Anda di halaman 1dari 32

KONGRUENSI

DOSEN PEMBIMBING:
LENY HARTATI, M.Pd.

KELAS Y3D

KELOMPOK 7:

SUPRATAMI MUNTE 201813579008


WINDA LESTARI 201831500280
BAYU ANDIKA RACHMAT SYAH 201813500293
FEBI ARLITA 201813500366

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
nikmat sehat walafiat sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat
waktu. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teori Bilangan tentang “Kongruensi”.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih yang sebesar-


besarnya kepada Ibu Leny Hartati, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Teori
Bilangan yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan
tugas ini. Selain itu kami juga mengucapkan Terima kasih atas bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
tersusunnya makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka


menambah pengetahuan dan juga wawasan pembaca. Amin.

Jakarta, 08 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

hal
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Konsep Dan Teorema Kongruensi............................................................2
2.1.1 Konsep Kongruensi........................................................................2
2.1.2 Teorema Kongruensi.......................................................................3
2.2 Defenisi Kongruensi..................................................................................6
2.3 Sifat-sifat Dasar Kongruensi ....................................................................7
2.4 Sistem Residu Lengkap Modulo...............................................................8
2.5 Aplikasi Kongruen..................................................................................10
2.6 Kongruensi Linier....................................................................................13
2.7 Kongruensi kuadratik..............................................................................18
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................22
3.2 Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
SOAL !..................................................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep dan sifat keterbagian dapat dipelajari secara lebih mendalam dengan
relasi kekongruenan. Dengan menggunakan konsep kekongruenan, kita dapat
menelaah sifat keterbagian secara luas dan mendalam sehingga lebih nampak
manfatnya. Namun, untuk mempelajari kekongruenan dan sifatnya diperlukan
juga penguasaan konsep dan sifat keterbagian. Dengan konsep kekongruenan, kita
lebih mudah dan cepat untuk menentukan sisa beberapa pembagian bilangan
bulat.

Dengan adanya pemikiran-pemikiran seperti ini, maka terdoronglah kami


untuk menyusun sebuah makalah yang berjudul kekongruenan agar kita sebagai
mahasiswa matematika dapat dengan mudah mempelajari dan memahami materi
kekongruenan. Beberapa kegunaan kekongruenan dibahas dalam makalah ini,
misalnya untuk menjelaskan ciri terbagi habis dari beberapa bilangan, koreksi
sembilan yaitu menguji kebenaran suatu hasil penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian bilangan bulat.

B.     Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1.      Apa konsep dan teorema kongruensi itu?


2.      Apakah defenisi dari kongruensi?
3. Bagaimanakah sifat-sifat dasar dari kongruesi ?
4. Bagaimana sistem residu lengkap modulo?

1
5.      Apakah definisi perkongruenan linear dan bagaimana aplikasinya?
6.      Apakah definisi perkongruenan kuadratik?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep dan Teorema Kongruensi

2.1.1. Konsep Kongruensi


Kongruensi merupakan bahasa teori karena pembahasan teori bilangan
bertumpu pada kongruensi. Bahasa kongruensi ini diperkenalkan dan
dikembangkan oleh Karl Friedrich Gaus, bahwa bilangan-bilangan bulat lebih
dari 4 dapat di “reduksi” menjadi 0, 1, 2, 3, atau 4 dengan cara menyatakan
sisanya jika bilangan itu dibagi dengan 5 dan bilangan yang digunakan adalah sisa
dari pembagian tersebut.
Contoh:

2
14 dalam bilangan modulo 5 dapat direduksi menjadi 4, karena 14 jika dibagi 5
bersisa 4. 21 dalam bilangan modulo 5 dapat direduksi menjadi 1, karena 21 jika
dibagi 5 bersisa 1. 61 dalam bilangan modulo 5 dapat direduksi menjadi 1, karena
61 jika dibagi 5 bersisa 1, dan seterusnya.
Berdasarkan proses reduksi dan operasi yang ada pada bilangan jam,selanjutnya
dikembangkan konsep kongruensi sebagai berikut.
14 ≡ 4 karena jika 14 dibagi 5 bersisa 4
21 ≡ 1 karena jika 21 dibagi 5 bersisa 1
61 ≡ 1 karena jika 61 dibagi 5 bersisa 1
Pernyataan di atas dapat pula dinyatakan dengan
14 ≡ 2 karena 14 – 4 = 10 dan 10 habis dibagi 5
21 ≡ 1 karena 21 – 1 = 20 dan 20 habis dibagi 5
61 ≡ 1 karena 61 – 1 = 60 dan 60 habis dibagi 5.
Berdasarkan contoh di atas terlihat bahwa sesungguhnya konsep kongruensi
adalah pengkajian secara lebih mendalam tentang keterbagian pada bilangan bulat
dan sifat-sifatnya atau dapat pula dikatakan bahwa kongruensi adalah cara lain
untuk mengkaji keterbagian dalam bilangan bulat.

2.1.2.Teorema Kongruen

1. Jika p dan q adalah bilangan-bilangan bulat, maka p ≡ q (mod m) jika dan


hanya jika ada bilangan bulat t sehingga p ≡q + tm
Bukti:
Jika p ≡ q (mod m), maka m | p – q. Ini berarti bahwa ada suatu bilangan bulat t
sehingga tm = p – q, atau p = q + tm.
Sebaliknya, jika ada suatu bilangan bulat yang memenuhi p = q + tm, maka dapat
ditentukan bahwa tm = p – q, dengabn demikian m | p – q , dan akibatnya berlaku
p ≡q (mod m).
Contoh: 23 ≡ -17 (mod 8) dan 23 = -17 + 5.8

3
2. Ditentukan m adalah suatu bilangan bulat positif.

Kongruensi modulo m memenuhi sifat-sifat berikut :

(a) Sifat Refleksif.


Jika p adalah suatu bilangan bulat, maka p ≡ p (mod m)
(b) Sifat Simetris.
Jika p dan q adalah bilangan-bilangan bulat sedemikian hingga p ≡ q (mod m),
maka p ≡ q (mod m)
(c) Sifat Transitif.
Jika p, q, dan r adalah bilangan-bilangan bulat sedemikian hingga p ≡ q (mod
m) dan q ≡ r (mod m), maka p ≡ r (mod m).

Bukti :

(a) Kita tahu bahwa m │ 0, atau m │ p – p , berarti p ≡ q (mod m)

(b) Jika p ≡ q (mod m), maka m │ p – q , dan menurut definisi keterbagian, ada
suatu bilangan bulat t sehingga tm = p – q, atau (-t)m = q – p , berarti m │ q
– p. Dengan demikian q ≡ p (mod m)

(c) Jika p ≡ q (mod m) dan q ≡ r (mod m) , maka m│p – q dan m│q – r, dan
menurut definisi keterbagian, ada bilangan-bilangan bulat s dan t sehingga
sm = p – q dan tm = q – r . Dengan demikian dapat ditentukan bahwa p – r =
(p – q) + (q – r) = sm + tm = (s + t) m. Jadi m│ p – r , dan akibatnya q ≡ r
(mod m)

Contoh:

 5 ≡ 5 (mod 7) dan -10 ≡ -10 (mod 15) sebab 7│5 – 5 dan 15│-10 – (-10)
 27 ≡ 6 (mod 7) akibatnya 6 ≡ 27 (mod 7) sebab 7│6 – 27 atau 7│(-21)
 45 ≡ 21 (mod 3) dan 21 ≡ 9 (mod 3), maka 45 ≡ 9 (mod 3) sebab 3│45 – 9
atau 3│36

4
3. Jika p, q, r, dan m adalah bilangan-bilangan bulat dan m > 0 sedemikian hingga
p ≡ q (mod m), maka :

(a) p + r ≡ q + r (mod m)

(b) p – r ≡ q – r (mod m)

(c) pr ≡ qr (mod m)

Bukti :

(a) Diketahui p ≡ q (mod m), maka m│ p – q . Selanjutnya dapat ditentukan


bahwa p – q = (p + r) – (q + r) , berarti m│p – q berakibat m │ (p + r) – (q
+ r). Dengan demikian p+r ≡ q+r (mod m).

(b) Kerjakan, ingat bahwa p – q = (p – r) – (q – r) .

(c) Diketahui p ≡ q (mod m), maka m│ p – q , dan menurut teorema


keterbagian, m │ r(p – q) untuk sebarang bilangan bulat r, dengan demikian
m │ pr – qr. Jadi pr │qr (mod m) .

Contoh:

 43│7 (mod 6) , maka 43 +5│ 7 + 5 (mod 6) atau 48│12 (mod 6)


 27 │6 (mod 7) , maka 27 – 4 │6 – 4 (mod 7) atau 23│ 2 (mod 7)
 35│3 (mod 8) , maka 35.4│3.4 (mod 8) atau 140│12 (mod 8)

5
4. Jika p, q, r, s, m adalah bilangan-bilangan bulat dan m > 0 sedemikian hingga p
≡ q (mod m) dan r ≡ s (mod m) , maka :

(a) p + r ≡ q + s (mod m)

(b) p – r ≡ q – s (mod m)

(c) pr ≡ qs (mod m)

Bukti :

(a) p ≡ q (mod m) dan r ≡ s (mod m), maka m│ p – q dan m│ r – s , maka tentu


ada bilangan-bilangan bulat t dan u sehingga tm = p – q dan um = r – s , dan
(p + r) – (q + s) = tm – um = m(t – u). Dengan demikian m│(p + r) – (q + s),
atau p + r ≡ q + s (mod m).

(b) Kerjakan, perhatikan bahwa (p – r) – (q – s) = (p – q) – (r – s)

(c)p ≡ q (mod m) dan r ≡ s (mod m), maka m│ p – q dan m│ r – s , maka tentu


ada bilangan-bilangan bulat t dan u sehingga tm = p – q dan um = r – s , dan pr
– qs = pr – qr + qr – qs = r(p – q) + q(r – s) = rtm + qum = m (rt + qu). Dengan
demikian m │ pr – qs , atau pr ≡ qs (mod m)

Contoh:
 36 ≡ 8(mod 7) dan 53 ≡ 4 (mod 7), maka 36 + 53 ≡ 8 + 4 (mod 7) atau 89
≡ 12 (mod 7)
 72 ≡7 (mod 5) dan 43 ≡ 3 (mod 5), maka 72 – 43 ≡ 7 – 3 (mod 5) atau 29 ≡
4 (mod 5)
 3 (mod 4) dan 23 ≡ 7 (mod 4) maka 15.23 ≡ 3.7 (mod 4) atau 345 ≡ 21
(mod 4)

5. (a) Jika p ≡ q (mod m), maka pr ≡ qr (mod mr)

6
(b) Jika p ≡ q (mod m) dan d│m , maka p ≡ q (mod d)

Bukti :

(a) p ≡ q (mod m), maka sesuai definisi 3.1, m│p – q , dan menurut teorema 2.8
dapat ditentukan bahwa rm│r(p – q) atau mr│pr – qr , dan berdasarkan
definisi 3.1 dapat ditentukan bahwa pr ≡ qr (mod mr)

(b) p ≡ q (mod m), maka sesuai definisi 3.1, m│p – q . Berdasarkan teorema 2.2,
d│m dan m│p – q berakibat d│p – q, dan sesuai dengan Definisi 3.1, p ≡ q
(mod d) Teorema 3.6 Diketahui bilangan-bilangan bulat a, p, q, m, dan m > 0.

6. Diketahui bilangan-bilangan bulat a, p, q, m, dan m > 0.


(a) ap ≡ aq (mod m) jika dan hanya jika p ≡ q (mod m/(a,m))
(b) p ≡ q (mod m1 ) dan p ≡ q (mod m 2 ) jika dan hanya jika p ≡ q (mod [m1 ,
m 2 ])

Bukti :
(a) () ap ≡ aq (mod m), maka sesuai definisi 3.1, m│ap – aq, dan sesuai
definisi 2.1 ap – aq = tm untuk suatu t  Z, berarti a(p – q) = tm. Karena
(a,m)│a dan (a,m)│ m maka (a/(a,m)(p – q) = (m/(a,m)t, dan sesuai dengan
definisi 2.1, dapat ditentukan bahwa (m/(a,m)│(a/(a,m)(p – q). Menurut
teorema 2.14, (m/(a,m),a/(a,m)) = 1, dan menurut teorema 2.15, dari
(m/(a,m),a/(a,m)) = 1 dan (m/(a,m)│(a/(a,m)(p – q) ber- akibat (m/(a,m)│(p –
q). Jadi menurut definisi 3.1, p ≡ q (mod m/(a,m)) . () p ≡ q (mod m/(a,m)),
maka menurut teorema 3.5(a), ap ≡ aq (mod am/(a,m)). Selan- jutnya, karena m
│am/(a,m), dan ap ≡ aq (mod am/(a,m)), maka berdasarkan pada teorema 3.5
(b) , ap ≡ aq (mod m).

(b) Buktikan !

Contoh
 8p ≡ 8q (mod 6) dan (8,6) = 2, maka p ≡ q (mod 6/2) atau p ≡ q (mod 3)
 12p ≡ 12q (mod 16) dan (12,16) = 4, maka p ≡ q (mod 16/4) atau p ≡ q
(mod 4)
 p ≡ q (mod 6) dan p ≡ q (mod 8), maka p ≡ q (mod [6,8]) atau p ≡ q (mod
24)
 p ≡ q (mod 16) dan p ≡ q (mod 24), maka p ≡ q (mod [16,24]) atau p ≡ q
(mod 48)

7
2.2. DEFENISI KONGRUEN

1. Apabila a dan b bilangan bulat dan m bilangan asli maka a kongruen dengan b
modulo m, ditulis
a ≡ b ( mod m ) jika dan hanya jika m∨( a−b )

a ≡ b ( mod m ) dibaca “a kongruen dengan b modulen m”

Contoh :
1. 12 ≡5 ( mod 7 ) , karena7∨( 12−5 )
2. 14 ≡ 5 ( mod 9 ) , karena9∨( 14−5 )
3. 100 ≡1 ( mod 11) , karena11∨( 100−1 )
Nama lain dari modulo itu sisa pembagian. Misalnya, 11 dibagi 4 hasilnya 2
sisanya 3. Dalam penulisan modulo, 11 mod 4 = 3 atau kongruensi 11 ≡3 (mod 4).
≡ merupakan simbol kongruen. Jadi, 10 ≡2 (mod 4) artinya 4 habis membagi 10 –
2.

2. Modulo : a ≡ b mod c ⟺ c∨(a−b) dibaca “c membagi a-b”, “a-b=kc”, atau


“a=kc+b”. Bahasa lebih sederhananya “a dibagi c sisanya b”. a ≡ b mod c dibaca
“a kongruen b modulo c”.
Apabila a dan b tidak kongruen modulo m maka ditulis a ≢ b(mod m) dibaca “a
inkongruensi b modula m”.
Contoh :
1. 17 ≢ 9 ( mod 5 ) karena 5 bukan pembagi dari (17-9)
2. 100 ≢ 5 ( mod 9 ) karena 9 bukan pembagi dari (100-5)

8
Dua bilangan bulat a dan b disebut kongruen terhadap bilangan bulat positif m,
apabila kedua bilangan tersebut mempunyai sisa yang sama jika dibagi dengan m.

3. Dua bilangan bulat a dan b adalah berkongruensi mod m, jika dan hanya jika
kedua bilangan itu dibagi dengan m akan menghasilkan sisa yang sama.
Contoh :
1. 17 ≡35 (mod 3), karena 17 dan 35 apabila dibagi dengan 3 akan
menghasilkan sisa yang sama, yaitu 2.
2. 7001≡ 701(mod 7), karena 7001 dan 701 apabila dibagi dengan 7 akan
menghasilkan sisa yang sama, yaitu 2.
2.3 Sifat-sifat dasar kongruensi
1. Kongruensi adalah relasi ekuivalensi
Bukti:
a. Refleksi : a ≡ a (mod m), karena a−a=0habis dibagi m.
b. Simetris : Apabila a ≡ b(mod m), maka b ≡ a(mod m), karena apabiola
a−b habis dibagi m, maka b−a habis dibagi oleh m.
c. Transitif : Apabila a ≡ b ( mod m ) dan b ≡ c (mod m) maka a ≡ c ( mod m ) ,
karena apabila a ≡ b dibagi oleh m mempunyai sifat sisa yang sama apabila
b−c dibagi oleh m, maka a−c akan mempunyai sisa yang sama perlu
apabila dibagi dengan m.
Contoh :
1. 6 ≡ 6 (mod 5) Refleksi
2. 7 ≡ 2 (mod 5) maka 2 ≡ 7 (mod 5) Simetris
3. 9 ≡ 5 (mod 2)
5 ≡ 3 (mod 2)
Maka 9 ≡ 3 (mod 2)

2. Apabila a ≡ b(mod m), maka ka ≡ kb ( mod m ) , k= bilangan cacah sembarang.

Contoh : 7 ≡3 ( mod 4 ) , maka 7.3 ≡3.3 ( mod 4 ) atau 21 ≡9 ( mod 4 ) .

9
3. Apabila a ≡ b ( mod m ) dan c ≡d ( mod m ) , maka:

a. a+ c ≡ b+d ( mod m )

b. a−c ≡b−d ( mod m )

c. a . c ≡ b . d ( mod m )

Contoh:

Misalkan: . 16 ≡2 ( mod 7 )

38 ≡17 ( mod 7 )

Maka:

a. 16+38 ≡ 2+17 ( mod 7 )


54 ≡ 19 ( mod 7 )
b. 38−16 ≡17−2 ( mod 7 )

22 ≡15 ( mod 7 )

c. 16 . 38≡ 2 .17 ( mod 7 )


608 ≡34 ( mod 7 )

4. Apabila a ≡ kb ( mod m ), dimana k dan m prima relative, maka a ≡ kb ( mod m ).

Contoh:
8 . 7 ≡8 . 2 ( mod5 ), karena 8 dan 5 prima relative, maka 7 ≡2 ( mod 5 ) .

5. Apabila ar ≡br ( mod m ) dan d adalah PBB dari m dan r, maka :


a ≡ b ( mod m/d )

Contoh:
1. 5 . 6 ≡8 . 6 ( mod 9 ) , PBB dari 6 dan 9 adalah 3, maka 5 ≡8 ( mod 3 )

10
2. 15 . 8≡ 21 .8 ( mod 24 ), PBB dari 8 dan 24 adalah 3, maka 15 ≡21 ( mod 3 )
atau 5 ≡7 ( mod 3 )

Bukti :

Diketahui ar ≡br ( mod m ) jadi m |( ar−br ) atau m| ( a−b ) r


m/dadalah pembagi m, jadi m/d ( a−b ) r karena d adalah PBB dari m dan r,
maka PBB dari m/ddan r adalah 1. Oleh kerena itu m/d ( a−b ). Jadi
a ≡ b(mod m/d )

6. a. Untuk penjumlahan, a ≡ b ( mod c ) ⇔ a+ k ≡b+ k ( mod c )

b. Untuk pengurangan, a ≡ b ( mod c ) ⇔ a−k ≡ b−k ( mod c )

2.4. Sistem Residu Modulo


Himpunan dari semua bilangan bulat yang kongruen dengan 2 modulo 5
dinamakan suatu kelas residu modulo 5. Himpunan semua bilangan bulat yang
kongruen terhadap ( mod 5 ) , 1 ( mod5 ) , 2 ( mod 5 ) ,3 ( mod 5 ) , dan 4 ( mod 5 ) . Semua
anggota himpunan bulat n termasuk ke dalam kelas-kelas ini, karena n = 5q + r,
dimana 0 ≤ r <5. Sisa r ini harus salah satu dari 0, 1, 2, 3, atau 4. Jadi, himpunan
bilangan bulat yang masing-masingnya disebut kelas residu modulo 5.
Secara umum, untuk kongruensi modulo m, maka himpunan bilangan bulat
yang masing-masingnya disebut kelas residu modulo m. Anggota dari setiap
kelas yang berbeda tidak kongruen satu sama lain.
Definisi:
Suatu sistem residu lengkap modulo [ m>1 ], adalah suatu himpunan bilangan bula
dengan sifat-sifat sebagai berikut:

a. Tidak ada dua anggota suatu himpunan bilangan yang kongruen.


b. Apabila x suatu bilangan bulat, maka x kongruen dengan beberapa
anggota himpunan itu.

Contoh: Suatu sistem residu lengkap modulo m adalah:


{ 0 , 1 ,2 , 3 , … , m−1 }, { 1 , 2, 3 , 4 ,… , m }, dan { m+1 , m+2 , 3 , … ,2 m }.
Jadi suatu sistem residu lengkap modulo m selalu satu himpunan yang terdiri dari
m anggota yang berbeda satu sama lain.

11
Sifat:
Apabila kx ≡b (mod m) dimana PPB dari k dan m adalah 1. Maka selalu terdapat
suatu penyelesaian untuk x. Contoh:

1. Selesaikanlah 3 x ≡ 4 (mod 5)
Karena PPB (3,5) = 1, maka terdapat suatu harga untuk x yang memenuhi
kongruensi. Salah satu dari aritmatika modulo 5 lengkap adalah 0, 1, 2, 3,
4 dengan memasukkan harga x untuk persamaan awal akan diperoleh;

3.0 ≢ 4 ( mod 5 ) 5∨(0−4)

}
3.1 ≢ 4 ( mod 5 ) 5∨(3−4)
3 ( mod 5 )
3.2 ≢ 4 ( mod 5 ) 5∨(6−4)
3.3 ≢ 4 ( mod 5 ) 5∨(9−4)
3.4 ≢ 4 ( mod 5 ) 5∨(12−4)
Penyelesainnya adalah x ≡

2. Sederhanakanlah 120 ≡168(mod 24)


Jawab :
5.24≡7.25 (mod 24), akrena (24,24) =24 maka 5≡7(mod1).
3. Tunjukan bahwa 220 dibagi 7 sisanya 4
Jawab:
8-1 = kel.7
8≡1 (mod 7)
23 ≡ 1 (mod 7)
(23)6 ≡ (1)6 (mod 7)
218 ≡ 1 (mod 7)
218.22 ≡ 1.22 (mod 7)
2.20 ≡ 4 (mod 7) atau 2.20 - 4 = kel.7 + 4
Jadi 2.20 dibagi 7 sisanya 4.
4. Tentukan himpunan penyelesaian dari kongruensi linear 4x ≡ 5 (mod 6)
Jawab:
(4.6) = 2, dimana 2 bukan pembagi 5, maka persamaan kongruensi 4x ≡ 5
(mod6) tak mempunyai penyelesaian.
5. Selesaikanlah 3x ≡ 5 (mod 1)
Jawab: PPB (3,11)=1
Penyelesaian akan diperoleh dari 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.
Dengan coba-coba akan diperoleh : x ≡ 9 (mod 11)
Yang merupakan penyelesaian 3x ≡ 5 (mod 11)
Sifat:

12
1. Kongruen ax ≡b (mod m) mempunyai suatu penyelesaian jika dan
hanya jika PPB ( a , m ) adalah pembagi b. Apabila kongruensi
mempunyai penyelesaian, maka banyak penyelesaian yang berbeda
adalah sama dengan PPB(a,m).
Contoh:
PPB(4,6) =2
2 adalah pembagi 10, jadi kongruensi mempunyai penyelesaian.
1. x ≡ 1(mod 6)
2. x ≡ 4 (mod 6)

2.5. Aplikasi Kongruen

a. a=PH + S → a−S=PH → P∨a−S → a ≡ S mod P


Contoh :
Tentukan sisa jika 17 di bagi 5!
Jawab :
17 ≡2 mod 5 → 17=5.3+2
17 ≡7 mod 5 → 17=5.2+ 7
17 ≡12 mod 5 → 17=5.1+ 12
17 ≡17 mod 5 → 17=5.0+17
Residu juga bisa bernilai negative, sebagai contoh :
17 ≡−3 mod 5 → 17=5.4+(−3)
Jadi, sisa 17 dibagi 5 yaitu 2

b. Jika P ≡Q mod R maka Pn ≡Qn mod R


Contoh :
Tentukan sisa jika 34 dibagi 8 !
Jawab :

32 ≡1 mod 8

32 ≡12 mod 8 → 3 4 ≡ 1mod 8 → Sisanya 1


Jika 381 dibagi 8 ?

13
Jawab :

32 ≡1 mod 8

380 ≡140 mod 8

3. 380 ≡ 3.140 mod 8 → 381 ≡ 3 mod 8 → Sisanya 3


Jika 55121 dibagi 7?
Jawab :
55 ≡−1 mod 7

55121 ≡−1121 mod 7 → 55121 ≡−1 mod 7 → 55121 ≡ 6 mod 7

c. Pembagian dengan 9

10 ≡9.1+1 → 10 ≡1 mod 9
100 ≡9.1+1 → 100 ≡1 mod 9

10n ≡9 H +1 → 10n ≡1 mod 9

Contoh :
29 ≡29 mod 9 29 ≡29 mod 9

29 ≡20 mod 9 29 ≡20+ 9 mod 9


29 ≡11 mod 9 29 ≡2 ( 10 ) +9 mod 9
29 ≡2 mod 9 29 ≡2 ( 1 ) +0 mod 9 → Sisa 2

Contoh :
Berapa sisa 15.327 dibagi 9?
Jawab :
15.327 ≡15.327 mod 9

15.327 ≡10 4 +5.103 +3. 102 +2.10+7 mod 9

14
15.327 ≡14 + 5.13 +3. 12+2.1+7 mod 9
15.327 ≡1+5+3+ 2+ 7 mod 9
15.327 ≡18 mod 9
15.327 ≡0 mod 9 → Jadi, 15.327 habis dibagi 9

d. Pembagian dengan 11

10=11.1+(−1) → 10 ≡−1 mod 11


100=10.10≡ (−1 )(−1 ) mod 11
1000=10.10.10 ≡ (−1 )(−1) (−1 ) mod 11

Jadi : 10n =(−1 )n mod 11

Contoh :
Tentukan sisa jika 1331 dibagi 11!
Jawab :

1331≡ 1.10 3+ 3.102 +3.10+1 mod 11


1331≡ 1.(−1)+ 3.1+ 3.(−1)+1 mod 11
1331≡ (−1 ) +3−3+1mod 11
1331≡ 0 mod 11 → Sisanya = 0
Jadi, 1331 habis di bagi 11

Contoh :
Tentukan sisa jika 78.965 dibagis 11 !
Jawab :
Sisa → 7−8+9−6+5=7 → 78.965 ≡7 mod 11

15
2.6. Kongruensi Linear
Perkongruenan Linear dan Aplikasinya
1. Perkongruenan Linear
Perkongruenan merupakan kalimat terbuka yang menggunakan relasi
kekongruenan. Perkongruenan linear adalah suatu perkongruenan yang memiliki
variabel berpangkat paling tinggi satu. Misalnya : 3x ≡ 4 (mod 5), 2x ≡ 7 (mod
10), dan sebagainya.
Bentuk umum perkongkruenan linear adalah :
ax ≡ b (mod m) dengan a tidak kongkruen dengan 0
Pada pengkongkruenan linear 3x ≡ 4 (mod 5), apabila x diganti dengan 3
memberikan 3.3 ≡ 4 (mod 5) atau 9 ≡ 4 (mod 5), yaitu suatu kalimat
kekongkruenan yang benar. Begitu pula jika x di ganti berturut-turut oleh ....,-7,-
2,8,13,... akan memberikan kalimat-kalimat kongkruen yang benar.
Perkongkruenan linear ax ≡ b (mod m) akan mempunyai penyelesaian jika dan
hanya jika ada bilangan x dan k yang memenuhi persamaan ax ≡ b + km.
Suatu perkongruenan linear dapat mempunyai satu solusi (seperti contoh
di atas), ada yang memiliki lebih dari satu solusi, atau mungkin tidak memiliki
solusi sama sekali, misalnya 3x ≡ 5 (mod 12) tidak memiliki penyelesaian, sebab
tidak ada x yang memenuhi 3x – 5 = 12.k atau 12∤(3x – 5), untuk x dan k bilangan
bulat. (akan dibahas lebih lanjut di aplikasi perkongkruenan linear)
2. Aplikasi perkongruenan linear
Contoh :
3x ≡ 4 (mod 5), merupakan perkongruenan linear, sedangkan x4 – 5x + 7 ≡ 5
(mod 7), bukan merupakan pengkoreanan linear.
Untuk perkongruenan linear 3x ≡ 4 (mod 5),
Jika x = 3 maka : (3.3) ≡ 4 (mod 5) = 9 ≡ 4 (mod 5), merupakan suatu kalimat
pengkongruenan linear yang benar. Jika x = -7 maka : (3 (-7)) ≡ 4 (mod 5) = -21
≡ 4 (mod 5), merupakan suatu kalimat pengkongruenan linear yang benar. Dan
untuk nilai – nilai x yang lainnya, seperti : ......, -12, -7, -2, 3, 8. ....
Karena ax ≡ b (mod m), berarti ax – b = mk, untuk k ϵ Z atau ax = b + mk. Jadi
perkongruenan linier ax ≡ b (mod m) akan mempunyai solusi atau penyelesaian
jika dan hanya jika ada x dan k anggota z yang memenuhi persamaan ax – b = k.
Misalkan r memenuhi perkongruenan linier ax ≡ b (mod m), berarti ar ≡ b (mod
m), maka setiap bilangan bulat ( (r+m), (r+2m), (r+3m), ..., (r–m), (r– 2m),...)
memenuhi perkongruenan itu sebab a(r +mk) ≡ ar ≡ b (mod m) untuk k ϵ Z.
Diantara bilangan-bilangan bulat ( r + mk ) dengan k = 0, 1, 2, 3, ...,-1, -2, -3,...

16
ada tepat satu dan hanya satu katakan s dengan 0 ≤ s < m sebab suatu bilangan
bulat meski terletak diantara dua kelipatan m yang berurutan.
Jadi, jika r memenuhi perkongruenan ax ≡ b (mod m) dan km ≤ r < (k+1)m untuk
suatu bilangan bulat k maka 0 ≤ ( r – km) < m , jadi s = r – km untuk suatu
bilangan bulat k. Ini berarti s merupakan solusi ( penyelesaian ) dari
perkongruenan ax ≡ b (mod m).
Contoh :
(1) Misalkan 2x ≡ 4 (mod 2). Nilai-nilai x yang memenuhi perkongruenan 2x ≡ 4
(mod 2) ini adalah ..., -19, -12, -5, 2, 9, 16, ... dengan solusi perkongruenan adalah
2. Yaitu residu terkecil modulo 7 yang memenuhi perkongruenan linier 2x ≡ 4
(mod 2). Pada persamaan ax = b dengan a ≠ 0 hanya mempunyai satu solusi,
banyak solusi, bahkan ada yang tidak mempunyai solusi.
(2) 2x ≡ 1(mod 4). Jika 2x ≡1(mod 4) maka 4│(2x–1) tidak mempunyai solusi
karena tidak ada suatu bilangan bulat x yang memenuhi 4│(2x–1) berarti 4│(2x–
1).
(3) 3x ≡ 5 (mod 11). Jika 3x ≡ 5 (mod 11) maka 11 │ (3x – 5) hanya mempunyai
tepat satu solusi yaitu 9.
(4) 2x ≡ 4 (mod 6). Jika 2x ≡ 4 (mod 6) maka 6 │ (2x – 4) mempunyai beberapa
solusi yaitu yaitu 2 dan 5
Teorema`1 :
Jika (a,m) tidak dapat membagi b maka perkongruenan linier ax ≡ b (mod m)
tidak mempunyai solusi.
Bukti :
Ambil a, b, m ϵ Z dengan m > 0 dan ax ≡ b (mod m) mempunyai solusi adt : (am)
│ b. Karena ax ≡ b (mod m) mempunyai solusi misalkan r maka ar ≡ b (mod m)
atau (ar–b) = mk. untuk suatu bilangan bulat k, b = ar – mk. Misalkan (am) = d
maka d│a dan d│m Karena d│a maka d│ar untuk suatu r ϵ Z Karena d │m maka
d │mk untuk suatu k ϵ Z, karena d │ ar dan d │ mk maka d │ar – mk atau d │ b,
Karena kontraposisi di atas benar maka teorema di atas juga benar.
Contoh :
6x ≡ 7 (mod 8) karena ( 6,8 ) = 2 dan 2 tidak dapat membagi 7 maka 6x ≡ 7
(mod 8) tidak mempunyai solusi .
Teorema 2 :
Jika (a,m)=1 maka perkongruenan linier ax ≡ b(mod m) memiliki tepat satu solusi
Bukti :

17
Ambil a, m ϵ Z dengan m > 0 dan ( a,m ) = 1
Adt : ax ≡ b (mod m) memiliki tepat satu solusi , Akan ditunjukkan ax ≡ b (mod
m) Mempunyai solusi karena (am) = 1 maka ada bilangan bulat r dan s sehingga
ar+ms=1. Jika kedua ruas dikalikan dengan b maka :
(ar) b + (ms) b = b
a (rb) – b = m (-sb)
karena m │ a (rb) – b maka dapat ditulis a (rb) ≡ b (mod m). Maka residu terkecil
dari rb modulo m adalah solusi dari perkongruenan itu. Akan ditunjukkan ax ≡ b
(mod m) mempunyai tepat satu solusi (kontradiksi). Misalkan solusi
perkongruenan itu tidak tunggal, misalkan r dan s masing-masing solusi dari ax ≡
b (mod m) maka ar ≡ b (mod m) dan as ≡ b (mod m) atau ar ≡ as (mod m) karena
(a,m) = 1 maka r ≡ s (mod m). Berarti m │ r – s .... (i)
Tetapi karena r dan s adalah solusi dari perkongruenan itu maka r dan s masing-
masing residu terkecil modulo m sehingga 0≤r<m dan 0≤s<m atau -m<r–s< m......
(ii). Dari (i) dan (ii) yaitu m│r–s dan -m<r–s<m maka haruslah r–s = 0 atau r =
s. Ini berarti bahwa solusi dari perkongruenan linier tunggal untuk (a,m ) = 1.
Contoh :
(1) 4x ≡ 1 ( mod 15 )
x ≡ 16 ( mod 15 )
x ≡ 4 ( mod 15 )
x = 4 + 15 k untuk suatu k = 0, ±1, ±2, ±3, ...
Residu terkecil dari 4x ≡ 1 ( mod 15 ) adalah 4.
(2) 14 x ≡ 27 ( mod 31 )
14 x ≡ 58 ( mod 31 )
7x ≡ 29 ( mod 31 )
7x ≡ 91 ( mod 31 )
x ≡ 13 ( mod 31 )
x = 13 + 31 k untuk suatu k = 0, ±1, ±2, ±3, ...
Residu terkecil dari 14 x ≡ 27 ( mod 31 ) adalah 13.
Jika (am) = 1, ax ≡ 1 (mod m) juga mempunyai tepat satu solusi. Solusi itu disebut
invers dari a modulo m yang disebut a-1. a-1 (mod m ) dapat ditulis dengan ax ≡
1 (mod m)

18
Contoh :
Tentukan 2-1 (mod 13)
Penyelesaian :
2x ≡ 1 ( mod 13 )
2x ≡ 14 ( mod 13 )
x ≡ 7 ( mod 13 )
x = 7 + 13 k untuk k = 0, ±1, ±2, ±3, ...
Residu terkecil dari 2x ≡ 1 ( mod 13 ) adalah 7.
Teorema 3 :
Jika ( a,m ) = d dan d │ b maka perkongruenan linier ax ≡ b ( mod m ) memiliki
tepat d solusi.
Bukti :
Ambil a, b, d, m ϵ Z dengan m > 0 dan ( a,m ) = d dan d│b.
Adt : ax ≡ b ( mod m ) memiliki tepat d solusi. Akan ditunjukkan d buah solusi.
Ambil a, b, d, m ϵ Z dengan m > 0 dan ( a,m ) = d dan d│b
Adt : ax ≡ b ( mod m ) memiliki tepat d solusi. Karena ( a,m ) = d berarti akan ada
bilangan (a’,m’) = 1 sehingga berlaku a = da’ dan m = dm’ .Karena d│b maka ada
b’ sehingga b = b’ d
Perhatikan bahwa :
ax ≡ b (mod m)
( da’) x ≡ db’ (mod m’d), Karena (a,m) = d dan (a’,m’) = 1 maka (da’)x ≡ db’
(mod dm’) jika kedua ruas dibagi dengan d maka a’x ≡ db’ (mod dm’). Karena
(a’,m’) = 1 maka a’x = b’ (mod m’) akan memiliki satu solusi, misalkan solusi
itu adalah r. Maka d buah bilangan yaitu :
r,r+m’ , r+2m’, ... , r+(d–1)m’ atau r+km’ untuk k = 0,1 2,... ,(d–1) memenuhi
perkongruenan ax ≡ b (mod m) akan berlaku : ax = a (r + km) = da’ (r + km’)=
da’r + da’km’ Karena a’r ≡ b’(mad m’) dan m’d = m maka ax ≡ a’rd + a’km’d
(mod m) ≡ b’d + a’km’d ( mod m) ax ≡ b’d ( mod m) ax ≡ b ( mod m). Jadi r +
km’ untuk k = 0, 1, 2, ..., (d–1) memenuhi perkongruenan ax ≡ b ( mod m ).
Setiap r + km’ dengan k = 0, 1, 2, ..., ( d – 1 ) memenuhi perkongruenan ax ≡ b
( mod m ) akan berlaku : ax = a (r + km) = da’ (r + km’) = da’r + da’km’
Karena a’r ≡ b’ ( mod m’) dan m’ = m maka
ax ≡ a’rd + a’km’d ( mod m)

19
≡ b’d + a’km’d ( mod m)
≡ b’d ( mod m)
≡ b ( mod m)
Jadi r + km’ untuk k = 0,1,2,......,(d–1) memenuhi perkongruenan ax ≡ b ( mod
m)
Setiap r +km’ dengan k = 0, 1, 2, 3,..., (d – 1) adalah residu terkecil dari modulo
m. Karena r adalah solusi dari a’x ≡ b’ ( mod m’) berarti r ≥ 0 sehingga 0 ≤ r +
km’. Perhatikan bahwa :
r + km’ ≤ r + (d – 1)m’ ; untuk setiap k = 0, 1, 2, ........, (d – 1)
r + (d – 1)m’ < m’ + (d – 1) m’
r + (d -1) m’ < m’ + dm’ – m’
r + (d – 1)m’ < dm’
r + (d – 1) m’ < m
ini berarti 0 ≤ r + km’ < m. hal ini menunjukkan bahwa (r + km’) untuk k = 0, 1,
2, ...... ,(d – 1) adalah residu – residu terkecil modulo m atau mempunyai d buah
solusi yang berbeda. Artinya tidak ada bilangan dari (r + km’) untuk k = 0, 1,
2, ......,(d – 1) yang kongruen modulo m sebab (r + km’) untuk k = 0, 1, 2,.......,(d
-1) adalah residu – residu terkecil modulo m yang berbeda. Tidak ada solusi lain
kecuali d buah solusi itu. Karena r adalah solusi dari perkongruenan linear ax ≡ b
( mod m), misalkan ada solusi lain yaitu s, berarti ;
as ≡ b ( mod m) dan ar ≡ b ( mod m). sehingga
as ≡ ar ( mod m)
Karena (a , m) = d dan as ≡ ar ( mod m) maka diperoleh
s ≡ r ( mod m/d)
s ≡ r ( mod m’)
Ini berarti s – r = tm’ atau s = r + tm’ untuk suatu bilangan bulat t. Karena s residu
terkecil modulo m, sedangkan semua residu terkecil modulo m berbentuk (r +
km’) dengan k = 0, 1, 2,........, (d – 1).
Maka s = r + tm’ adalah salah satu solusi di antara (r + km’). Jadi tidak ada solusi
lain kecuali d buah solusi yaitu (r + km’) dengan k = 0, 1, 2, ......, (d – 1)
Contoh :
Selesaikanlah 6x ≡ 15 ( mod 33)

20
Jawab :
6x ≡ 15 ( mod 33) karena (6 , 33) = 3 maka
2x ≡ 5 ( mod 11) karena (2 , 11) = 1 maka
2x ≡ 16 ( mod 11)
x ≡ 8 ( mod 11)
ini berarti x = 8 + 11k, untuk setiap k ϵ Z
untuk k = 0 maka x = 8
untuk k = 1 maka x = 19
untuk k = 2 maka x = 30
Jadi 6x ≡ 15 ( mod 33) mempunyai 3 buah solusi yang berbeda yaitu 8,
19, dan 30.
Sumber : https://asbarsalim009.blogspot.com/2015/02/kekongruenan-bilangan-
bulat.html
2.7. KONGRUENSI KUDRATIS
Kongruensi kuadratis adalah kongruensi yang mempunyai bentuk umum :

x 2+ bx+ c ≡ 0 ( mod p )
Dengan a ≠ 0, p adalah suatu bilangan prima ganjil, dan (a,p) = 1
Keadaan (a,p) = 1 mengakibatkan adanya suatu kongruensi linier :
Ak = 1 (mod p)
Mempunyai satu selesaian sebab (a,p) = 1|1. Dengan demikian a mempunyai
inversi perkalian (multiplikatif) a¯¹ = k (mod p) sehingga ak ≡ 1 (mod p),
sehingga kongruensi kuadratis dapat disederhanakan menjadi :

ax 2 +bx +c ≡ 0(mod p)

atx 2+bkx + ck ≡ 0(mod p)

1. x2 +bkx +ck ≡ 0(mod p)

x 2+ bkx+ ck ≡0( mod p)

Dengan memilih p = bk dan q = ck, maka x 2+ bkx+ ck ≡0 ( mod p ) dapat


dinyatakan dengan

x 2+ qx+ r ≡ 0(mod p)

21
Contoh 1
Kongruensi kuadratis 4 x2 −9 x+5 ≡ 0(mod 17) menunjukkan bahwa a = 4 ≠ 0, p =
17, dan (a,p) = 1, serta inversi perkalian 4 adalah k = 13 sebab 4.13 = 52 ≡ 1 (mod
17), sehingga :
4.13 ≡ 1 (mod 17)
Dengan demikian koefisien a = 4 dapat direduksi menjadi 1 setelah dikalikan
dengan k = 13

4 x2 −9 x+5 ≡ 0(mod 17)


2
4.13 x −9.13 x +5.13 ≡0( mod 17)

52 x2−117 x+ 65≡ 0(mod p)

x 2+ 2 x +14 ≡ 0 ( mod 17 )
Contoh 2
Kongruensi kuadratis 5 x 2+ 4 x +17 ≡0 ( mod 13 ) menunjukkan bahwa a = 5 ≠ 0, p =
13, dan (a,p) = 1, serta inversi perkalian 5 adalah k = 8 sebab 5.8 = 40 ≡ 1 (mod
13), sehingga :
5.8 ≡ 1 (mod 13)

Dengan demikian koefisien a = 5 dapat direduksi menjadi 1 setelah dikalikan


dengan k = 8

5 x 2+ 4 x +17 ≡0(mod 13)

5.8 x 2+ 4.8 x+17.8 ≡ 0(mod 13)

40 x 2 +32 x +136 ≡ 0(mod 13)

x 2+ 6 x+6 ≡ 0 ( mod 13 )
Mari kembali ke kongruensi kuadratis :

x 2+ qx+ r ≡ 0(mod p)

22
Dengan keadaan p adalah suatu bilangan prima ganjil, dan 2 adalah bilangan
prima genap, maka dapat ditentukan bahwa (2,p) = 1|1, sehingga suatu bilangan
bulat m yang memenuhi :
2m ≡ 1 (mod p)
Ini berarti bahwa bilangan bulat m merupakan inversi perkalian 2 modulo m, dan
adanya m dapat digunakan untuk menentukan selesaian :

x 2+ qx+ r ≡ 0(mod p)
Dengan jalan mengusahakan menjadi bentuk kuadrat sempurna :

x 2+ qx+ r ≡ 0(mod p)

x 2+ q . lx+r ≡0(mod p)

x 2+ q .2 mx+r ≡0( mod p)

x 2+ q .2 mx+ [( qm)2−(qm)2 ] ≡0( mod p)

[ x 2+ q .2 mx+(qm)2 ]−( qm )2 +r ≡ 0(mod p)


2
[ x+(qm) ] ≡ [ ( qm)2−r ] (mod p)
( x +qm)2 ≡ [ ( qm )2−r ] (mod p)

Misalkan y=x +qm dan k =qm2−r , maka hasil terakhir dapat dinyatakan sebagai :

y 2=k (mod p)
Dengan demikian kongruensi semula dapat diubah menjadi kongruensi dalam
bentuk kuadrat sempurna, dan selesaikan kongruensi kuadratis ditentukan oleh
keadaan k dan p.
Contoh 3
Selesaikan kongruensi 4 x2 −9 x+5 ≡ 0(mod 17) dapat diperoleh dengan cara
mengubah kongruensi semula sehingga diperoleh kongruensi dalam bentuk
kuadrat sempurna.

4 x2 −9 x+5 ≡ 0 ( mod 17 )

4.13 x 2−9.13 x +5.13 ≡0( mod 17), 13 adalah inversi 4 modulo 17

52 x2−117 x+ 65≡ 0 ( mod 17 )

x 2+ 2 x +14 ≡ 0 ( mod 17 )

x 2+ 2.1 x +14 ≡ 0 ( mod 17 )

23
2 2 2
x + 2 ( 2.9 ) x+ ( 2.9 ) −( 2.9 ) +14 ≡ 0 ( mod 17 )
2 2 2
x + 2.18 x + ( 18 ) − (18 ) +14 ≡0 ( mod 17 )

( x +18 )2 ≡ 182−14 ( mod 17 ) ≡ 12−14 ( mod 17 ) ≡−13 ( mod 17 ) ≡ 4 ( mod 17 )

( x +1 )2 ≡ 4 ( mod 17 ) , maka x+1 ≡2 ( mod 17 ) atau x +1 ≡−2(mod 17)


Jadi x ≡ 1 ( mod 17 ) atau x ≡−3 ( mod 17 ) ≡14 (mod 17)

https://www.slideshare.net/DRcBy816/kongruensi-kuadratis

Operasi – operasi pada Relasi Kongruensi


1. dalam unsur – unsur kongruensi modulo m penambahan dan pengurangan
bilangan yang saling kongruen modulo m atau bentuk – bentuk yang
identic modulo m.
2. mengganti f(x) dengan F(x) pada suku f(x) g(x) dalam suatu kongruensi,
jika F(x) kongruensi identik mod m dengan f(x).
3. mengalikan atau jika mungkin membagi koefisien unsur – unsur dengan
bilangan bulat yang relative prima dengan modulonya.
4. Mengalikan atau jika mungkin membagi koefisien unsur – unsur
kongruensi dan modulonya dengan bilangan bulat yang sama.
Jika operasi – operasi di atas diterapkan sebanyak berhingga kali pada
suatu kongruensi f₁(x) ≡ f₂(x)(mod m) dan menghasilkan g₁(x) ≡ g₂(x)(mod m),
maka kedua kongruensi tersebut masih ekuivalen.
Pandang f(x) ≡ F(x)(mod m) suatu kongruensi identik, maka f(x)g(x) ≡
k(x)(mod m) ekivalen dengan F(x)g(x) + m.h(x) ≡ k(x)(mod m), sebab :
F(x)g(x) + m.h(x) ≡ k(x)(mod m)
F(x)g(x) + m.h(x) ≡ f(x)g(x)(mod m)
F(x)g(x) ≡ f(x)g(x)(mod m)
F(x) ≡ f(x)(mod m)
Jadi, bentuk f₁(x) ≡ f₂(x)(mod m) dapat disederhanakan menjadi
kongruensi yang ekivalen dengan bentuk f₃(x) ≡ 0 (mod m).
Contoh : x 2+ 11≡ 8 x (mod 6) ekivalen dengan x 2−2 x+5 ≡ 0(mod 6) atau

5 x 2+ 4 x−1 ≡0( mod 6)

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1.      Kekongruenan Bilangan Bulat

Definisi 1:

Jika m suatu bilangan positif maka a kongruen dengan modulo m (ditulis a ≡ b


(mod m)) jika dan hanya jika m membagi (a-b) atau ditulis m | (a-b). Jika m tidak
membagi (a-b) maka dikatakan a tidak kongruen dengan b modulo m. (Tiro dkk,
2008: 264)

Definisi 2 :

25
Pada a ≡ r(mod m) dengan 0 ≤ r < m, r disebut sisian terkecil dari amodulo m.
Untuk kekongruenan ini , {0,1,2,3,...,(m-1)} disebut himpunan sisian positif
terkecil modulo m.(Tiro dkk, 2008: 265)

Definisi 3 :

Himpunan bilangan bulat r1,r2,r3,.....,rm disebut sistem sisaan lengkap modulo m


jika dan hanya jika setiap bilangan bulat adalah kongruen modulo m dengan satu
dan hanya satu diantara r1,r2,r3,.....,atau rm. (Tiro dkk, 2008: 267)

2.      Aplikasi Kekongruenan

Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa keadaan yang serupa dengan


masalah kekongruenan. Misalnya, kerja arloji mengikuti aturan madulo 12 untuk
menyatakan jam, dan modulo 60 untuk menyatakan menit dan detik. Selanjutnya,
kerja kelender mengikuti aturan modulo 7 untuk hari-hari dalam satu minggu dan
modulo 12 untuk bulan-bulan dalam setahun.

Kekongruenan modulo 9 dapat digunakan untuk memeriksa kebenaran


terhadap operasi aritmetika yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian pada bilangan bulat. Perhatikan penjelasan berikut ini :

Misalnya, diketahui bahwa :

10.000-1 = 9.999 = 9 k4 sehingga 10.000 = 1(mod 9)

  1.000-1 =    999 = 9 k3 sehingga   1.000 = 1(mod 9)


100-1=      99 = 9 k2 sehingga      100 = 1(mod 9)
10-1=        9 = 9 k1 sehingga        10 = 1(mod 9)
3.      Perkongruenan Linear dan Aplikasinya

Perkongruenan merupakan kalimat terbuka yang menggunakan relasi


kekongruenan. Perkongruenan linear merupakan suatu perkongruenan yang
memiliki variabel berpangkat paling tinggi satu. Misalnya : 3x ≡ 2 (mod 8 ), 2x ≡
7 (mod 10), dan sebagainya. Suatu perkongruenan linear dapat mempunyai satu

26
solusi (seperti contoh di atas), ada yang memiliki lebih dari satu solusi, atau
mungkin tidak memiliki solusi sama sekali.

4.      Ciri Habis Dibagi

Definisi dari ciri habis dibagi adalah jika a suatu bilangan asli dan b suatu
bilangan bulat, maka a membagi b (dinyatakan dengan  ). Jika dan jika ada sebuah
bilangan bulat c demikian sehingga b = ac.Suatu bilangan bulat x dikatakan habis
dibagi oleh suatu bilangan bulat y ≠ 0, jika terdapat satu bilangan bulat p
sedemikian sehingga x = py. Jika hal ini dipenuhi maka y dikatakan membagi x
dan dinotasikan dengan y │ x yang dapat diartikan sebagai y adalah faktor
(pembagi) x, atau x adalah kelipatan y. Jika y tidak membagi x dinotasikan
dengan y ┼ x.

B.     Saran

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah wawasan dan membantu
memudahkan kita dalam mengikuti mata kuliah Teori Bilangan terkhusus pada
materi kekongruenan. Kami sebagai penyusun memberi saran dan harapan yang
besar kepada pembaca yang budiman untuk mempergunakan makalah ini sebaik
mungkin. Selain itu kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
terdapat banyak kekurangan, maka dari itu kami bersedia menerima tiap kritikan
dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.

Semoga dengan diterbitkannya makalah ini wawasan kita mengenai mata


kuliah Teori Bilangan terkhusus pada materi kekongruenan. Kami mengucapkan
terimakasih dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca dan
semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

Tiro, Muhammad Arif, dkk. 2008. Pengenalan Teori Bilangan. Makassar : Andira


Publisher.

Wardhani, krisna 2010. Perkongruenan linear.(online) http://krisna8.wordpress.com/2010/1
1/24/perkongruenan-linear

https://asbarsalim009.blogspot.com/2015/02/kekongruenan-bilangan-bulat.html

Mailizar, A.A. (2017). Teori Bilangan. Yogyakarta: Matematika.

https://www.slideshare.net/mobile/ChikaGidyfa/modul-3-kongruensi

28
SOAL.

29

Anda mungkin juga menyukai