Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TEORI BILANGAN

KONSEP DASAR KONGRUENSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Bilangan

Dosen Pengampu : Novian Riskiani Dewi, M.Si


Disusun Oleh :

1. Aneva Meilandari 2011050262


2. Fardiaz Hilman Rishadi 2011050243
3. Feby Widya Putri 2011050240
4. Sa’yatul Khoiriyah 2011050274

KELAS 6C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan Inayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini berjalan lancer dan terselesaikan
dengan bantuan pihak dengan baik. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas kelompok
sebagai syarat untuk melakukan presentasi mata kuliah Teori Bilangan.
Makalah ini merupakan makalah yang kami buat tentang bahasan “Konsep Dasar
Kongruensi”. Sebagaimana makalah ini bermaksud untuk menyumbangkan Sebagian
pengetahuan yang telah kami dapat dari berbagai sumber pihak tentunya. Diharapkan pembaca
dapat memiliki wawasan yang luas, arif dan bijaksana dalam menelaah dan menyikapi
problematika tentang “Konsep Dasar Kongruensi”.
Selain hal tersebut, harapan yang lebih besar adalah jika pembaca mampu memecahkan
secara profesional dan ilmiah. Kepada teman-teman yang telah meluangkan waktu, curahan
tenaga dan pikirannya untuk menghasilkan makalah ini disampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat memberi sumbangsi yang
positif bagi kita semua. Kami meyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, dan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
makalah ini.

Bandar Lampung, 29 Maret 2023

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................I

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1

C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

A. Definisi Kongruensi.................................................................................................... 2

B. Sifat-sifat Kongruensi ................................................................................................. 6

C. Teorema-teorema Kongruensi ..................................................................................... 6

D. Metode/Aplikasi yang digunakan dalam penyelesaian Kongruensi ............................. 9

E. Latihan Soal dan Penyelesaiannya ............................................................................ 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 14

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 14

B. Saran ........................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 15

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kongruensi merupakan kelanjutan dari keterbagian, dan didefinisikan berdasarkan


konsep keterbagian. Dengan demikian penjelasan dan pembuktian teorema-teoremanya
dikembalikan ke konsep keterbagian. Bahan utama kongruensi adalah penggunaan bilangan
sebagai modulo, dan bilangan modulo ini dapat dipandang sebagai perluasan dari
pembahasan yang sudah ada di sekolah dasar sebagai bilangan jam, dan pada tingkat lebih
lanjut disebut bilangan bersisa.
Secara tidak langsung kongruensi sudah dibahas sebagai bahan matematika di sekolah
dalam bentuk bilangan jam atau bilangan bersisa. Peragaan dengan menggunakan tiruan jam
dipandang bermanfaat karena peserta didik akan langsung praktek untuk lebih mengenal
adanya sistem bilangan yang berbeda yaitu sistem bilangan jam, misalnya bilangan jam
duaan,tigaan, empatan, limaan, enaman dan seterusnya.
Dengan bertambahnya uraian tentang sistem residu, pembahasan tentang kongruensi
menjadi lebih lengkap sebagai persiapan penjelasan Teorema Euler, Teorema Kecil Fermat,
Teorema Wilson, serta bahan penerapan yang terkait dengan Teorema Kongruensi dan
Teorema Euler.1

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Kongruensi?


2. Apa saja sifat-sifat Kongruensi?
3. Apa saja teorema-teorema Kongruensi?
4. Apa saja metode yang digunakan dalam menentukan Kongruensi?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mahasiswa mampu memahami definisi Kongruensi.


2. Mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat Kongruensi.
3. Mahasiswa dapat memahami teorema-teorema Kongruensi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui metode yang digunakan dalam penyelesaian Kongruensi.
5. Mahasiswa dapat mengasah kembali materi yang sudah dikuasai melalui Latihan soal.

1
Endang Mulyana, 2002

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kongruensi

Kongruensi merupakan bahasa teori bilangan karena pembahasan teori bilangan


bertumpu pada kongruensi. Bahasa kongruensi ini diperkenalkan dan dikembangkan oleh
Karl Friedrich Gauss, matematisi paling terkenal dalam sejarah, hidup pada awal abad
Sembilan belas, sehingga sering disebut sebagai Pangeran Matematisi (The Prince of
Mathematicians). Meskipun Gauss tercatat karena temuan-temuannya di dalam geometri,
aljabar, analisis, astronomi, dan fisika matematika, ia mempunyai minat khusus di dalam
teori bilangan dan mengatakan bahwa “mathematics is the queen of sciences, and the
theory of numbers is the queen of mathematics”. Gauss merintis untuk meletakkan teori
bilangan modern di dalam bukunya Disquistiones Arithmeticae pada tahun 1801.
Secara tidak langsung kongruensi sudah dibahas sebagai bahan matematika di sekolah
dalam bentuk bilangan jam atau bilangan bersisa. Peragaan dengan menggunakan tiruan jam
dipandang bermanfaat karena peserta didik akan langsung praktek untuk lebih mengenal
adanya sistem bilangan yang berbeda yaitu sistem bilangan jam, misalnya bilangan jam
duaan,tigaan, empatan, limaan, enaman dan seterusnya. 2
Kemudian, kita telah mengetahui bahwa bilangan-bilangan bulat lebih dari 4 dapat di
“reduksi” menjadi 0, 1, 2, 3, atau 4 dengan cara menyatakan sisanya jika bilangan itu dibagi
5, misalnya 13 dapat direduksi menjadi 3 karena 13 dibagi 5 bersisa 3, 50 dapat direduksi
menjadi 0 karena 50 dibagi 5 bersisa 0, dan dalam bahasa kongruensi dapat dinyatakan
sebagai 13 = 3 (mod 5) dan 50 = 0 (mod 5).
Ditentukan p, q, m adalah bilangan-bilangan bulat dan m ≠ 0
p disebut kongruen dengan q modulo m, ditulis p ≡ q (mod m), jika dan hanya jika 𝑚| p –
q.
Jika m ∤ 𝑝 − 𝑞 maka ditulis 𝑝 ≢ 𝑞 (mod m), dibaca p tidak kongruen dengan q modulo m.
Contoh 3.1
10 ≡ 6 (mod 2) sebab 2 │ 10 – 6 atau 2 │ 4
13 ≡ -5 (mod 9) sebab 9 │ 13 – (-5) atau 9 │ 18

2
Stallings, W. (2012). Operating System Internals and Design Principles 7th Edition. New Jersey: Prentice
Hall.

2
Berikut adalah Definisi-definisi dari Kongruensi. 3
Defenisi 1.1
Ditentukan a, b, m ∈ Z
a disebut kongruen dengan b modulo m ata ditulis a ≡ b (mod m) jika (a – b) habis dibagi
m yaitu m| (a − b). Jika (a – b) tidak habis dibagi m yaitu m ∤ (a − b) maka a ≠
b (mod m), dibaca a tidak kongruen dengan b modulo m.
Maka:
a ≡ b (mod m) jika dan hanya jika m| (a − b)
Contoh:
25 ≡ 1 (mod 4) sebab (25 – 1) habis dibagi oleh 4
8 ≡ 4 (mod 2) sebab (8 – 4) habis dibagi oleh 2
5 ≡ −4 (mod 9) sebab (5 – (– 4) ) habis dibagi oleh 9
31 ≠ 5 (mod 6) sebab (31 – 5) tidak habis dibagi oleh 6

Defenisi 1.2
Pada a ≡ r (mod m) dengan 0 ≤ r < m maka r disebut residu terkecil dari a modulo m.
untuk kongruen ini {0,1,2,3,…, (m – 1)} disebut himpunan residu terkecil modulo m.
Contoh:
Himpunan residu terkecil modulo 5 adalah {0,1,2,3,4}

Defenisi 1.3
Himpunan bilangan bulat r1, r2, r3,….., rm disebut sistem residu lengkap modulo m bila dan
hanya bila setiap bilangan bulat kongruen modulo m dengan satu dan hanya satu diantara
r1, r2, r3,….., rm.
Contoh:
{45, -9, 12, -22, 24} adalah sistem residu lengkap modulo 5.
Bukti:
Kita ketahui bahwa himpunan residu terkecil modulo 5 adalah {0,1,2,3,4}
45 ≡ 0 (mod 5)
−9 ≡ 1 (mod 5)
12 ≡ 2 (mod 5)
−22 ≡ 3 (mod 5)

3
Barnett Rich, terj.Irzam Harmein, S.T, Geometri, (Jakarta: Erlangga, 2005) hal.28

3
Defenisi 1.4
Ditentukan f adalah suatu fungsi polynomial dengan koefisien bilangan bulat jika a ≡
b mod m maka f(a) ≡ f(b) mod m.
Bentuk polinomial adalah f(x) ≡ 𝑝0 𝑥 𝑛 + 𝑝1 𝑥 𝑛−1 + ⋯ + 𝑝𝑛
dengan p = 1, 2, 3,…, n
f(a) ≡ 𝑝0 𝑎𝑛 + 𝑝1 𝑎𝑛−1 + ⋯ + 𝑝𝑛
f(b) ≡ 𝑝0 𝑏𝑛 + 𝑝1 𝑏𝑛−1 + ⋯ + 𝑝𝑛
sehingga f(a) − f(b) = 𝑝0 (𝑎𝑛 − 𝑏𝑛 ) + 𝑝1 (𝑎𝑛−1 − 𝑏𝑛−1 ) + ⋯ + 𝑝𝑛 (𝑎 − 𝑏)
Selanjutnya
a ≡ b mod m dan a ≡ b mod m → a2 ≡ b2 mod m → m| (a2 − b2 )
a ≡ b mod m → a2 ≡ b2 mod m → a3 ≡ b3 mod m → m| (a3 − b3 )
Karena
m| (a − b) → m| pn−1 (a − b)
m| (a2 − b2 ) → m| pn−2 (a2 − b2 )

m| (an − bn ) → m| p0 (an − bn )
jadi m| f(a) − f(b) → f(a) − f(b) mod m
Contoh:
1. f(x) = x 2 − 3x + 5 maka f(5) = −3 mod 2
Penyelesaian
f(5) = −3 mod 2 sebab 2| (5— 3) atau 2| 5 + 3 atau 2| 8
f(5) = 52 − 3(5) + 5 = 15
f(−3) = −32 − 3(−3) + 5 = 23
f(5) − f(−3) = 15 − 23 = −8
2| 8 → 2| f(5) − f(−3) → f(5) ≡ f(−3) mod 2

Defenisi 1.5
Suatu sistem (x1, x2,…, xm) disebut residu yang lengkap modulo m jika untuk setiap (0 ≤ y
< m) ada satu dan hanya satu xi (0 ≤ y < m) sehingga y ≡ xi mod m atau xi ≡ y mod m

4
Contoh:
1. 6,7,8,9,10 adalah suatu sistem residu yang lengkap modulo 5, sebab untuk setiap y (0 ≤
y < 5) ada satu dan hanya satu x anggota 6,7,8,9,10
10 ≡ 0 mod 5
9 ≡ 4 mod 5
8 ≡ 3 mod 5
7 ≡ 2 mod 5
6 ≡ 1 mod 5

Defenisi 1.6
Ditentukan m ∈ Z +
1) Jika m prima, maka setiap bilangan bulat yang lebih kecil dari m relatif prima terhadap
m. Dengan kata lain, ∅ (m) = 𝑚 − 1 hanya jika m prima.
2) Jika m = pq adalah bilangan komposit dengan p dan q prima, maka ∅ (m) = ∅(𝑝). ∅(𝑞)

= (p – 1)(q – 1).
3) Jika p bilangan prima dan k > 0, maka ∅ (pk) = pk – pk-1 = pk-1(p – 1) .
Untuk n = 1, 2, …, 10, fungsi ∅ Euler adalah
∅ (1) = 0 ∅ (6) = 2
∅ (2) = 1 ∅ (7) = 6
∅ (3) = 2 ∅ (8) = 4
∅ (4) = 2 ∅ (9) = 6
∅ (5) = 4 ∅ (10) = 4
4) Banyaknya residu di dalam suatu sistem residu tereduksi modulo m disebut fungsi ∅
Euler dari m dan dinyatakan dengan ∅ (m).
Contoh:
1. Tentukan ∅ (21).
Jawab :
Karena 21 = 7  3, ∅ (21) = ∅ (7) ∅ (3) = 6  2 = 12 buah bilangan bulat yang relatif prima
terhadap 21, yaitu 1, 2, 4, 5, 8, 10, 11, 13, 14, 17, 19, 20.
2. Tentukan ∅ (16).
Jawab:
Karena ∅ (16) = ∅ (24) = 24 – 23 = 16 – 8 = 8, maka ada delapan buah bilangan bulat yang
relatif prima terhadap 16, yaitu 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15.

5
B. Sifat-sifat Kongruensi

Adapun sifat-sifat dari kongruensi adalah sebagai berikut.4


1. Sifat Refleksif.
Jika p adalah suatu bilangan bulat, maka p ≡ p (mod m).
2. Sifat Simetris.
Jika p dan q adalah bilangan-bilangan bulat sedemikian hingga p ≡ q (mod m), maka p
≡ q (mod m).
3. Sifat Transitif.
Jika p, q, dan r adalah bilangan-bilangan bulat sedemikian hingga p ≡ q (mod m) dan q
≡ r (mod m), maka p ≡ r (mod m).

C. Teorema-teorema Kongruensi

Adapun Teorema-teorema Kongruensi adalah sebagai berikut. 5

Teorema 1
Jika p, q, dan m adalah bilangan-bilangan bulat dan m ≠ 0, maka p ≡ q (mod m) jika dan
hanya jika ada bilangan bulat t sehingga p ≡ q + tm.
Bukti:
Jika p ≡ q (mod m), maka m│p – q . Ini berarti ada suatu bilangan bulat t sehingga tm ≡ p
– q atau p ≡ q + tm.
Sebaliknya, jika ada suatu bilangan bulat t yang memenuhi p ≡ q + tm, maka dapat
ditunjukkan bahwa tm = p – q, dengan demikian m│p – q , dan akibatnya berlaku p ≡ q
(mod m).
Contoh 4.2
23 ≡ -17 (mod 8) dan 23 = -17 + 5.8

Teorema 2
Jika 𝑝, 𝑞, 𝑟, dan 𝑚 adalah bilangan-bilangan bulat dan m > 0 sedemikian sehingga 𝑝 ≡ 𝑞
(mod m), maka :

(a) 𝑝 + 𝑟 ≡ 𝑞 + 𝑟 (mod m) (b) 𝑝 − 𝑟 ≡ 𝑞 − 𝑟 (mod m)

4
(Diposting oleh) Miaratnasih, Matematika Ceria, dalam
http://miaratnasih.wordpress.com/2014/01/04/kesebangunan-dan-kongruen-bangun-datar/ diakses pada 23
Maret 2016
5
Susanah dan Hartono.2010. Geometri. Surabaya: Unesa University Press.

6
Bukti :

(a) Diketahui 𝑝 ≡ 𝑞(mod m), maka m| 𝑝 − 𝑞.


Selanjutnya dapat ditunjukkan bahwa 𝑝 − 𝑞 ≡ (𝑝 + 𝑟) − (𝑞 − 𝑟), sehingga m| (𝑝 +
𝑟) − (𝑞 + 𝑟). Dengan demikian 𝑝 + 𝑟 ≡ 𝑞 + 𝑟 (mod m).
(b) Diketahui 𝑝 ≡ 𝑞(mod m), maka m| 𝑝 − 𝑞.
Selanjutnya dapat ditunjukkan bahwa 𝑝 − 𝑞 ≡ (𝑝 − 𝑟) − (𝑞 − 𝑟), sehingga m| (𝑝 −
𝑟) − (𝑞 − 𝑟). Dengan demikian 𝑝 − 𝑟 ≡ 𝑞 − 𝑟 (mod m).
(c) Diketahui 𝑝 ≡ 𝑞(mod m), maka m| 𝑝 − 𝑞, dan menurut Teorema Keterbagian ,
m|𝑟( 𝑝 − 𝑞) untuk sebarang bilangan bulat r, dengan demikian m| 𝑝𝑟 − 𝑞𝑟. Jadi 𝑝𝑟 ≡
𝑞𝑟 (mod m).

Contoh 4.4

43 ≡ 7(mod 6), maka 43 + 5 ≡ 7 + 5(mod 6) atau 48 ≡ 12(mod 6)

27 ≡ 6(mod 7), maka 43 - 4 ≡ 6 − 4(mod 7) atau 23 ≡ 2(mod 7)

35 ≡ 3(mod 8), maka 35.4 ≡ 3.4 (mod 8) atau 140 ≡ 12(mod 8)

Teorema 3
Jika 𝑝, 𝑞, 𝑟, 𝑠, 𝑚 adalah bilangan-bilangan bulat dan 𝑚 > 0 sedemikian sehingga 𝑝 ≡ 𝑞
(mod m) dan 𝑟 ≡ 𝑠 (mod m), maka :

(a) 𝑝 + 𝑟 ≡ 𝑞 + 𝑠 (mod m)
(b) 𝑝𝑟 ≡ 𝑞𝑠 (mod m)

Bukti :

(a) 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m) dan 𝑟 ≡ 𝑠 (mod m), maka 𝑚 |𝑝 − 𝑞 dan 𝑚|𝑟 − 𝑠, maka tentu ada
bilangan-bilangan bulat 𝑡 dan 𝑢 sehingga 𝑡𝑚 = 𝑝 − 𝑞 dan 𝑢𝑚 = 𝑟 − 𝑠, dan (𝑝 + 𝑟) −
(𝑞 + 𝑠) = 𝑡𝑚 − 𝑢𝑚 = 𝑚(𝑡 − 𝑢). Dengan demikian 𝑚|(𝑝 + 𝑟) − (𝑞 + 𝑠, atau 𝑝 +
𝑟 ≡ 𝑞 + 𝑠(𝑚𝑜𝑑 𝑚).
(b) 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m) dan 𝑟 ≡ 𝑠 (mod m), maka 𝑚 |𝑝 − 𝑞 dan 𝑚|𝑟 − 𝑠, maka tentu ada
bilangan-bilangan bulat 𝑡 dan 𝑢 sehingga 𝑡𝑚 = 𝑝 − 𝑞 dan 𝑢𝑚 = 𝑟 − 𝑠, dan
(𝑝𝑟 − 𝑞𝑠 = 𝑝𝑟 − 𝑞𝑟 + 𝑞𝑟 − 𝑞𝑠 = 𝑟(𝑝. 𝑞 ) + 𝑞(𝑟 − 𝑠) = 𝑟𝑡𝑚 + 𝑞𝑢𝑚 = (𝑟𝑡 + 𝑞𝑢).
dengan demikian 𝑚|(𝑝𝑟) − 𝑞𝑠, atau 𝑝𝑟 ≡ 𝑞𝑠(𝑚𝑜𝑑 𝑚).

7
Contoh 3.6

36 ≡ 8(mod 7), maka 53 ≡ 4 (mod 7) maka 36 + 53 ≡ 8 + 4(mod 7) atau 89 ≡


12 (mod 7)

72 ≡ 7 (mod 5), maka 43 ≡ 3(mod 5) maka 72 - 43 ≡ 7 − 3 (mod 5) atau 29 ≡ 4 (mod 5)

15 ≡ 3(mod 4), maka 23 ≡ 7 (mod 4) maka 15.23 ≡ 3.7 (mod 4) atau 345 ≡ 21 (mod 4)

Teorema 4
(a) jika 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m) ,maka 𝑝𝑟 ≡ 𝑞𝑟 (mod mr).
(b) Jika 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m) dan 𝑑 |𝑚, maka 𝑝 ≡ 𝑞 (mod d).

Bukti :

(a) Misalkan 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m), maka sesuai Definisi 3.1, 𝑚 |𝑝 − 𝑞 menurut Teorema 2.8
dapat ditentukan bahwa 𝑟𝑚 |𝑟(𝑝 − 𝑞) atau 𝑚𝑟|𝑝𝑟 − 𝑞𝑟, dan berdasarkan Definisi 3.1
dapat ditentukan bahwa 𝑝𝑟 ≡ 𝑞𝑟 (mod mr).
(b) Misalkan 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m), maka sesuai Definisi 3.1, 𝑚 |𝑝 − 𝑞.berdasarkan Teorema
2.2, karena 𝑑|𝑚 dan 𝑚 |𝑝 − 𝑞 berakibat 𝑑 |𝑝 − 𝑞 dan sesuai dengan Definisi 3.1, 𝑝 ≡
𝑞 (mod d).

Teorema 5
Diketahui bilangan-bilangan bulat 𝑎, 𝑝, 𝑞, 𝑚, dan 𝑚 > 0.

(a) 𝑎𝑝 ≡ 𝑎𝑞 (mod m) jika dan hanya jika 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m/(a,m))


(b) 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m1) dan 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m2) jika dan hanya jika 𝑝 ≡ 𝑞 (mod [𝑚1, 𝑚2 ])

Bukti:

(a) (→)
Misalkan 𝑎𝑝 ≡ 𝑎𝑞 (mod m), maka sesuai definisi 3.1, 𝑚 |𝑎𝑝 − 𝑎𝑞, dan sesuai Definisi
2.1, 𝑎𝑝 ≡ 𝑎𝑞 = 𝑡𝑚 untuk suatu t 𝜖 𝑍, berarti 𝑎(𝑝 − 𝑞 ) = 𝑡𝑚. Karena (𝑎, 𝑚 |𝑎 dan
(𝑎, 𝑚 )|𝑚 maka 𝑎 /(𝑎, 𝑚))(𝑝 − 𝑞) = (𝑚/(𝑎, 𝑚))𝑡, dan sesuai dengan Definisi 2.1,
dapat ditentukan bahwa 𝑚 /(𝑎, 𝑚))|𝑎/(𝑎, 𝑚))(𝑝 − 𝑞).
Menurut Teorema 2.14, 𝑚 /(𝑎, 𝑚), 𝑎/(𝑎, 𝑚)) = 1, dan menurut Teorema 2.15, dari
𝑚 /(𝑎, 𝑚), 𝑎/(𝑎, 𝑚)) = 1 dan 𝑚 /(𝑎, 𝑚))|𝑎/(𝑎, 𝑚))(𝑝 − 𝑞) berakibat 𝑚/
(𝑎, 𝑚))|(𝑝 − 𝑞).
Jadi menurut Definisi 3.1, 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m/ (𝑎, 𝑚)).

8
(→)
Misalkan 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m/ (𝑎, 𝑚)), maka menurut Teorema 3.5(𝑎), 𝑎𝑝 ≡ 𝑎𝑞 (mod
𝑎m/ (𝑎, 𝑚)). Selanjutnya, karena 𝑚|(𝑎𝑚/(𝑎, 𝑚)) dan 𝑎𝑝 ≡ 𝑎𝑞 (mod 𝑎m/ (𝑎, 𝑚)),
maka berdasarkan Teorema 3.5 (b), 𝑎𝑝 ≡ 𝑎𝑞 (mod 𝑚).

Contoh 3.7

Misalkan 8𝑝 ≡ 8𝑞 (mod 6), karena (8,6) = 2, maka 𝑝 ≡ 𝑞 (mod 6/2), sehingga 𝑝 ≡ 𝑞


(mod 3).

Misalkan 12𝑝 ≡ 12𝑞 (mod 16), karena (12, 16) = 4, maka 𝑝 ≡ 𝑞 (mod 16/4), sehingga
𝑝 ≡ 𝑞 (mod 4).

Contoh 3.8

Misalkan 𝑝 ≡ 𝑞 (mod 6) dan 𝑝 ≡ 𝑞 (mod 8). Maka 𝑝 ≡ 𝑞 (mod [6,8]), sehingga 𝑝 ≡ 𝑞


(mod 24).

Misalkan 𝑝 ≡ 𝑞 (mod 16), dan 𝑝 ≡ 𝑞 (mod 24). Maka 𝑝 ≡ 𝑞 (mod [16,24]), sehingga
𝑝 ≡ 𝑞 (mod 48).

D. Metode/Aplikasi yang digunakan dalam penyelesaian Kongruensi

a. 𝛼 = 𝑃𝐻 + 𝑆 → 𝛼 − 𝑆 = 𝑃𝐻 → 𝑃 ∨ 𝛼 − 𝑆 → 𝛼 ≡ 𝑆𝑚𝑜𝑑 𝑃

Contoh :
Tentukan sisa jika 17 di bagi 5!

Jawab :
17 ≡ 2 𝑚𝑜𝑑 5 → 17 = 5.3 + 2
17 ≡ 7 𝑚𝑜𝑑 5 → 17 = 5.2 + 7
17 ≡ 12 𝑚𝑜𝑑 5 → 17 = 5.1 + 12
17 ≡ 17 𝑚𝑜𝑑 5 → 17 = 5.0 + 17
Residu juga bisa bernilai negative, sebagai contoh :
17 ≡ −3 𝑚𝑜𝑑 5 → 17 = 5.4 + (−3)

Jadi, sisa 17 dibagi 5 yaitu 2.

9
b. Jika 𝑃 ≡ 𝑄𝑚𝑜𝑑 𝑅 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑃𝑛 ≡ 𝑄𝑛 𝑚𝑜𝑑 𝑅
Contoh :
Tentukan sisa jika 34 dibagi 8 !

Jawab :
32 ≡ 1𝑚𝑜𝑑 8
32 ≡ 12 𝑚𝑜𝑑 8 → 34 ≡ 1 𝑚𝑜𝑑 8 → Sisanya 1

Jika 381 dibagi 8 ?


Jawab :
32 ≡ 1 𝑚𝑜𝑑 8
380 ≡ 140 𝑚𝑜𝑑 8
3.380 ≡ 3.140 𝑚𝑜𝑑 8 → 381 ≡ 3𝑚𝑜𝑑 8 → Sisanya 3

Jika 55121 dibagi 7 ?


Jawab :
55 ≡ −1𝑚𝑜𝑑 7
55121 ≡ −1121 𝑚𝑜𝑑 7 → 55121 ≡ −1𝑚𝑜𝑑 7 → 55121 ≡ 6 𝑚𝑜𝑑 7

c. Pembagian dengan 9
Contoh :
Berapa sisa 15.327 dibagi 9?
Jawab :
15.327 ≡ 15.327 mod 9
15.327 ≡ 104 + 5.103 + 3.102 + 2.10 + 7 mod 9
15.327 ≡ 14 + 5.13 + 3.12 + 2.1 + 7 mod 9
15.327 ≡ 1 + 5 + 3 + 2 + 7 mod 9
15.327 ≡ 18 mod 9
15.327 ≡ 0 mod 9 → Jadi, 15.327 habis dibagi 9

d. Pembagian dengan 11
10 = 11.1 + (−1) → 10 ≡ −1𝑚𝑜𝑑 11
100 = 10.10 ≡ (−1)(−1)𝑚𝑜𝑑 11
1000 = 10.10.10 ≡ (−1)(−1)(−1)𝑚𝑜𝑑 11
Jadi : 10𝑛 = (−1)𝑛 𝑚𝑜𝑑 11

10
Contoh :
Tentukan sisa jika 1331 dibagi 11!
Jawab :
1331 ≡ 1.103 + 3.102 + 3.10 + 1 𝑚𝑜𝑑 11
1331 ≡ 1. (−1) + 3.1 + 3. (−1) + 1 𝑚𝑜𝑑 11
1331 ≡ (−1) + 3 − 3 + 1𝑚𝑜𝑑 11
1331 ≡ 0 𝑚𝑜𝑑 11 → Sisanya = 0
Jadi, 1331 habis dibagi 11.

E. Latihan Soal dan Penyelesaiannya

Soal 1

Penyelesaian

11
Soal 2

Penyelesaian

Soal 3

12
Penyelesaian

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari materi yang dibahas dalam pembahasan, beberapa bagian yang perlu diperhatikan
adalah definisi kongruensi dan teorema-teorema kongruensi.
1. Definisi 1. 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m) jika dan hanya jika 𝑚 |𝑝 − 𝑞
2. Terdapat 6 Teorema kongruensi.
Teorema 1 : . 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m) jika dan hanya jika 𝑝 = 𝑞 + 𝑡𝑚
Teorema 2 : Kongruensi modulo 𝑚 memenuhi sifat-sifat
(a) Refleksif : 𝑝 ≡ 𝑝 (mod m)
(b) Simetris : jika 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m), maka 𝑞 ≡ 𝑝 (mod m)
(c) Transitif : jika 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m), 𝑞 ≡ 𝑟 (mod m) maka 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m)

Teorema 3 : jika 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m), maka :

(a) 𝑝 + 𝑟 ≡ 𝑞 + 𝑟 (mod m)
(b) 𝑝 − 𝑟 ≡ 𝑞 − 𝑟 (mod m)
(c) 𝑝𝑟 ≡ 𝑞𝑟 (mod m)

Teorema 4 : jika 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m) dan 𝑟 ≡ 𝑠 (mod m), maka :

(a) 𝑝 + 𝑟 ≡ 𝑞 + 𝑠 (mod m)
(b) 𝑝 − 𝑟 ≡ 𝑞 − 𝑠 (mod m)
(c) 𝑝𝑟 ≡ 𝑞𝑠 (mod m)
Teorema 5 : (a) jika 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m) ,maka 𝑝𝑟 ≡ 𝑞𝑟 (mod mr).

(b) Jika 𝑝 ≡ 𝑞 (mod m) dan 𝑑 |𝑚, maka 𝑝 ≡ 𝑞 (mod d).

B. Saran

Demikianlah hasil dari makalah ini. Dengan adanya makalah mengenai materi
Kongruensi baik itu dari definisi, sifat, teorema dan aplikasikannya mengenai materi
Kongruensi penulis berharap semoga dapat memberikan manfaat dan hikmah kepada
kita semua. Dan kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari makalah ini.
Maka, kami berharap kritik dan saran-saran yang bisa membawa kepada yang lebih
baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Niven, I., Zuckerman, H.S., and Montgomery, H.L. (1991). An Introduction to the Teory of Numbers.

New York : John Willey and Sons.

Redmond, D. (1996). Number Theory . New York: Marcell Dekker.

Rosen, K. H.(1993). Elementery Number Theory and Its Applications. Massachusetts: Addison-

Wesley.

Muhsetyo, gatot. 2011. Teori Bilangan, Jakarta : Universitas Terbuka

15

Anda mungkin juga menyukai