Kelompok 6
Oleh:
Mery Kristina Sibarani (200823011)
Khoirunisa Daulay (200823025)
Bahasa kongruensi ini diperkenalkan dan dikembangkan oleh Karl
Friedrich Gauss, matematisi paling terkenal dalam sejarah, hidup pada
awal abad Sembilan belas, sehingga sering disebut sebagai Pangeran
Matematisi (The Prince of Mathematicians). Meskipun Gauss tercatat
karena temuan-temuannya di dalam geometri, aljabar, analisis,
astronomi, dan fisika matematika, ia mempunyai minat khusus di dalam
teori bilangan dan mengatakan bahwa “mathematics is the queen of
sciences, and the theory of numbers is the queen of mathematics”.
Jika kita berbicara konsep kongruensi sebenarnya hal ini secara tidak
langsung sudah didapatkan pada pelajaran matematika Sekolah Dasar,
hanya saja istilah yang digunakan sedikit berbeda yaitu bilangan jam
atau bilangan bersisa. Cara yang dilakukan biasanya diperagakan
dengan menggunakan jam sebagi media dalam operasi yang berlaku,
baik jumlah maupun pengurangan.
Kemudian, kita telah mengetahui bahwa bilangan-bilangan
bulat lebih dari 4 dapat di “reduksi” menjadi 0, 1, 2, 3, atau 4
dengan cara menyatakan sisanya jika bilangan itu dibagi 5,
misalnya 13 dapat direduksi menjadi 3 karena 13 dibagi 5
bersisa 3, 50 dapat direduksi menjadi 0 karena 50 dibagi 5
bersisa 0, dan dalam bahasa kongruensi dapat dinyatakan
sebagai 13 = 3 (mod 5) dan 50 = 0 (mod 5).
Contoh:
10 ≡ 6 (mod 2) sebab 2 │ 10 – 6 atau 2 │ 4
13 ≡ -5 (mod 9) sebab 9 │ 13 – (-5) atau 9 │ 18
107 ≡ 2 (mod 15) sebab 15 │ (107 – 2) atau 15 │ 105
2. Teorema-teorema Kongruensi
Teorema 1:
Jika p, q, dan m adalah bilangan-bilangan bulat dan m ≠ 0, maka
p ≡ q (mod m) jika dan hanya jika ada bilangan bulat t sehingga
p ≡ q + tm.
Bukti:
Jika p ≡ q (mod m), maka m│p – q . Ini berarti ada suatu
bilangan bulat t sehingga tm ≡ p – q atau p ≡ q + tm.
Sebaliknya, jika ada suatu bilangan bulat t yang memenuhi p ≡
q + tm, maka dapat ditunjukkan bahwa tm = p – q, dengan
demikian m│p – q , dan akibatnya berlaku p ≡ q (mod m).
Contoh:
23 ≡ -17 (mod 8) dan 23 = -17 + 5.8
Teorema 2
Ditentukan m adalah suatu bilangan positif. Kongruensi
modulo m memenuhi sifat-sifat berikut:
Sifat Refleksif.
Jika p adalah suatu bilangan bulat, maka p ≡ p (mod m).
Sifat Simetris.
Jika p dan q adalah bilangan-bilangan bulat sedemikian
hingga
p ≡ q (mod m), maka p ≡ q (mod m).
Sifat Transitif.
Jika p, q, dan r adalah bilangan-bilangan bulat sedemikian
hingga p ≡ q (mod m) dan q ≡ r (mod m), maka p ≡ r (mod
m).
Bukti:
Kita tahu bahwa m ǀ 0 atau m ǀ p – p, berarti p ≡ q (mod m).
Jika p ≡ q (mod m), maka mǀ p – q, dan menurut definisi keterbagian
ada suatu bilangan bulat t sehingga tm ≡ p – q, atau (-t) m = q – p,
berarti m ǀ q – p. Dengan demikian q ≡ p (mod m).
Jika p ≡ q (mod m) dan q ≡ r (mod m), maka m ǀ p – q dan m ǀ q – r,
dan menurut definisi keterbagian, ada bilangan-bilangan bulat s dan t
sehingga sm = p – q dan tm = q – r. Dengan demikian dapat
ditunjukkan bahwa p – r = (p – q) + (q – r) = sm + tm = (s + t) m.
Jadi mǀ p – r, dan akibatnya p ≡ r (mod m).
Contoh
5 ≡ 5 (mod 7) dan -10 ≡ -10 (mod 15) sebab 7 ǀ 5 – 5 dan 15 ǀ -10 - (-
10).
27 ≡ 6 (mod 7 akibatnya 6 ≡ 27 (mod 7) sebab 7 ǀ 6 – 27 atau 7 ǀ (-21).
45 ≡ 21 (mod 3) dan 21 ≡ 9 (mod 3), maka 45 ≡ 9 (mod 3)
sebab 3 ǀ 45 – 9 atau 3 ǀ 36.
Teorema 3
Jika p, q r dan m adalah bilangan-bilangan bulat dan m > 0 sedemikian
sehingga p ≡ q (mod m), maka :
p + q ≡ q + r (mod m)
p - q ≡ q – r (mod m)
pq ≡ qr (mod m)
Bukti :
Diketahui p ≡ q (mod m), maka m|p – q. Selanjutnya dapat ditunjukkan
bahwa p – q ≡ (p + q) – (q – r) sehingga m|(p + q) – (q + r). Dengan
demikian p + r ≡ q + r (mod m).
Diketahui p ≡ q (mod m), maka m|p – q. Selanjutnya dapat ditunjukkan
bahwa p – q ≡ (p - q) – (q – r) sehingga m|(p - q) – (q – r). Dengan
demikian p – r ≡ q – r (mod m).
Diketahui p ≡ q (mod m), maka m|p - q, dan menurut Teorema
Keterbagian, m|r (p - q) untuk sebarang bilangan bulat r, dengan
demikian m|pr - qr. Jadi pr ≡ qr (mod m).
Teorema 4
Jika p, q, r, s adalah bilangan-bilangan bulat dan m > 0 sedemikian
sehingga p ≡ q (mod m) dan r ≡ s (mod m), maka :
p + r ≡ q + s (mod m)
p – r ≡ q – s (mod m)
pr ≡ qs (mod m)
Bukti :
p ≡ q (mod m) dan r ≡ s (mod m), maka m|p – q dan m|r – s , maka
tentu ada bilangan-bilangan bulat t dan u sehingga tm = p - q dan
um = r - s, dan (p + r) – (q + s) = tm – um = m(t – u). Dengan
demikian m|(p + r) – (q + s) atau p + r ≡ q + s (mod m).
p ≡ q (mod m) dan r ≡ s (mod m), maka m|p – q dan m|r – s , maka
tentu ada bilangan-bilangan bulat t dan u sehingga tm = p - q dan
um = r - s, dan (pr – qs) = pr – qr + qr – qs = r(p.q) + q(r – s) = rtm
+ qum = (rt + qu), dengan demikian m|(pr) qs, atau pr ≡ qs (mod m).
Contoh
36 (mod 7), maka 53 (mod 7) maka 36 + 53 (mod 7) atau
89 (mod 7)
72 (mod 5), maka 43 (mod 5) maka 72 - 43 (mod 5) atau
29 (mod 5)
15 (mod 4), maka 23 (mod 4) maka 15. 23 (mod 4) atau
345 (mod 4)
Teorema 5
Jika p ≡ q (mod m) ,maka pr ≡ qr (mod mr).
Jika p ≡ q (mod m) dan d|m, maka p ≡ q (mod d).
Bukti :
Misalkan p ≡ q (mod m), maka sesuai definisi, m|p – q dapat
ditentukan bahwa rm | r(p – q) atau mr | pr - qr, dan
berdasarkan definisi dapat ditentukan bahwa pr ≡ qr (mod
mr).
Misalkan p ≡ q (mod m), maka sesuai definisi, m|p - q,
Karena d|m dan m|p – q berakibat d|p - q dan sesuai dengan
definisi,
p ≡ q (mod d).
Sistem Residu
Contoh
1. {1,5} adalah suatu sistem residu modulo 6 yang tereduksi
karena
(1,6) = 1 dan (5,6) =1
5 ≡ 1 (mod 6)
(7,6) =1 sehingga 7 ≡ 1 (mod 6)