KELOMPOK 7:
UNIVERSITAS ASAHAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan nikmat
sehat walafiat sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu. Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Bilangan tentang
“Kongruensi”.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada
Ibu Nova Eliza Silaen S.Pd., M.Si. selaku dosen mata kuliah Teori Bilangan yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini. Selain itu kami juga
mengucapkan Terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga tersusunnya makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan dan juga wawasan pembaca. Amin.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Konsep Dan Teorema Kongruensi............................................................2
2.1.1 Konsep Kongruensi.......................................................................2
2.1.2 Teorema Kongruensi......................................................................3
2.2 Defenisi Kongruensi..................................................................................6
2.3 Sifat-sifat Dasar Kongruensi.....................................................................7
2.4 Sistem Residu Lengkap Modulo...............................................................8
2.5 Aplikasi Kongruen..................................................................................10
2.6 Kongruensi Linier....................................................................................13
2.7 Kongruensi kuadratik..............................................................................18
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................22
3.2 Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
SOAL !..................................................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep dan sifat keterbagian dapat dipelajari secara lebih mendalam dengan
relasi kekongruenan. Dengan menggunakan konsep kekongruenan, kita dapat
menelaah sifat keterbagian secara luas dan mendalam sehingga lebih nampak
manfatnya. Namun, untuk mempelajari kekongruenan dan sifatnya diperlukan
juga penguasaan konsep dan sifat keterbagian. Dengan konsep kekongruenan, kita
lebih mudah dan cepat untuk menentukan sisa beberapa pembagian bilangan
bulat.
Dengan adanya pemikiran-pemikiran seperti ini, maka terdoronglah kami
untuk menyusun sebuah makalah yang berjudul kekongruenan agar kita sebagai
mahasiswa matematika dapat dengan mudah mempelajari dan memahami materi
kekongruenan. Beberapa kegunaan kekongruenan dibahas dalam makalah ini,
misalnya untuk menjelaskan ciri terbagi habis dari beberapa bilangan, koreksi
sembilan yaitu menguji kebenaran suatu hasil penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian bilangan bulat.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa konsep dan teorema kongruensi itu?
2. Apakah defenisi dari kongruensi?
3. Bagaimanakah sifat-sifat dasar dari kongruesi ?
4. Bagaimana sistem residu lengkap modulo?
5. Apakah definisi perkongruenan linear dan bagaimana aplikasinya?
6. Apakah definisi perkongruenan kuadratik?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1.2.Teorema Kongruen
3
Bukti :
Contoh:
5 ≡ 5 (mod 7) dan -10 ≡ -10 (mod 15) sebab 7│5 – 5 dan 15│-10 – (-10)
27 ≡ 6 (mod 7) akibatnya 6 ≡ 27 (mod 7) sebab 7│6 – 27 atau 7│(-21)
45 ≡ 21 (mod 3) dan 21 ≡ 9 (mod 3), maka 45 ≡ 9 (mod 3) sebab 3│45 – 9
atau 3│36
4
3. Jika p, q, r, dan m adalah bilangan-bilangan bulat dan m > 0 sedemikian hingga
p ≡ q (mod m), maka :
(a) p + r ≡ q + r (mod m)
(b) p – r ≡ q – r (mod m)
(c) pr ≡ qr (mod m)
Bukti :
Contoh:
5
4. Jika p, q, r, s, m adalah bilangan-bilangan bulat dan m > 0 sedemikian hingga p
≡ q (mod m) dan r ≡ s (mod m) , maka :
(a) p + r ≡ q + s (mod m)
(b) p – r ≡ q – s (mod m)
(c) pr ≡ qs (mod m)
Bukti :
Contoh:
36 ≡ 8(mod 7) dan 53 ≡ 4 (mod 7), maka 36 + 53 ≡ 8 + 4 (mod 7) atau 89
≡ 12 (mod 7)
72 ≡7 (mod 5) dan 43 ≡ 3 (mod 5), maka 72 – 43 ≡ 7 – 3 (mod 5) atau 29 ≡
4 (mod 5)
3 (mod 4) dan 23 ≡ 7 (mod 4) maka 15.23 ≡ 3.7 (mod 4) atau 345 ≡ 21
(mod 4)
6
5. (a) Jika p ≡ q (mod m), maka pr ≡ qr (mod mr)
(b) Jika p ≡ q (mod m) dan d│m , maka p ≡ q (mod d)
Bukti :
(a) p ≡ q (mod m), maka sesuai definisi 3.1, m│p – q , dan menurut teorema 2.8
dapat ditentukan bahwa rm│r(p – q) atau mr│pr – qr , dan berdasarkan
definisi 3.1 dapat ditentukan bahwa pr ≡ qr (mod mr)
(b) p ≡ q (mod m), maka sesuai definisi 3.1, m│p – q . Berdasarkan teorema 2.2,
d│m dan m│p – q berakibat d│p – q, dan sesuai dengan Definisi 3.1, p ≡ q
(mod d) Teorema 3.6 Diketahui bilangan-bilangan bulat a, p, q, m, dan m > 0.
Bukti :
(a) () ap ≡ aq (mod m), maka sesuai definisi 3.1, m│ap – aq, dan sesuai
definisi 2.1 ap – aq = tm untuk suatu t Z, berarti a(p – q) = tm. Karena
(a,m)│a dan (a,m)│ m maka (a/(a,m)(p – q) = (m/(a,m)t, dan sesuai dengan
definisi 2.1, dapat ditentukan bahwa (m/(a,m)│(a/(a,m)(p – q). Menurut
teorema 2.14, (m/(a,m),a/(a,m)) = 1, dan menurut teorema 2.15, dari
(m/(a,m),a/(a,m)) = 1 dan (m/(a,m)│(a/(a,m)(p – q) ber- akibat (m/(a,m)│(p –
q). Jadi menurut definisi 3.1, p ≡ q (mod m/(a,m)) . () p ≡ q (mod m/(a,m)),
maka menurut teorema 3.5(a), ap ≡ aq (mod am/(a,m)). Selan- jutnya, karena m
│am/(a,m), dan ap ≡ aq (mod am/(a,m)), maka berdasarkan pada teorema 3.5
(b) , ap ≡ aq (mod m).
(b) Buktikan !
Contoh
8p ≡ 8q (mod 6) dan (8,6) = 2, maka p ≡ q (mod 6/2) atau p ≡ q (mod 3)
12p ≡ 12q (mod 16) dan (12,16) = 4, maka p ≡ q (mod 16/4) atau p ≡ q
(mod 4)
p ≡ q (mod 6) dan p ≡ q (mod 8), maka p ≡ q (mod [6,8]) atau p ≡ q (mod
7
24)
p ≡ q (mod 16) dan p ≡ q (mod 24), maka p ≡ q (mod [16,24]) atau p ≡ q
(mod 48)
8
2.2. DEFENISI KONGRUEN
1. Apabila a dan b bilangan bulat dan m bilangan asli maka a kongruen dengan b
modulo m, ditulis
a ≡ b (mod m ) jika dan hanya jika m𝗏( a−b )
a≡ b (mod m ) dibaca “a kongruen dengan b modulen m”
Contoh :
1. 12 ≡5 (mod 7) , karena7𝗏( 12−5 )
2. 14 ≡ 5(mod 9) , karena 9𝗏(14−5)
3. 100 ≡1 (mod 11) , karena 11𝗏(100−1)
Nama lain dari modulo itu sisa pembagian. Misalnya, 11 dibagi 4 hasilnya 2
sisanya 3. Dalam penulisan modulo, 11 mod 4 = 3 atau kongruensi 11 ≡3 (mod 4).
≡ merupakan simbol kongruen. Jadi, 10 ≡2 (mod 4) artinya 4 habis membagi 10 –
2.
9
Dua bilangan bulat a dan b disebut kongruen terhadap bilangan bulat positif m,
apabila kedua bilangan tersebut mempunyai sisa yang sama jika dibagi dengan m.
3. Dua bilangan bulat a dan b adalah berkongruensi mod m, jika dan hanya jika
kedua bilangan itu dibagi dengan m akan menghasilkan sisa yang sama.
Contoh :
10
3. Apabila a≡ b (mod m )dan c ≡d (mod m ) , maka:
a. a+ c≡b+d (mod m )
c. a . c≡b. d ( mod m)
Contoh:
Misalkan: . 16 ≡2 (mod 7)
38 ≡17 (mod 7 )
Maka:
22 ≡15 (mod 7)
Contoh:
8 . 7 ≡8 . 2( mod 5 ), karena 8 dan 5 prima relative, maka 7 ≡2 (mod 5).
Contoh:
1. 5 . 6 ≡8 . 6 ( mod 9), PBB dari 6 dan 9 adalah 3, maka 5 ≡8 (mod 3 )
11
2. 15 . 8≡ 21 .8 (mod 24 ), PBB dari 8 dan 24 adalah 3, maka 15 ≡ 21 (mod
3)
atau 5 ≡7 (mod 3 )
Bukti :
Suatu sistem residu lengkap modulo [ m >1 ], adalah suatu himpunan bilangan
bula dengan sifat-sifat sebagai berikut:
Apabila kx ≡b (mod m) dimana PPB dari k dan m adalah 1. Maka selalu terdapat
suatu penyelesaian untuk x. Contoh:
1. Selesaikanlah 3 x≡ 4 (mod 5)
Karena PPB (3,5) = 1, maka terdapat suatu harga untuk x yang memenuhi
kongruensi. Salah satu dari aritmatika modulo 5 lengkap adalah 0, 1, 2, 3,
4 dengan memasukkan harga x untuk persamaan awal akan diperoleh;
}
3.0 ≢ 4 (mod 5)5𝗏(
0−4)
3.1 ≢ 4 (mod 5)5𝗏(3−4)
Penyelesainnya adalah x ≡
3 (mod 5)
3.2 ≢ 4 ( mod 5 ) 5𝗏(6−4)
3.3 ≢ 4 (mod 5)5𝗏(
9−4)
3.4 ≢ 4 (mod 5) 5𝗏(12−4)
13
1. Kongruen ax ≡b (mod m) mempunyai suatu penyelesaian jika dan hanya
jika PPB (a , m ) adalah pembagi b. Apabila kongruensi
mempunyai penyelesaian, maka banyak penyelesaian yang berbeda
adalah sama dengan PPB(a,m).
Contoh:
PPB(4,6) =2
2 adalah pembagi 10, jadi kongruensi mempunyai penyelesaian.
1. x≡ 1(mod 6)
2. x≡ 4 (mod 6)
32 ≡1 mod 8
14
Jawab :
32 ≡1 mod 8
c. Pembagian dengan 9
10 ≡9.1+1 → 10 ≡1 mod 9
Contoh :
29 ≡29 mod 9 29 ≡29 mod 9
→
29 ≡ 11 mod 9 29 ≡2 (10)+9 mod 9
29 ≡2 mod 9 29 ≡2 (1)+0 mod 9 → Sisa 2
Contoh :
Berapa sisa 15.327 dibagi 9?
Jawab :
15.327 ≡15.327 mod 9
15
15.327 ≡ 14+ 5.13+3. 12+2.1+7 mod 9
15.327 ≡ 1+5+3+ 2+ 7 mod 9
15.327 ≡18 mod 9
15.327 ≡ 0 mod 9 → Jadi, 15.327 habis dibagi 9
d. Pembagian dengan 11
Jadi : 10n=(−1)nmod 11
Contoh :
Tentukan sisa jika 1331 dibagi 11!
Jawab :
Contoh :
Tentukan sisa jika 78.965 dibagis 11 !
Jawab :
16
2.6. Kongruensi Linear
Perkongruenan Linear dan Aplikasinya
1. Perkongruenan Linear
Perkongruenan merupakan kalimat terbuka yang menggunakan relasi
kekongruenan. Perkongruenan linear adalah suatu perkongruenan yang memiliki
variabel berpangkat paling tinggi satu. Misalnya : 3x ≡ 4 (mod 5), 2x ≡ 7 (mod
10), dan sebagainya.
Bentuk umum perkongkruenan linear adalah :
ax ≡ b (mod m) dengan a tidak kongkruen dengan 0
Pada pengkongkruenan linear 3x ≡ 4 (mod 5), apabila x diganti dengan 3
memberikan 3.3 ≡ 4 (mod 5) atau 9 ≡ 4 (mod 5), yaitu suatu kalimat
kekongkruenan yang benar. Begitu pula jika x di ganti berturut-turut oleh ,-7,-
2,8,13,... akan memberikan kalimat-kalimat kongkruen yang benar.
Perkongkruenan linear ax ≡ b (mod m) akan mempunyai penyelesaian jika dan
hanya jika ada bilangan x dan k yang memenuhi persamaan ax ≡ b + km.
Suatu perkongruenan linear dapat mempunyai satu solusi (seperti contoh
di atas), ada yang memiliki lebih dari satu solusi, atau mungkin tidak memiliki
solusi sama sekali, misalnya 3x ≡ 5 (mod 12) tidak memiliki penyelesaian, sebab
tidak ada x yang memenuhi 3x – 5 = 12.k atau 12∤(3x – 5), untuk x dan k bilangan
bulat. (akan dibahas lebih lanjut di aplikasi perkongkruenan linear)
2. Aplikasi perkongruenan linear
Contoh :
3x ≡ 4 (mod 5), merupakan perkongruenan linear, sedangkan x4 – 5x + 7 ≡ 5
(mod 7), bukan merupakan pengkoreanan linear.
Untuk perkongruenan linear 3x ≡ 4 (mod 5),
Jika x = 3 maka : (3.3) ≡ 4 (mod 5) = 9 ≡ 4 (mod 5), merupakan suatu kalimat
pengkongruenan linear yang benar. Jika x = -7 maka : (3 (-7)) ≡ 4 (mod 5) = -21
≡ 4 (mod 5), merupakan suatu kalimat pengkongruenan linear yang benar. Dan
untuk nilai – nilai x yang lainnya, seperti : ......, -12, -7, -2, 3, 8. ....
Karena ax ≡ b (mod m), berarti ax – b = mk, untuk k ϵ Z atau ax = b + mk. Jadi
perkongruenan linier ax ≡ b (mod m) akan mempunyai solusi atau penyelesaian
jika dan hanya jika ada x dan k anggota z yang memenuhi persamaan ax – b = k.
Misalkan r memenuhi perkongruenan linier ax ≡ b (mod m), berarti ar ≡ b (mod
m), maka setiap bilangan bulat ( (r+m), (r+2m), (r+3m), ..., (r–m), (r– 2m),. )
memenuhi perkongruenan itu sebab a(r +mk) ≡ ar ≡ b (mod m) untuk k ϵ Z.
Diantara bilangan-bilangan bulat ( r + mk ) dengan k = 0, 1, 2, 3, ...,-1, -2, -3,...
17
ada tepat satu dan hanya satu katakan s dengan 0 ≤ s < m sebab suatu bilangan
bulat meski terletak diantara dua kelipatan m yang berurutan.
Jadi, jika r memenuhi perkongruenan ax ≡ b (mod m) dan km ≤ r < (k+1)m untuk
suatu bilangan bulat k maka 0 ≤ ( r – km) < m , jadi s = r – km untuk suatu
bilangan bulat k. Ini berarti s merupakan solusi ( penyelesaian ) dari
perkongruenan ax ≡ b (mod m).
Contoh :
(1) Misalkan 2x ≡ 4 (mod 2). Nilai-nilai x yang memenuhi perkongruenan 2x ≡ 4
(mod 2) ini adalah ..., -19, -12, -5, 2, 9, 16, ... dengan solusi perkongruenan adalah
2. Yaitu residu terkecil modulo 7 yang memenuhi perkongruenan linier 2x ≡ 4
(mod 2). Pada persamaan ax = b dengan a ≠ 0 hanya mempunyai satu solusi,
banyak solusi, bahkan ada yang tidak mempunyai solusi.
(2) 2x ≡ 1(mod 4). Jika 2x ≡1(mod 4) maka 4│(2x–1) tidak mempunyai solusi
karena tidak ada suatu bilangan bulat x yang memenuhi 4│(2x–1) berarti 4│(2x–
1).
(3) 3x ≡ 5 (mod 11). Jika 3x ≡ 5 (mod 11) maka 11 │ (3x – 5) hanya mempunyai
tepat satu solusi yaitu 9.
(4) 2x ≡ 4 (mod 6). Jika 2x ≡ 4 (mod 6) maka 6 │ (2x – 4) mempunyai beberapa
solusi yaitu yaitu 2 dan 5
Teorema`1 :
Jika (a,m) tidak dapat membagi b maka perkongruenan linier ax ≡ b (mod m)
tidak mempunyai solusi.
Bukti :
Ambil a, b, m ϵ Z dengan m > 0 dan ax ≡ b (mod m) mempunyai solusi adt : (am)
│ b. Karena ax ≡ b (mod m) mempunyai solusi misalkan r maka ar ≡ b (mod m)
atau (ar–b) = mk. untuk suatu bilangan bulat k, b = ar – mk. Misalkan (am) = d
maka d│a dan d│m Karena d│a maka d│ar untuk suatu r ϵ Z Karena d │m maka
d │mk untuk suatu k ϵ Z, karena d │ ar dan d │ mk maka d │ar – mk atau d │ b,
Karena kontraposisi di atas benar maka teorema di atas juga benar.
Contoh :
6x ≡ 7 (mod 8) karena ( 6,8 ) = 2 dan 2 tidak dapat membagi 7 maka 6x ≡ 7
(mod 8) tidak mempunyai solusi .
Teorema 2 :
Jika (a,m)=1 maka perkongruenan linier ax ≡ b(mod m) memiliki tepat satu solusi
Bukti :
18
Ambil a, m ϵ Z dengan m > 0 dan ( a,m ) = 1
Adt : ax ≡ b (mod m) memiliki tepat satu solusi , Akan ditunjukkan ax ≡ b (mod
m) Mempunyai solusi karena (am) = 1 maka ada bilangan bulat r dan s sehingga
ar+ms=1. Jika kedua ruas dikalikan dengan b maka :
(ar) b + (ms) b = b
a (rb) – b = m (-sb)
karena m │ a (rb) – b maka dapat ditulis a (rb) ≡ b (mod m). Maka residu terkecil
dari rb modulo m adalah solusi dari perkongruenan itu. Akan ditunjukkan ax ≡ b
(mod m) mempunyai tepat satu solusi (kontradiksi). Misalkan solusi
perkongruenan itu tidak tunggal, misalkan r dan s masing-masing solusi dari ax ≡
b (mod m) maka ar ≡ b (mod m) dan as ≡ b (mod m) atau ar ≡ as (mod m) karena
(a,m) = 1 maka r ≡ s (mod m). Berarti m │ r – s (i)
Tetapi karena r dan s adalah solusi dari perkongruenan itu maka r dan s masing-
masing residu terkecil modulo m sehingga 0≤r<m dan 0≤s<m atau -m<r–s< m......
(ii). Dari (i) dan (ii) yaitu m│r–s dan -m<r–s<m maka haruslah r–s = 0 atau r =
s. Ini berarti bahwa solusi dari perkongruenan linier tunggal untuk (a,m ) = 1.
Contoh :
(1) 4x ≡ 1 ( mod 15 )
x ≡ 16 ( mod 15 )
x ≡ 4 ( mod 15 )
x = 4 + 15 k untuk suatu k = 0, ±1, ±2, ±3, ...
Residu terkecil dari 4x ≡ 1 ( mod 15 ) adalah 4.
(2) 14 x ≡ 27 ( mod 31 )
14 x ≡ 58 ( mod 31 )
7x ≡ 29 ( mod 31 )
7x ≡ 91 ( mod 31 )
x ≡ 13 ( mod 31 )
x = 13 + 31 k untuk suatu k = 0, ±1, ±2, ±3, ...
Residu terkecil dari 14 x ≡ 27 ( mod 31 ) adalah 13.
Jika (am) = 1, ax ≡ 1 (mod m) juga mempunyai tepat satu solusi. Solusi itu disebut
invers dari a modulo m yang disebut a-1. a-1 (mod m ) dapat ditulis dengan ax ≡
1 (mod m)
19
Contoh :
Tentukan 2-1 (mod 13)
Penyelesaian :
2x ≡ 1 ( mod 13 )
2x ≡ 14 ( mod 13 )
x ≡ 7 ( mod 13 )
x = 7 + 13 k untuk k = 0, ±1, ±2, ±3, ...
Residu terkecil dari 2x ≡ 1 ( mod 13 ) adalah 7.
Teorema 3 :
Jika ( a,m ) = d dan d │ b maka perkongruenan linier ax ≡ b ( mod m ) memiliki
tepat d solusi.
Bukti :
Ambil a, b, d, m ϵ Z dengan m > 0 dan ( a,m ) = d dan d│b.
Adt : ax ≡ b ( mod m ) memiliki tepat d solusi. Akan ditunjukkan d buah solusi.
Ambil a, b, d, m ϵ Z dengan m > 0 dan ( a,m ) = d dan d│b
Adt : ax ≡ b ( mod m ) memiliki tepat d solusi. Karena ( a,m ) = d berarti akan ada
bilangan (a’,m’) = 1 sehingga berlaku a = da’ dan m = dm’ .Karena d│b maka ada
b’ sehingga b = b’ d
Perhatikan bahwa :
ax ≡ b (mod m)
( da’) x ≡ db’ (mod m’d), Karena (a,m) = d dan (a’,m’) = 1 maka (da’)x ≡ db’
(mod dm’) jika kedua ruas dibagi dengan d maka a’x ≡ db’ (mod dm’). Karena
(a’,m’) = 1 maka a’x = b’ (mod m’) akan memiliki satu solusi, misalkan solusi
itu adalah r. Maka d buah bilangan yaitu :
r,r+m’ , r+2m’, ... , r+(d–1)m’ atau r+km’ untuk k = 0,1 2,... ,(d–1) memenuhi
perkongruenan ax ≡ b (mod m) akan berlaku : ax = a (r + km) = da’ (r + km’)=
da’r + da’km’ Karena a’r ≡ b’(mad m’) dan m’d = m maka ax ≡ a’rd + a’km’d
(mod m) ≡ b’d + a’km’d ( mod m) ax ≡ b’d ( mod m) ax ≡ b ( mod m). Jadi r +
km’ untuk k = 0, 1, 2, ..., (d–1) memenuhi perkongruenan ax ≡ b ( mod m ).
Setiap r + km’ dengan k = 0, 1, 2, ..., ( d – 1 ) memenuhi perkongruenan ax ≡ b
( mod m ) akan berlaku : ax = a (r + km) = da’ (r + km’) = da’r + da’km’
Karena a’r ≡ b’ ( mod m’) dan m’ = m maka
ax ≡ a’rd + a’km’d ( mod m)
20
≡ b’d + a’km’d ( mod m)
≡ b’d ( mod m)
≡ b ( mod m)
Jadi r + km’ untuk k = 0,1,2,......,(d–1) memenuhi perkongruenan ax ≡ b ( mod
m)
Setiap r +km’ dengan k = 0, 1, 2, 3,..., (d – 1) adalah residu terkecil dari modulo
m. Karena r adalah solusi dari a’x ≡ b’ ( mod m’) berarti r ≥ 0 sehingga 0 ≤ r +
km’. Perhatikan bahwa :
r + km’ ≤ r + (d – 1)m’ ; untuk setiap k = 0, 1, 2,........, (d – 1)
r + (d – 1)m’ < m’ + (d – 1) m’
r + (d -1) m’ < m’ + dm’ – m’
r + (d – 1)m’ < dm’
r + (d – 1) m’ < m
ini berarti 0 ≤ r + km’ < m. hal ini menunjukkan bahwa (r + km’) untuk k = 0, 1,
2, ,(d – 1) adalah residu – residu terkecil modulo m atau mempunyai d buah
solusi yang berbeda. Artinya tidak ada bilangan dari (r + km’) untuk k = 0, 1,
2, ......,(d – 1) yang kongruen modulo m sebab (r + km’) untuk k = 0, 1, 2,. ,(d
-1) adalah residu – residu terkecil modulo m yang berbeda. Tidak ada solusi lain
kecuali d buah solusi itu. Karena r adalah solusi dari perkongruenan linear ax ≡ b
( mod m), misalkan ada solusi lain yaitu s, berarti ;
as ≡ b ( mod m) dan ar ≡ b ( mod m). sehingga
as ≡ ar ( mod m)
Karena (a , m) = d dan as ≡ ar ( mod m) maka diperoleh
s ≡ r ( mod m/d)
s ≡ r ( mod m’)
Ini berarti s – r = tm’ atau s = r + tm’ untuk suatu bilangan bulat t. Karena s residu
terkecil modulo m, sedangkan semua residu terkecil modulo m berbentuk (r +
km’) dengan k = 0, 1, 2,. , (d – 1).
Maka s = r + tm’ adalah salah satu solusi di antara (r + km’). Jadi tidak ada solusi
lain kecuali d buah solusi yaitu (r + km’) dengan k = 0, 1, 2, , (d – 1)
Contoh :
Selesaikanlah 6x ≡ 15 ( mod 33)
21
Jawab :
6x ≡ 15 ( mod 33) karena (6 , 33) = 3 maka
2x ≡ 5 ( mod 11) karena (2 , 11) = 1 maka
2x ≡ 16 ( mod 11)
x ≡ 8 ( mod 11)
ini berarti x = 8 + 11k, untuk setiap k ϵ Z
untuk k = 0 maka x = 8
untuk k = 1 maka x = 19
untuk k = 2 maka x = 30
Jadi 6x ≡ 15 ( mod 33) mempunyai 3 buah solusi yang berbeda yaitu 8,
19, dan 30.
22
Contoh 1
23
Dengan keadaan p adalah suatu bilangan prima ganjil, dan 2 adalah bilangan
prima genap, maka dapat ditentukan bahwa (2,p) = 1|1, sehingga suatu bilangan
bulat m yang memenuhi :
2m ≡ 1 (mod p)
Ini berarti bahwa bilangan bulat m merupakan inversi perkalian 2 modulo m, dan
adanya m dapat digunakan untuk menentukan selesaian :
Misalkan y=x +qm dan k =qm2−r, maka hasil terakhir dapat dinyatakan sebagai :
y2=k (mod p)
Dengan demikian kongruensi semula dapat diubah menjadi kongruensi dalam
bentuk kuadrat sempurna, dan selesaikan kongruensi kuadratis ditentukan oleh
keadaan k dan p.
Contoh 3
Selesaikan kongruensi 4 x2−9 x+5 ≡ 0(mod 17) dapat diperoleh dengan cara
mengubah kongruensi semula sehingga diperoleh kongruensi dalam bentuk
kuadrat sempurna.
24
x 2+ 2 ( 2.9 ) x+ ( 2.9 )2−( 2.9 )2 +14 ≡ 0 ( mod 17 )
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Definisi 1:
Definis2
Definisi 3 :
2. Aplikasi Kekongruenan
26
Misalnya, diketahui bahwa :
solusi (seperti contoh di atas), ada yang memiliki lebih dari satu solusi, atau
mungkin tidak memiliki solusi sama sekali.
Definisi dari ciri habis dibagi adalah jika a suatu bilangan asli dan b suatu
bilangan bulat, maka a membagi b (dinyatakan dengan ). Jika dan jika ada sebuah
bilangan bulat c demikian sehingga b = ac.Suatu bilangan bulat x dikatakan habis
dibagi oleh suatu bilangan bulat y ≠ 0, jika terdapat satu bilangan bulat p
sedemikian sehingga x = py. Jika hal ini dipenuhi maka y dikatakan membagi x
dan dinotasikan dengan y │ x yang dapat diartikan sebagai y adalah faktor
(pembagi) x, atau x adalah kelipatan y. Jika y tidak membagi x dinotasikan
dengan y ┼ x.
B. Saran
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah wawasan dan membantu
memudahkan kita dalam mengikuti mata kuliah Teori Bilangan terkhusus pada
materi kekongruenan. Kami sebagai penyusun memberi saran dan harapan yang
besar kepada pembaca yang budiman untuk mempergunakan makalah ini sebaik
mungkin. Selain itu kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
terdapat banyak kekurangan, maka dari itu kami bersedia menerima tiap kritikan
dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.
Semoga dengan diterbitkannya makalah ini wawasan kita mengenai mata
kuliah Teori Bilangan terkhusus pada materi kekongruenan. Kami mengucapkan
terimakasih dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca dan
semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.
27
DAFTAR PUSTAKA
Tiro, Muhammad Arif, dkk. 2008. Pengenalan Teori Bilangan. Makassar : Andira
Publisher.
https://asbarsalim009.blogspot.com/2015/02/kekongruenan-bilangan-bulat.html
Mailizar, A.A. (2017). Teori Bilangan. Yogyakarta: Matematika.
https://www.slideshare.net/mobile/ChikaGidyfa/modul-3-kongruensi
28
29
30