Anda di halaman 1dari 20

MODUL 2

KETERBAGIAN BILANGAN BULAT

Pendahuluan
Dalam modul Keterbagian Bilangan Bulat ini diuraikan tentang sifat-sifat dasar
keterbagian, algoritma pembagian, konsep-konsep dasar factor persekutuan terbesar (FPB)
dan kelapatan pesekutuan terkecil (KPK) dan penerapannya, algoritma Euclides, serta
keprimaan.
Keterbagian (divisibility) merupakan bahan dasar dalam uraian lebih lanjut tentang
pembahasan teori bilangan. Setelah pembahasan tentang fpb dan kpk, sifat-sifat dasar
keterbagian dapat diperluas menjadi lebih lengkap dan mendalam. Demikian pula
pembahasan tentang fpb dan kpk beserta sifat-sifatnya dapat lebih dikembangkan dan
dikaitkan dengan keterbagian. Penerapan algoritma Euclides dalam pembahasan fpb dan kpk
merupakan bahan yang memberikan peluang kemudahan untuk mencari fpb dan kpk dari
bilangan-bilangan yang relative besar, dan untuk menyatakan suatu fpb sebagai kombinasi
linier dari bilangan-bilangan komponennya.
Secara keseluruhan, materi pokok dalam modul ini meliputi keterbagian, fpb dan kpk,
dan keprimaan. Keterkaitan antara ketiga materi pokok menjadi lebih jelas setelah berbagai
kasus dipaparkan dan diselesaikan melalui contoh, tugas, latihan, dan tes formatif.

Kompetensi Umum
Kompetensi Umum dalam mempelajari modul ini adalah mahasiswa mampu memahami
konsep dan sifat keterbagian, fpb dan kpk, keprimaan, dan keterkaitan antara ketiga topic
pokok.

Kompetensi Khusus
Kompetensi Khusus dalam mempelajari modul ini adalah mahasiswa mampu
menjelaskan konsep keterbagian dan sifat-sifatnya, konsep fpb dan kpk serta sifat-sifatnya,
konsep keprimaan dan sifat-sifatnya, serta keterkaitan satu sama lain untuk menyelesaikan
masalah-masalah tertentu

33
Susunan Kegiatan Belajar
Modul 2 ini terdiri dari dua Kegiatan Belajar. Kegiatan Belajar pertama adalah
Keterbagian Bilangan Bulat, dan Kegiatan Belajar kedua adalah FPB dan KPK. Setiap
kegiatan belajar memuat Uraian, Contoh, Tugas dan Latihan, Rambu-Rambu Jawaban Tugas
dan Latihan, Rangkuman, dan Tes Formatif. Pada bagian akhir modul 2 ini ditempatkan
Rambu-Rambu Jawaban Tes Formatif 1 dan Tes Formatif 2.

Petunjuk Belajar
1. Bacalah Uraian dan Contoh dengan cermat dan berulang-ulang sehingga Anda benar-
benar memahami dan menguasai materi pembahasan.
2. Kerjakan Tugas dan Latihan yang tersedia secara mandiri. Jika dalam kasus atau ta-
hapan tertentu Anda mengalami kesulitan menjawab, maka pelajarilah Rambu-Ram-
bu Jawaban Tugas dan Latihan. Jika langkah ini belum berhasil menjawab permasa-
lahan, maka mintalah bantuan tutor Anda, atau orang lain yang lebih tahu.
3. Kerjakan Tes Formatif secara mandiri, dan periksalah Tingkat Penguasaan Anda
dengan cara mencocokkan jawaban Anda dengan Rambu-Rambu Jawaban Tes For-
matif. Ulangilah pengerjaan Tes Formatif sampai Anda benar-benar merasa mampu
mengerjakan semua soal dengan benar.

34
MODUL 2
KEGIATAN BELAJAR 1

KONSEP DASAR KETERBAGIAN

Uraian
Pembagian bilangan bulat merupakan bahan pelajaran matematika yang sudah
diberikan di sekolah dasar. Bahan pelajaran ini diperluas penggunaannya sampai pada
pemfaktoran prima, faktor persekutuan terbesar (FPB), kelipatan persekutuan terkecil
(KPK), dan keterbagian oleh bilangan tertentu (misalnya keterbagian oleh 2,3, atau 9). Untuk
memberikan dasar atau landasan yang lebih kuat kepada guru matematika di sekolah, maka
mereka perlu belajar lebih mendalam tentang konsep-konsep dasar keterbagian.
Keterbagian (divisibility) merupakan dasar pengembangan teori bilangan, sehingga
konsep-konsep keterbagian akan banyak digunakan di dalam sebagian besar uraian atau
penjelasan matematis tentang pembuktian teorema.
Jika suatu bilangan bulat dibagi oleh suatu bilangan bulat yang lain, maka hasil
baginya adalah suatu bilangan bulat atau suatu bilangan yang tidak bulat, misalnya, jika 40
dibagi 8, maka hasil baginya adalah bilangan bulat 8; tetapi jika 40 dibagi 16, maka hasil
baginya adalah 2,5. Keadaan inilah yang memberikan gagasan tentang perlunya definisi
keterbagian.
Definisi 2.1
Suatu bilangan bulat q habis dibagi oleh suatu bilangan bulat p ≠ 0 jika ada suatu
bilangan bulat x sehingga q = px
Notasi
p|q dibaca p membagi q, p faktor dari q, q habis dibagi p, atau q kelipatan dari p
p  q dibaca p tidak membagi q, p bukan faktor dari q, q tidak habis dibagi p, atau
q bukan kelipatan dari p
Contoh 2.1
a. 6 | 18 sebab ada bilangan bulat 3 sehingga 18 = 6.3
b. 12  15 sebab tidak ada bilangan bulat x sehingga 15 = 12.x
c. 5 | -30 sebab ada bilangan bulat -6 sehingga -30 = 5.(-6)
d. -4 | 20 sebab ada bilangan bulat 5 sehingga 20 = (-4).5

35
Berdasarkan definisi 2.1 diatas jelas bahwa faktor-faktor suatu bilangan bisa merupakan
bilangan bulat positif atau merupakan bilangan bulat negatif. Dengan demikian, faktor-
faktor dari:
6, adalah 1, -1, 2, -2, 3, -3, 6, dan -6
15, adalah 1, -1, 3, -3, 5, -5, 15, dan -15
Beberapa sifat sederhana keterbagian adalah :
1. 1 | p untuk setiap p  Z
2. p | 0 untuk setiap p  Z dan p ≠ 0
3. p | p untuk setiap p  Z dan p ≠ 0
4. Jika p | q, maka kemungkinan hubungan antara p dan q adalah p < q, p = q, atau p>
q (misalnya 3 | 6, 3 | 3, atau 3 | -3)

Teorema 2.1
Jika p, q  Z dan p | q, maka p | qr untuk semua r  Z
Bukti:
Diketahui bahwa p | q, maka menurut definisi 2.1, ada suatu xZ sehingga q = px
q = px berarti qr = pxr, atau qr = p(x.r) dengan xr  Z (sebab x  Z dan r  Z)
Sesuai dengan definisi 2.1, karena qr = p(xr) maka p | qr

Teorema 2.2
Jika p , q, r  Z, p | q, dan q | r , maka p | r
Bukti:
Diketahui p | q dan q | r, maka menurut definisi 2.1, tentu ada x, y  Z sehingga q =
px dan r = qy,
r = qy dan q = px, maka r = (px)y atau r = p (xy) dengan x, yZ
Sesuai dengan definisi 2.1, karena r = p(xy), maka p | r

Teorema 2.3
Jika p, q  Z, p | q dan q | p, maka p =  q
Bukti:
Diketahui p | q dan q | p maka menurut definisi 2.1, terdapat x,y  Z sehingga
p = qx dan q = py.

36
Jadi: p = (py)x = p(yx) = (xy) = (xy)p, atau 1.p = (xy) p, sehingga xy = 1
Dengan demikian, karena x,y  Z dan xy = 1, maka diperoleh x = -1 = y atau
x=1=y
Jika x = -1 = y, maka p = -q
Jika x = 1 = y, maka p = q

Teorema 2.4
Jika p, q, r  Z, p | q dan p | r, maka p | q + r
Bukti:
Karena p | q dan p | r, maka menurut definisi 2.1, ada x,y  Z sehingga q = px dan r
= py.
Dengan demikian q + r = px + py = p(x + y)
Kerena x,yZ, maka sesuai dengan sifat tertutup penjumlahan bilangan bulat, x+
yZ
Jadi : p | q + r

Teorema 2.4 dapat diperluas tidak hanya berlaku untuk q, r tetapi untuk q, r, s, t,.., artinya
jika p | q, p | r, p | s, p | t, dan…, maka p | q + r + s + t +…
Selanjutnya, teorema 2.4 tetap berlaku jika operasi penjumlahan (+) diganti dengan operasi
pengurangn (–), buktikan !

Teorema 2.5
Jika p, q, r  Z, p | q dan p | r, maka p | qx + ry untuk semua x, y  Z (qx +
ry disebut kombinasi linear dari q dan r)
Buktikan!

Teorema 2.6.
Jika p, q, r  Z, p > 0, q > 0, dan p | q, maka p  q
Bukti:
Karena p | q, maka menurut definisi 2.1, ada x  Z sehingga q = px
Karena p > 0, q > 0, dan q = px, maka x > 0

37
Karena x  Z dan x > 0, maka kemungkinan nilai-nilai x adalah 1, 2, 3, …, yaitu x =
1 atau x > 1
Jika x = 1, maka q = px = p(1) = p.
Jika x > 1, dan q = px, maka p < q
Jadi p ≤ q

Teorema 2.7
Jika p, q, r  Z, p > 0, q > 0, p | q dan q | p, maka p = q.
Buktikan!

Teorema 2.8
p | q jika dan hanya jika kp | kq untuk semua k  Z dan k ≠ 0
Buktikan!

Teorema 2.9
Jika p, q, r  Z, p ≠ 0, p | q + r, dan p | q, maka p | r
Buktikan!

Uraian berikutnya membahas tentang algoritma pembagian. Suatu algoritma didefinisikan


sebagai serangkaian langkah-lanbgkah atau prosedur yang jelas dan terhingga untuk
menyelesaikan suatu masalah. Kita lazim menggunakan istilah algoritma pembagian
(division algoritma) meskipun istilah ini tidak menunjukkan adanya altoritma. Pembicaraan
algoritma sebagai prosedur dalam menyelesaikan masalah terdapat nanti pada pembahasan
tentang algoritma Enclides.

Teorema 2.10, Algoritma Pembagian


Jika p, q  Z dan p > 0, maka ada bilangan-bilangan r, s  Z yang masing-masing
tunggal sehingga q = rp + s dengan 0  s < p.
Jika p tidak membagi q, maka s memenuhi ketidaksamaan 0 < s < p.
Dari pernyataan q = rp + s, 0 ≤ s < p, r disebut hasil bagi (quotient), s disebut sisa (remainder),
q disebut yang dibagi (dividend) dan p disebut pembagi (divisor). Kita secara tradisi
menggunakan istilah algoritma meskipun sesungguhnya algoritma pembagian bukan
merupakan suatu algoritma.
38
Sebelum membuktikan Teorema 2.9, agar lebih mudah dalam memahami langkah-langkah
pembuktian, simaklah dengan cermat uraian berikut:
Ditentukan dua bilangan bulat 4 dan 7 dengan 4 | 7, maka dapat dibuat barisan aritmetika 7
- (r.4) dengan x  Z
untuk r = 3, 7 - (r.4) = 7 - 12 = -5
untuk r = 2, 7 - (r.4) =7-8 = -1
untuk r = 1, 7 - (r.4) =7-4 = 3
untuk r = 0, 7 - (r.4) =7–0 = 7
untuk r = -1, 7 - (r.4) = 7 – (-4)= 11
dan seterusnya
sehingga diperoleh barisan …, -5, -1, 3, 7, 11, …
Barisan ini mempunyai suku-suku yang negativf, dan suku-suku yang tidak negatif sebagai
unsur-unsur himpunan T.
T = {3, 7, 11,…} atau T = {7 – (4.r) | r  Z, 7 – (4.r)  0}
Karena T  N dan N adalah himpunan yang terurut rapi, maka menurut prinsip urutan rapi,
T mempunyai unsur terkecil.
Perhatikan bahwa unsur terkecil T adalah 3.
Karena 3  T, maka 3 = 7 – (4.r) untuk suatu r  Z. dalam hal ini r = 1, sehingga
3 = 7 - (4.1), atau 7 = 1.4 + 3
Dengan demikian dapat ditentukan bahwa:
7 = 1.4 + 3 dengan 0  3 < 4
Karena 4 │ 7, maka 7 = r.4 + s dengan r = 1 dan s = 3
Perhatikan bahwa untuk 4, 7  Z, ada r, s  Z sehingga 7 = r.4 + s dengan 0 ≤ s < 4
Marilah sekarang kita membuktikan teorema 2.10
Bukti:
Dengan p, q  Z dapat dibentuk suatu barisan aritmatika (q – rp) dengan r  Z, yaitu
… , q – 3p, q – 2p, q – p, q, q + 2p, q + 3 p, …
yang mempunyai bentuk umum q – rp
Ambil suatu himpunan T yang unsur-unsurnya adalah suku barisan yang tidak
negatif, yaitu:
T = {q – rp | r  Z, q – rp  0}
Karena T  N dan N adalah himpunan yang terurut rapi, maka menurut prinsip urutan
rapi, T mempunyai unsur terkecil, misalnya s.
39
Karena s  T, maka s = q – rp untuk suatu r  Z, sehingga q = rp + s.
Jadi jika p, q  Z dan p > 0, maka ada r, s  Z sehingga q = rp + s.
Sampai disini pembuktian baru pada tahap menunjukkan eksistensi dari r dan s.
berikutnya akan dibuktikan bahwa 0 ≤ s < p dengan menggunakan bukti tidak
langsung.
Anggaplah bahwa 0  s < p tidak benar, s < 0 atau s  p.
Karena s  T, maka s tidak mungkin negatif, sehingga kemungkinannya tinggal s 
p.
s  p, maka s – p  0, sehingga (q – rp) – p  0 atau q – (r + 1) p  0.
Karena s – p  0 dan s – p = q – (r + 1) p atau s – p mempunyai bentuk q – rp, maka
s–pT
Karena p > 0, maka s – p < s, sehingga s – p merupakan unsur T yang lebih kecil dari
s. Hal ini bertentangan dengan pengambilan s sebagai unsur terkecil dari T.
Jadi: 0  s < p
Selanjutnya, buktikan ketunggalan dari r dan s
Petunjuk: gunakan bukti tidak langsung, misalnya r dan s tidak tunggal, yaitu ada r1,
r2, s1, s2  Z dan :
q = r1p + s1, 0 < s1 < p
q = r2p + s2, 0 < s1 < p

Contoh 2.1
Tunjukkan:
a. Jika p | q, maka p2 | q2
b. Jika p | q, maka p | 3q2
Jawab:
a. Karena p | q, maka sesuai dengan definisi 2.1, ada bilangan k  Z sehingga q =
kp, dengan demikian q2 = k2p2.
Sesuai dengan sifat ketertutupan perkalian bilangan bulat, karena k  Z, maka
k . k = k2  Z
q2 = k2p2 dan k2  Z, maka sesuai dengan definisi 2.1, p2 | q2.
b. Karena p | q, maka sesuai dengan teorema 2.1, p|qr untuk semua r  Z
Ambil r = 3q, maka 3q  Z untuk sebarang q  Z

40
Dengan demikian, dari p | qr dan r = 3q  Z, maka p | q (3q) atau
p | 3q2.

Contoh 2.2.
Diketahui: (a1a0) = a1.10 + a0 dan 3 | t
Tunjukkan bahwa t | a1 + a0
Jawab:
t = a1.10 + a0 = a1 (9 + 1) + a0 = 9a1 + (a1 + a0)
3 | t atau 3 | 9a0 + (a1 + a0) dan 3 | 9a0, maka menurut teorema 2.9, 3|
a1 + a0
Contoh 2.3
Diketahui t = (a4 a3 a2 a1 a0) = a4.104 + a3.103 + a2.102 + a1.10 + 40 dan 11 | t
Tunjukkan bahwa t | a0 – a1 + a2 – a3 - a3 + a4
Jawab:
t = a4.104 + a3.103 + a2.102 + a1.10 + a0
= a0 + a1(11 – 1) + a2 + a1(99 + 1) + a3 (1001 – 1) + a4 (9999 + 1)
= (11a1 + 99a2 + 1001a3 + 9999a4) + (a0 - a1 + a2 - a3 + a4)
t = 11(a1 + 9a2 + 91a3 + 909a4) + (a0 - a1 + a2 - a3 + a4)
Karena 11 | t, yaitu 11 | 11(a1 + 9a2 + 91a3 + 909a4) + (a0 - a1 + a2 - a3 + a4)
dan 11 | 11 (a1 + 9a2 + 91a3 + 909a4), maka menurut teorema 2.9, 11 | (a0 -
a1 + a2 - a3 + a4)
Contoh 2.4
Menurut teorema algoritma pembagian, nyatakan sebagai q = rp + s, 0 ≤ s < p, jika:
a. p = 7 dan q = - 100
b. p = 12 dan q = - 150
Jawab:
a. -100 = (-15)(7) + 5, 0  5 < 7
b. -150 = (-13)(12) + 6, 0  6 < 12

Teorema algoritma pembagian dapat digunakan untuk memilahkan atau memisahkan


himpunan bilangan bulat menjadi n himpunan bagian yang saling lepas (disjoint)
dengan n  {2, 3, 4,…}

41
Jika p = 2 dan q adalah sebarang bilangan bulat, maka menurut teorema algoritma
pembagian, q dapat dinyatakan sebagai:
q = 2p + s, 0 ≤ s < 2
Karena r  Z dan 0 ≤ r < 2, maka kemungkinan nilai-nilai s adalah s = 0 dan s = 1
untuk s = 0, q = 2p + s = 2p + 0 = 2p
untuk s = 1, q = 2p + s = 2p + 1
q = 2p dengan p  Z disebut bilangan bulat genap (even integer) dan q = 2p + 1
dengan p  Z disebut bilangan bulat ganjil atau gasal (odd integer). Dengan demikian
himpunan bilangan bulat dapat dipisahkan menjadi dua himpunan bagian yang lepas,
yaitu himpunan bilangan bulat genap dan himpunan bilangan bulat ganjil. Dengan
kata lain, setiap bilangan bulat selalu dapat dinyatakan sebagai salah satu dari:
q = 2p atau q = 2p + 1, p  Z
Dengan jalan lain yang sama, setiap bilangan bulat selalu dapat dinyatakan sebagai:
q = 3p, q = 3p + 1, q = 3p + 2, p  Z
q = 4p, q = 4p + 1, q = 4p + 2, q = 4p + 3 , p  Z
q = 5p, q = 5p + 1, q = 4p + 2, q = 5p + 3 , q = 5p + 4, p  Z
dan seterusnya.

Contoh 2.5
Buktikan: 2 | n3 – n untuk sebarang n  Z
Bukti:
Menurut teorema 2.10 (algoritma pembagian), setiap bilangan bulat n dapat
dinyatakan sebagai n = 2p atau n = 2p + 1
Untuk n = 2p, dapat ditentukan:
n3 – n = n (n2 -1)
= n (n -1) (n +1)
= 2p (2p -1) (2p +1)
Jadi 2 | n3 – n
Untuk n = 2p + 1, dapat ditentukan
n3 – n = n (n2 -1)
= n (n -1) (n +1)
= (2p +1) (2p +1 - 1) (2p +1 + 1)

42
= 2p(2p + 1)(2p + 2)
Jadi 2 | n3 – n
Dengan demikian 2 | n3 – n untuk sekarang n  Z

Selanjutnya, marilah kita lihat cara mengganti suatu bilangan dalam basis 10 menjadi basis
yang lain dengan menggunakan teorema yang dibuktikan dengan menggunakan teorema
algoritma pembagian.

Teorema 2.11
Jika q  z dan q > 1, maka setiap n  Z+ dapat dinyatakan secara tunggal dalam
bentuk n = pkqk + pk-1qk-1 + ….. + p2q2 + p1q1 + p0q0
yang mana k  Z, k ≥ 0, pt  Z, 0  pt < q – 1, t = 0, 1,…, k dan pk ≠ 0
Bukti:
Karena q  Z dan q > 1, maka q > 0, sehingga menurut teorema algoritma pembagian,
hubungan antara n dan q adalah :
n = qr0 + p0, 0  p0 < q (0  p0  q -1)
Jika r0 ≠ 0, maka hubungan antara r0 dan q menurut teorema algoritma pembagian
adalah:
r0 = qr1 + p1, 0 ≤ p1 ≤ q (0 ≤ p1 ≤ q – 1)
Jika langkah serupa dikerjakan, maka diperoleh:
r1 = qr2 + p2, 0 ≤ p2 ≤ q (0 ≤ p2 ≤ q – 1)
r2 = qr3 + p3, 0 ≤ p3 ≤ q (0 ≤ p3 ≤ q – 1)

rk-2 = qrk-1 + pk-1, 0 ≤ pk-1 < q (0 ≤ p k-1 ≤ q – 1)
rk-1 = qrk-1 + pk-2, 0 ≤ pk-2 < q (0 ≤ pk ≤ q – 1)
Ambil rk = 0, maka barisan r0, r1,…, rk merupakan barisan bilangan bulat tidak negatif
yang menurun, paling banyak mempunyai suku-suku bernilai nol (yaitu rk), dan k
suku yang positif (yaitu r0,r1,…, rk-1).
Dari hubungan antara n, q, dan ri (i = 0,1, 2,…, k) diatas dapat ditentukan bahwa:
n = qr0 + p0
= q(r1 + p1) + p0 = q2r1 + qp1 + p0
= q2(qr2 + p2) + qp1 + p0 = q3r2 + q2p2 + qp1 + p0
= ….
43
= qk-1rk-2 + qk-2pk-2 + qk-3pk-3 + …. + qp1 + p0
= qk-1(qrk-1 + pk-1) + qk-2pk-2 + qk-3pk-3 + … + qp1 + p0
= qk rk-1 + qk-1pk-1 + qk-2pk-2 + qk-3pk-3 + … + qp1 + p0
= qk(qrk + pk) + qk-1pk-1+ qk-2pk-2 + qk-3pk-3 + … + qp1 + p0
n = qk+1rk + qkpk + qk-1pk-1 + qk-2pk-2 + qk-3pk-3 + … + qp1 + p0
Karena rk = 0, maka :
n = qkpk + qk-1pk-1 + qk-2pk-2 + qk-3pk-3 + … + qp1 + p0
n = pkqk + pk-1qk-1 + pk-2qk-2 + pk-3qk-3 + … + qp1 + p0
n = (pkpk-1pk-2pk-3 … p1 + p0)q
Ini berarti bilangan asli n yang ditulis dalam lambang bilangan basis 10, dapat diubah
menjadi lambang bilangan basis q > 1
Agar langkah-langkah dalam pembuktian teorema 2.10 dapat dipahami dengan sebaik-
baiknya, marilah kita lihat suatu peragaan berikut ini.
Ambil n = 985 dan q = 6
985 = 6.164 + 1 (n = qr0 + p0, r0 = 164, p0 = 1)
164 = 6.27 + 2 (r0 = qr1 + p1, r1 = 27, p1 = 2)
27 = 6.4 + 3 (r1 = qr2 + p2, r2 = 4, p2 = 3)
4 = 6.0 + 4 (r2 = qr3 + p3, r3 = 0, p3 = 4)
Dengan demikian dapat ditentukan bahwa:
985 = 6.164 + 1
= 6(6.27 + 2) + 1 = 62.27 + 6.2 + 1
= 62(6.4 + 3) + 6.2 + 1 = 63.4 + 62.3 + 6.2 + 1
Jadi: (985)10 = (4321)6
Perhatikan pola yang terdapat pada lambang bilangan basis 6 yang dicari. Angka-angka pada
lambang bilangan basis 6 yang dicari merupakan sisa dari masing-masing algoritma
pembagian.

Contoh 2.6.
Tuliskan (985)10 dalam lambang bilangan basis 4 dan basis 3.
Jawab:
985 = 4.246 + 1
246 = 4.61 + 2
61 = 4.15 + 1

44
15 = 4.3 + 3
3 = 4.0 + 3
(985)10 = (33121)4
Pemeriksaan:
(33121)4 = 3.44 + 3.43 + 1.42 + 2.4 + 1
= 768 + 192 + 16 + 8 + 1
= 985
985 = 3.328 + 1
385 = 3.109 + 1
109 = 3.36 + 1
36 = 3.12 + 0
12 = 3.4 + 0
4 = 3.1 + 1
1 = 3.0 + 1
(985)10 = (1100111)3
Pemeriksaan:
(1100111)3 = 1 . 36 + 1 . 35 + 0 . 34 + 0 . 33 + 1 . 32 + 1 . 3 + 1
= 729 + 243 + 0 + 0 + 9 + 3 + 1 = 985

Tugas dan Latihan


Tugas
Carilah suatu sumber pustaka yang membicarakan tentang pembagian oleh 1001 dengan
menggunakan cara pencoretan (scratch method). Ambil suatu bilangan, lakukan pembagian
bilangan itu oleh 1001 dengan cara biasa dan jelaskan bagaimana proses pembagian itu dapat
diganti dengan cara pecoretan untuk memperoleh sisia pembagian.
Berikan satu contoh pembagian suatu bilangan oleh 1001 dengan menggunakan cara
pencoretan. Jelaskan manfaat dari cara pencoretan terhadap pembagian bilangan 7, 11 dan
13.

Latihan
1. Buktikan: jika a, b, c  z , a | b dan a | c, maka a | b + c
2. Nyatakan q dalam bentuk q = rp + s, 0  s < p, jika :
a. q = 79 dan p = 8

45
q = 203 dan p = 13
q = -110 dan p = 7
q = -156 dan p = 8
3. Buktikan ketunggalan dari r dan s pada teorema algoritma pembagian
4. Diketahui: t = (a4 a5 a3 a2 a1 a0) dan 7 | t
Tunjukkan bahwa 7 | (a0 + 3a1 + 2a2) – (a3 + 3a4 + 2a5)
5. Buktikan: 3 | n3-n untuk setiap n  Z
6. Nyatakan (475)10 dalam lambang bilangan basis 7 dan basis 5

Rambu-Rambu Jawaban Tugas dan Latihan


Rambu-Rambu Jawaban Tugas

245 7
1001 245786 2 2 4 5 7 8 6
2002 5
4558
4004 Urutan ke 4 dikurangi urutan ke 1
5546
5005
Sisa → 541

245 8
1001 245786 4 2 4 5 7 8 6
2002 4
4558
Urutan ke 5 dikurangi urutan ke 2
4004
5546
5005
Sisa → 541

46
245 6
1001 245786 5 2 4 5 7 8 6
2002 1
4558
4004 Urutan ke 6 dikurangi urutan ke 3
5546
5005
Sisa → 541

Gabungan dari tiga keadaan di atas dapat disederhanakan menjadi :

541
245786

Sisa pembagian adalah 541

Satu contoh pembagian 23569127418 oleh 1001 dengan cara pencoretan untuk memperoleh
sisa pembagian adalah sebagai berikut:

55 18
46682937
23569127418
Sisa pembagian adalah 837
Keadaan ini menunjukkan bahwa:
23569127418 = 1001 x + 837 untuk suatu x  Z+
23569127418 = 7.11.13.x + 837
Dengan demikian penyelidikan suatu bilangan habis dibagi oleh 7, 11 atau 13 dapat
dijelaskan lebih mudah karena:
jika 7 | 837, maka 7 | 7.11.13x + 837 atau 7 | 23569127418
jika 11 | 837, maka 11 | 7.11.13x + 837 atau 11 | 23569127418
jika 13 | 837, maka 13 | 7.11.13x + 837 atau 13 | 23569127418
Karena 7 | 837, 11 | 837, dan 13 | 837, maka 7, 11, dan 13 tidak habis membagi atau bukan
faktor dari 23569127418
Rambu-Rambu Jawaban Latihan

47
1. Gunakan definisi 2.1
Karena a | b, maka b = xa untuk suatu x  Z
Karena a | c, maka c = ya untuk suatu y  Z
b = xa dan c = ya, maka b + c = xa + ya = (x + y)a
Jadi: a | b + c
2. a. 79 = 9.8 + 7 c. -110 = (-16).7 + 2
b. 203 = 15.13 + 8 d. -156 = (-20).8 + 4
3. Jika p, q  z dan p > 0, maka ada bilangan-bilangan r, s  Z yang masing-masing tunggal
sehingga q = rp + s dengan 0 ≤ s < p
Untuk membuktikan ketunggalan r dan s digunakan bukti tidak langsung.
Misalkan r dan s masing-masing tidak tunggal, yaitu ada r1, r2, s1, s2  Z sedemikian
hingga:
q = r1p + s1, 0  s1 , < p
q = r2p + s2, 0  s2 , < p
dengan r1 ≠ r2 dan s, s1 ≠ s2
Misalkan s1 > s2, maka dari:
r1p + s1 = r2p + s2
diperoleh:
s1 – s2 = p(r2 – s1)
berarti p | s1 - s2
Karena 0  s < p dan 0  s2 < p, maka –p < s1-s2 < p, sehingga:
1. Jika 0 < s1-s2 < p, maka p | s1 – s2. tidak mungkin 0 < s1-s2 < p
2. Jika –p < s1-s2 < 0, maka 0 < s2-s1 < p, sehingga p | s2 – s1
Jadi: p | s1 – s2 . Tidak mungkin –p < s1-s2 < 0
3. Jika s1 – s2 = 0, maka p | s1 – s2.
Dari 1, 2, dan 3 dapat ditentukan bahwa tidak mungkin 0 < s1-s2 < p, dan tidak mungkin
–p < s1-s2 < 0.
Jadi s1 – s2 = 0, berarti s1 = s2
s1 = s2 dan s1 – s2 = p(r2 – r1), maka p(r2 - r1) = 0
Karena p > 0 dan p(r2 - r1) = 0, maka r2 - r1 = 0 atau r1 = r2

4. t = (a5 a4 a3 a2 a1 a0) = a5.105 + a4.104 + a3.103 + a2.102 + a1.10 + a0


t dapat dinyatakan sebagai:
48
t = a0 + a1.10 + a2.102 + a3.103 + a4.104 + a5.105
= a0 + a1(7 + 3) + a2(98 + 2) + a3(1001 - 1) + a4(10003 - 3)+
a5(100002 - 2)
t = (a0 + 3a1 + 2a2) – (a3 + 3a4 + 2a5) + 7(a1 + 14a2 +143a3 +1429a4 + 14286a5)

Karena 7 | t dan 7 | 7(a1 + 14a2 + 143a3 + 1429a4 + 14286a5), maka sesuai teorema 2.9 ,
t | (a0 + 3a1 + 2a2) – (a3 + 3a4 + 2a5)
5. Nyatakan n3 – n = n (n2 – 1) = n(n + 1)(n – 1)
Selidiki apakah 3 | n3 – n jika n diganti dengan n = 3k, n = 3k + 1, dan n = 3k+2
6. 475 = 7.67 + 6 475 = 5.95 + 0
67 = 7.9 + 4 95 = 5.19 + 0
9 = 7.1 + 2 19 = 5.3 + 4
1 = 7.0 + 1 3 = 5.0 + 3
(475)10 = 1246)7 (475)10 = (3400)5

Rangkuman
Dalam Kegiatan Belajar 1 ini, beberapa bagian yang perlu diperhatikan adalah definisi
keterbagian, teorema-teorema keterbagian, dan penerapan keterbagian.
1. Definisi keterbagian terkait dengan konsep membagi atau konsep faktor, dan konsep
bilangan bulat genap atau bilangan bulat ganjil yang diperoleh sebagai akibat teorema
algoritma pembagian.
2. Terdapat 10 teorema keterbagian
Jika p, q  Z dan p | q, maka p | qr untuk semua p Z
Jika p, q, r  Z, p | q, dan q | r maka p | r
Jika p, q  Z, p | q, dan q | p, maka p = ±q
Jika p, q, r  Z, p | q, dan p | r, maka p | q + r
Jika p, q, r  Z, p | q, dan p | r, maka p | qx + ry
Jika p, q, r  Z, p > 0, q > 0, dan p | q, maka p ≤ q
Jika p, q, r  Z, p > 0, q > 0, p | q, dan q | p, maka p = q
p | q jika dan hanya jika kp | kp untuk semua k  Z dan k ≠ 0
Jika p, q, r  Z, p ≠ 0, p | q + r, dan p | q, maka p | r
Algoritma pembagian

49
Jika p, q  Z dan p > 0, maka ada bilangan-bilangan r, s  Z yang masing-masing
tunggal sehinga q = rp + s dengan 0 ≤ s < p
Jika q  Z dan q > 1, maka setiap n  Z+ dapat dinyatakan secara tunggal dalam bentuk
:
n = pkqk + pk-1qk-1 + … + p2q2 + p1q1 + p0q0, k  Z, k ≥ 0,
pt  Z, 0  pt < q – 1, t = 0,1,…,k, dan pt ≠ 0
3. Penerapan keterbagian dapat ditunjukkan dalam :
Menjabarkan sifat keterbagian oleh 3, 7, 11, dan 13, dan dapat diperluas menjadi keterbagian
oleh 2, 4, 5, 6, 8, dan 9
Mengganti lambang-lambang bilangan dalam basis 10 menjadi lambang-lambang bilangan
dalam basis bukan 10.

Tes Formatif 1
1. Skor: 20
Carilah masing-masing paling sedikit satu contoh untuk menunjukkan bahwa
pernyataan-pernyataan berikut adalah salah.
a. Jika p | q + r, maka p | q atau p | r
b. Jika p | qr, maka p | q atau p | r
c. Jika p + q | r, maka p | r atau q | r
d. Jika p | r dan q | r, maka p = q
e. Jika p | q dan p | r, maka q = r
2. Skor: 20
a. Tunjukkan : jika n = (a7a6a5a4a3a2a1a0) dan 99|n,
maka 99|(a1a0) + (a3a2) + (a5a4) + (a7a6)
b. Tunjukkan : jika n = (a7a6a5a4a3a2a1a0) dan 101|n
maka 101|(a1a0) - (a3a2) + (a5a4) - (a7a6)
3. Skor: 20
Buktikan teorema 2.9 :
Jika p, q, r  Z, p ≠ 0, p | q + r, dan p | q, maka p | r
4. Skor: 20
Buktikan 3 | n3 + 6n2 + 8n untuk semua n  Z
5. Skor: 20
a. Pilihlah suatu bilangan yang terdiri atas 5 angka.
50
Tulislah bilangan itu dalam basis 2, dan dalam basis 12
b. Pilihlah suatu bilangan yang terdiri atas 10 angka.
Dengan menggunakan metode pencoretan, selidiki apakah bilangan itu habis dibagi
oleh 77 dan habis dibagi oleh 143.

Cocokkanlah jawaban anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Kemudian perkirakan skor jawaban anda yang menurut anda benar, dan
gunakan kriteria berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan belajar 1.
Skor Jawaban Yang Benar
Tingkat Penguasaan = ----------------------------------- x 100 %
100
Tingkat penguasaan dikelompokkan menjadi :
Baik sekali : 90% - 100%
Baik : 80% - 89%
Cukup : 70% - 79%
Kurang : < 70%
Apabila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, maka Anda dapat meneruskan
ke Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika tingkat penguasaan anda kurang dari 80%, maka
seharusnya anda mengulangi materi Kegiatan Belajar 1 terutama pada bagian-bagian yang
belum dikuasai.

51
52

Anda mungkin juga menyukai