2∙7k + 2∙5

= 2(7k + 5)

Selanjutnya, umpamakan 7k + 5 dengan m,

Sehingga :

7n + 9 = 14k + 10 = 2m.

Pernyataan 14k + 10 atau 7n + 9 menyatakan bahwa nilainya 2 kali suatu bilangn bulat.

Padahal, itu merupakan definisi bilangan genap. Hal ini berkontradiksi dengan asumsi awal yang
menyatakan 7n + 9 adalah bilangan ganjil. Itu artinya, asumsi awal n adalah bilangan ganjil salah.

 Induksi Matematika

Pembuktian dengan induksi matematika digunakan untuk yang berlaku untuk semua bilangan
bulat positif. Sebagai materi prasyarat dalam membahas hal ini kita perlu membahas WellOrdering
Principle dan Sifat Archimedes.

Well-Ordering Principle (Prinsip Terurut Sempurna)

Setiap himpunan bagian tak kosong S dari himpunan bilangan bulat non-negatif memiliki
anggota terkecil, yaitu terdapat suatu bilangan bulat a ∈ s demkian sehingga a ≤ b untuk setiap b
∈s

Teorema 1.1 Sifat Archimedes

Jika dan adalah sembarang bilangan bulat postif, maka terdapat sebuah bilangan bulat positif
dengan demikian sehingga na ≥ b

Bukti Teorema 1.1

Andaikan penyataan dalam teorema tidak benar, yaitu untuk suatu bilangan positif a dan b

Berlaku na < b untuk setiap n bilangan bulat positif. Akibatnya, himpunan S berikut berisi

bilangan-bilangan bulat positif.

ix
S = { b – na |n sebuah bilangan bulat positif}

Menurut Well-Ordering Principle, S memiliki anggota terkecil, misalkan b – ma .

Perhatikan bahwa b – ( m + 1 )a adalah anggota S, sebab himpunan S beranggotakan

bilangan-bilangan bulat dengan bentuk seperti ini. Selanjutnya, kita peroleh b −

(m + 1)a = (b – ma ) – a < b − ma. Hasil ini kontradiksi dengan pemisalan b − ma

sebagai anggota kecil dari S. Dengan demikaian pengandaian salah. Jadi, pernyataan Sifat
Archimedes benar.

Prinsip pertama Induksi Berhingga (Finite Induction) berikut merupakan landasan untuk

metode pembuktian yang dikenal dengan nama Induksi Matematika ( Mathematical Induction).

Teorema 1.2 First Principle of Finite Inducton

Misalkan S adalah himpunan bilangan bulat positif dengan sifat-sifat berikut.

a) Bilangan bulat 1 adalah anggota S

b) jika bilangan bulat adalah anggota S, maka ( k + 1) haruslah anggota S

Akibatnya S adalah himpunan semua bilangan bulat positif.

Bukti Teorema 1.2

Andaikan T adalah himpunan tak kosong berisi semua bilang positif yang tidak berada di

S, Menurut Well-Ordering Principle , T memiliki anggota terkecil, misalkan sebagai

anggota terkecilnya. Karena 1 ∈ s , maka a > 1. Akibatnya 0 < a − 1 < a . Karena a adalah

anggota terkecil T, maka a − 1 bukan anggota T, atau a − 1 adalah anggota S. Berdasarkan

sifat-sifat S, maka diperoleh ( a − 1) + 1 = a , berarti a ∈ T . Akibatnya T merupakan

himpunan kosong. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa S berisi semua bilangan

positif.

Contoh 1.4

Gunakan metode Induksi Matematika untuk membuktikan penyataan berikut.

1 + 3 + 5 + … + (2n − 1) = n² , untuk semua n ≥ 1

x
Penyelesaian:

Misalkan S merupakan himpunan semua bilangan bulat positif sehingga pernyataan

berikut benar.

1 + 3 + 5 + … + (2n − 1) = n², untuk semua n ≥ 1 …(*)

Pertama, perhatikan bahwa untuk n = 1, pernyataan (*) menjadi 1 = 1²

Hal ini Berarti 1 ∈ S.

Kedua, andaikan bahwa k ∈ s, dengan k adalah sembarang bilangan bulat tetap. Akibat

berlaku :

1 + 3 + + … + (2k − 1) = k²

Ketiga, untuk kasus (k + 1), dengan kedua ruasnya ditandai dengan (2(k + 1) − 1), maka

pernyataan (*) akan menjadi :

1 + 3 + 5 + … + (2k − 1) + (2(k + 1) − 1) = k² + (2( k + 1) − 1)

sedikit manipulasi aljabar, ruas kanan pernyataan terakhir menjadi

k² + (2( k + 1) − 1) = k² + 2k + 2 − 1

= k ² + 2k + 1

= ( k + 1)²

Dengan demikian, untuk kasus ( k + 1), pernyataan (*) dapat ditulis menjadi:

1 + 3 + 5 + … + (2k − 1) + (2( k + 1) − 1) = ( k + 1)²

Penyataan ini merupakan penyataan (*) untuk kasus n = k+ 1. Berdasarkan uraian

diatas, kita telah menunjukkan bahwa himpunan S mengandung bilangan bulat ( k + 1) jika

mengandung bilangan bulat . Oleh karena itu, menurut Teorema 1.2, S haruslah merupakan

himpunan semua bilangan bulat positif, yakni, penyataan (*) berlaku untuk = 1,2,3, ….

Contoh 1.5

Gunakan metode Induksi Matematika untuk membuktikan pernyataan berikut.

xi
1 + 2 + 2² + 23 + … + 2n−1 = 2n − 1, untuk setiap bilangan bulat positif .

Penyelesaian:

Misalkan S merupakan himpunan semua bilangan bulat positif sehingga pernyataan

berikut benar.

1 + 2 + 2² + 23 + … + 2n−1 = 2n − 1

Pertama, untuk n = 1, maka pernyataan (**) merupakan pernyataan yang benar yaitu 1 =

2 − 1. Dengan demikian, 1 ∈ S.
1

Kedua, andaikan pernyataan (**) benar untuk bilangan bulat k, yaitu:

1 + 2 + 2² + 23+ … + 2k−1 = k² − 1

Ketiga, Untuk kasus n = k + 1, maka pernyataan terakhir ini dapat ditulis dengan

menambahkan 2( k+1)−1 pada kedua ruas pernyataannya, yaitu:

1 + 2 + 2² + 23 + … + 2( k+1)−1= 2k − 1 + 2( k+1)−1

= 2k − 1 + 2k

= 2 × 2k − 1

= 2k=1− 1

Pernyataan ini bermakna bahwa ( K + 1) ∈ S jika k ∈ S. Dengan demikian, berdasarkan

prinsip induksi pada Teorema 1.2, maka S merupakan himpunan semua bilangan bulat

positif. Dengan kata lain, pernyataan (**) berlaku untuk = 1,2,3, ….

Selain prinsip induksi pertama, tertuang pada Teorema1.2, yang sering digunakan, ada juga

prinsip induksi kedua yang kadang lebih mudah digunakan untuk membuktikan pernyataan

matematis terkait bilangan bulat positif tertentu.

Teorema 1.3 Second Principle of Finite Induction

Misalkan S adalah himpunan bilangan bulat positif dengan sifat-sifat berikut :

a) Bilangan bulat 1 adalah anggota S.

xii
b) Jika adalah anggota S, maka ( k + 1) haruslah anggota S.

Akibatnya S adalah himpunan semua bilangan bulat positif.

Bukti Teorema 1.3

Andaikan T adalah himpunan bilangan bulat positif tak kosong yang tak berada di S.

Misalkan n adalah bilangan bulat terkecil anggota T. Akibatnya, menurut sifat a) , n > 1.

Akibat selanjutnya adalah 1,2,3, … , ( n − 1) bukan anggota T. Berdasarkan sifat b) , maka

n = (n − 1) + 1, yang merupakan anggota S. Pernyataan ini kontradiksi dengan pernyataan

bahwa anggota dari T. dengan demikian T adalah himpunan kosong. Oleh karena itu, kita

dapat menyimpulkan bahwa S berisi semua bilangan bulat positif.

Sebagai ilustrasi penggunaan prinsip dibawah ini, simaklah Contoh 1.7.

Contoh 1.7

Buktikan bahwa untuk tiap bilangan bulat n ≥ 1 berlaku:


n n−1 n−2 n−3
a − 1 = ( a − 1)( a + a + a + … + a + 1)

Penyelesaian:

Pernyataan yang akan dibuktikan adalah :


n n−1 n−2 n−3
a − 1 = ( a − 1)(a + a + a + … + a+ 1), untuk n ≥ 1 …(##)

Pertama, untuk n = 1, maka berlaku a 1 − 1 = ( a − 1)( a 0) = a − 1. Hal ini berarti

pernyataan (##) benar untuk n = 1.

Kedua, andaikan pernyataan (##) benar untuk n = 1 dan n = k − 1, maka diperolah :


k k−1 k−2 k−3
a − 1 = ( a − 1)(a + a + a + … + a + 1)
k−1
a − 1 = (a − 1)(a k−2 + a k−3 + a k−4 + … + a + 1)

Ketiga, untuk n = k + 1, maka pernyataan (##) dapat ditulis sebagai berikut.


k+1
a − 1 = a k+1− a k+ a k – a + a − 1

= a(a k − 1) + a k − 1 – a(a k−1− 1)

xiii
= ( a + 1)(a k − 1) – a (a k−1− 1)

= (a + 1)(a − 1)(a k−1+ a k−2+ a k−3 + … + a + 1) – a(a− 1)(a k−2+


k−3
a + a k−4 + … + a + 1)

= (a − 1)[a(a k−1 + a k−2+ a k−3 + … + a + 1) + (a k−1 + a k−2+ a k−3 + … +

a + 1) –a (a k−2 + a k−3+ a k−4 + … + a + 1)]

= (a− 1)[a(a k−1+ a k−2+ a k−3+ … + a + 1) + (a k−1 + a k−2+ a k−3+ … +

a + 1) − (a k−2 + a k−3 + a k−4 + … + a+ 1)]

= (a − 1)(a k + a k−1+ a k−2+ ⋯ + a + 1)

Pernyataan ini benar untuk kasus n = k + 1. Dengan demikian, berdasarkan prinsip induksi

kedua, pernyataan (##) terbukti benar.

LATIHAN SOAL

1. Buktikan dengan induksi matematika bahwa 1 + 3 + 5 + 7 + … + (2n – 1) = n². Untuk n


bilangan asli.
2. Dengan menggunakan metode pembuktian langsung, buktikan jika n adalah bilangan genap,
maka n2 bilangan genap.
3. Buktikan dengan menggunakan metode kontradiksi jika 5a + 2 genap, maka a adalah
bilangan genap.
4. Jika 5a + 2 genap, maka a adalah bilangan genap. Buktikan menggunakan pembuktian tidak
langsung kontraposisi!

xiv
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Metode pembuktian dalam matematika sebagai dasar untuk mempelajari ide-ide

matematika deduktif dalam teori bilangan dan bidang matematika lainnya. Secara umum,

ada tiga metode pembuktian dalam matematika, yaitu pembuktian langsung, pembuktian

tidak langsung dan induksi matematika.

Pembuktian pernyataan implikasi menurut Martono (1999) antara lain terdiri atas

metode bukti langsung, dan metode bukti tak langsung (bukti dengan kontraposisi dan

kontradiksi). Untuk membuktikan pernyataan yang berlaku untuk semua bilangan asli

digunakan bukti dengan induksi matematika.

Pembuktian suatu teorema dalam matematika, yang biasanya berbentuk pernyataan

implikasi, dapat dilakukan dengan metode pembuktian langsung. Proses pembuktian

pernyataan implikasi berbentuk "jika p, maka q". Ada dua cara pembuktian pernyataan

matematis berbentuk implikasi dengan metode bukti tak langsung. Pertama, pembuktian

dengan menggunakan kontraposisi. Kedua, pembuktian dengan menggunakan kontradiksi.

Pembuktian dengan induksi matematika digunakan untuk yang berlaku untuk semua

bilangan bulat positif.

DAFTAR PUSTAKA

Jupri, A. (2020). Dasar-dasar Teori Peluang. Bandung: Yrama Widya

Marsudi. (2010). Logika dan Teori Himpunan. Malang: UB Press

https://books.google.co.id/books?
id=6pK0DwAAQBAJ&prinsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

xv
https://www.gramedia.com/literasi/contoh-soal-induksi-matematika/

xvi

Anda mungkin juga menyukai