Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM PENGKONGRUENAN LINEAR


Dosen Pengampu : Fungky Marian, M. Pd

Disusun Oleh :
Arif Julyansyah (21842020001)
Muhammad Renaldi (21842020004)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG
T.A 2022/2023

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, atas limpahan rahmat,
taufiq, hidayah dan inayah-Nya lah penulis sampai saat ini masih diberikan
bermacam kenikmatan yang tiada ternilai harganya serta Rasul Allah Muhammad
SAW pembawa petunjuk bagi umat Islam, hingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah dengan judul “Perkongruenan Linier”. Makalah ini disusun
sebagai salah satu tugas mata kuliah Teori Bilangan.
Kami sebagai penulis sangat menyadari keterbatasan  dan kemampuan yang dimiliki
sehingga banyak kendala dan kesulitan yang dihadapi dalam penulisan makalah ini.
Namun demikian berkat bimbingan, arahan, dorongan, perhatian, serta bantuan baik
moral maupun materil dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Untuk itu penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
semua kritik dan saran untuk perbaikan dan kemajuan ke depan sangat diharapkan
dan diterima oleh penulis. Akhirnya semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bandar Lampung, November 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG........................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................ 3
D. MANFAAT PENULISAN.................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
1. PERKONGRUENAN LINIER.............................................................................. 5
2. TEOREMA 5.10.................................................................................................... 6
3. TEOREMA 5.11.................................................................................................... 7
4. TEOREMA 5.12.................................................................................................... 8
5. TEOREMA 5.13.................................................................................................... 9
6. TEOREMA 5.14.................................................................................................... 10
7. LATIHAN.............................................................................................................. 11
BAB III PENUTUP     
A. KESIMPULAN..................................................................................................... 12
B. SARAN.................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Konsep dan sifat keterbagian dapat dipelajari secara lebih mendalam dengan relasi
kekongruenan. Dengan menggunakan konsep kekongruenan, kita dapat menelaah
sifat keterbagian secara luas dan mendalam sehingga lebih nampak manfatnya.
Namun, untuk mempelajari kekongruenan dan sifatnya diperlukan juga penguasaan
konsep dan sifat keterbagian. Dengan konsep kekongruenan, kita lebih mudah dan
cepat untuk menentukan sisa beberapa pembagian bilangan bulat.
Dengan adanya pemikiran-pemikiran seperti ini, maka terdoronglah kami untuk
menyusun sebuah makalah yang berjudul kekongruenan agar kita sebagai
mahasiswa matematika dapat dengan mudah mempelajari dan memahami materi
kekongruenan. Beberapa kegunaan kekongruenan dibahas dalam makalah ini,
misalnya untuk menjelaskan ciri terbagi habis dari beberapa bilangan, koreksi
sembilan yaitu menguji kebenaran suatu hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian bilangan bulat.

B.     Rumusan Makalah
Makalah tentang PERKONGRUENAN LINIER ini mencakup beberapa
permasalahan, yaitu sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud dengan perkongruenan linier?
2.      Bagaimana aplikasi perkongruenan linier?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Agar pembaca dapat mengetahui apakah itu perkongruenan linier.
2.      Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana aplikasi perkongruenan linier.

D.    Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan bagi
pembaca dan bagi mahasiswa Pendidikan Matematika khususnya. Penulis
mengharapkan tulisan ini bisa menjadi suatu pemaparan yang dapat menjelaskan
tentang perkongruenan linier dan aplikasinya dalam teori bilangan bagi pelajar yang
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas teori bilangan. Penulis juga
mengharapkan agar pembaca dapat memahami pentingnya ilmu teori bilangan dalam
kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN

Perkongruenan Linear :
Perkongruenan merupakan kalimat terbuka yang menggunakan relasi
kekongruenan. Perkongruenan linear adalah suatu perkongruenan yang memiliki
variabel berpangkat paling tinggi satu. Misalnya : 3x ≡ 4 (mod 5), 2x ≡ 7 (mod 10),
dan sebagainya.
Bentuk umum perkongkruenan linear adalah :
ax ≡ b (mod m) dengan a tidak kongkruen dengan 0
Pada pengkongkruenan linear 3x ≡ 4 (mod 5), apabila x diganti dengan 3
memberikan 3.3 ≡ 4 (mod 5) atau 9 ≡ 4 (mod 5), yaitu suatu kalimat kekongkruenan
yang benar. Begitu pula jika x di ganti berturut-turut oleh ,-7,-
2,8,13,... akan memberikan kalimat-kalimat kongkruen yang benar.
Perkongkruenan linear ax ≡ b (mod m) akan mempunyai penyelesaian jika dan
hanya jika ada bilangan x dan k yang memenuhi persamaan ax ≡ b + km.
Suatu perkongruenan linear dapat mempunyai satu solusi (seperti contoh di atas),
ada yang memiliki lebih dari satu solusi, atau mungkin tidak memiliki solusi sama
sekali, misalnya 3x ≡ 5 (mod 12) tidak memiliki penyelesaian, sebab tidak ada x
yang memenuhi 3x – 5 = 12.k atau 12∤(3x – 5), untuk x dan k bilangan bulat. (akan
dibahas lebih lanjut di aplikasi perkongkruenan linear).

Contoh :
3x ≡ 4 (mod 5), merupakan perkongruenan linear.
X4 – 5x + 7 ≡ 5 (mod 7),  bukan merupakan pengkoreanan linear.
Untuk perkongruenan linear 3x ≡ 4 (mod 5),
Jika x = 3 maka   :       3.3   ≡  4 (mod 5)
9 ≡ 4 (mod 5), merupakan suatu kalimat pengkongruenan linear yang benar.
Jika  x = -7 maka :       3 (-7) ≡ 4 (mod 5)
   -21 ≡ 4 (mod 5), merupakan suatu kalimat pengkongruenan linear yang benar.
Dan untuk nilai – nilai x yang lainnya, seperti : ......, -12, -7, -2, 3, 8. ....
Karena ax ≡ b (mod m), berarti ax – b = km atau ax = b + km.
            Jadi, perkongruenan linier ax ≡ b (mod m) akan mempunyai solusi atau
penyelesaian jika dan hanya jika ada bilangan-bilangan bulat x dan k yang memenuhi
persamaan ax = b + km.
            Misalkan r memenuhi perkongruenan linier ax ≡ b (mod m),berarti ar ≡ b
(mod m). Maka setiap bilangan bulat ( (r + m), (r + 2m), (r + 3m), ..., (r – m), (r –
2m),...) memenuhi perkongruenan itu sebab,
a(r +km) ≡ ar ≡ b (mod m) untuk setiap bilangan bulat k.
            Diantara bilangan-bilangan bulat ( r + km ) dengan k = 0, 1, 2, 3, ...,-1, -2, -
3,... ada tepat satu dan hanya satu katakan s dengan 0 ≤ s < m, sebab suatu bilangan
bulat mesti terletak diantara dua kelipatan m yang berurutan.
            Jadi, jika r memenuhi perkongruenan ax ≡ b (mod m) dan km ≤ r < (k+1)m
untuk suatu bilangan bulat k, maka 0 ≤ ( r – km) < m.
             Jadi, s = r – km untuk suatu bilangan bulat k.
            Dengan kata lain, s adalah residu terkecil modulo m yang memenuhi
perkongruenan ax ≡ b (mod m). Selanjutnya s disebut solusi ( penyelesaian ) dari
perkongruenan itu.             
 ax ≡ b (mod m).
Contoh :
Misalkan 2x ≡ 4 (mod 2)
Nilai-nilai x yang memenuhi perkongruenan 2x ≡ 4 (mod 2) ini adalah ..., -19, -12, -5,
2, 9, 16, ... dengan solusi perkongruenan adalah 2. Yaitu residu terkecil modulo 7
yang memenuhi perkongruenan linier 2x ≡ 4 (mod 2).
            Pada persamaan ax = b dengan a ≠ 0 hanya mempunyai satu solusi, tetapi
pada perkongruenan linier ax ≡ b (mod m) dapat mempunyai tepat satu solusi, banyak
solusi, bahkan ada yang tidak mempunyai solusi.
Contoh :
1.              2x ≡ 1 (mod 4)
Jika 2x ≡ 1 (mod 4) maka 4 │ (2x – 1) tidak mempunyai solusi karena tidak ada suatu
bilangan bulat x yang memenuhi 4 │ (2x – 1) berarti 4 │ (2x – 1)
2.             3x ≡ 5 (mod 11)
Jika 3x ≡ 5 (mod 11) maka 11 │ (3x – 5) hanya mempunyai tepat satu solusi yaitu 9
3.             2x ≡ 4 (mod 6)
Jika 2x ≡ 4 (mod 6) maka 6 │ (2x – 4) mempunyai beberapa solusi yaitu yaitu 2 dan
5.

TEOREMA 5. 10
            Jika (a,m) + b maka perkongruenan linier ax ≡ b (mod m) tidak memiliki
solusi.
BUKTI : (Pembuktian dengan kontraposisi)
            Misalkan r adalah solusi dari ax ≡ b (mod m) maka ar ≡ b (mod m) sehingga
ar – b = km untuk suatu bilangan bulat k.
            Perhatikan bahwa ar – b = km, (a,m) │a dan (a,m) │b. Terbuktilah
kontraposisi dari teorema itu, sehingga terbukti pula teorema itu.

Contoh :
6x ≡ 7 (mod 8) karena ( 6,8 ) = 2 dan 1 + 7  maka pengkongruenan 6x ≡ 7 (mod 8)
tidak mempunyai solusi.

TEOREMA 5.11
Jika ( a,m ) = 1, maka ada bilangan bulat r dan s sehingga ar + ms = 1. Jika kedua
ruas dari persamaan ini dikalikan b, diperoleh :
(ar) b + (ms) b = b
a (rb) + m (sb) = b
a (rb) – b = -(sb) m
Persamaan terakhir ini berarti  bahwa a (rb) – b adalah kelipatan m.
            Jadi, a (rb) = b (mod m)
Maka residu terkecil dari rb modulo m adalah solusi dari perkongruenan linier itu.
Sekarang tinggal menunjukkan bahwa solusi itu tunggal.
            Andaikan solusi perkongruenan linier itu tidak tunggal, misalkan dan masing-
masing solusi dari ax ≡ b (mod m), maka
            ar ≡ b (mod m) dan as ≡ b (mod m)
Dengan sifat transitif diperoleh bahwa
            ar ≡ as (mod m). Karena (a,m) = 1, maka
            r ≡ s (mod m). Ini berarti m │(r – s)
            Tetapi karena r dans adalah solusi dari perkongruenan itu, maka r dan s
masing-masing residu terkecil modulo m, sehingga
            0 ≤ r < m dan 0 ≤ s < m
            Dari kedua ketidaksamaan ini diperoleh bahwa -m < r - s < m, tetapi karena m
│(r - s) maka r - s = 0 atau r = s. Ini berarti bahwa solusi dari perkongruenan linier
tunggal (terbukti).
            Salah satu cara menyelesaikan perkongruenan linier adalah memanipulasi
koefisien atau konstan pada perkongruenan itu, sehingga memungkinkan kita untuk
melakukan konselasi (penghapusan).

Contoh :
1.         4x ≡ 1 ( mod 15 )
            4x ≡ 16 ( mod 15 )
              x ≡ 4 ( mod 15 )
             x  = 4 + 15 k  untuk suatu k = 0, ±1, ±2, ±3, ...
Residu terkecil dari 4x ≡ 1 ( mod 15 ) adalah 4.
2.         14 x ≡ 27 ( mod 31 )
            14 x ≡ 58 ( mod 31 )
               7x ≡ 29 ( mod 31 )
               7x ≡ 91 ( mod 31 )
                 x ≡ 13 ( mod 31 ) 
                 x = 13 + 31 k untuk suatu k = 0, ±1, ±2, ±3, ...
            Residu terkecil dari 14 x ≡ 27 ( mod 31 ) adalah 13.
            Jika ( a,m ) = 1 berdasarkan teorema 5.11 maka perkongruenan ax ≡ 1 ( mod
m ) juga mempunyai tepat satu solusi. Solusi itu disebut invers dari a modulo m  yang
disebut a-1.
                        a-1 (mod m ) dapat ditulis dengan ax ≡ 1 (mod m)
Contoh : 
Tentukan 2-1 (mod 13)
Jawab :
            2x ≡ 1 ( mod 13 )
            2x ≡ 14 ( mod 13 )
  x ≡ 7 ( mod 13 )
 x = 7 + 13 k    untuk k = 0, ±1, ±2, ±3, ...
Residu terkecil dari 2x ≡ 1 ( mod 13 ) adalah 7.

TEOREMA 5.12
Jika ( a,m ) = d dan  d │ b maka perkongruenan linier  ax  ≡  b ( mod m ) memiliki
tepat d  solusi.
BUKTI :
1.        Pengkongruenan linier memiliki d solusi.
(a,m) = d, berarti ada a¢ dan m¢ sehingga
a = da¢ dan m = dm¢
d │b berarti ada b¢ sehingga b = db¢
sehingga dari ax ≡ b (mod m) memberikan
                    da¢x ≡ db¢ (mod dm¢) atau
                      a¢x ≡ b¢ (mod m¢).
Dari (a,m) = d memberikan (da¢, dm¢) = d atau (a¢,m¢) = 1. Menurut teorema 5.11.
Jika (a¢, m¢) = 1, mka a¢x ≡ b¢ (mod m¢) memiliki satu solusi. Misalkan solusi itu r,
maka d buah bilangan, yaitu r, r + m¢, r + 2m¢, ..., r + (d - 1) m¢ atau e + km¢ untuk
k = 0, 1, 2, 3, ..., (d -1) semuanya adalah solusi dari perkongruenan ax ≡ b (mod m).
Hal ini ditunjukkan demikian.
Pertama setiap r + km¢ dengan k = 0, 1, 2, 3, ..., (d - 1) memenuhi perkongruenan ax
≡ b (mod m).
ax = a (r + km¢) = da¢ (r + km¢)
     = da¢r + da¢ km¢
     = a¢rd + a¢ km¢ d
Karena a¢r ≡ b¢ (mod m¢) dan m¢d = m, maka
ax ≡ a¢rd + a¢ km¢ d (mod m)
     ≡ b¢ d + a¢ km (mod m)
     ≡ b¢ d (mod m)
ax ≡ b (mod m) karena  b = b¢ d
Jadi, r + km¢ untuk k = 0, 1, 2, 3, ..., (d - 1) memenuhi perogruenan ax ≡ b (mod m).

Kedua, setiap r + km¢ dengan k = 0, 1, 2, 3, ..., (d - 1) adalah residu terkecil modulo


m. Ditunjukkan demikian
     r adalah solusi dari a¢x ≡ b¢ (mod m) berarti r ≥ 0 sehingga 0 ≤ r + km¢
     r + km¢ ≤ r + (d - 1) m¢ untuk setiap k = 0, 1, 2, 3, ..., (d - 1)
     r + (d - 1) m¢ < m¢ + (d - 1) m¢
                                m + (d - 1) m¢ = dm¢ = m
Jadi, 0 ≤ r + km¢ < 1.
Ini mengatakan bahwa r + km¢ untuk k = 0, 1, 2, 3, ..., (d - 1) adalah residu-residu
terkecil modulo m.

Ketiga, tak ada dua bilangan di antara r + km¢ untuk k = 0, 1, 2, 3, ..., (d - 1) yang
kongruen modulo m, sebab r + km¢ untuk k = 0, 1, 2, 3, ..., (d - 1) adalah residu-
residu terkecil modulo m yang berbeda.
2.        Tak ada solusi lain, kecuali d buah solusi.
Jadi diambil bahwa r adalah solusi dari perkongruenan ax b (mod m). Misalkan solusi
lain maka as ≡ b (mod m) dan ar ≡ b (mod m).
Jadi, as ≡ ar ≡ b (mod m).
Karena (a,m) = d dan as ≡ ar (mod m) diperoleh bahwa
     s ≡  r (mod m/d)
     s ≡ r (mod m¢) karena m = dm¢.
Ini berarti s - r = tm¢ atau s = r + tm¢ untuk suatu bilangan bulat t.
 Karena s adalah residu terkecil modulo m, sedangkan semua residu terkecil modulo
m berbentuk  r + km¢ dengan k = 0, 1, 2, 3, ..., (d - 1).
Maka s = r + tm¢ adalah salah satu di antara r + km¢.
Jadi tak ada solusi lain, kecuali d buah solusi, yaitu r + km¢ dengan k = 0, 1, 2, 3, ...,
(d - 1).
Contoh :  
Selesaikanlah  6x  ≡ 15 ( mod 33)
Jawab :
            6x  ≡ 15 ( mod 33)                  karena (6 , 33) = 3 maka
            2x  ≡ 5 ( mod 11)                    karena (2 , 11) = 1 maka
            2x  ≡ 16 ( mod 11)
              x  ≡ 8 ( mod 11)
            ini berarti x = 8 + 11k, untuk setiap bilangan bulat k.
            untuk k = 0 maka x = 8
            untuk k = 1 maka x = 19
            untuk k = 2 maka x = 30
            Jadi 6x  ≡ 15 ( mod 33) mempunyai 3 buah solusi yang berbeda yaitu 8,  19,
dan 30.

TEOREMA 5.13
Bentuk umum persamaan linear Diophantus adalah
ax + by = c dengan a, b ≠ 0 dan a, b, c, x , y bilangan-bilangan bulat.
Dari persamaan ax + by = c dapat dibentuk
ax  ≡ c ( mod b) atau by  ≡ c ( mod a)
Untuk menyelesaikan persamaan linear Diophantus kita dapat menyelesaikan salah
satu perkongruenan linear tersebut.
Contoh :
Tentukan himpunan penyelesaian dari 9x + 16y = 35
Jawab :
            16y  ≡ 35 ( mod 9)                  karena (16 , 9) = 1 maka
16y  ≡ 44 ( mod 9)a
4y    ≡ 11 ( mod 9)                  karena (4 , 9) = 1 maka
4y    ≡ 20 ( mod 9)
y     ≡ 5 ( mod 9)
ini berarti y = 5 + 9t untuk setiap bilangan bulat t
Subsitusikan y = 5 + 9t ke persamaan 9x + 16 = 35
9x + 16(5 + 9t) = 35
9x + 80 + 144t = 35
x  = -5 – 16t untuk setiap bilangan bulat t
Jadi himpunan penyelesaian dari 9x + 16y = 35 adalah {(x, y) │ x = -5 - 16t, y = 5 +
9t dan t bilangan bulat} Jika t = 0, maka x = -5, y = 5, sehingga (-5, 5) adalah suatu
penyelesaian dari persamaan 9x + 16y = 35.
Hal tersebut dapat dikatakan bahwa apabila (x0, y0) adalah suatu solusi dari
persamaan linier Diophantus ax + by = c maka solusi-solusi lainnya adalah (x0, + bt,
y0 - at) untuk setiap bilangan bulat t.

TEOREMA 5.13
            Persamaan linear diophantus a¢x + b¢y = c¢ yang diperoleh dari ax + by = c 
dengan a¢ = a : (a , b), b¢ = b : (a , b), c¢ = c : (a , b) mempunyai suatu penyelesaian
(solusi)  x = r dan y = s, maka himpunan semua penyelesaian dari ax + by = c adalah
{(x, y) │ x ≡ r + b¢t, y ≡ s - a¢t dan t bilangan bulat}.
TEOREMA 5.14 ( TEOREMA SISA)
            Sistem perkongruenan linier x ≡ a1 (mod mi), i = 1, 2, 3, ..., k dengan (mi, mj)
= 1 untuk setiap i ≠ j memiliki solusi bersama modulo (m1, m2, m3, mk) dan solusi
bersama itu tunggal.
BUKTI :
1.        Sistem perkongruenan linier x ≡ a1 (mod mi) untuk i = 1, 2, 3, ..., t mempunyai
solusi bersama modulo (m1, m2, ..., mt).
Pembuktian dengan induksi matematika untuk bilangan asli k.
Untuk k = 1 berarti x ≡ a1 (mod m1) jelas mempunyai solusi.
Untuk k = 2, yaitu sistem perkongruenan x ≡ a1n(mod m) dan x ≡ a2 (mod m2)
dengan (m1, m2) = 1.
x ≡ a1 (mod m1) berarti x = a1 + k1 m1 untuk suatu bilangan bulat k1.
Sehingga a1 + k1 m1 ≡ a2 (mod m2)
                 k1 m1 ≡ a2 - a1 (mod m2) dengan k1 suatu variabel.
     Karena (m1, m2) = 1 maka perkongruenan terakhir ini mempunyai satu solusi
untuk k1 modulo m2, katakanlah t, maka k1 = t + k2 m2  untuk suatu k2 memenuhi
perkongruenan terakhir itu.
Jadi x = a1 + k1 m1 = a1 + (t + k2 m2) m1
       x = (a1 + tm1) + k2 m1 m2
Ini berarti x ≡ (a1 + tm1)(mod m1 m2).
     Perkongruenan ini memenuhi perkongruenan untuk k = 2. Sekarang, sebagai
hipotesis diambil bahwa sistem perkongruenan linier x ≡ a1 (mod m1) mempunyai
satu solusi bersama untuk i = 1, 2, 3, ..., (r - 1).
     Misalkan solusi bersama itu    s, maka sistem x ≡ a1 (mod m1), i = 1, 2, 3, ...,
(r - 1) dapat dinyatakan sebagai suatu perkongruenan, yaitu :
     x ≡ s (mod m1, m2, m3, ..., mr - 1)
Sehingga r perkongruenan itu dapat dinyatakan sebagai dua perkongruenan yaitu :
     x = s (mod m1, m2, m3, ..., mr - 1)
     x = ar (mod mr)
Sistem perkongruenan dari dua perkongruenan ini mempunyai solusi bersama mod
(m1, m2, m3, ..., mr - 1, mr) = 1 sebab mi dan mj saling prima untuk i ≠ j.
2.        Solusi bersama itu tunggal.
Misalkan r dan s adalah solusi-solusi bersama dari sistem tersebut, maka :
     r ≡ ai (mod mi) dan s ≡ ai (mod mi)
     Sehingga (r - s) ≡ 0 (mod mi) ini berarti bahwa mi │ (r - s) untuk setiap i = 1, 2, 3,
..., k.
Jadi (r - s)suatu kelipatan persekutuan dari m1, m2, m3, ..., mk, Karena (mi, mj) = 1
untuk setiap i ≠ j, maka (m1, m2, m3, ..., mk) │ (r - s).
Tetapi ingat bahwa r maupun s adalah solusi-solusi perkongruenan, berarti r dan s
adalah residu terkecil modulo (m1, m2, m3, ..., mk) sehingga :
     -m1, -m2, -m3, ..., mk < r - s < m1, m2, m3, ..., mk
Mengingat bahwa (r - s) adalah kelipatan persekutuan dari m1, m2, m3, ..., mk dam
(mi, mj) untuk i ≠ j dapat disimpulkan bahwa :
     r - s = 0 atau r = s
Jadi solusi bersama dari sistem x = ai (mod mi) untuk i = 1, 2, 3, ..., k adalah tunggal.
catatan :
(mi, mj) =1, untuk i ≠ j dengan i = 1, 2, 3, ..., k dan j = 1, 2, 3, ..., k dikatakan m1, m2,
m3 saling prima dua-dua.    

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Jika m suatu bilangan positif maka a kongruen dengan modulo m (ditulis a ≡ b (mod
m)) jika dan hanya jika m membagi (a-b) atau ditulis m | (a-b). Jika m tidak
membagi (a-b) maka dikatakan a tidak kongruen dengan b modulo m. (Tiro dkk,
2008: 264)

Pada a ≡ r(mod m) dengan 0 ≤ r < m, r disebut sisian terkecil dari amodulo m.


Untuk kekongruenan ini , {0,1,2,3,...,(m-1)} disebut himpunan sisian positif terkecil
modulo m.(Tiro dkk, 2008: 265)

Himpunan bilangan bulat r1,r2,r3,.....,rm disebut sistem sisaan lengkap modulo m jika
dan hanya jika setiap bilangan bulat adalah kongruen modulo m dengan satu dan
hanya satu diantara r1,r2,r3, ,atau rm. (Tiro dkk, 2008: 267)

B.     Saran
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah wawasan dan membantu
memudahkan kita dalam mengikuti mata kuliah Teori Bilangan terkhusus pada
materi kekongruenan. Kami sebagai penyusun memberi saran dan harapan yang
besar kepada pembaca yang budiman untuk mempergunakan makalah ini sebaik
mungkin. Selain itu kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
terdapat banyak kekurangan, maka dari itu kami bersedia menerima tiap kritikan dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun.
Semoga dengan diterbitkannya makalah ini wawasan kita mengenai mata kuliah
Teori Bilangan terkhusus pada materi kekongruenan. Kami mengucapkan
terimakasih dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca dan
semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Sukarman, Herry. 1993. Materi Pokok Teori Bilangan. Jakarta: Depdikbud

Anda mungkin juga menyukai