NIM : 200823011
Pertemuan 1 dan 2
Secara umum ada dua metode, yakni metode langsung dan metode iteratif:
Metode langsung menghitung pemecahan suatu masalah dalam jumlah langkah terhingga.
Metode ini akan memberikan jawaban persis bila dilakukan dalam hitungan dengan
ketepatan takhingga.
Metode Iteratif tidak diharapkan akan berakhir dalam jumlah langkah terhingga. Dimulai
dari tebakan awal, metode iteratif menghasilkan hampiran yang secara berturut-turut akan
konvergen ke pemecahan eksak.
2. Penyederhanaan Model. Model matematika yang dihasilkan dari tahap 1 mungkin masih
terlalu kompleks, yaitu memasukkan banyak variabel atau parameter. Semakin kompleks
model matematikanya, semakin rumit penyelesaiannya.
a. menentukan metode numerik yang akan dipakai bersama-sama dengan analisis galat
awal (yaitu taksiran galat, penentuan ukuran langkah, dan sebagainya).
Pemilihan metode didasari pada pertimbangan:
- apakah metode tersebut tidak peka terhadap perubahan data yang cukup kecil?
5. Operasional. program komputer dijalankan dengan data uji coba sebelum data yang
sesungguhnya
6. Evaluasi. Bila program sudah selesai dijalankan dengan data yang sesungguhnya, maka
hasil yang diperoleh diinterpretasi. Interpretasi meliputi analisis hasil run dan
membandingkannya dengan prinsip dasar dan hasil-hasil empirik untuk menaksir kualitas
solusi numerik, dan keputusan untuk menjalankan kembali program dengan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.
Pertemuan 3 dan 4
1. Kesalahan bawaan adalah kesalahan dari nilai data. Kesalahan tersebut bisa terjadi
karena kekeliruan dalam menyalin data, salah membaca skala, atau kesalahan karena
kurangnya pengertian mengenai hukum-hukum fisik dari data yang diukur.
3. Kesalahan Pemotongan terjadi karena tidak dilakukan hitungan sesuai dengan prosedur
matematik yang benar. Sebagai contoh, suatu proses yang tak berhingga diganti dengan
proses hingga.
Angka signifikan (angka berarti) angka yang dianggap dapat dipercaya sebagai hasil
pengukuran atau perhitungan. Angka signifikan menggambarkan seberapa besar keyakinan
terhadap hasil pendekatan yang diberikan metode numerik. Misalnya: kita dapat
memutuskan bahwa pendekatan dapat diterima jika ia betul sampai 4 angka signifikan,
yaitu bahwa 4 digit pertama adalah betul. Pengabaian angka signifikan sisa dinamakan
kesalahan pembulatan (round-off error).
Kesalahan sehubungan dengan perhitungan dan pengukuran dapat ditandai dengan presisi
(precision) dan akurasi (accuracy). Presisi mengacu pada jumlah angka signifikan yang
menyatakan suatu besaran penyebaran dalam bacaan berulang dari sebuah alat yang
mengukur suatu perilaku fisik tertentu. Akurasi mengacu pada dekatnya sebuah angka
pendekatan atau pengukuran terhadap harga sebenarnya yang hendak dinyatakan
a. tidak akurat dan tidak presisi
Deret Taylor digunakan untuk meramalkan suatu harga fungsi pada x i+1, yang dinyatakan
dalam harga fungsi itu dan turunannya di sekitar titik xi.
Pertemuan 5 dan 6
Akar Persamaan:
−b ∓ √ b2−4 ac
ax 2 +bx +c=0 → x=
2a
1. Metode Akolade (bracketing method): Metode bisection dan Metode regulasi falsi.
Metode bracketing disebut dengan metode tertutup karena dalam pencarian akar-
akar persamaan nonlinier dilakukan dalam suatu selang [a,b]. Keuntungan menggunakan
metode ini adalah selalu konvergen.
a. Metode Bisection. Metode ini selalu berhasil menemukan akar yang dicari (konvergen)
tetapi bekerja sangat lambat.
b. Metode Regulasi Falsi. Metode regulasi falsi disebut juga metode interpolasi linear atau
metode posisi salah merupakan metode yang digunakan untuk mencari akar-akar
persamaan non linear melalui proses iterasi. Metode regula falsi merupakan metode
pencarian akar persamaan dengan memanfaatkan kemiringan dan selisih dari dua titik batas
range.
2. Metode terbuka
1. Titik pendekatan tidak dapat digunakan jika merupakan titik ekstrim atau titik puncak.
Hal ini disebabkan pada titik ini nilai f ' ( x )=0 . Untuk mengatasi hal ini biasanya titik
pendekatan akan di geser.
3. Turunan persamaan sering kali sulit untuk diperoleh (tidak dapat dikerjakan dengan
metode analitik).
c. Metode Secant
Adapun kerugian dari metode ini adalah berpotensi menghasilkan hasil yang
tidak konvergen sama seperti metode terbuka lainnya. Selain itu, kecepatan
konvergensinya lebih lambat dibanding metode Newton-Raphson.
Pertemuan 7
Roots of Polynomials
Polinomial atau yang biasa disebut juga sebagai Suku banyak adalah sebuah bentuk dari
suku-suku dengan nilai banyak yang disusun dari perubah variabel serta konstanta. Operasi
yang dipakai hanya penjumlahan, pengurangan, perkalian serta pangkat bilangan bulat tidak
negatif.
Pangkat tertinggi dari x merupakan derajat polinomial. Sementara suku yang tidak
mengandung variable (a) disebut sebagai suku tetap (konstan).
Aturan:
1. Untuk persamaan orde ke-n, ada n akar real atau kompleks
2. Jika n ganjil, paling sedikit ada satu akar real
3. Jika akar kompleks ada pasangan konjugasi, yaitu (⋋ + μidan ⋋−μi¿ dimana i = =√ −1
1. Metode Muller
2. Metode Bairstow
Metode bairstow adalah algoritma yang digunakan untuk mencari akar polinomial dengan
derajat arbitrer (biasanya orde 3 dan lebih tinggi). Metode pembagi polinomial
f n ( x )=a0 +a1 x+ a2 x 2 +…+ an x n
oleh fungsi kuadrat ( x 2−rx −s ), dimana r dan s ditebak. Pembagian memberi kita
polinomial baru
f n−2 ( x )=b 2+ b3 x+b 4 x 2+ …+bn x n−2
dan sisanya
R ( x )=b1 (x−r)+r 0
hasil bagi f n−2 ( x) dan sisa R(x) diperoleh dengan pembagian polynomial standar koefisien
b i, dapat dihitung dengan hubungan perulangan berikut:
b i=an
b n−1=bn−1 +r bn
b i=ai +r bi +1+ s b i+2 , untuk i=n−2to 0
jika ( x 2−rx −s) adalah faktor eksak dari f n ( x) maka sisa R(x ) adalah nol dan akar dari
( x 2−rx −s) adalah akar dari f n ( x ) . Metode Bairstow direduksi untuk menentukan nilai r
dan s sehingga R ( x )=0 , maka b 0=b1 →0. Karena b 0 dan b 1 adalah fungsi dari r dan s,
maka dapat dieksapansi menggunakan deret Taylor sebagai:
∂ b0 ∂ b0
b 0 ( r + ∆ r , s+ ∆ s )=b 0+ ∆r+ ∆s
∂r ∂s
∂ b1 ∂ b1
b 1 ( r +∆ r , s+ ∆ s )=b1 + ∆ r+ ∆s
∂r ∂s
Dengan menetapkan persamaan sama dengan nol
∂ b0 ∂ b0 ∂ b1 ∂ b1
∆ r+ ∆ s=−b0 ∆r+ ∆ s=−b1
∂r ∂s ∂r ∂s
untuk menyelesaikan sistem persamaan di atas, kita memerlukan turunan parsial b 0 dan b 1
terhadap r dan s. Bairstow menunjukkan bahwa turunan parsial ini dapat diperoleh dengan
pembagian sintetik b dengan cara yang mirip dengan cara b sendiri diturunkan, yaitu
dengan mengganti a i dengan b idengan c i sehingga,
c n=bnc n−1=b n−1+ r cn
c i=b i+ r ci +1+ s ci +2 , untuk i=n−2 ¿1
dimana,
∂ b0 ∂ b0 ∂ b1 ∂ b1
=c 1 , = =c 2 ,dan =c 3 .
∂r ∂ s ∂r ∂r
kemudian subsitusikan ke persamaan
∂ b0 ∂ b0 ∂ b1 ∂ b1
∆ r+ ∆ s=−b0 ∆r+ ∆ s=−b1
∂r ∂s ∂r ∂s
diberikan
c 1 ∆ r +c 2 ∆ s=−b0c 2 ∆ r +c 3 ∆ s=−bi
persamaan ini dapat diselesaikan untuk∆ r dan∆ s, yang dapat digunakan untuk
meningkatkan tebakan awal rdan s. Pada setiap langkah, kesalahan perkiraan dalam
estimasi r dan s sebagai
∆r ∆s
| | | |
|ϵ a ,r|= r 100 % dan |ϵ a , s|= s 100 %
jika |ϵ a , s|< ∈s dan |ϵ a ,r|<∈s dimana ∈s adalah kriteria penghentian, nilai akar dapat
ditentukan dengan
r ± √ r 2 +4 s
x=
s
pada intinya, ada tiga kemungkinan
1) jika polynomial hasil bagi f n−2 adalah polynomial orde ketiga (atau lebih), metode
Bairstow dapat diterapkan pada hasil bagi untuk mengevaluasi nilai baru untuk r dan s.
Sebelumnya dapat berfungsi sebagai tebakan awal.
2) jika polynomial hasil bagi f n−2 adalah fungsi kuadrat, maka gunakan persamaan
r ± √ r 2 +4 s
x=
s
Untuk mendapatkan dua akar sisa dari f n ( x ) .
3) jika polynomial hasil bagi f n−2 adalah fungsi linier, maka akar tunggal yang tersisa
diberikan oleh
−s
x=
r