Anda di halaman 1dari 10

A.

Korelasi
1. Pengertian korelasi
Kata “korelasi” berasal dari bahasa inggris korrelation. Dalam bahasa
indonesia sering diterjemahkan dengan “hubungan”, atau “saling hubungan”,
atau “hubungan timbal balik”. Dalam ilmu statistik istilah korelasi diberi
pengertian sebagai hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan antar
dua variabel dikenal dengan istilah bivariate korrelation, sedangkan hubungan
antar lebih antar dua variabel disebut multivariate korrelation.
Hubungan antar dua variabel misalnya hubungan antar korelasi antara
prestasi study (variabel x) dan kerajinan kuliah (variabel y), maksudnya
prestasi study ada hubungannya dengan kerajinan kuliah. Hubungan antar
lebih dari dua variabel misalnya hubungan antara prestasi study (variabel x1)
dengan kerajinan kuliah (variabel x2), keaktifan mengunjungi perpustakaan
( variabel x3) dan keaktifan berdiskusi (variabel x4).
Dalam contoh diatas, variabel prestasi study disebut dependent
variable, yaitu variabel yang dipengaruhi, sedangkan variabel kerajinan kuliah,
keaktifan mengunjungi perpustakaan dan keaktifan berdiskusi disebut
independent variable, yaitu variabel bebas, dalam arti bermacam-macam
variabel yang dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi study.
2. Arah Korelasi
Hubungan anatara variabel itu jika ditilik dari segi arahnya dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu hubungan yang sifatnya satu arah, dan
hubungan yang sifatnya berlawanan arah. Hubungan yang bersifat searah
diberi nama korelasi positif, sedang hubungan yang sifatnya berlawanan arah
disebut korelasi negatif. Disebut korelasi positif, jika dua variabel atau lebih
yang berkorelasi, berjalan paralel artinya bahwa hubungan antar dua variabel
atau lebih itu menunjukkan arah yang sama. Jadi, apabila variabel X
mengalami kenaikan atau pertambahan, akan diikuti pula dengan kenaikan
atau pertambahan pada variabel Y atau sebaliknya penurunan atau
pengurangan pada variabel X akan diikuti pula dengan penurunan atau
pengurangan pada variabel Y. Contoh dalam dunia pendidikan misalnya,
terdapat korelasi positif anatara nilai hasil matematika dan nilai hasil fisiska,
kimia, biologi, dan sebagainya.
Disebut korelasi negatif jika dua variabel atau lebih yang berkorelasi
itu berjalan dengan arah yang berlawanan, bertentangan, atau berkebalikan.
Ini berarti bahwa kenaikan atau pertambahan pada variabel X misalnya, akan
diikuti dengan penurunan atau pengurangan pada variabel Y. Contoh dalam
dunia pendidikan misalnya, makin kurang dihayati dan diamalkan ajaran
agama islam oleh para remaja akan diikuti oleh makin meningkatnya
frekuensi kenakalan remaja atau sebaliknya.
3. Peta korelasi
Peta korelasi arah hubungan variabel yang kita cari korelasinya dapat
kita amati melalui sebuah peta atau diagram, yang dikenal dengan nama peta
korrelasi. dalam peta korelasi itu dapat kita lihat pencaran titik atau momen
dari variabel yang sedang kita cari korelasinya, juga disebut scatter diagram
( diagram pencaran titik). Ciri yang terkandung dalam peta korelasi itu adalah
a. Jika korelasi antara variabel x dan variabel y merupakan korelasi
positif maksimal atau korelasi positif tertinggi , atau korelasi positif
sempurna, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi
apa bila dihubungkan antara satu dengan yang lain, akan
membentuk satu buah lurus yang condong kearah kanan.
b. Jika korelasi antara variabel x dan variabel y merupakan korelasi
negatif maksimal , atau korelasi negatif tertinggi, atau korelasi
negatif sempurna, maka pencaran titik yang terdapat pada peta
korelasi apa bila dihubungkan antara satu dengan yang lain, akan
membentuk satu buah garis lurus yang condong kearah kiri.
c. Jika korelasi antara variabel x dan variabel y termasuk korelasi
positif yang tinggi atau kuat, maka pada peta korelasi pencaran
titiknya sedikit mulai menjauhi garis linier, yaitu titik tersebut
terpencar atau berada disekitar garis lurus tersebut, dengan
kecondongan kearah kanan.
d. Jika korelasi antara variabel x dan variabel y termasuk korelasi
yang tinggi atau kuat maka pencaran titik yang terdapat pada peta
korelasi itu juga sedikit mulai menjauhi garis linier, dengan
kecondongan kearah kiri.
e. Baik korelasi positif maupun korelasi negatif dikatakan sebagai
korelasi yang cukup atau sedang dan korelasi rendah atau lemah,
apabila pencaran titik pada peta korelasi itu semakin jauh
menyebar atau menjauhi garis linier.
4. Angka korelasi
Tinggi rendah, kuat lemah, atau besar kecilnya suatu korelasi dapat
diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu angka (koefisien) yang disebut
angka index korelasi. Jadi angka index korelasi adalah sebuah angka yang
dijadikan petunjuk untuk mengetahui seberapa besar kekuatan korelasi diantara
variabel yang sedang diselidiki korelasinya.
Angka korelasi biasa diberi lambang dengan huruf tertentu, misalnya rxy
sebagai lambang koefisien korelasi pada teknik korelasi product moment, 
(Rho) sebagai lambang koefisien korelasi pada teknik korelasi tata jenjang, 
(phi) sebagai lambang koefisien korelasi pada teknik korelasi phi C atau KK
sebagai lambang koefisien korelasi pada teknik korelasi kontingensi dan lain-
lain.
Angka korelasi itu besarnya berkisar anatara 0 sampai dengan ± 1,00,
artinya bahwa angka korelasi itu paling tinggi adalah ± 1,00 dan paling rendah
adalah 0. Jika dalam perhitungan diperoleh angka korelasi lebih dari 1,00 hal
itu merupakan petunjuk bahwa dalam perhitungan tersebut telah terjadi
kesalahan.
Korelasi antara variabel x dan variabel y disebut korelasi positif apabila
angka index korelasinya bertanda +, misalnya rxy = + 0,235, rxy = + 0,751 dan
sebagainya. Sebaliknya, apabila angka index korelasi antara variabel x dan
variabel y bertanda (-), maka korelasi yang demikian itu disebut korelasi
negatif, misalnya : rxy = - 0,115, rxy = - 0,587.
Anatar variabel x dan variabel y dikatakan tidak ada korelasinya jika
angka index korelasinya = 0. Tanda plus yang terdapat didepan angka index
korelasi memberikan petunjuk bahwa korelasi itu adalah korelasi positif.
Sedangkan tanda minus yang terdapat di depan angka index korelasi
memberikan petunjuk bahwa korelasi itu adalah korelasi negatif. Angka index
korelasi yang diperoleh dari proses perhitungan itu sifatnya relatif, yaitu angka
yang fungsinya melambangkan index hubungan antar variabel yang dicari
korelasinya. Jadi angka index korelasi itu bukanlah angka yang bersifat exsak
atau angka yang merupakan ukuran pada skala linier yang memiliki unit-unit
yang sama besar, sebagai mana yang terdapat pada mistar pengukur panjang.
5. Teknik Analisis Korelasional
Teknik analisis korelasional ialah teknik analisis statistik mengenai
hubungan antar dua variabel atau lebih. Teknik analisis korelasional memiliki
tiga macam tujuan, yaitu:
a. Mencari bukti (berlandaskan pada data yang ada), apakah
memang benar antara variabel yang satu dan variabel yang lain
terdapat hubungan atau korelasi.
b. Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu
(jika memang ada hubungannya), termasuk hubungan yang kuat,
cukupan, ataukah lemah.
c. Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian (secara matematik),
apakah hubungan antar variabel itu merupakan hubungan yang
berarti atau meyakinkan, ataukah hubungan yang tidak berarti
atau tidak meyakinkan.
Teknik analisis korelasional dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu teknik analisis bivariat dan teknik analisis multivariat. Teknik analisis
korelasional bivariat ialah teknik analisis korelasi yang mendasarkan diri pada
dua variabel.
Contoh : korelasi antara prestasi belajar dalam bidang studi agama
islam (variabel x) dan sikap keagamaan siswa (variabel y). Adapun teknik
analisis korelasional multivariat ialah teknik analisis korelasi yang
mendasarkan diri pada lebih dari dua variabel.
Adapun teknik analisis korelasional multivariat ialah teknik analisis
korelasi yang mendasarkan diri pada lebih dari dua variabel, contoh: korelasi
antara sikap keagamaan siswa (variabel x1) dengan suasana keagamaan di
lingkungan keluarga (variabel x2), lingkungan keagamaan siswa di masyarakat
(variabel x3), tingkat pengetahuan agama orang tua siswa (variabel x 4), dan
prestasi belajar siswa dalam bidang studi agama islam (variabel x5).
6. Teknik Korelasi Product Moment
Salah satu teknik untuk mencari korelasi antardua variabel yang kerap
kali digunakan. Teknik korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson, yang
karenanya sering dikenal dengan istilah Teknik Korelasi Pearson. Teknik
korelasi product moment kita pergunakan apabila kita berhadapan dengan
kenyataan berikut ini:
a. Variabel yang kita korelasikan berbentuk gejala atau data yang
bersifat kontinu.
b. Sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen, atau setidak-
tidaknya mendekati homogen.
c. Regresinya merupakan regresi linier.
Kuat-lemah atau tinggi-rendahnya korelasi antardua variabel yang
sedang kita teliti dapat diketahui dengan melihat besar-kecilnya angka indeks
korelasi, yang pada teknik korelasi product moment diberi lambing “r”. angka
indeks korelasi product moment ini diberi indeks dengan huruf kecil dari
huruf-huruf yang dipergunakan untuk dua buah variabel yang sedang dicari
korelasinya. Jadi apabila variabel pertama diberi lambing X dan variabel
kedua diberi lambing y, maka angka indeks korelasinya dengan lambing rxy.
Ada beberapa macam cara yang dapat dipergunakan untuk mencari
angka indeks korelasi product moment, apabila data yang kita hadapi data
tunggal, sedangkan number of cases-nya kurang dari 30.
a. Dengan cara menghitung deviasi atandarnya lebih dahulu
b. Dengan cara yang lebih tingkat, yaitu tanpa menghitung deviasi
standarnya,
c. Dengan cara memperhitungkan skor-skor aslinya atau ukuran-
ukuran kasarnya
d. Dengan cara memperhitungkan meannya
e. Dengan cara memperhitungkan selisih deviasi dan variabel-
variabel yang dikorelasikan, terhadap meannya
f. Dengan cara memperhitungkan selisih dari masing-masing skor
aslinya atau angka kasarnya.
Adapun untuk data tunggal yang number of cases-nya 30 atau lebih
dari 30, dan untuk data kelompokan, angka indeks korelasi r xy dapat diperoleh
dengan bantuan sebuah peta atau diagram.
Rumus mencari angka indeks korelasi “r” product moment.
Ʃ xy
rxy =
N . SD ₓ. SD ᵧ
keterangan
rxy = Angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y.
Ʃ = Jumlah dari hasil perkalian antara deviasi skor-skor variabel X
(yaitu: x) dari deviasi dari skor-skor variabel Y (yaitu:y)
SDx = Deviasi standar dari variabel X
SDy = Deviasi standar dari variabel Y
N = Number of cases
7. Teknik Korelasi Tata Jenjang
Teknik korelasi tata jenjang dalam dunia statistic dikenal sebagai
teknik analisis korelasional yang paling sederhana jika dibandingkan dengan
teknik analisis korelasional lainnya. Pada teknik korelasi tata jenjang ini,
besar-kecil atau kuat lemahnya korelasi antara variabel yang sedang kita
selidiki korelasinya, kita ukur berdasarkan perbedaan urutan kedudukan
skornya, jadi bukan berdasarkan pada skor hasil pengukuran yang sebenarnya.
Teknik analisis korelasional tata jenjang ini dapat efektif digunakan
apabila subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian lebih dari Sembilan
tetapi kurang dari tigapuluh dengan kata lain N antara 10-29. Karena itu
apabila N sama dengan atau lebih dari 30, sebaiknya jangan digunakan teknik
korelasi ini.
Pada teknik korelasi tata jenjang ini angka indeks korelasinya
dilambangkan dengan huruf  (Rho). Seperti halnya rxy maka angka indeks
korelasi  ini besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan ± 1,00.
Untuk mencari ρ dipergunakan rumus sebagai berikut:
6ƩD²
ρ = 1-
N ( N 2−1)
Keterangan
ρ = Angka indeks korelasi tata jenjang
6 & 1 = Bilangan konstan ( tidak boleh diubah-ubah)
D = Difference, yaitu perbedaan antara urutan skor pada variabel pertama
(R1) dan urutan skor pada variabel kedua (R2), Jadi D = R1 – R2.
N = Number of cases, dalam hal ini adalah banyaknya pasangan yang
sedang dicari korelasinya.
8. Teknik Korelasi PHI
Teknik korelasi Phi adalah salah satu teknik analisis korelasional yang
dipergunakan apabila data yang dikorelasikan adalah data yang benar-benar
terpisah atau dipisahkan secara tajam.
Besar-kecil, kuat-lemah, atau tinggi-rendahnya korelasi antar dua
variabel yang kita selidiki korelasinya, pada teknik korelasi phi ini,
ditunjukkan oleh besar kecilnya angka indeks korelasi yang dilambangkan
dengan huruf ϕ (phi). Seperti halnya rxy dan rho, maka ϕ besarnya juga
berkisar antara 0,00 sampai dengan ± 1,00.
9. Teknik Korelasi Koefisien Kontingensi
Teknik korelasi koefisien kontingensi adalah salah satu teknik analisis
korelasional bivariat, yang dua buah variabel yang dikorelasikan adalah
berbentuk kategori atau merupakan gejala ordinal. Kuat-lemah, tinggi-rendah,
atau besar-kecilnya korelasi antar dua variabel yang sedang kita selidiki
korelasinya yang disebut coefficient contingency, yang umumnya diberi
lambing dengan huruf C atau KK.
Rumus untuk mencari koefisien korelasi kontingensi

C=
X ²+ N
10. Teknik Korelasi Poin Biserial
Salah satu teknik analisis korelasional bivariat yang biasa
dipergunakan untuk mencari korelasi antara dua variabel, variabel I berbentuk
variabel kontinum (misalnya, skor hasil tes), sedangkan variabel II berbentuk
variabel diskrit murni (misalnya betul atau salahnya calon dalam menjawab
butir-butir soal tes). Teknik analisis korelasional poin biserial ini juga dapat
dipergunakan untuk menguji validitas soal yang telah diajukan dalam tes, di
mana skor hasil tes untuk tiap butir soal dikorelasikan dengan skor hasil tes
secara totalitas.
Angka indeks korelasi yang menunjukkan keeratan hubungan antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain, pada teknik korelasi ini
dilambangkan dengan rpbi. Adapun rumus mencari angka indeks korelasi poin
biserial,
11. Korelasi Parsial
Korelasi parsial adalah suatu metode pengukuran keeratan hubungan
(korelasi) antara variabel bebas dan variabel tak bebas dengan mengontrol
salah satu variabel bebas untuk melihat korelasi natural antara variabel yang
tidak terkontrol. Analisis korelasi parsial (partial correlation) melibatkan dua
variabel. Satu buah variabel yang dianggap berpengaruh akan dikendalikan
atau dibuat tetap (sebagai variabel kontrol). 
Sebagai contoh misalnya kita akan meneliti hubungan variabel X2 dan
variabel bebas Y, denganX1 dikontrol (korelasi parsial). Disini variabel yang
dikontrol (X1) dikeluarkan atau dibuat konstan. Sehingga X2’ = X2 – (b2X1 +
a2 ) dan Y’ = Y – (b1 X1 +a1 ), tetapi nilai a dan b didapatkan dengan
menggunakan regresi linear. Setelah hasilnya diperoleh, kemudian dicari
regresi X2‘ dengan Y’ dimana : Y’ = b3X2’ +a3. Korelasi yang didapatkan
dan sejalan dengan model-model di atas dinamakan korelasi parsial X2 dan Y
sedangkan X1 dibuat konstan.
Nilai korelasi berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1
atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat. Sebaliknya, jika
nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai
positif menunjukkan hubungan searah (X naik, maka Y naik) sementara nilai
negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik, maka Y turun). 
Data yang digunakan dalam korelasi parsial biasanya memiliki skala
interval atau rasio. Berikut adalah pedoman untuk memberikan interpretasi
serta analisis bagi koefisien korelasi menurut Sugiyono:
0.00 - 0,199 = sangat rendah
0,20 - 0,3999 = rendah
0,40 - 0,5999 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
12. Korelasi Ganda
Korelasi ganda adalah bentuk korelasi yang digunakan untuk melihat
hubungan antara tiga atau lebih variabel (dua atau lebih variabel independen
dan satu variabel dependent. Korelasi ganda berkaitan dengan interkorelasi
variabel-variabel independen sebagaimana korelasi mereka dengan variabel
dependen. 
Korelasi ganda adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya pengaruh
atau hubungan dua variabel atau lebih secara bersama-sama dengan variabel
lain. Korelasi ganda merupakan korelasi yang terdiri dari dua atau lebih
variabel bebas (X1,X2,…..Xn) serta satu variabel terikat (Y). Apabila
perumusan masalahnya terdiri dari tiga masalah, maka hubungan antara
masing-masing variabel dilakukan dengan cara perhitungan korelasi
sederhana. 
Korelasi ganda memiliki koefisien korelasi, yakni besar kecilnya
hubungan antara dua variabel yang dinyatakan dalam bilangan. Koefisien
Korelasi disimbolkan dengan huruf R. Besarnya Koefisien Korelasi adalah
antara -1; 0; dan +1. 
Besarnya korelasi -1 adalah negatif sempurna yakni terdapat hubungan di
antara dua variabel atau lebih namun arahnya terbalik, +1 adalah korelasi yang
positif sempurna (sangat kuat) yakni adanya sebuah hubungan di antara dua
variabel atau lebih tersebut, sedangkan koefisien korelasi 0 dianggap tidak
terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang diuji sehingga dapat
dikatakan tidak ada hubungan sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai