Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN MATERI TEORI BILANGAN

Ahmad Faiz Chudhori 225560011

UNIVERSITAS ADI BUANA SURABAYA


PSDKU KAMPUS BLITAR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Mei 2023
RANGKUMAN MATERI KE-5
A. Konsep Keterbagian
Jika suatu bilangan bulat dibagi oleh suatu bilangan bulat yang lain, maka hasil
baginya adalah suatu bilangan bulat atau suatu bilangan yang tidak bulat. Misalnya: jika 40
dibagi 8, maka hasil baginya adalah bilangan bulat 8. Tetapi jika 40 dibagi 16, maka hasil
baginya adalah 2,5. Keadaan inilah yang memberikan gagasan tentang perlunya definisi
keterbagian.
Definisi 3.1
Suatu bilangan bulat q habis dibagi oleh suatu bilangan bulat p ≠ 0 jika ada suatu bilangan
bulat x sehingga q = px, atau dapat dituliskan dalam notasi himpunan adalah:
p∨q , p ≠ 0 berarti E x εz ∋q= p x
Notasi
p∨q dibaca p membagi q, p faktor dari q, q habis dibagi p, atau q kelipatan dari p
p ∤q dibaca p tidak membagi q, p bukan faktor dari q, q tidak habis dibagi p, atau q bukan
kelipatan dari p.
Contoh 3.1
1. 6∨18 sebab ada bilangan bulat 3 sehingga 18=6.3
2. 12 ∤15 sebab tidak ada bilangan bulat x sehingga 15=12. x
3. 5∨−30 sebab ada bilangan bulat -6 sehingga −30=5.(−6)
4. −4∨20 sebab ada bilangan bulat 5 sehingga 20=(−4).5
Faktor-faktor suatu bilangan bisa merupakan bilangan bulat positif atau merupakan bilangan
bulat negatif. Dengan demikian, faktor-faktor dari:
6 adalah 1, -1, 2, -2, 3, -3, 6, dan -6
15 adalah 1, -1, 3, -3, 5, -5, 15, dan -15

Sifat sederhana keterbagian:


1. 1∨ p untuk setiap p ∈ Z
2. p∨0 untuk setiap p ∈ Z dan p ≠ 0
3. p∨ p untuk setiap p ∈ Z dan p ≠ 0
4. Jika p∨q, maka kemungkinan hubungan antara p dan q adalah p<q , p=q , atau
p>q (misalnya 3 | 6, 3 | 3, atau 3 | -3)
Teorema 3.1
Jika p , q Z dan p∨q, maka p∨qr untuk semua r Z
Bukti teorema 3.1
Diketahui bahwa p | q
Maka menurut definisi 3.1, ada suatu x Z sehingga q= px q= px berarti qr =pxr atau dapat
ditulis qr =p ( x . r ) dengan xr Z (sebab x Z dan r Z )
Teorema 3.2
Jika p , q , r Z , p∨q , dan q∨r , maka p∨r
Bukti Teorema 3.2
Diketahui p∨q dan q∨r
Ada suatu x Z sehingga q= px dan ada suatu y Z sehinggar =qy .
Karena r =qy danq= px , maka r =( px) y atau dapat ditulis r =p (xy) dengan x , y Z Sehingga
sesuai dengan definisi 3.1, p∨r karena r =p (xy) dengan xy Z
Teorema 3.3
Jika p , q Z , p∨q dan q∨ p, maka p=q
Bukti Teorema 3.3
Diketahui p∨q dan q∨ p
Ada suatu x Z sehingga q= px dan ada suatu y Z sehingga p=qy . Karena p=qy dapat
diperoleh p=( px) y atau p= p (xy) atau p=(xy ) p .
p=¿) p ekuivalen dengan 1. p=( xy) p , sehingga xy=1
Dengan demikian, karena x , y Z dan xy=1 , maka diperoleh x= y =−1 atau x= y =1.
Perhatikan jika x= y =−1, maka diperoleh p=−q
Dan jika x= y =¿ 1, maka diperoleh p=q.
Teorema 3.4
Jika p , q , r Z , p∨q dan p∨r ,maka p∨q +r
Bukti Teorema 3.4
Diketahui p∨q dan p∨r
Ada suatu x Z sehingga q= px dan ada suatu y Z sehingga r =py .

Dengan demikian q+ r= px + py
¿ p( x + y )
Karena x , y Z , maka sesuai dengan sifat tertutup penjumlahan bilangan bulat, x+ y Z
Jadi : p∨q+r
Teorema 3.4 dapat diperluas tidak hanya berlaku untuk q, r tetapi untuk q, r, s, t,.., artinya jika
p | q, p | r, p | s, p | t, dan…, maka p | q + r + s + t +…
Selanjutnya, teorema 3.4 tetap berlaku jika operasi penjumlahan (+) diganti dengan operasi
pengurangn (–).
Teorema 3.5
Jika p , q , r Z , p∨q dan p∨r , maka p∨qx+ ry untuk semua x , y Z (qx +ry disebut kombinasi
linear dari q dan r)
Bukti Teorema 3.5
Diketahui p∨q dan p∨r
Maka menurut definisi 3.1, ada suatu a Z sehingga q= pa dan ada suatu b Z sehingga r =pb .
Dengan demikian qx +ry =( pa ) x + ( pb ) y
¿ p ( ax )+ p (by)
¿ p(ax +by )
Karena x , y , a , b Z , maka sesuai dengan sifat tertutup penjumlahan dan perkalian bilangan
bulat, maka ax +by Z
Jadi : p∨qx+ ry
Teorema 3.6
Jika p , q , r Z , p> 0 , q>0, dan p∨q, maka p q
Bukti Teorema 3.6
Diketahui p∨q
Maka menurut definisi 3.1, ada suatu x Z sehingga q= px .
Karena p>0 , q> 0, dan q= px , maka akan hanya bernilai benar jika x >0.
Karena x Z dan x >0, maka kemungkinan nilai-nilai x yang memenuhi adalah 1, 2, 3, …, atau
dapat ditulis x=1 atau x >1.
Perhatikan jika x=1, maka q= px= p(1)= p, atau dapat ditulis p=q,
Dan jika x >1, dan q= px , maka q > p atau dapat ditulis p<q .
Karena p=q dan p<q , maka p ≤ q
Teorema 3.7
Jika p , q , r Z , p> 0 , q>0 , p∨q dan q∨ p , maka p=q
Bukti Teorema 3.7
Diketahui p∨q dan q p
Maka menurut definisi 3.1, ada suatu x Z sehingga q= px dan ada suatu y Z sehingga p=qy .
Karena p>0 , q> 0, maka akan hanya bernilai benar jika x >0 dan y >0.
Karena q= px
¿(qy) x
¿ q ( yx)
¿ q ( xy)
Ini akan bernilai benar jika xy=1 , sehingga kemungkinan nilai yang memenuhi adalah
x= y =1. Perhatikan jika x=1, maka q= p(1)atau dapat ditulis q= p. Dan jika y=1 , maka
p=q(1) atau dapat ditulis p q
Karena q= p dan p=q, maka p=q
Teorema 3.8
p∨q jika dan hanya jika kp∨kq untuk semua k Z dan k ≠ 0
Bukti Teorema 3.8
Diketahui p∨q ➀ kp∨kq , ✯k Z dan k ≠ 0
1. Bukti dari kiri: p∨q → kp∨kq , ✯ k Z dan k ≠ 0
Diketahui p∨q
Maka menurut definisi 3.1, ada suatu x Z sehingga q= px
Dan menurut teorema 3.1, kq=k ( px ) kq , k q=( kp)x
Sehingga menurut definisi 3.1, kp∨kq
2. Bukti dari kanan: kp∨kq → p∨q , ✯ k Z dan k ≠ 0
Diketahui kp∨kq
Maka menurut definisi 3.1, ada suatu x Z sehingga kq=(kp) x
Dan menurut hukum kanselasi, kq=k ( px) dapat ditulis q= px
Sehingga menurut definisi 3.1, p∨q
Teorema 3.9
Jika p , q , r Z , p ≠ 0 , p∨q+ r , dan p∨q, maka p∨r
Bukti Teorema 3.9
Diketahui p∨q+r , p∨q , dan p ≠ 0
Maka menurut definisi 3.1, ada suatu x Z sehingga q+ r= px dan ada suatu y Z sehingga
q= py .
Perhatikan bahwa: q+ r= px
py+ r= px
r =px – py
r =p (x – y)
Menurut definisi 3.1 dan sifat ketertutupan bilangan bulat terhadap pengurangan, jika
r =p (x – y) maka p∨r

TEORI BILANGAN MATERI KE-6

Teorema 3.10, Algoritma Pembagian

Jika p , q Z dan p>0, maka ada bilangan-bilangan r , s Z yang masing-masing tunggal sehingga
q=rp +s dengan 0 s< p. Jika p tidak membagi q , maka s memenuhi ketidaksamaan 0< s< p .

Dapat diketahui bahwa pada pernyataan q=rp +s ,0 ≤ s< p , r disebut hasil bagi
(quotient), s disebut sisa (remainder), q disebut yang dibagi (dividend) dan p disebut
pembagi (divisor).
Ditentukan dua bilangan bulat 4 dan 7 dengan 4∨7 , maka dapat dibuat barisan aritmetika
7−(r .4) dengan x Z
untuk r =3 ,7−(r .4 )=7−12=−5
untuk r =2 ,7−( r .4 ) =7−8=−1
untuk r =1, 7−( r .4 )=7−4=3
untuk r =0 ,7−(r .4)=7 – 0=7
untuk r =−1 ,7−( r .4)=7 – (−4)=11
dan seterusnya
sehingga diperoleh barisan … ,−5 ,−1 , 3 ,7 , 11 , …Barisan ini mempunyai suku-suku yang
negatif, dan suku-suku yang tidak negatif sebagai unsur-unsur himpunan T .
T ={3 , 7 , 11 , …} atau T ={7 – (4.r )∨r Z ,7 – ( 4.r ) 0 }
Karena T N dan N adalah himpunan yang terurut rapi, maka menurut prinsip urutan rapi, T
mempunyai unsur terkecil. Perhatikan bahwa unsur terkecil T adalah 3. Karena 3 T , maka
3=7 – (4. r) untuk suatu r Z . dalam hal ini r =1, sehingga 3=7−(4.1), atau
7=1.4+3 . Dengan demikian dapat ditentukan bahwa: 7=1.4+3 dengan 0 3< 4 Karena 4 │7 ,
maka 7=r .4+ s dengan r =1 dan s=3 Perhatikan bahwa untuk 4 , 7 Z , ada r , s Z sehingga
7=r .4+ s dengan 0 ≤ s <4

Bukti Teorema 3.10


1. Pembuktian terhadap eksistensi dari r dan s
Dengan p , q Z dapat dibentuk suatu barisan aritmatika (q – rp) dengan r Z , yaitu
… , q – 3 p , q – 2 p , q – p , q , q + p ,q +2 p , q+ 3 p , … yang mempunyai bentuk umum q –
rp. Ambil suatu himpunan T yang unsur-unsurnya adalah suku barisan yang tidak
negatif, yaitu: T ={q – rp∨r Z , q – rp 0 } Karena T N dan N adalah himpunan yang
terurut rapi, maka menurut prinsip urutan rapi, T mempunyai unsur terkecil, misalnya
s. Karena s T , maka s=q – rp untuk suatu r Z , sehingga q=rp +s .
Jadi jika p , q Z dan p>0 , maka ada r , s Z sehingga q=rp +s .
2. Pembuktian bahwa 0 ≤ s < p
Untuk membuktikan bahwa 0 ≤ s < p digunakan bukti tidak langsung. Anggaplah
bahwa 0 s< p tidak benar, s<0 atau s p . Karena s T , maka s tidak mungkin negatif,
sehingga kemungkinannya tinggal s p . s p, maka s – p 0 , sehingga (q – rp) – p 0 atau
q – (r +1) p 0 . Karena s – p 0 dan s – p=q – (r +1) p atau s – p mempunyai bentuk
q – rp , maka s – p T . Karena p>0 , maka s – p< s, sehingga s – p merupakan unsur T
yang lebih kecil dari s. Hal ini bertentangan dengan pengambilan s sebagai unsur
terkecil dari T. Jadi: 0 s< p

3. Pembuktian ketunggalan dari r dan s


Untuk membuktikan ketunggalan r dan s digunakan bukti tidak langsung.
Misalnya r dan s tidak tunggal, yaitu ada r 1 , r 2 , s1 , s 2 Z sehingga
q=r 1 p +s 1 ,0< s 2< p
q=r 2 p +s 2 ,0< s 1< p dengan r 1 ≠r 2 dan s , s 1 ≠ s 2
Misalkan s1 > s2, maka dari:
r 1 p+ s 1=r 2 p +s 2 diperoleh:
s1−s 2=p (r 2−r 1)
berarti p∨s 1−s 2
Karena 0 s< p dan 0 s2 < p, maka – p< s 1−s 2 < p, sehingga:
1. Jika 0< s 1−s 2 < p , maka p∨s 1−s 2. tidak mungkin 0< s 1−s 2 < p
2. Jika – p< s 1−s 2 <0, maka0< s 2−s 1 < p , sehingga p∨s 2−s 1
Jadi: p∨s 1−s 2 . Tidak mungkin – p< s 1−s 2 <0
3. Jika s1−s 2=0, maka p∨s 1−s 2.
Dari 1, 2, dan 3 dapat ditentukan bahwa tidak mungkin 0< s 1−s 2 < p , dan tidak
mungkin – p< s 1−s 2 <0.
Jadi s1−s 2=0 , berarti s1 ¿ s 2
s1=s 2 dan s1−s 2=p (r 2−r 1), maka p(r 2 −r 1)=0. Karena p>0 dan p ( r 2−r 1) =0, maka
r 2−r 1=0 atau r 1=r 2

Contoh 3.1
Tunjukkan: Jika p∨q, maka p2∨q 2
Jawab:
Karena p∨q, maka sesuai dengan definisi 2.1, ada bilangan k Z sehingga q=kp , dengan
demikian q 2=k 2 p2. Sesuai dengan sifat ketertutupan perkalian bilangan bulat, Karena k Z ,
maka k . k =k 2 Z ,q 2=k 2 p2 dan k 2 Z , maka sesuai dengan definisi 3.1, p2∨q 2 .
Contoh 3.2.
Diketahui: t=(a1 a0 )=a 1 .10+a 0 dan 3∨t
Tunjukkan bahwa 3∨a1 +a 0
Jawab:
t=a 1 .10+a 0=a 1( 9+1)+ a0=9 a1+( a1+ a0 )
3∨t atau 3∨9 a0 +(a1 +a 0) dan 3∨9 a 0, maka menurut teorema 3.9 , 3∨a1+ a0
Teorema 3.11
Jika q z dan q >1, maka setiap n Z+¿ ¿ dapat dinyatakan secara tunggal dalam bentuk n =
k k−1 2 1 o
pk q + p k −1 q +… ..+ p2 q + p1 q + p0 q dengan
k Z , k ≥ 0 , p t Z , 0 p t <q – 1, t=0 , 1 , … , k dan pk ≠ 0

Bukti Teorema 3.11


Karena q Z dan q >1, maka q >0, sehingga menurut teorema algoritma pembagian, hubungan
antara n dan q adalah :
n=qr 0 + p0 , 0 p 0 <q( 0 p 0 q−1)Jika r 0 ≠ 0, maka hubungan antara r 0 dan q menurut teorema
algoritma pembagian adalah: r 0 =qr 1 + p1 , 0 ≤ p 1 ≤ q (0 ≤ p1 ≤ q – 1)

B. Faktor Persekutuan Terbesar


Sebelum kita bahas tentang faktor (pembagi) persekutuan terbesar, marilah kita
pahami beberapa uraian berikut:
Perhatikan dua bilangan a = 6 dan b = 8.
Jika A adalah himpunan semua faktor dari a, dan B adalah himpunan semua faktor dari b,
serta C adalah himpunan semua faktor persekutuan dari a dan b, maka:
A={−6 ,−3 ,−2 ,−1 , 1 ,2 , 3 ,6 }
B={−8 ,−4 ,−2 ,−1, 1 , 2, 4 , 8 }
C= A B={−2 ,−1, 1 ,2 }

Anda mungkin juga menyukai