Anda di halaman 1dari 51

TUGAS

KONSEP DASAR MATEMATIKA 1







Disusun Oleh :

Nama : Arista Mariana Dewi
NIM : K7112033
Kelas : IA


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2012


A. KONSEP HABIS BAGI
Definisi :
Suatu bilangan bulat q habis dibagi oleh suatu bilangan bulat p 0 jika ada suatu
bilangan bulat x sehingga q = px
Notasi
p | q dibaca p membagi q, p faktor dari q, q habis dibagi p, atau q kelipatan
dari p
p O q dibaca p tidak membagi q, p bukan faktor dari q, q tidak habis dibagi
p, atau q bukan kelipatan dari p
Contoh
a. 6 | 18 sebab ada bilangan bulat 3 sehingga 18 = 6.3
b. 12 O 15 sebab tidak ada bilangan bulat x sehingga 15 = 12.x

Berdasarkan definisi di atas jelas bahwa faktor-faktor suatu bilangan bisa
merupakan bilangan bulat positif atau merupakan bilangan bulat negatif. Dengan
demikian, faktor-faktor dari:
6, adalah 1, -1, 2, -2, 3, -3, 6, dan -6
15, adalah 1, -1, 3, -3, 5, -5, 15, dan -15
Beberapa sifat sederhana keterbagian adalah :
1. 1 | p untuk setiap p e Z
2. p | 0 untuk setiap p e Z dan p 0
3. p | p untuk setiap p e Z dan p 0
4. Jika p | q, maka kemungkinan hubungan antara p dan q adalah p < q, p = q,
atau p > q (misal 3 | 6, 3 | 3, atau 3 | -3)



Teorema 1
Jika p, q e Z dan p | q, maka p | qr untuk semua r e Z
Bukti:
Diketahui bahwa p | q, maka menurut definisi 3.1, ada suatu xeZ sehingga q = px.
q = px berarti qr = pxr, atau qr = p(x.r) dengan xr e Z (sebab x e Z dan r e Z)
Sesuai dengan definisi, karena qr = p(xr) maka p | qr
Teorema 2
Jika p , q, r e Z, p | q, dan q | r , maka p | r
Bukti:
Diketahui p | q dan q | r, maka menurut definisi, tentu ada x, y e Z
sehingga q = px dan r = qy,
r = qy dan q = px, maka r = (px) y atau r = p (xy) dengan x, yeZ
Sesuai dengan definisi 3.1, karena r = p(xy), maka p | r
Teorema 3
Jika p, q e Z, p | q dan q | p, maka p = q
Bukti:
Diketahui p | q dan q | p maka menurut definisi 3.1, terdapat x,y e Z sehingga p = qx
dan q = py.
Jadi: p = (py)x = p(yx) = (xy) = (xy)p, atau 1.p = (xy) p.


Maka xy = 1
Dengan demikian,
karena x,y e Z dan xy = 1, maka diperoleh x = -1 = y atau x = 1 = y
Jika x = -1 = y, maka p = -q
Jika x = 1 = y, maka p = q
Teorema 4
Jika p, q, r e Z, p | q dan p | r, maka p | q + r
Bukti:
Karena p | q dan p | r, maka menurut definisi, ada x,y e Z sehingga q = px dan
r = py. Dengan demikian q + r = px + py = p(x + y). Kerena x,yeZ, maka sesuai
dengan sifat tertutup penjumlahan bilangan bulat, x + y e Z. Jadi : p | q + r
Teo 4 dapat diperluas tidak hanya berlaku untuk q, r tetapi untuk q, r, s, t,.., artinya
jika p|q, p|r, p | s, p | t, dan, maka p | q + r + s + t +
Selanjutnya, teorema 4 tetap berlaku jika operasi penjumlahan (+) diganti dengan
operasi pengurangan (-)
Teorema 5
Jika p, q, r e Z, p | q dan p | r, maka p | qx + ry untuk semua x, y e Z (qx + ry
disebut kombinasi linear dari q dan r)
Teorema 6
Jika p, q, r e Z, p > 0, q > 0, dan p | q, maka p s q


Bukti:
Karena p | q, maka menurut definisi 3.1, ada x e Z sehingga q = px
Karena p > 0, q > 0, dan q = px, maka x > 0
Karena x e Z dan x > 0, maka kemungkinan nilai-nilai x adalah 1, 2, 3, ,
yaitu x = 1 atau x > 1
Jika x = 1, maka q = px = p(1) = p.
Jika x > 1, dan q = px, maka p < q
Jadi p q
Teorema 7
Jika p, q, r e Z, p > 0, q > 0, p | q dan q | p, maka p = q.
Teorema 8
p | q jika dan hanya jika kp | kq untuk semua k e Z dan k 0
Teorema 9
Jika p, q, r e Z, p 0, p | q + r, dan p | q, maka p | r

Uraian berikutnya membahas tentang algoritma pembagian. Suatu algoritma
didefinisikan sebagai serangkaian langkah-lanbgkah atau prosedur yang jelas dan
terhingga untuk menyelesaikan suatu masalah. Kita lazim menggunakan istilah
algoritma pembagian (division algoritma) meskipun istilah ini tidak menunjukkan
adanya altoritma. Pembicaraan algoritma sebagai prosedur dalam menyelesaikan
masalah terdapat nanti pada pembahasan tentang algoritma Enclides.


Teorema 10, Algoritma Pembagian
Jika p, q e Z dan p > 0, maka ada bilangan-bilangan r, s e Z yang masing-masing
tunggal sehingga q = rp + s dengan 0 s s < p.
Jika p tidak membagi q, maka s memenuhi ketidaksamaan 0 < s < p.
Dari pernyataan q = rp + s, 0 s < p, r disebut hasil bagi (quotient), s disebut sisa
(remainder), q disebut yang dibagi (dividend) dan p disebut pembagi (divisor). Kita
secara tradisi menggunakan istilah algoritma meskipun sesungguhnya algoritma
pembagian bukan merupakan suatu algoritma.
Sebelum membuktikan Teorema 9, agar lebih mudah dalam memahami langkah-
langkah pembuktian, simaklah dengan cermat uraian berikut:
Ditentukan dua bilangan bulat 4 dan 7 dengan 4 | 7, maka dapat dibuat barisan
aritmetika 7 - (r.4) dengan x e Z
untuk r = 3, 7 - (r.4) = 7 - 12 = -5
untuk r = 2, 7 - (r.4) = 7 - 8 = -1
untuk r = 1, 7 - (r.4) = 7 - 4 = 3
untuk r = 0, 7 - (r.4) = 7 0 = 7
untuk r = -1, 7 - (r.4) = 7 (-4)= 11
dan seterusnya
sehingga diperoleh barisan , -5, -1, 3, 7, 11,
Barisan ini mempunyai suku-suku yang negativf, dan suku-suku yang tidak negatif
sebagai unsur-unsur himpunan T.


T = {3, 7, 11,} atau T = {7 (4.r) | r e Z, 7 (4.r) > 0}
Karena TcN dan N adalah himpunan yang terurut rapi, maka menurut prinsip urutan
rapi, T mempunyai unsur terkecil.
Perhatikan bahwa unsur terkecil T adalah 3.
Karena 3 e T, maka 3 = 7 (4.r) untuk suatu r e Z. dalam hal ini r = 1, sehingga
3 = 7 - (4.1), atau 7 = 1.4 + 3
Dengan demikian dapat ditentukan bahwa:
7 = 1.4 + 3 dengan 0 s 3 < 4
Karena 4 7, maka 7 = r.4 + s dengan r = 1 dan s = 3
Perhatikan bahwa untuk 4, 7 e Z, ada r, s e Z sehingga 7 = r.4 + s dengan 0 s < 4
Marilah sekarang kita membutikan Teorema 3.10
Bukti:
Dengan p, q e Z dapat dibentuk suatu barisan aritmatika (q rp) dengan r e
Z, yaitu , q 3p, q 2p, q p, q, q + 2p, q + 3 p,
yang mempunyai bentuk umum q rp
Ambil suatu himpunan T yang unsur-unsurnya adalah suku barisan yang tidak
negatif, yaitu:
T = {q rp | r e Z, q rp > 0}
Karena TcN dan N adalah himpunan yang terurut rapi, maka menurut prinsip
urutan rapi, T mempunyai unsur terkecil, misalnya s.


Karena s e T, maka s = q rp untuk suatu r e Z, sehingga q = rp + s.
Jadi jika p, q e Z dan p > 0, maka ada r, s e Z sehingga q = rp + s.
Sampai disini pembuktian baru pada tahap menunjukkan eksistensi dari r dan
s. berikutnya akan dibuktikan bahwa 0 s < p dengan menggunakan bukti
tidak langsung.
Anggaplah bahwa 0 s s < p tidak benar, s < 0 atau s > p.
Karena s e T, maka s tidak mungkin negatif, sehingga kemungkinannya
tinggal s > p.
s > p, maka s p > 0, sehingga (q rp) p > 0 atau q (r + 1) p > 0.
Karena s p > 0 dan s p = q (r + 1) p atau s p mempunyai bentuk q rp,
maka s p e T
Karena p > 0, maka s p < s, sehingga s p merupakan unsur T yang lebih
kecil dari s. Hal ini bertentangan dengan pengambilan s sebagai unsur terkecil
dari T.
Jadi: 0 s s < p
Contoh 1
Tunjukkan:
a. Jika p | q, maka p
2
| q
2

b. Jika p | q, maka p | 3q
2

Jawab:
a. Karena p | q, maka sesuai dengan definisi 2.1, ada bilangan k e Z
sehingga q = kp, dengan demikian q
2
= k
2
p
2
.


Sesuai dengan sifat ketertutupan perkalian bilangan bulat, karena k e
Z, maka k . k = k
2
e Z
q
2
= k
2
p
2
dan k
2
e Z, maka sesuai dengan definisi 2.1, p
2
| q
2
.
b. Karena p | q, maka sesuai dengan teorema 2.1, p|qr untuk semua r e Z
Ambil r = 3q, maka 3q e Z untuk sebarang q e Z
Dengan demikian, dari p | qr dan r = 3q e Z, maka p | q (3q) atau
p | 3q
2
.
Contoh 2
Diketahui: (a
1
a
0
) = a
1
.10 + a
0
dan 3 | t
Tunjukkan bahwa t | a
1
+ a
0
Jawab:
t = a
1
.10 + a
0
= a
1
(9 + 1) + a
0
= 9a
1
+ (a
1
+ a
0
)
3 | t atau 3 | 9a
0
+ (a
1
+ a
0
) dan 3 | 9a
0
, maka menurut teorema 2.9,
3 | a
1
+ a
0
Teorema 11
Jika q e z dan q > 1, maka setiap n e Z
+
dapat dinyatakan secara tunggal dalam
bentuk n = p
k
q
k
+ p
k-1
q
k-1
+ .. + p
2
q
2
+ p
1
q
1
+ p
0
q
0

yang mana k e Z, k 0, p
t
e Z, 0 s p
t
< q 1, t = 0, 1,, k dan p
k
0
Bukti:
Karena q e Z dan q > 1, maka q > 0, sehingga menurut teorema algoritma
pembagian, hubungan antara n dan q adalah :
n = qr
0
+ p
0
, 0 s p
0
< q (0 s p
0
s q -1)


Jika r
0
0, maka hubungan antara r
0
dan q menurut teorema algoritma
pembagian adalah:
r
0
= qr
1
+ p
1
, 0 p
1
q (0 p
1
q 1)
Jika langkah serupa dikerjakan, maka diperoleh:
r
1
= qr
2
+ p
2
, 0 p
2
q (0 p
2
q 1)
r
2
= qr
3
+ p
3
, 0 p
3
q (0 p
3
q 1)

r
k-2
= qr
k-1
+ p
k-1
, 0 p
k-1
< q (0 p
k-1
q 1)
r
k-1
= qr
k-1
+ p
k-2
, 0 p
k-2
< q (0 p
k
q 1)
Ambil r
k
= 0, maka barisan r
0
, r
1
,, r
k
merupakan barisan bilangan bulat tidak
negatif yang menurun, paling banyak mempunyai suku-suku bernilai nol
(yaitu r
k
), dan k suku yang positif (yaitu r
0
,r
1
,, r
k-1
).
Dari hubungan antara n, q, dan r
i
(i = 0,1, 2,, k) diatas dapat ditentukan
bahwa:
n = qr
0
+ p
0

= q(r
1
+ p
1
) + p
0
= q
2
r
1
+ qp
1
+ p
0
= q
2
(qr
2
+ p
2
) + qp
1
+ p
0
= q
3
r
2
+ q
2
p
2
+
qp
1
+ p
0

= .
= q
k-1
r
k-2
+ q
k-2
p
k-2
+ q
k-3
p
k-3
+ . + qp
1
+ p
0

= q
k-1
(qr
k-1
+ p
k-1
) + q
k-2
p
k-2
+ q
k-3
p
k-3
+ + qp
1
+ p
0

= q
k
r
k-1
+ q
k-1
p
k-1
+ q
k-2
p
k-2
+ q
k-3
p
k-3
+ + qp
1
+ p
0



= q
k
(qr
k
+ p
k
) + q
k-1
p
k-1
+ q
k-2
p
k-2
+ q
k-3
p
k-3
+ + qp
1
+ p
0

n = q
k+1
r
k
+ q
k
p
k
+ q
k-1
p
k-1
+ q
k-2
p
k-2
+ q
k-3
p
k-3
+

+ qp
1
+ p
0

Karena r
k
= 0, maka :
n = q
k
p
k
+ q
k-1
p
k-1
+ q
k-2
p
k-2
+ q
k-3
p
k-3
+

+ qp
1
+ p
0

n = p
k
q
k
+ p
k-1
q
k-1
+ p
k-2
q
k-2
+

p
k-3
q
k-3
+

+ qp
1
+ p
0

n = (p
k
p
k-1
p
k-2
p
k-3
p
1
+ p
0
)
q

Ini berarti bilangan asli n yang ditulis dalam lambang bilangan basis 10, dapat diubah
menjadi lambang bilangan basis q > 1
Agar mudah dipahami, marilah kita lihat suatu peragaan berikut ini.
Ambil n = 985 dan q = 6
985 = 6.164 + 1 (n = qr
0
+ p
0
, r
0
= 164, p
0
= 1)
164 = 6.27 + 2 (r
0
= qr
1
+ p
1
, r
1
= 27, p
1
= 2)
27 = 6.4 + 3 (r
1
= qr
2
+ p
2
, r
2
= 4, p
2
= 3)
4 = 6.0 + 4 (r
2
= qr
3
+ p
3
, r
3
= 0, p
3
= 4)
Dengan demikian dapat ditentukan bahwa:
985 = 6.164 + 1
= 6(6.27 + 2) + 1 = 6
2
.27 + 6.2 + 1
= 6
2
(6.4 + 3) + 6.2 + 1 = 6
3
.4 + 6
2
.3 + 6.2 + 1
Jadi: (985)
10
= (4321)
6



Perhatikan pola yang terdapat pada lambang bilangan basis 6 yang dicari. Angka-
angka pada lambang bilangan basis 6 yang dicari merupakan sisa dari masing-masing
algoritma pembagian.
Contoh Tuliskan (985)
10
dalam lambang bilangan basis 4 dan basis 3.
Jawab: 985 = 4.246 + 1
246 = 4.61 + 2
61 = 4.15 + 1
15 = 4.3 + 3
3 = 4.0 + 3
(985)
10
= (33121)
4

Pemeriksaan: (33121)
4
= 3.4
4
+ 3.4
3
+ 1.4
2
+ 2.4 + 1
= 768 + 192

+ 16

+ 8 + 1
= 985
985 = 3.328 + 1
385 = 3.109 + 1
109 = 3.36 + 1
36 = 3.12 + 0
12 = 3.4 + 0
4 = 3.1 + 1
1 = 3.0 + 1
(985)
10
= (1100111)
3

Pemeriksaan:
(1100111)
3
= 1 . 3
6
+ 1 . 3
5
+ 0 . 3
4
+ 0 . 3
3
+ 1 . 3
2
+ 1 . 3 + 1
= 729 + 243 + 0 + 0 + 9 + 3 + 1 = 985


CIRI-CIRI BILANGAN HABIS BAGI
1. Ciri Habis Dibagi 2
Suatu bilangan habis dibagi 2 jika dan hanya jika bilangan satuannya genap
(dapat dibagi 2) .
Contoh :
Apakah 2|438?
438 dapat ditulis sebagai:
438 = 4 (10) + 3(10) + 8. Karena 2|(10)
2
, dan 2|10 dan 2|8 maka oleh sifat
(3) didapat 2|438.
Secara umum, sebarang bilangan bulat positif N dapat ditulis dalam bentuk
N = a
k
(10)
2
+ a
k-1
(10)
k-1
+ . . . + a2 (10)
2
+ a
1
(10) + a
0

Sekarang 2J10, 2|100, 2|1000, dan secara umum 2|(10)
k
untuk sebarang
bilangan asli k; dengan demikian oleh sifat (c), jika
2|a maka
2|(a
k
(10)
k
+ a
k-1
(10)
k-1
+ ... + a
2
(10)
2
+ a
1
(10) + a
0
)

2. Ciri Habis Dibagi 3
Suatu bilangan habis dibagi 3 jika dan hanya jika jumlah bilangan yang
dinyatakan oleh angka pada lambang bilangan tersebut habis dibagi 3.
Karena (10)k - 1 + 1 = 10 k , maka bentuk umum bilangan asli N dapat
ditulis sebagai
N = a(10k-1+1) + ak-1 (10k-1-1 +1) + ... + a (102-1+1) + a1(10 - 1 +1) + a0
= a1 (10k - 1) + ak-1 (10 k-1 - 1) + ... a2 (102- 1) + a1 (10 - 1) + (ak + a
+ . + a3 + a2 + a1 + a0)
Karena 3| (10 3), | (102 1), 3| (103 1) dan secaa umum 3| (10k 1) ,
untuk k adalah sebarang bilangan asli, maka 3|N jika dan hanya jika 3| (ak +
ak-1 + . + a2 + a1 + a0)
Contoh : 3| 8682 karena 3| (8 + 6 + 8 + 2) atau 3|24.


3. Ciri Habis Dibagi 4
Suatu bilangan habis dibagi 4 jika dan hanya jika dua angka terakhir dari
lambang bilangan tersebut bilangan yang habis dibagi 4.
Jelas bahwa, untuk k 2 maka 4| 10k, 4|102 dan 10k = (10)k-2.102
Jadi, jika N = ak (10)k + ak-1 (10)k-1 + ... + a2 (10)2 + a(10) + a0 dan 4
pembagi a1 (10) + a, maka 4|N.
Contoh:
4|13216 karena 4|l6.

4. Ciri Habis Dibagi 5
Suatu bilangan habis dibagi 5 jika hanya jika satuan d bilangan tersebut 0
atau 5.
Contoh:
5|675413525 demikian juga 5|754417890.

5. Ciri Habis dibagi 6
Suatu bilangan habis dibagi 6 jika dan hanya jika bilangan tersebut habis
dibagi 2 dan 3.
Karena 6 hasil kali 2 dan 3, maka bilangan yang habis dibagi 2 haruslah
memenuhi habis dibagi 2 dan 3
Contoh:
81438 habis dibagi 6 karena 8 (angka terakhir) habis dibagi 2 dan
8 + 1 + 4 + 3 + 8 = 24 habis dibagi 3.

6. Ciri Habis Dibagi 7
Suatu bilangan habis dibagi 7 jika dan hanya jika selisih antara bilangan
yang dinyatakan oleh lambang bilangan mula-mula kecuali angka terakhir
dengan dua kali bilangan angka terakhir tersebut habis dibagi 7.


Contoh :
(a) 7|91, karena 9 - 2 (1) = 7 dan 7 habis dibagi 7
(b) 7|196, karena 19 - 2(6) = 7 dan 7 habis dibagi 7

M = a
k
10
k-1
+ a
k-1
10
k-2
+ ... +
a2
10 + a
1
- 2a
0
10M = a
k
10
k
+ a
k-1
10
k-1
+ ... +
a2
10
2
+ a
1
10 2a
0
10
= a
k
10
k
+ a
k-1
10
k-1
+ ... +
a2
10
2
+ a
1
10 + a
0
a
0
- 20a
0
= n - 21a
0
Jadi diperoleh hubungan n = 10M + 21a
0
. Jelas bila 7|M maka 7|n sebab 21a
0
selalu habis dibagi 7.

7. Ciri Habis Dibagi 8
Suatu bilangan habis dibagi 8 jika dan hanya jika bilangan yang dinyatakan
oleh tiga angka terakhir dari bilangan tersebut habis dibagi 8.
Contoh :
875432504 habis dibagi 8 karena 8 | 504
Perhatikan bahwa ciri habis dibagi 8 di atas hanya berguna untuk bilangan
yang lambangnya terdiri tiga atau lebih dari tiga angka.

8. Ciri Habis Dibagi 9
Suatu bilangan habis dibagi 9 jika dan hanya jika jumlah bilangan yang
dinyatakan oleh angka dari bilangan tersebut habis dibagi 9.
N = a(10k)-1+1)+ak-1(10k-1-1 +1)+... + a2(102)- +1)+ a1(10-1+1)+ a0
= (ak + ak-1 + .. + a2 + a1 + a0)
Jelaslah 9| (10-1), 9|(102-1), 9|(103-1). Secara umum 9|(10k-1) untuk k
adalah sebarang bilangan asli. Dengan demikian 9|N jika dan hanya jika 9|
(ak + a k-1 + + a2 + a1 + a0)



Contoh:
9|18, karena 9| 1+8
9|113274, karena 1+1+3+2+7+4 atau 9|18

9. Ciri Habis Dibagi 10
Suatu bilangan habis dibagi 10 jika dan hanya jika satuan bilangan tersebut
0.

Contoh :
Jelas bahwa 10 | 768940

10. Ciri Habis dibagi 11
Suatu bilangan habis dibagi 11 jika dan hanya jika jumlah bilangan yang
dinyatakan oleh angka yang terletak pada posisi ganjil dikurangi jumlah
bilangan yang dinyatakan oleh angka yang terletak pada posisi genap habis
dibagi 11.
Ciri habis dibagi 11 di atas, dapat dibuktikan. Bagi yang berminat dapat
mencobanya.
Contoh:
a) 11|722084 karena 11|(7+2+8)-(2+0+4) atau 11|11
b) 11|2837604 karena 11|(2+3+6+4)-(8+7+0) atau 11|0









B. BILANGAN PRIMA DAN KOMPOSIT
Definisi
Bilangan bulat p > 1 dikatakan prima jika ia hanya mempunyai pembagi p dan 1.
Dengan kata lain bilangan prima tidak mempunyai pembagi selain dari 1 dan
dirinya sendiri.
Berdasarkan definisi ini, 1 bukanlah bilangan prima. Bilangan prima terkecil
adalah 2 yang merupakan bilangan genap. Sedangkan bilangan prima lainnya,
seperti 3, 5, 7, 11, . . . semuanya bilangan ganjil. Ingat, sebaliknya bilangan
ganjil belum tentu prima; misalnya 9 ganjil tapi bukan prima. Bilangan bukan
prima seperti 4, 6, 8, 9, . . . disebut bilangan komposit. Bila n komposit maka ia
dapat dinyatakan sebagai n = ab dimana a, b Z,1 < a < n, 1 < b < n.

Teorema 1
Jika p prima dan p | ab maka p | a atau p | b.
Bukti.
Bila ternyata p | a maka teorema terbukti, selesai. Bila p a maka pastilah
gcd (a; b) = 1 sebab faktor p hanyalah 1 atau p. Berdasarkan Teorema ?? (2)
disimpulkan p | b.
Teorema ini menyatakan bahwa jika suatu bilangan prima p membagi perkalian
dua bilangan bulat maka p pasti membagi salah satu diantara keduanya. Fakta ini
dapat diperluas untuk bentuk perkalian beberapa bilangan bulat.

Akibat 1
Bila p prima dan p|a
1
a
2
... a
n
maka p|a
k
untuk suatu k 2 {1, ... , n}
Bukti
Dibuktikan dengan menggunakan prinsip induksi matematika. Untuk n = 1,
pernyataan berlaku secara otomatis. Untuk n = 2 pernyataan benar berdasarkan
Teorema 1. Andaikan berlaku untuk n = i, yaitu p|a
1
a
2
... a
i
p|a
k
untuk suatu


k {1, ... , i}. Untuk n = i + 1, diketahui p | (a
1
a
2
... a
i
) (a
i
+ 1). Berdasarkan
Teorema 1 maka p | a
1
a
2
... a
i
atau p | a
i
+1, yakni p | a
k
untuk suatu
k {1, ... , i + 1}

Akibat 2
Bila p, q
1
, ... , q
n
semuanya prima dan p | q
1
q
2
... q
i
maka p = q
k
untuk
suatu k {1, ... , n}.

Bukti
Berdasarkan akibat 1, p | q
k
untuk suatu k {1, ... , n}. Karena q
k
prima maka
tidak ada faktor lain selain 1 dan dirinya sendiri q
k
. Jadi haruslah p = q
k
.

Teorema 2 (Teorema Fundamental Aritmatika)
Setiap bilangan bulat positif n > 1 selalu dapat disajikan dalam bentuk perkalian
bilangan-bilangan prima. Representasi ini tunggal terhadap urutan faktor-
faktornya, yaitu n = p
1
e1
p
2
e2
... p
k
ek
(1)
dimana p
1
, ... , p
k
prima dan e
1
, ... , e
k
eksponen bulat positif.


Bukti
Dibuktikan dengan menggunakan prinsip induksi kuat. Untuk n = 2 pernyataan
benar, yaitu dengan mengambil p
1
= 2 dan e
1
= 1. Asumsikan n > 2 dan ekspresi
(1) dipenuhi oleh setiap bilangan diantara 1 dan n, yaitu m = p
1
e1
p
2
e2
... p
km
ekm

untuk setiap m = 3, 4, ... , n - 1. Sekarang untuk bilangan n. Bila n prima maka
tidak perlu dibuktikan lagi, karena ekspresi (1) terpenuhi secara otomatis. Jadi
diasumsikan n komposit, yaitu terdapat bilangan bulat a dan b sehingga n = ab
dimana 0 < a, b < n. Karena kedua a dan b kurang dari n maka berdasarkan
hipotesis, mereka dapat disajikan sebagai perkalian bilangan-bilangan prima,
katakan a = q
1
e1
q
2
e2
... q
ka
eka
dan b =

r
1
e1
r
2
e2
... r
kr
ekr
dimana para q
i
dan r
k
prima.


Dengan membuat urutan baru dapat disajikan n = ab = p
1
e1
p
2
e2
... p
k
ek
.
Selanjutnya ditunjukkan ketunggalan representasi (1). Andai kita mempunyai
dua bentuk representasi berikut
n = p
1
e1
p
2
e2
... p
k
ek
= q
1
f1
q
2
f2
... q
t
ft
(#)
Berlaku p
1
| n. Berdasarkan Akibat (1), p
1
| qj untuk suatu j {1, ... , t}. Dengan
cara menyusun kembali maka kita dapat meletakan qj diawal, katakan qj = q
1
.
Karena p
1
dan q
1
keduanya prima dan p
1
| qj maka haruslah p
1
= q
1
. Substitusi ke
dalam persamaan (#) diperoleh
p
1
e1-1
p
2
e2
... p
k
ek
= q
1
f1-1
q
2
f2
... q
t
ft

Bila proses ini diteruskan dengan memasangkan faktor prima yang sama
pada kedua ruas, kemudian melakukan kanselasi maka akan terjadi penghilangan
faktor prima pada salah satu ruas. Bila ada salah satu ruas yang tidak habis faktor
primanya maka akan terdapat bilangan 1 pada ruas lainnya sehingga 1
merupakan perkalian dari paling tidak dua bilangan prima p
i
atau q
j
. Hal ini
tidaklah mungkin karena p
i
dan q
j
keduanya lebih dari 1. Jadi faktor-faktor prima
pada kedua ruas saling menghabiskan. Untuk itu, setelah penyusunan ulang
haruslah k = t, p
i
atau q
j
dan e
i
= f
i
. Terbukti representasi (1) tunggal.
Salah satu manfaat faktorisasi prima kita dapat menghitung banyaknya
faktor prima suatu bilangan bulat seperti diilustrasi pada awal bab ini.

Contoh
Tentukan faktorisasi prima dari 24 dan 60: Gunakan hasil anda untuk
menghitung banyaknya faktor positif yang ada. Temukan faktor-faktor prima
tersebut.
Penyelesaian.
Dengan mudah kita dapat menemukan faktorisasi untuk 24, yaitu 24 = 2
3
. 3.
Untuk menemukan semua faktor positifnya, diperhatikan tabulasi silang seperti
diberikan pada Tabel 2.1 (kiri). Semua faktor yang dimaksud adalah {1, 2, 3, 4, 6,


8, 12, 24} yaitu ada 8 faktor. Kalau diperhatikan dengan seksama, besarnya
pangkat pada faktorisasi prima menentukan banyak baris atau kolom pada
tabulasi silang. Dalam hal ini pangkat 3 pada faktor 2
3
menghasilkan 4 kolom
karena ditambahkan bilangan 1, sedangkan pangkat 1 pada 3
1
= 3 menghasilkan
3 baris karena ditambahkan bilangan 1. Jadi banyak faktornya adalah (3+1) x
(1+1) = 8. Argumen yang sama diterapkan pada bilangan 60 yang mempunyai
faktorisasi prima 2
2
.3.5. Bila diperhatikan Tabel 2.1 (kanan), kombinasi faktor 2
2

dan 3 menghasilkan (2+1) x (1+1) = 6 buah faktor, yaitu {1, 2, 3, 4, 6, 12}.
Kontribusi faktor 5 berikutnya memberikan faktor secara total adalah sebanyak
(2 + 1) x (1 + 1) x (1 + 1) = 12 faktor, yaitu {1, 2, 3, 4, 6, 12, 5, 10, 15, 20, 30,
60}. Tabulasi silang seperti ini dapat membantu untuk menemukan semua faktor
positifnya.








Tabel tabulasi silang faktor prima berpangkat

Berdasarkan pembahasan pada contoh soal ini diperoleh hasil sebagai berikut.
Teorema 3.
Bila n = p
1
e1
p
2
e2
... p
k
ek
dan II (n) adalah banyak faktor positif dari n maka
II (n) = (e
1
+ 1) x (e
2
+ 1) x ... x (e
n
+ 1) (2)


x 1 2 2
2
2
3
1 1 2 4 8
3 3 6 12 24
x 1 2 2
2

1 1 2 4
3 3 6 12
X 1 2 3 4 6 12
1 1 2 3 4 6 12
5 5 10 15 20 30 60


Saringan Eratosthenes
Bila diberikan sebuah bilangan bulat, bagaimana kita dapat memutuskan apakah
ia prima atau komposit. Kalau ia komposit, bagaimana menentukan faktor-
faktornya.
Teorema 4
Sebuah bilangan bulat n > 1 adalah komposit bila hanya bila ia dapat
dibagi oleh suatu faktor prima p n
Bukti.
() Bila n dapat dibagi oleh bilangan prima p tersebut maka jelas n komposit.
() Sebaliknya diketahui n komposit, maka dapat ditulis n = ab dengan 0 <
a, b < n. Ini berakibat a n atau b n, sebab bila tidak akan menghasilkan
ab > n. Faktor a atau b ini pasti dapat dibagi oleh bilangan prima p n, yang
juga kemudian membagi n.

Teorema ini mengatakan bahwa jika suatu bilangan bulat n tidak terbagi oleh
setiap bilangan prima p dengan p n maka dipastikan n adalah prima. Hasil
inilah yang digunakan oleh seorang matematikawan Yunani Eratosthenes (276-
194 SM) menemukan teknik untuk memilih bilangan prima dalam rentang
tertentu. Metoda ini disebut saringan Eratosthenes (sieve of Eratosthenes ).

Cara penyelesaian :
1. Tentukan bilangan prima terbesar p sehingga 1 < p n
2. Daftarkan semua bilangan asli mulai sampai dengan n
3. Coret bilangan 1 dari daftar
4. Coret semua kelipatan 2 kecuali 2
5. Coret semua kelipatan 3 kecuali 3


6. Pencoretan dilakukan terus untuk bilangan-bilangan kelipatan bilangan-
bilangan prima 5, 7, ... , p (pencoretan terakhir untuk bilangan-bilangan
kelipatan bilangan prima p)
7. Lingkari semua bilangan yang belum dicoret
8. Bilangan-bilangan yang dilingkari adalah bilangan prima
Contoh :
Nyatakan a = 2093 dalam bentuk perkalian bilangan prima berpangkat.
Penyelesaian
Diperhatikan bahwa 2093 < 46. Jadi cukup diperiksa bilangan prima yang kurang
dari 46: 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43 yang merupakan faktor.
Ternyata 2093 hanya memiliki tiga faktor prima, yaitu 17, 13 dan 23, tepatnya
2093 = 13 x 17 x 23:

Distribusi Bilangan Prima
Diperhatikan terdapat 4 bilangan prima diantara 1 dan 10, ada 21 bilangan prima
diantara 10 dan 100, ada 21 bilangan prima diantara 100 dan 200, ada 16 bilangan
prima diantara 200 dan 300...... Berdasarkan data empiris ini, distribusi bilangan
prima semakin lama semakin jarang. Mungkinkah suatu saat bilangan prima tidak
muncul lagi diantara kumpulan bilangan bulat yang sangat besar. Teorema berikut
memberikan jawabannya. Teorema ini dikenal dengan Teorema Euclides.

Teorema 5
Terdapat tak berhingga banyak bilangan prima.
Bukti
Dibuktikan dengan kontradiksi. Andai hanya terdapat berhingga banyak bilangan
prima, katakan secara berurutan p
1
= 2, p
2
= 3, ... , p
n
. Ambil bilangan bulat N yang
didefinisikan sebagai N = p
1
p
2
... p
n
+ 1


Karena N > 1 maka berdasarkan TFA, P mesti dapat dibagi oleh suatu bilangan prima
p. Tetapi kita telah mengandaikan bahwa hanya = p
1
p
2
... p
n
bilangan prima yang ada.
Jadi haruslah p = p
k
untuk suatu k {1, ... , n}. Kita mempunyai dua fakta, yaitu p|N
dan p | p
1
p
2
... p
n
. Akibatnya p | (N - p
1
p
2
... p
n
) atau p|1. Hal ini menimbulkan
kontradiksi karena p > 1. Jadi tidaklah benar bahwa banyaknya bilangan prima
berhingga.
Pembahasan mengenai bilangan prima banyak menyimpan misteri yang belum
terkuak. Sampai saat ini belum ada formula eksplisit atau cara efektif untuk
mengidentikasi bilangan prima. Diperhatikan contoh berikut.

Contoh Misalkan p
1
p
2
... p
n
adalah n buah bilangan prima pertama, dan didefinisikan
p*n = p
1
p
2
... p
n
+ 1.
Penyelesaian. Kita selidiki untuk beberapa
p*1 = 2 + 1 = 3
p*2 = 2 . 3 + 1 = 7
p*3 = 2 . 3 . 5 + 1 = 31
p*4 = 2 . 3 . 5 . 7 + 1 = 211
p*5 = 2 . 3 . 5 . 7 . 11 + 1 = 2311,
semuanya adalah prima. Namun perhatikan kasus berikut ini
p*6 = 2 . 3 . 5 . 7 . 11 . 13 + 1 = 59 . 509
p*7 = 2 . 3 . 5 . 7 . 11 . 13 . 17 + 1 = 19 . 97 . 277,
ternyata tidak prima. Ternyata tidak semua n, p*n prima. Permasalahan selanjutnya
adalah tidak dapat diketahui dengan pasti apakah bilangan prima dengan pola seperti
ini berhingga atau tak berhingga. Sampai saat ini baru ditemukan 2, 3, 5, 7, 11, 31,
379, 1019, 1021, 2657, 3229, 4547, 4787, 11549, 13649, 18523, 23801, dan 24029
bilangan prima yang mengikuti pola ini. Terakhir, sebuah bilangan prima bentuk ini
ditemukan pada tahun 1995 terdiri dari 10395 digit. Selain itu, semua p*n dengan
n < 35000 adalah komposit.


Teorema 6
Terdapat tak berhingga banyak bilangan prima yang berbentuk 4q + 3.
Bukti.
Bukti dengan kontradiksi. Andai hanya terdapat berhingga bilangan prima bentuk ini,
katakan p
1
p
2
... p
k
. Ambil m = 4 p
1
p
2
... p
k
+ 1 sehingga m berbentuk 4q + 3 yaitu
dengan mengambil q = p
1
p
2
... p
n
+ 1. Karena m ganjil maka setiap bilangan prima p
yang membagi m juga ganjil, atau secara ekuivalen berbentuk p = 4q + 1 atau p = 4q
+ 3. Ingat adanya faktor prima ini dijamin oleh TFA. Bila p berbentuk 4q + 1 maka m
juga mempunyai bentuk ini, padahal m berbentuk 4q + 3. Jadi haruslah m terbagi
oleh suatu bilangan prima p yang berbentuk 4q + 3. Karena diasumsikan hanya ada p
p
1
p
2
... p
n
bilangan prima bentuk ini maka haruslah p = p
i
untuk suatu i {1 , ... , k}.
Jadi p
1
p
2
... p
n
, dan juga p|m. Diperoleh p
1
p
2
... p
n
- m, atau p|1 suatu kontradiksi.

Contoh
Temukan 5 bilangan prima yang mempunyai pola 4q + 1.
Penyelesaian
Untuk q = 1 diperoleh 4 (1) + 1 = 5, untuk q = 3 diperoleh 4 (2) + 1 = 13, untuk
q = 4 diperoleh 4 (4) + 1 = 17, untuk q = 7 diperoleh 4 (7) + 1 = 29, untuk q = 9
diperoleh 4 (9) + 1 = 37.
Sebaliknya tidak semua bilangan prima berbentuk 4q + 1, misalnya 7, 11, 19 dan
lain-lain. Jadi walaupun tak berhingga banyak bilangan prima dalam bentuk ini,
namun masih terdapat tak berhingga banyak pula bilangan prima yang tidak
berbentuk seperti ini. Tidak semua bilangan prima dapat dikenali bentuk umumnya.
Sebaliknya sulit menemukan suatu bentuk umum yang dapat menghasilkan bilangan
prima. Teorema Dirichlet mengatakan terdapat takerhingga banyak bilangan prima
yang terdapat di dalam barisan aritmatika
a, a + b, a + 2b, a + 3b,



asalkan gcd (a, b) = 1. Sebagai contoh, diperhatikan bilangan yang diakhiri oleh
angka 999: 1999, 100999, 1000999, ... merupakan bilangan prima. Mereka ini
berbentuk 1000n + 999 dengan gcd (1000, 999) = 1.

Bilangan prima Fermat dan Mersene
Kita fokus pada bilangan bulat yang mempunyai bentuk umum 2
m
1. Sebagian besar
bilangan ini adalah prima, misalnya 3, 5, 7, 13, 31, 127, , semuanya berbentuk 2
m
1.
Kita tahu persis bentuk umum m yang membuat bilangan ini prima. Namun
sebaliknya kita dapat mendeteksi bentuk m bilamana 2m + 1 prima, seperti
diungkapkan pada teorema berikut.

Teorema 7
Bila 2
m
+ 1 prima maka m = 2
n
untuk suatu n 0.
Bukti
Dibuktikan melalui kontraposisinya. Diketahui m tidak berbentuk 2
n
. Maka ada
bilangan ganjil q > 1 sehingga m = 2
n
q. Alasannya adalah sebagai berikut: untuk q
ganjil, katakan q = 2k + 1 maka m = 2
n
(2k + 1), yaitu diantaranya berbentuk 2
n
. 3,
2
n
.5, 2
n
. 7, ...kesemuanya tidak mungkin berbentuk 2
n
karena faktor ganjilnya tidak
dapat digabungkan dengan 2 untuk membentuk 2
(.)
. Bila q genap maka ada
kemungkinan 2
n
q berbentuk 2
(.)
, misalnya 2
n
. 4 = 2
n
+2. Perhatikan polinomial P(t) =
tq + 1. Karena q ganjil maka dapat difaktorkan P(t) = (t +1)(t
q-1
t
q-2
+ ... + t
2
- t + 1),
jadi (t + 1) merupakan faktor dari P(t). Ambil t = x
2
n, substitusi ke dalam P(t)
diperoleh P (x
2n
) = (x
2n
)
q
+1 = x
2nq
+ 1 = x
m
+1 mempunyai faktor (x
2n
+ 1). Diambil
x = 2 maka disimpulkan (2
2n
+ 1) adalah faktor dari 2
m
+ 1. Jadi 2
m
+ 1 bukan prima.

Bilangan yang berbentuk F
n
: = 2
2n
+ 1, n > 0 disebut bilangan Fermat. Bilangan
Fermat yang merupakan bilangan prima disebut prima Fermat. Ada konjektur
bahwa semua bilangan Fermat adalah prima. Coba perhatikan beberapa


diantaranya F
0
= 3, F
1
= 5, F
2
= 17, F
3
= 257, F
5
= 65537 kesemuanya adalah prima.
Namun pada tahun 1732 Euler menunjukkan bahwa bilangan Fermat berikutnya
adalah komposit, yaitu
F
5
= 232 + 1 = 4294967297 = 641 x 6700417
sehingga konjektur tersebut tidak terbukti.
Walaupun tidak semua bilangan Fermat adalah prima, namun dapat dipastikan setiap
pasangan dua bilangan Fermat membentuk prima relatif, yaitu gcd(F
n
, F
n
+k) = 1.
Untuk bukti, lihat Jones and Jones (2005).
Selanjutnya, bilangan yang berbentuk 2
p
+1 dimana p prima disebut bilangan Mersene
dan diantara bilangan ini yang prima disebut bilangan prima Mersene. Untuk p = 2, 3,
5, 7 diperoleh bilangan prima Mersene berikut
M
p
= 3, 7, 31, 127,
tetapi untuk p = 11, M
11
= 211 + 1 = 2047 = 23 x 89 ternyata bukan prima.

















C. FPB DAN KPK
Definisi
Ditentukan x, y e Z, x dan y keduanya bersama-sama bernilai 0. p e Z disebut
pembagi (faktor) persekutuan (common divisor, common factor) dari x dan y jika
p x (p membagi x) dan p y (p membagi y). p e Z disebut pembagi (faktor)
persekutuan terbesar (gcd = greatest common divisor, gcf = greatest common
factor) dari x dan y jika p adalah bilangan bulat positif terbesar yang membagi x
(yaitu p x) dan membagi y (yaitu p y).
Notasi:
d = (x, y) dibaca d adalah faktor (pembagi) pesekutuan terbesar dari x dan y
d = (x
1
, x
2
, , x
n
) dibaca d adalah faktor (pembagi) persekutuan terbesar dari x
1
,
x
2
, , x
n
Perlu diperhatikan bahwa d = (a, b) didefinisikan untuk setiap pasang bilangan
bulat a, b e Z kecuali a = 0 dan b = 0
Demikian pula, perlu dipahami bahwa (a, b) selalu bernilai bilangan bulat positif,
yaitu d e Z dan d > 0 (atau d > 1).
Contoh
1. Himpunan semua faktor 16 adalah: A = {-16, -6, -4, -2, -1, 1, 2, 3, 4, 8, 16}
Himpunan semua faktor 24 adalah: B = {-24, -12, -8, -6, -4, -3, -2, -1, 1, 2, 3,
4, 6, 8, 12, 24}
Himpunan semua faktor persekutuan 16 dan 24 adalah: C = {-8, -4, -2, -1, 1,
2, 4, 8}
Karena unsur C yang terbesar adalah 8, maka (16, 24) = 8


Cobalah cari (-16, 24), (16, -24), (-16, -24), (24, -16), dan (-24, 16)
2. Himpunan semua faktor 12 adalah {-12, -6, -4, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 4, 6, 12}
Himpunan semua faktor 18 adalah {-18, -9, -6, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 6, 9, 18}
Himpunan semua faktor persekutuan 12 dan 18 adalah {-6, -3, -2, -1, 1, 2, 3,
6}
Jadi: (16, 24) = 8
3. Perhatikan:
(6, 9) = 3 dan 3 = (2) (6) + (-1) (9)
(16, 40) = 8 dan 8 = (3) (16) + (-1)(40)
(60, 105) = 15 dan 15 = (2) (60) + (-1)(105)
Dari ketiga kasus di atas nampak adanya pola bahwa (p,q) dapat dinyatakan
sebagai kombinasi linier px + qy dengan x, y e Z
4. Perhatikan bahwa (6, 9) = 3
Sekarang dibentuk kombinasi linear px + qy dengan x, y e Z
Nilai-nilai 6p + 9q adalah sebagai berikut:
p = 0 dan q = 0 6p + 9q = 0
p = 0 dan q = 1 6p + 9q = 9
p = 1 dan q = 0 6p + 9q = 6
p = 1 dan q = -1 6p + 9q = -3
p = -1 dan q = 1 6p + 9q = 3


p = -1 dan q = 2 6p + 9q = 12
p = 2 dan q = -1 6p + 9q = 3
p = 1 dan q = -2 6p + 9q = -12
p = 0 dan q = -1 6p + 9q = -9
p = 2 dan q = -2 6p + 9q = -6

Nilai-nilai itu dapat disusun menjadi barisan:
, -12, -9, -6, -3, 0, 3, 6, 9, 12,
Ambil S = {3, 6, 9, 12, }, yaitu himpunan yang unsur-unsurnya adalah suku-
suku barisan yang positif, yaitu:
S = {6p + 9q 6p + 9q > 0 dan p, q e Z}
Karena S c N dan N adalah himpunan terurut rapi, maka S mempunyai unsur
terkecil, yaitu 3.
Karena 3 e S, maka 3 = 6p + 9q dengan p = 2 dan q = -1, atau p = -1 dan q = 1
Jelas bahwa 3 6 dan 3 9

Teorema 1
Jika d = (x, y), maka d adalah bilangan bulat posisitif terkecil yang mempunyai
bentuk px + qy untuk suatu m, n e Z, yaitu d dapat dinyatakan sebagai
kombinasi linear dari x dan y.


Bukti:
Dibentuk kombinasi linear (px + qy) dengan p, q e Z
Barisan bilangan (px + qy) memuat bilangan-bilangan yang bernilai negatif,
bilangan nol (untuk p = 0 dan q = 0), dan bilangan-bilangan yang yang bernilai
positif.
Ambil S = {px + qy px + qy > 0 dan p,q e Z }, maka dapat ditentukan bahwa S
c N. Karena S c N dan N merupakan himpunan yang terurut rapi, maka S
mempunyai unsur terkecil, sebutlah dengan t.
Karena t e S, maka tentu ada p = m dan q = n sehingga t = mx + ny. Selanjutnya
dapat dibuktikan bahwa t x dan t y.
Untuk membuktikan t x digunakan bukti tidak langsung.
Misalkan t O x, maka menurut teorema 3.9, ada r, s e Z sehingga
x = tr + s, 0 < s < t
x = tr + s
s = x tr
= x (mx + ny) r
= (1 mr)x + (-ny)r
s = ix + jy dengan i = 1 mr e Z dan j = -nq e Z
Jadi: s = ix + jy e S dengan s < t
Dengan anggapan t O x ternyata menghasilkan kontradiksi karena t adalah
unsure terkecil S, dengan demikian anggapan t O x adalah salah, berarti t x


Dengan jalan yang sama dapat ditunjukkan bahwa t y
Dari t x dan t y berarti t adalah faktor persekutuan dari x dan y.
Karena t adalah faktor persekutuan dari x dan y, dan d adalah faktor persekutuan
terbesar dari x dan y, maka t d
Selanjutnya akan dibuktikan bahwa d t
d = (x, y), maka menurut definisi 3.3, d x dan d y
d x dan d y, maka menurut definisi 3.1, x = dv untuk suatu v e Z dan y = dw
untuk suatu w e Z.
t = mx + ny
= m(dv) + n(dw)
t = d(mv + nw), berarti d t
Karena d t, d > 0, dan t > 0, maka sesuai dengan teorema 3.6, d t
Karena t d dan d t, maka d = t
Jadi: d adalah bilangan bulat positif terkecil yang mempunyai bentuk mx + ny
dengan m, n e Z.
Teorema 2
Jika k e N, maka k(x, y) = (kx, ky)
Bukti:
Misalkan d = (x, y) dan e = (kx, ky), maka menurut teorema 3.11, d = rx + sy dan
e = mkx + nky untuk suatu r, s, m, n e Z. d = rx + sy, maka kd = krx + ksy.


Karena d = (x, y), maka menurut definisi 2.1, d x dan d y, dan menurut teorema
3.8, kd kx dan kd ky
Menurut teorema 3.1, kd kx dan kd ky berakibat kd mkx dan kd nky, dan
menurut teorema 2.4, kd mkx + nky, atau kd e.
Jadi: k(x, y) (kx, ky).
Selanjutnya, karena e = (kx, ky), maka menurut difinisi 3.3, e kx dan e ky, dan
menurut teorema 2.8, e krx dan e ksy. Menurut teorema 3.4, e krx dan e kry
berakibat e krx + ksy, atau e khd.
Jadi: (kx, ky) k(x, y)
Karena k(x,y) > 0, (kx,ky) > 0 , k(x, y) (kx, ky), dan (kx, ky) k(x, y), maka
menurut teorema 3.7, k(x, y) = (kx, ky)
Contoh
(60, 102) = (6.10, 6.17) = 6(10, 17) = 6.1 = 6
(108, 207) = (9.12, 9.23) = 9(12, 23) = 9.1 = 9
Teorema 3
Jika x, y e Z dan d = (x, y), maka |
.
|

\
|
d
y
,
d
x
= 1
Bukti:
Misalkan x, y e Z dan (x, y) = d
Kita akan tunjukkan bahwa
d
x
dan
d
y
tidak mempunyai pembagi persekutuan
yang positif kecuali 1.


Misal e adalah suatu bilangan bulat positif yang membagi
d
x
dan membagi
d
y
,
yaitu e
d
y
dan e
d
y
,
menurut def 3.1,
d
x
= ke dan
d
y
= te untuk suatu k, t e Z. Dengan demikian x =
dek dan y = det, berarti de adalah faktor pesekutuan dari x dan y. Karena de
adalah faktor persekutuan dari x dan y, dan d adalah faktor persekutuan terbesar
dari x dan y, maka de d. Akibatnya e haruslah sama dengan 1
Jadi: |
.
|

\
|
d
y
,
d
x
= 1
Teorema 4
Jika p, q, r e Z, p qr, dan (p, q) = 1, maka p r
Bukti:
Diketahui (p, q) = 1, maka menurut teorema 3.11, 1 adalah bilangan bulat positif
terkecil yang dapat dinyatakan sebagai px + qy dengan x,y e Z, yaitu px + qy = 1
Karena px + qy = 1, maka rpx + rqy = r, atau prx + qry = r.
Menurut teo 3.1, karena pqr, maka p qry untuk semua y e Z. Selanjutnya,
karena p prx dan p qry, maka menurut teorema 3.4, p prx + qry. Jadi: p r.
Teorema 5
Jika (x, t) = 1 dan (y, t) = 1, maka (xy, t) = 1




Bukti:
Diketahui (x, t) = 1 dan (y, t) = 1, maka menurut teorema 3.11, ada p, q, r, s e Z
sehingga px + qt = 1 dan ry + st = 1.
Dari 1 = px + qt dan 1 = ry + st dapat ditentukan bahwa
1.1 = (px + qt)(ry + st)
1 = prxy + pstx + qrty + qst
2

1 = (pr)(xy) + (psx + qry + qst)t
Dengan demikian, sesuai teorema 3.11, karena 1 merupakan bilangan bulat
positif terkecil yang merupakan kombinasi linear dari xy dan t, maka:
(xy, t) = 1
Teorema 6
Ditentukan x, y e Z
d = (x, y) jika dan hanya jika d > 0, d x, d y, dan f d untuk setiap pembagi
persekutuan f dari x dan y
Bukti:
Kita buktikan jika d = (x, y), maka d > 0, d x, d y, dan f d
d = (x, y), maka menurut definisi 3.3, d adalah bilangan bulat positif (d > 0)
terbesar yang membagi x (d x) dan membagi y (d y)
Selanjutnya, menurut teorema 2.11, jika d = (x, y), maka d = mx + ny untuk
suatu m, n e Z


Misalkan f adalah sebarang pembagi persekutuan dari x dan y, maka f x dan f
y, dan menurut teorema 3.1, f mx dan f ny untuk sebarang m, n e Z
Menurut teorema 3.4, f mx dan f ny berakibat f mx + ny.
Karena f mx + ny dan d = mx + ny, maka f d.
Kita buktikan jika d > 0, d x, d y, dan f d untuk sebarang pembagi persekutuan
f dari x dan y, maka d = (x, y)
Karena d > 0 , d x dan d y, maka d adalah faktor persekutuan dari x dan y.
Selanjutnya, karena f adalah sebarang faktor persekutuan dari x dan y dan f d,
maka f d, d dan f adalah faktor-faktor persekutuan dari x dan y, f adalah
sebarang faktor persekutuan dari x dan y, dan f d, maka d adalah faktor
persekutuan yang terbesar dari x dan y. Jadi: d = (x, y).
Contoh
Faktor-faktor persekutuan 4 dan 6 adalah -1, 1, -2, dan 2. Faktor persekutuan
terbesar 4 dan 6 adalah 2. Perhatikan bahwa sebarang faktor persekutuan 4 dan 6
membagi faktor persekutuan terbesar 4 dan 6, yaitu: -1 2, 1 2, -2 2, dan 2 2.
Teorema 7
(x, y) = (y, x) = (x, -y) = (-x , y) = (-x, -y) untuk sebarang x, y e Z.
Teorema 8
a. (x, y) = (x, y + ax) untuk sebarang a e Z
b. (x, y) = (x + yb, y) untuk sebarang b e Z



Bukti:
a. Sesuai definisi 3.3, (x, y) > 0 dan (x, y + ax) > 0
Karena (x, y) > 0 dan (x, y + ax) > 0, maka untuk membuktikan (x, y) = (x, y +
ax), sesuai dengan teorema 3.7 kita harus membuktikan bahwa (x, y) (x, y + ax)
dan (x, y + ax (x, y). Kita akan membuktikan (x, y) (x, y + ax)
Sesuai definisi 3.3, (x, y) x dan (x, y) y
Menurut teorema 3.1, karena (x, y) x, maka (x, y) axuntuk semua a e Z.
Selanjutnya, sesuai dengan teorema 3.4, karena (x, y) ax dan (x, y) y, maka
(x, y) y + ax
(x, y) x dan (x, y) y + ax, maka menurut definisi 3.3 (x, y) adalah faktor
persekutuan dari x dan y + ax, dan akibatnya, sesuai dengan teorema 4.6,
(x, y) membagi (x,y + ax)
Jadi: (x, y) (x, y + ax)
Kita akan membuktikan (x, y + ax) (x, y)
Sesuai def 3.3, (x, y + ax) x, sehingga menurut teorema 3.1, (x, y + ax)
ax sehingga menurut teo 3.1, (x, y + ax) ax untuk semua a eZ; demikian pula,
sesuai def 3.3, (x, y + ax) y + ax.
Selanjutnya, sesuai teorema 3.9, karena: (x, y + ax ax dan (x, y + ax) y + ax
maka (x, y + ax) y.
Karena (x, y + ax) x dan (x, y + ax) y, maka sesuai def 3.3, (x, y + ax)
merupakan faktor pesekutuan dari x dan y, dan sesuai teorema 4.6 setiap faktor
persekutuan x dan y tentu membagi (x, y)


Jadi: (x, y + ax) (x, y).
Karena (x, y) > 0, (x, y + ax) > 0, (x, y) (x, y + ax), dan (x, y + ax) (x, y), maka
menurut teorema 7:
(x, y) = (x, y + ax)
Contoh
Ditentukan s
0
= 48, s
1
= 27, s
2
= 21 s
3
= 6, s
4
= 3, dan s
5
= 0
Maka menurut teorema 3.9 (algoritma pembagian),kita dapat melakukan
langkah-langkah berikut:
48 = 1.27 + 21, 0 21 < 27, 0 s
2
< s
1

27 = 1.21 + 6, 0 6 < 21, 0 s
3
< s
2

21 = 3.6 + 3, 0 3 < 6, 0 s
4
< s
3

6 = 2.3 + 0 s
5
= 0
Selanjutnya, menurut teorema 3.11, kita dapat mencari (s, s) = (48, 27):
(s
0
, s
1
) = (48, 27)
= (21 + 1.27,27) = (21, 27)
= (s
2
, s
1
)
= (21,6 + 1.21) = (21, 6)
= (s
2
, s
3
)
= (3 + 3.6,6) = (3, 6)
= (s
4
, s
3
)


= (3,3 + 1.3) = (3,3) = (3,0 + 1,3)
= (3,0)
= (s
4
+ s
5
)
= s
5
Perhatikan bahwa secara bertahap dapat ditentukan:
(s
0
, s
1
) = (s
2
, s
1
) = (s
2
, s
3
) = (s
4
, s
3
) = (s
4
, s
4
) = s
4

Contoh. di atas memberi gambaran tentang langkah-langkah yang jelas dan
terhingga untuk memperoleh faktor persekutuan terbesar dua bilangan secara
sistematis. Marilah sekarang kita lihat suatu cara yang sistematis, dan disebut
algoritma, untuk mencari faktor persekutuan terbesar dari dua bilangan bulat
positif.
Algoritma ini disebut algoritma Euclides, dan istilah ini digunakan setelah
Euclid, matematisi Yunani (Greek, 350 S.M.), menjelaskan algoritma ini dalam
bukunya The Elements (Rosen K., 1993: 80).
Teorema 9 Algoritma Euclides
Ditentukan s
0
, s
1
e Z, s
0
> s
1
, > 0
Jika algoritma pembagian digunakan secara berturut-turut untuk memperoleh
s
t
= s
t+1
k
t+1
+ s
t+2
, 0 s
t+2
s
t+1
, t = 0, 1, 2, , n 2 dan s
n+1
= 0
maka (s
0
, s
1
) = s
n
, sisa yang tidak nol dalam algoritma pembagian
Bukti:
Karena s
0
, s
1
e Z, s
0
> s
1
> 0, maka dengan menggunakan algoritma pembagian
secara berturut-turut akan diperoleh:


s
0
= s
1
k
1
+ s
2
, 0 s
2
< s
1

s
1
= s
2
k
2
+ s
3
, 0 s
3
< s
2


s
t-2
= s
t-1
k
t-1
+ s
t
, 0 s
t
< s
t-1


s
n-3
= S
n-2
k
n-2
+ s
n-1
, 0 s
n-1
< s
n-2

s
n-2
= s
n-1
k
n-1
+ s
n
, 0 s
n
< s
n-1

s
n-1
= s
n
k
n
+ s
n-1
, s
n+1
= 0
maka sesuai teorema 8:
(s
0
, s
1
) = (s
1
+ s
2
, s
1
)
= (s
2
, s
1
)
= (s
2
, s
2.2
+ s
3
)
= (s
2
, s
3
)
=
= (s
n-3
, s
n-2
)
= (s
n-2
, s
n-1
)
= (s
n-1
, s
n
)
= (s
n
, 0)
(s
0
, s
1
) = s
n



Contoh
Carilah (963, 657) dengan menggunakan algoritma Euclides
Jawab: 963 = 1.657 + 306, 0 306 < 657
657 = 2.306 + 45, 0 45 < 306
306 = 6.45 + 36, 0 36 < 45
45 = 1.36 + 9, 0 9 < 36
36 = 4.9 + 0
Jadi: (963, 657) = 9
Menurut teorema 1, jika d = (x, y), maka d dapat dinyatakan sebagai kombinasi
linear dari x dan y. Algoritma Euclides dapat digunakan untuk mencari
kombinasi linear d dari x dan y.
Dalam kaitannya dengan algoritma Euclides, jika d = (s
0
, s
1
), maka dapat
ditentukan bahwa d = ms
0
+ ns
1
:
s
n-2
= s
n-1
k
n-1
+ s
n
, maka s
n
= s
n-2
- s
n-1
k
n-1

s
n-3
= s
n-2
k
n-2
+ s
n-1
, maka s
n-1
= s
n-3
- s
n-2
k
n-2

s
n-4
= s
n-3
k
n-3
+ s
n-2
, maka s
n-2
= s
n-4
- s
n-3
k
n-3

s
1
= s
2
k
2
+ s
3
, maka s
3
= s
1
s
2
k
2

s
0
= s
1
k
1
+ s
2
, maka s
2
= s
0
s
1
k
1



Dengan demikian:
s
n
= s
n-2
s
n-1
k
n-1

= s
n-2
(s
n-3
s
n-2
k
n-2
)k
n-1

= s
n-2
(1 + k
n-2
k
n-1
) s
n-3

= (s
n-4
s
n-3
k
n-3
)(1 + k
n-2
k
n-1
) s
n-3
= s
n-4
(1 + k
n-2
k
n-1
) + s
n-3
{k
n-3
(1 + k
n-2
k
n-1
)}
Jika proses serupa diteruskan dengan substitusi berturut-turut:
s
n-3
, s
n-4
, , s
3
, s
2

maka akan diperoleh bentuk:
(s
0
, s
1
) = s
n

(s
0
, s
1
) = s
0
m + s
1
n = ms
0
+ ns
1

Ini berarti bahwa (s
0
, s
1
) dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari s
0
dan s
1

Contoh
Carilah nilai-nilai m, n e Z yang memenuhi hubungan
(7897, 4399) = m(7897) + n (4399)
Jawab: 7897 = 1.4399 + 3498 , 3498 = 7897 1.4399
4399 = 1.3498 + 901 , 901 = 4399 1.3498
3498 = 3.901 + 795 , 795 = 3498 3.901
901 = 1.795 + 106 , 106 = 901 1.795
795 = 7.106 + 53 , 53 = 795 7.106
106 = 2.53 + 0


Dengan demikian dapat ditentukan:
(7897, 4399) = 53
= 795 7.106 = 795 7. (901 1.795)
= 8.795 7.901 = 8(3498 3.901) 7.901
= 8.3498 31.901 = 8.3498 31(4399 1.3498)
= 39.3498 31.4399 = 39.(7897 1.4399) 31.4399
(7897, 4399) = 39.7897 + (-70) . 4399
Jadi: m = 7897 dan n = -70
Cara untuk menyatakan (p, q) sebagai kombinasi linear dari p dan q memerlukan
pemrosesan yang panjang karena perlu kerja berdasarkan langkah-langkah
algoritma Euclides, dan dilanjutkan kerja mundur berdasarkan modifikasi dari
setiap langkah dalam algoritma Euclides.
Terdapat cara lain untuk menyatakan (p, q) sebagai kombinasi linear dari p dan
q, yang secara langsung dapat menggunakan langkah-langkah algoritma
Euclides.
Teorema 10
Ditentukan p, q e N
Maka (p, q) = r
n
p + l
n
q, n = 0, 1, 2, , yang mana r
n
dan k
n
adalah suku ke n
dari barisan-barisan yang secara rekursif didefinisikan sebagai:
r
0
= 1, l
0
= 0
r
1
= 0, l
1
= 1


dan
r
i
= r
i-2
k
i-1
r
i
1
l
i
= l
i-2
k
i-1
l
i-1

untuk i = 2, 3, , n dengan k
i
adalah hasil bagi dalam algoritma Euclides
memperoleh (p, q)
Bukti:
Berdasarkan langkah-langkah algoritma Euclides pada teorema 2.20, dipilih p =
s
0
dan q = s
1,
kemudian kita gunakan cara pembuktian induksi matematika untuk
membuktikan (p, q) = s
n
= r
n
p + l
n
q
untuk i = 0, p = s
0
= 1.p + 0.q = r
0
p + l
0
q,
untuk i = 1, q = s
1
= 0 . p + 1 . q = r
1
+ l
1
q
Sekarang, anggaplah bahwa:
s
i
= r
i
p + l
i
q, i = 1, 2, , n 1
Sesuai dengan keadaan langkah ke n dalam pembuktian teorema 2.20 (algoritma
Euclides) dapat ditunjukkan bahwa:
s
n-2
= s
n-1
k
n-1
+ s
n
, atau s
n
= s
n-2
s
n-1
k
n-1
Dengan demikian, sesuai dengan prinsip induksi matematika:
s
n
= s
n-2
s
n-1
k
n-1
= (r
n-2
p + l
n-2
+ q) (r
n-1
p + l
n-1
q) k
n-1

= (r
n-2
r
n-1
k
n-1
) p + (l
n-2
l
n-1
k
n-1
) q
= (r
n-2
k
n-1
r
n-1
) p + (l
n-2
k
n-1
l
n-1
) q
s
n
= r
n
p + l
n
q


Contoh
Carilah (205, 75) dan nyatakan sebagai kombinasi linear dari 205 dan 75.
Jawab: 205 = 2.75 + 55 , k
1
= 2
75 = 1.55 + 20 , k
2
= 1
55 = 2.20 + 15 , k
3
= 2
20 = 1.15 + 5 , k
4
= 1
15 = 3.5 + 0
Jadi: (205, 75) = 5
r
o
= 1 l
o
= 0
r
1
= 0 l
1
= 1
r
2
= r
o
k
1
.r
1
l
2
= l
o
k
1
l
1

= 1 2. 0 = 0 2.1
= 1 = -2
r
3
= r
1
k
2
r
2
l
3
= l
1
- k
2
l
2

= 0 1. 1 = 1 1 (-2)
= 1 = 3
r
4
= r
2
k
3
. r
3
l
4
= l
2
k
3
l
3

= 1 2(-1) = -2 2 . 3
= 3 = -8


r
5
= r
3
k
4
r
4
l
5
= l
3
k
4
l
4

= -1 1 (3) = 3 1 . (-8)
= -4 = 11
Jadi: (205, 75) = (-4) . 205 + 11.75
Contoh
Langkah-langkah pada contoh di atas memerlukan tempat mencari yang luas dan
waktu yang panjang. Untuk menyederhanakan langkah-langkah pencarian, kita
dapat mengurangi tempat dan waktu dengan mengoperasikan atau menggunakan
tabel. Dengan menggunakan tabel, contoh 2.15 dapat dikerjakan sebagai berikut:

n r l k
1 1 0 2
2 0 1 1
3 1 -2 2
4 -1 3 1
5 3 -8
6 -4 11
jadi: (205, 75) = (-4) . 205 + 11. 75




Marilah sekarang kita mempelajari pasangan pasangan pembahasan FPB (faktor
Persekutuan ter Besar)yang disebut KPK (Kelipatan Persekutuan ter Kecil).
Topik FPB dan KPK merupakan materi pelajaran matematika di sekolah sejak
Sekolah Dasar.

Definisi FPB
Jika x, y e Z, x = 0, dan y = 0, maka:
a) m disebut kelipatan persekutuan (common multiple) dari x dan y jika
x m dan y m
b) m disebut kelipatan persekutuan terkecil (least common multiple, l.c.m)
dari x dan y jika m adalah bilangan bulat positif terkecil sehingga x m
dan y m.
Notasi:
m = |x, y| dibaca m adalah kelipatan persekutuan terkecil dari x dan y
Dengan jalan yang sama dapat didefinisikan kelipatan persekutuan terkecil dari 3
bilangan, 4 bilangan, , n bilangan, misalnya:
n = |x, y, z| dibaca n adalah kelipatan persekutuan terkecil dari x, y, dan z.
p = |a, b, c, d| dibaca p adalah kelipatan persekutuan terkecil dari a, b, c, dan d.
Contoh
a. Carilah |12, 16|
Jawab: Karena |12, 16| bernilai positif, maka |12, 16| dapat dicari dari
kelipatan-persekutuan 12 dan 16 yang positif.


Kelipatan 12 yang positif adalah 12, 24, 36, 48, 60,
Kelipatan 16 yang positif adalah 16, 32, 48, 64, 80,
48 adalah kelipatan persekutuan 12 dan 16 sebab 1248 dan 1648
96 adalah kelipatan persekutuan 12 dan 16 sebab 1296 dan 1696
Kelipatan-kelipatan persekutuan 12 dan 16 adalah 48, 96, 144, 192,
Dari barisan bilangan kelipatan persekutuan 12 dan 16, yang terkecil
adalah 48, sehingga |12, 16| = 48
Teorema 11
Ditentukan x, y e Z, x 0, dan y 0
m = |x, y| jika dan hanya jika x m, y m, m > 0, dan untuk sebarang kelipatan
persekutuan n dari x dan y berlaku m n
Bukti:
()
Ambil m = |x, y|, maka menurut definisi 3.4, x m, y m dan m > 0
Misalkan n adalah sebarang kelipatan persekutuan x dan y, maka x n dan y n.
Harus ditunjukan bahwa m n. Menurut perbagian algoritma, karena m s n, maka
tentu ada k, s e Z sehinga n = km + s, 0 s s < m
Untuk membuktikan m n, harus ditunjukkan bahwa n = km, atau harus
ditunjukkan bahwa s = 0.
Perhatikan bahwa n = km + s, maka s = n km.


x m dan y m, maka x am dan y am
x n dan x am, maka x n-am
y n dan y am, maka y n am
x n am dam y n am, maka n am adalah kelipatan persekutuan x dan y.
s = n km, x n km, dan y n km, maka x s dan y s
x s dan y s, maka s kelipatan persekutuan x dan y.
Karena s dan m adalah kelipatan-kelipatan persekutuan x dan y, dan m adalah
yang terkecil, serta 0 s s < m, maka jelas bahwa s = 0, sehingga n = km, atau m
n.
()
Ambil m > 0, x m, y m, dan untuk sebarang kelipatan persekutuan n dari x dan
y berlaku m n.
Ini berarti bahwa m adalah suatu kelipatan persekutuan dari x dan y yang
membagi semua kelipatan persekutuan dari x dan y yang lain. Jadi m = |x, y|
Teorema 12
|mx, my| = m |x, y| untuk sebarang m e N
Bukti:
Ambil K = |mx, my| dan k = |x, y|
K = |mx, my|, maka sesuai definisi 2.4, mx k dan my k
k = |x, y|, maka sesuai definisi 2.4, x k dan y k


x k, maka menurut teorema 2.8, mx mk.
y k, maka menurut teorema 2.8, my mk
mx mk dan my mk, maka menurut definisi 2.4, mk adalah kelipatan
persekutuan dari mx dan my.
Karena K adalah kelipatan persekutuan terkecil dari mx dan my, dan mk adalah
kelipatan persekutuan mx dan my, maka menurut teorema 2.22, K mk.
Jadi: |mx, my| m |x, y|
Selanjutnya, karena mx k dan my K, maka sesuai definisi 2.1, K = amx dan
K = bmy untuk suatu a, b e Z, berarti
m
K
= ax dan
m
K
= by, atau x
m
K
dan y
m
K
Karena x
m
K
dan y
m
K
, maka menurut definisi 2.4,
m
K
adalah kelipatan
persekutuan x dan y.
Akibatnya, sesuai dengan teorema 2.22, |x, y| membagi
m
K
, yaitu |x, y|
m
K

Karena |x, y|
m
K
, maka menurut teorema 2.8, m |x, y| m .
m
K
, atau m |x, y| K.
Jadi: m |x, y| |mx, my|
Akhirnya, karena |mx, my| > 0, m |x, y| > 0, |mx, my| m |x, y|, dan m |x, y| |mx,
my|, maka menurut teorema 2.7, |mx, my| = m |x, y|.
Teorema 13
Jika x, y e N dan |x, y| = 1, maka |x, y| = xy


Bukti:
|x, y| = 1, maka menurut teorema 4.1, mx + ny = 1 untuk suatu m, n e Z,
sehingga |x, y| |mx + my| = |x, y|, atau |x, y| mx + |x, y| ny = |x, y|
|x, y| adalah kelipatan persekutuan terkecil x dan y, maka sesuai definisi 3.4,
x |x, y|, y |x, y|, berarti sesuai dengan teorema 3.8
xy |x, y| y dan xy |x, y|x. Dengan demikian, sesuai teorema 3.1, xy |x, y| ny
dan xy |x, y| mx, dan sesuai teorema 3.5, xy |x, y| mx + |x, y| ny.
Jadi xy |x, y| |x, y| adalah kelipatan persekutuan terkecil x dan y, dan xy adalah
kelipatan x dan y, maka menurut teorema 4.11,|x, y| xy.
Dari xy |x, y| dan |x, y| xy, maka teorema 3.7, xy = |x, y|, atau |x, y| = |x, y|
Contoh
a. (2, 3) = 1, maka |2, 3| = 2 . 3 = 6
b. (7, 11) = 1, maka |7, 11| = 7 . 11 = 77
c. (16, 13) = 1, maka |16, 13| = 16 . 13 = 208
Teorema 14
Jika x, y e Z, maka (x, y) |x, y| = xy
Bukti:
Ambil d = (x, y), maka sesuai teorema 2.14, |
.
|

\
|
d
y
,
d
x
= 1


Sesuai teorema 2.24, karena |
.
|

\
|
d
y
,
d
x
= 1, maka:

(

d
y
,
d
x
=
d
y
.
d
x

akibatnya
|
.
|

\
|
d
y
,
d
x

(

d
y
,
d
x
= 1 .
d
y
.
d
x
=
d
y
.
d
x

d
2
|
.
|

\
|
d
y
,
d
x

(

d
y
,
d
x
= d
2
.
2
d
xy

d |
.
|

\
|
d
y
,
d
x
. d
(

d
y
,
d
x
= xy,
dan sesuai teorema 2 serta teorema 12, diperoleh
|
.
|

\
|
d
y
. d ,
d
x
. d . |
.
|

\
|
d
y
. d ,
d
x
. d = xy
(x, y) [x, y] = xy
Contoh
a. (6, 9) [6, 9] = 6 . 9 = 54
b. (12, 18) = maka 6 [12, 18] = 12.18, sehingga [12, 18] =
6
1
. 12 . 18 = 36
c. (24, 16) = 8, maka 8 [24, 16] = 24 . 16, sehingga [24, 16] =
8
1
.24.16 = 48
d. [36, 48] =
) 48 , 36 (
48 . 36
=
12
48 . 36
= 144

Anda mungkin juga menyukai