Anda di halaman 1dari 66

TUGAS 1

PROPOSISI DAN LOGIKA


MATA KULIAH : MATEMATIKA DISKRIT
DOSEN PENGAMPU : Edi Susanto,M.Pd

DISUSUN OLEH :

1.MUHAMMAD WAHYU RIZKY (21010041)

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023
LOGIKA PROPOSISI
PERNYATAAN Logika proposisi sering juga disebut logika matematika ataupun logika deduktif.
Logika proposisi berisi pernyataan-pernyataan (dapat tunggal maupun gabungan). Pernyataan adalah
kalimat deklarasi yang dinyatakan dengan huruf-huruf kecil, misalnya:Pernyataan mempunyai sifat dasar
yaitu dapat bernilai benar (pernyataan benar) atau bernilai salah (pernyataan salah),tetapi tidak mungkin
memiliki sifat kedua-duanya.Kebenaran atau kesalahan sebuah pernyataan dinamakan nilai kebenaran
dari pernyataan tersebut.
Contoh:
1. Bilangan biner digunakan dalam sistem digital adalah
pernyataan yang benar.Logika proposisi sering juga disebut logika matematika ataupun logika deduktif.
Logika proposisi berisi pernyataan-pernyataan (dapat
tunggal maupun gabungan).Pernyataan adalah kalimat deklarasi yang dinyatakan
dengan huruf-huruf kecil, misalnya:
P. q. r. a
Pernyataan mempunyai sifat dasar yaitu dapat bernilai benar (pernyataan benar) atau bernilai salah
(pernyataan salah),tetapi tidak mungkin memiliki sifat kedua-duanya. Kebenaran atau kesalahan sebuah
pernyataan dinamakan nilai kebenaran dari pernyataan tersebut. Contoh:
1. Bilangan biner digunakan dalam sistem digital adalah pernyataan yang benar.
2. Sistem analog lebih akurat daripada sistem digital adalah pernyataan yang salah.
4. Siang tadi notebook Ira jatuh dari meja adalah bukan pernyataan karena dapat bernilai benar maupun
bernilai salah.
5. Corexdeo lebih bagus kinerjanya dan lebih mahal dari pentium IV generasi sebelumnya adalah
pernyataan yang benar.
Kalimat-kalimat yang tidak termasuk pernyataan, adalah:
 Kalimat perintah

 Kalimat pertanyaan

 Kalimat keheranan

 Kalimat harapan.

 Kalimat walaupun.

Pengertian Logika
Logika adalah ilmu yang membantu kita dalam berfikir dan menalar (reasoning)

PROFOSISI
Profosisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan (statement) yang memiliki arti penuh
dan utuh.Berarti suatu kalimat harus dapat dipercaya, disangsikan, disangkai, atau dibuktikan benar
tidaknya. Proposisi adalah pernyataan yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi tidakkeduanya.

1. Konjungsi
Konjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan kata penghubung dan notasi-notasi
konjungsi:
Contoh : p = Galih naik sepeda
q= Ratna naik sepeda
Maka p^q = Galih dan Ratna naik sepeda
p^q , pxq , p.q
Tabel Kebenara konjungsi :
p q p^q
T T T
T F F
F T F
F F F

2.Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan kata penghubung atau Notasi notasi
disjungsi:
Contoh : p= Tomi ingin membeli baju
q= Tomi ingin membeli celana
Maka p v q = Tomi ingin membeli baju atau celana
pvq
Tabel kebenararn disjungsi :
p q Pvq
T T T
T F T
F T T
F F F

3.Negasi
Negasi adalah sebuah pernyataan yang meniadakan pernyataan yang ada, dapat di bentuk dengan
menulis "adalah salah bahwa..." atau dengan menyisipkan kata tidak dalam sebuah
pernyataan.Notasi-notasi negasi:
Contoh : Jika p = Hari ini hujan
Maka ~p= Tidak benar hari ini hujan
~p
Tabel kebenaran Negasi :

p ~p
T F
F F

4.Jointdenial
Jointdenial adalah pernyataan gabungan yang dihasilkan dari menegasikan disjungsi. Notasi
NOR:
~(p v q)
Tabel Kebenaran NOR :
p q pvq ~(p v q)
T T T F
T F T F
F T T F
F F F T

5.Not And
NAND adalah pernyataan gabungan yang dihasilkan dari menegasikan konjungsi. Notasi
NAND:
~(p v q)
Tabel Kebenaran NAND :
p q P^q ~(p^q)
T T T F
T F F T
F T F T
F F F T
DAFTAR PUSTAKA

Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa Dan Otomata, Graha Ilmu,


Yogyakarta, Edisi 2,2005.
Jonhsonbaugh, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int,
New Jersey, 2001.
Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and
Information, Prentice Hall Int, New Jersey, 1998.
Klin, George J. Ute H. St Clair dan Bo Yuan, Fuzzy Sets Theory,Prentice Hall Int., 1997.
Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
Witala, Stephen A. Discrete Mathematics A Unified Approach.
Mc Graw Hill Int, Singapore, 1987.

TUGAS 2
TEORI BILANGAN BULAT DAN
ENKRIPSI
MATA KULIAH : MATEMATIKA DISKRIT
DOSEN PENGAMPU : Edi Susanto,M.Pd

DISUSUN OLEH :

1.MUHAMMAD WAHYU RIZKY (21010041)

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023

BILANGAN BULAT

BILANGAN BULAT PADA KRIPTOGRAFI


Kriptografi saat ini berkembang sedemikaian rupa sehingga menjadi sebuah ilmu tidak hanya
seni. Memahami kriptografi dan kriptanalis memerlukan pengetahuan matematik. Matematika
memberikan landasan matematis pada sebagian besar konsep di dalam kriptografi. Pada
kryptography dasar tidak membutuhkan pengetahuan yang dalam atau sulit tapi seperti juga kita
mempelajari ilmu-ilmu yang bukan matematika, yang kita butuhkan hanya sebatas pengenalan
semua ide dari yang dibutuhkan saja.

Teori bilangan adalah teori yang mendasar dalam memahami kriptografi, khususnya system
kriptografi kunci public. Bilangan yang dimaksudkan di sini hanyalah blangan bulat (integer).
Bilangan bulat adalah blangan yang tidak mempunyai pecahan decimal, misalnya 8, 21, 8765, -
34, 0..
Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -
34, 0
Berlawanan dengan bilangan bulat adalah bilangan riil yang mempunyai titik desimal, seperti
8.0, 34.25, 0.02.

1. Modular Arithmetic
Aritmatika modular sering kali diberikan diawal bangku sekolah dasar sebagai pemahaman
aritmatik jam. Sebagai contoh 14 jam setelah jam 3 pagi adalah jam 5 pagi. Secara sederhana
dapat dipahami sebagai berikut :
14 + 3  5 ( mod 12)
atau
14 + 3 = 1 . 12 + 5
Misalkan a adalah bilangan bulat dan m adalah bilangan bulat > 0. Operasi a mod m (dibaca a
modulo m) memberkan sisa jika a dibagi dengan m. Bilangan m disebut modulus atau modulo,
dan hasil arimetika modulo m terletak di dalam himpunan { 0, 1, 2, …, n-1 }
Notasi : m mod n = r sedemikian sehingga m = nq + r, dengan 0 ≤ r < n

Teorema EUCLIDEAN :
Misalkan m dan n adalah dua buah bilangan bulat dengan syarat n > 0. Jika m dibagi denga n
maka terdapat dua buah bilangan bulat unik q (quotient) dan r (remainder), sedemikian sehingga
m = nq + r
Dengan 0 ≤ r < n

Contoh :
• 1987 dibagi dengan 97 memberikan hasil bagi 20 dan sisa 47, atau ditulis sebagai
1987 mod 97 = 47 (1987 = 97. 20 + 47)
• -22 dibagi dengan 3 memberikan hasil bagi -8 dan sisa 2, atau ditulis sebagai
-22 mod 3 = 2 ( -22 = (-8). 3 + 2 )
• -22 = (-7).3 -1 salah karena r = -1 tidak memenuhi 0 ≤ r ≤ n
Apabila m negative, bagi | m | dengan n mendapatkan sisa r.
Maka m mod n = n – r bila r ≠ 0.
Jadi |-22| mod 3 = 1, sehingga – 22 mod 3 = 3 – 1 = 2

2. Pembagi Bersama Terbesar (PBB)


Misalkan a dan b adalah dua buah bilangan bulat tidak nol. Pembagi bersama terbesar PBB (PBB
– greatest common divisor atau gcd) dari a dan b adalah bilangan bulat terbesar d sedemikian
sehingga d | a dan d | b. Dalam hal ini kita nyatakan bahwa PBB(a,b) = d.

Contoh :
Factor pembagi 45 : 1, 3, 5, 9, 15, 45
Factor pembagi 36 : 1, 2, 3, 4, 9, 12, 18, 36
Factor pembagi bersama dari 45 dan 36 adalah : 1, 3, 9
Sehingga PBB(45,36) = 9

3. Algoritma Euclidean
Algoritma Euclidean adalah algoritma untuk mencari PBB dari dua buah bilangan bulat. Euclid
adalah matematikawan Yunani yang menuliskan algoritma Euclidean dalam bukunya yang
berjudul Element yang sangat terkenal.
Apabila diberikan dua buah bilangan blat tak negative m dan n (m ≥ n). Algoritma Eulidean
berikut mencari pembagi bersama terbesar dari m dan n
Algoritma Euclidean :
• Jika n = 0 maka m adalah PBB(m,n); stop
Kalau tidak (yaitu n ≠ 0) lanjutkan ke langkah 2
• Bailah m dengan n dan misalkan r adalah sisanya
• Ganti nilai m dengan nilai n dan nilai n dengan nilai r, lalu ulangi kembali ke langkah 1.

4. Relatif Prima
Dua buah bilangan bulat a dan b dikatakan relaif prima jika PBB(a,b) = 1. Jika a dan b relatif
prima, maka terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian sehingga
ma + nb = 1
Contoh :
20 dan 3 relatif prima sebab PBB(20,3) = 1. Atau dapat ditulis
2 . 20 + (-13) . 3 = 1
Dengan m = 2 dan n = -13.
Tetapi 20 dan 5 tidak relatif prima karena PBB(20,5) = 5 ≠ 1 sehingga 20 dan 5 tidak dapat
dinyatakan dalam m . 20 + n . 5 = 1

5. Kekongruenan
Notasi a  b (mod n) dibaca a adalah kongruen ke b modulo n. Dimana untuk integer a, b dan n
 0 jika dan hanya jika
A=b+kn untuk beberapa k
Oleh sebab itu n | (a – b) yang mana disebut juga n dibagi (a-b)
Jika a  b (mod n), b disebut sisa dari a modulo n . Sebagai contoh 17  5 (mod 12) dan 5
adalah sisa dari 17 modulo 12. A adalah himpunan {r1, r2, …,rn} disebut semua himpunan sisa
mod n jika setiap bilangan bulat a, tepat berpasangan dengan satu ri di dalam himpunan yang
memenuhi a  ri (mod n). Untuk sembarang modulus { 0,1, …, n-1} bentuk-membentuk semua
himpunan sisa mod n. Untuk n = 12 semua himpunan sisa adalah {0, 1, …, 11}
Kita selalu lebih suka menggunakan b  {0, 1, …, n-1} tetapi kadang-kadang bilangan bulat
berada didalam range b  {-½ (n-1), … ½(n-1)} yang lebih berguna lagi.
Sebagai catatan :
-12 (mod 7)  -5 (mod 7)  2 (mod 7)  9 (mod 7)  … dst.
Beberapa contoh kekongruenan :
• 17  2 ( mod 3) ( 3 habis membagi 17 – 2 = 15)
• - 7  15 (mod 11) ( 11 habis membagi -7 – 15 = -22)
Kekongruenan a  b (mod m) dapat pula dituliskan dalam hubungan
a = b + km
yang dalam hal ini k adalah bilangan bulat. Bedasarkan definisi aritmetika modulo, kitajuga
dapat menliskan a mod m = r sebagai
a  r (mod m )
Contoh :
• 17  2 ( mod 3) dapat ditulis sebagai 17 = 2 + 5 . 3
• - 7  15 (mod 11) dapat ditulis sebagai - 7 = 15 + (-2) . 11

Sekarang pembagian bilangan bulat n untuk penjumlahan dan perkalian dengan hukum
assosiatif, komutatif, dan distributive terbentuk. Untuk faktanya kita dapat menurunkan modulo
n dari yang lain dan kemudian dilakukan operasi dan kemudian dilakukan penurunan dari
modulo n, karena sisa modulo n adalah homomorphism dari lingkaran bilangan bulat ke
lingkaran bilangan bulat modulo n.
Maka,
(a  b) (mod n)  [a(mod n)  b (mod n)] (mod n)
dan
(a * b) (mod n)  [a(mod n) * b (mod n)] (mod n)

Teorema : misalkan m adalah bilangan bulat positif


1. Jika a  b (mod m) dan c adalah sembarang bilangan bulat maka
• (a + c)  (b + c) (mod m)
• ac  bc (mod m)
• ap  bp (mod m) untuk suatu bilangan bulat tak negative p
2. Jika a  b (mod m) dan c  d (mod m), maka
• (a + c)  (b + d) (mod m)
• ac  bd (mod m)

Contoh :
Misalkan 17  2 (mod 3) dan 10  4 (mod 3), maka menurut teorema diatas:
• 17 + 5 = 2 + 5 ( mod 3 )  22 = 7 ( mod 3)
• 17 . 5 = 2 . 5 ( mod 3 )  85 = 10 ( mod 3 )
• 17 + 10 = 2 + 4 (m0d 3)  27 = 6 (mod 3)
• 17 . 10 = 2 . 4 (m0d 3)  170 = 8 (mod 3)

6. Invers Modulo
Jika a dan m relative prima dan m > 1, maka kita dapat menemukan inversi dari a modulo m.
Inversi dari a (mod m), disebut juga inversi perkalian, adalah bilangan bulat a-1, sedemikian
sehingga
aa-1  1 (mod m)
dari definisi relative prima diketahui bahwa PBB (a,m) = 1, dan menurut persamaan terdapat
bilangan bulat p dan q, sedemikian sehingga
pa + qm = 1
yang mengimplikasikan bahwa
pa + qm  1 (mod m)
Karena qm  0 (mod m ) maka
pa  1 (mod m)
Kekongruenan yang terakhir ini berarti bahwa p adalah inverse dari a( mod m)
Pembuktian diatas juga menceritakan bahwa, untuk mencari inverse dari a(mod m),kita harus
membuat kombinasi lanjar dari a dan m = 1. Koeffisien a dari kombinasi lanjar tersebut
merupakan, inverse dari a Modulo m.

Contoh :
Tentukan inverse dari 4 (mod 9),17 (mod 7), dan 18 (mod 10 )

Penyelesaian :
a. Karena PBB (4,9) = 1, maka inverse dari 4 (mod 9) ada. Dari algoritma Euclidean diperoleh
bahwa
9=2.4+1
Susun persamaan diatas menjadi
-2 . 4 + 1 . 9 = 1
Dari persamaan terakhir ini kita peroleh -2 adalah inverse dari 4 (mod 9)
Jadi 4-1  -2 (mod 9).

Periksalah bahwa
-2 . 4  1 (mod 9) (9 habis membagi -2 . 4 – 1 = -9)
Perhatikan bahwa semua bilangan bulat yang kongruen dengan -2 (mod 9) juga adalah inverse
dari 4( mod 9), misalnya 7( perhatikan bahwa 7  -2 (mod 9)), karena
7 . 4  1( mod 9) (9 habis membagi 7 . 4 – 1 = 27)
Bilangan bulat lain yang kongruen dengan -2 (mod 9) adalah 16,25,…
b. Karena PBB (17,7) = 1, maka inverse dari 17 (mod 7) ada. Dari algoritma Euclidean
diperoleh bahwa
17 = 2 . 7 + 3 ……… ( i )
7 =2.3+1 …….. ( ii )
3 =3.1+0 …….. ( iii )
Susun persamaan ( ii ) menjadi
1=7–2.3 …….. ( iv )
Susun persamaan ( i ) menjadi
3 = 17 -2 . 7 …….. ( v )
Substitusikan ( v ) ke dalam ( iv )
1 = 7 – 2 . (17 – 2 . 7) = 1 . 7 – 2 . 17 + 4 . 7 =5 . 7 – 2 .17
Atau
-2 . 17 + 5 . 7 = 1
Dari persamaan terakhir ini kita peroleh -2 adalah invers dari 17 modulo 7
-2 . 17  1 (mod 7) ( 7 habis membagi -2 . 17 – 1 = -35)
c. Karena PBB (18,10) = 2 ≠ 1, maka inverse dari 18 (mod 10) tidak ada.
7. Chinese Remainder Problem
Pada abad pertama, seorang matematikawan China yang bernama Sun Tse mengajukan
pertanyaan sebagai berikut :
Tentukan sebuah bilangan bulat yang bila dibagi dengan 5 menyisakan 3, bila dibagi 7
menyisakan 5 dan bila dibagi 11 menyisakan 7
Pertanyaan Sun Tse dapat diirumuskan ke dalam system konruen lanjar :
x  3 ( mod 5)
x  5 ( mod 7)
x  7 (mod 11)

Teorema Chinese Remainder Theorem


Misalkan m = m1, m2… mn dan setiap pasang mi,mj coprime (bilagan bulat positif sedemikain
hingga PBB(mi,mj) = 1 untuk i ≠ j), maka system kongruen lanjar
x = ak mod mk
mempunyai sebuah solusi unik modulo m = m1 .m2 … . mn
CONTOH : Diketahui 3 x mod 10 = 1, maka tentukan nilai x untuk permasalahan tersebut.

Penyelesaian :
• Nilai 10 = 2 x 5 ( 10 didapat dari perkalian 2 bilangan prime yaitu 2 dan 5)
• Pertama dicari solusi untuk nilai x1 dan x2, maka :
3 x mod 2 = 1  x1 = 1
3 x mod 5 = 1  x2 = 2
• Langkah selanjutnya aplikasikan Chinese remainder algorithm untuk mencari solusi dari
persamaan :
X mod 2 = x1 = 1
X mod 5 = x2 = 2

Pertama dicari nilai y1 dan y2 sehingga didapat :


maka x = 7 adalah jawaban dari 3 x mod 10 = 1 (yang mana berarti 7 adalah multiplicative invers
dari 3 modulo 10

1. General Equations
Penyelesaian general equation pada bentuk ax mod n = b
• Apabila gcd(a,n) = 1
Dicari penyelesaian x0 untuk ax mod n = b.
Jika ax0 mod n = 1 termasuk abx0 mod n = b, maka x = bx0 mod n
• Apabila gcd(a,n) = g :
Jika g pembagi b, yang mana b mod g = 0. Maka ax mod n = b jika q penyelesaian dari bentuk
g-1, dimana x0 adalah penyelesaian untuk

Jika g bukan pembagi b maka tidak ada penyelesaiannya.

CONTOH : jika diketahui 6x mod 10 = 4

Penyelesaian :
• g = gcd(6,10) = 2
dan 2 merupakan pembagi dari 4, maka tedapat 2 penyelesaian.
• Dihitung x0 dari
Diambil x0 = 2
• Kemudian dihitung kedua penyelesaian tersebut.
• Cek :
6 x 4 mod 10 = 24 mod 10 = 4
6 x 9 mod 10 = 54 mod 10 = 4

2. Euler Totient Function


Dasar teorema dari teori bilangan adalah :
Setiap bilangan bulat positif dapat ditulis dalam bentuk yang unik.
Untuk setiap bilangan bulat positif n, nilai

pada fungsi Euler Totient adalah jumlah bilangan bulat positif < n yang mana relative prime ke
n.
Fungsi ini digunakan pada cryptography pada penggunaan Euler’s Theorem
Maka hal ini dimungkinkan untuk dicari multiplicative invers dengan fast exponentiation

Daftar pustaka
https://herunugroho.staff.telkomuniversity.ac.id/files/2015/03/Bab-8-Fungsi-Dalam-
Kriptografi.docx
MATERI 3
Memahami Peluang, Permutasi Dan Kombinasi
PENGERTIAN PELUANG

Peluang merupakan bagian matematika yang membahas pengukuran tingkat


keyakinan orang akan muncul atau tidak munculnya suatu kejadianatau peristiwa. Oleh
karena itu, untuk mendiskusikan dimulai dengan suatu pengamatan tersebut dinamakan
suatu percobaan. Hasil dari suatu percobaan dinamakan titik sampel. Peluang disebut
juga probabilitas yang berarti ilmu kemungkinan.

Peluang semata-mata adalah suatu cara untuk menyatakan kesempatan terjadinya


suatu peristiwa. Di dalam peluang dikenal ruang sampel dan titik sampel. Ruang sampel
adalah himpunan yang berisi semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan. Ruang
sampel biasanya dinotasikan dengan S.

CONTOH :

Suatu percobaan melempar suatu mata uang logam. Ruang sampelnya adalah S=
(G,A)

CONTOH :

Suatu percobaan mengambil satu kartu dari enam buah kartu yang diberi nomor 1
sampai 6. Ruang sampelnya adalah S= (1,2,3,4,5,6).

Percobaan dan Hasil Dari Suatu Percobaan

Contoh:

Percobaan melempar satu mata uang logam. Hasil yang mungkin:

1. Tampak sisi angka (A), yaitu nilai Rp.500

2. Tampak sisi gambar (G), yaitu gambar burung garuda

Contoh:

Percobaan melempar satu mata dadu. Hasil yang mungkin:

sisi-sisi dadu yang menunjukkan jumlah bulatan 1,2,3,4,5, atau 6,

Contoh:

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, secara sengaja atau tidak sengaja


manusia melalukan suatu percobaan. Misalnya ibu yang menunggu kelahiran
anaknya tanpa sadar melalukan percobaan. Ibu tersebut melakukan suatu
pengamatar, anaknya akan lahir laki-laki atau perempuan.

Ruang Sampel dan Titik Sampel

Ruang sampel adalah himpunan semua hasil/ kejadian yang mungkin terjadi dan
dilambangkan dengan S. Di dalam peluang dikenal ruang sampel dan titik sampel.

Contoh:

Suatu percobaan melempar satu mata uang logam. Ruang sampelnya adalah

S= (A, G)

Contoh:

Suatu percobaan mengambil satu buah kartu yang diberi nomor 1 sampai
dengan 6. Ruang sampelnya adalah S= (1,2,3,4,5,dan 6).

Pengetosan Dua Mata Uang

Pengotesan Dua Dadu

Pengotesan Mata Uang dan Dadu


Peluang Suatu Kejadian

Pada suatu percobaan terdapat n hasi; yang mungkin dan masing-masing


berkesempatan sama untuk muncul. Jika dari hasil percobaan ini terdapat k hasil yang
merupakan kejadian A, maka peluang kejadian A ditulis P (A) ditentukan dengan rumus.

Contoh:

Pada percobaan pelemparan sebuah dadu, tentukanlah peluang percobaan kejadian


muncul bilangan genap

Jawab:

S= { 1,2,3,4,5,6} maka n (S) = 6 misalkan A adalah kejadian muncul bilangan genap,


maka A= {2,4,6} dan n (A) = 3

Misalnya S yang berisi n(A) hasil. Peluang kejadian A didefenisikan:

Peluang (P)= Banyak kejadian muncul/banyak kejadian yang mungkin

Contoh:

P= 400/ 1200 = 1/3

Komplemen nilai di atas

= 1200-400: 1200

= 800/1200

= 2/3

Frekuensi = banyak kejadian muncul/banyak percobaan

Frekuensi harapan = banyak percobaan x peluang.


PENGERTIAN PERMUTASI DAN KOMBINASI

1. Faktorial

Misalkan n adalah bilangan bulat positif. Besaran n faktorial (simbol n!)


didefenisikan sebagai hasil kali semua bilangan bulat antara 1 hingga n. Untuk n = 0, nol
faktorial didefinisikan = 1.

n! = 1.2.3... (n-1).n

0! = 1

2. Permutasi

Permutasi adalah susunan unsur-unsur yang berbeda dalam urutan tertentu. Pada
permutasi urutan diperhatikan sehingga permutasi k unsur dari n unsur adalah semua
urutan yang berbeda yang mungkin dari k unsur yang diambil dari n unsur yang berbeda.
Banyak permutasi k unsur dari n unsur ditulis permutasi siklis (melingkar) dari n unsur
adalah (n-1)!. [3]

Pnk = n!

(n-k)!

Contoh:

Misalkan dalam kelas matematika Diskrit ada 20 mahasiswa. Akan dipilih sesorang yang
akan menjadi ketua kelas dan seseorang yang menjadi bendahara. Untuk memilih ketua,
ada 20 calon. Jadi, ada 20 cara. Untuk memilih bendahara, ada 19 calon sisanya sehingga
untuk memilih ketua dan bendahara ada 20.19 = 380 cara. Hal itu berbeda

Dengan banyak cara untuk memilih 2 orang di antara mahasiswa peserta kuliah
matematika diskrit yang mewakili teman-teman yang lain untuk menghadapi pimpinan
universitas. Banyaknya cara yang mungkin:

20 = 20! = 20.19 = 190 cara

2 2! 18! 1.2

Contoh:
Dengan penulisan nPk, hitung 10P4. Kita langsung tulis 4 angka dari 10 mundur, yaitu
10.9.8.7.

Jadi 10P4 = 10 x 9 x 8 x 7 x

= 5040

Contoh permutasi siklis:

Suatu keluarga yang terdiri atas 6 orang duduk mengelilingi sebuah meja makan yang
berbentuk lingkaran. Berapa banyak cara agar mereka dapat duduk mengelilingi meja
makan dengan cara yang berbeda ?

Jawab:

Banyak cara agar 6 orang dapat duduk mengelilingi sebuah meja makan dengan urutan
yang berbeda sama dengan banyak permutasi siklis (melingkar) 6 unsur

a. Permutasi siklis

Permutasi siklis adalah peristiwa permutasi dengan bentuk melingkar.

Rumusnya adalah

Pnsiklis = (n-1)!

Contoh:

Permutasi siklis adalah banyaknya cara empat orang duduk dalam formasi malingkar,
maka banyaknya kemungkinan adalah

P4siklis = ( 4 – 1 )! = 3! = 6

Jadi ada 6 cara duduk melingkar jika terdapat 4 orang yang duduk.

b. Permutasi dengan beberapa suku yang sama


Permutasi dengan beberapa suku yang sama adalah kejadian permutasi dimana
terdapat beberapa jenis suku yang sama. Misalkan saja jenis suku yang sama adalah s1,
s2, dan s3, dimana banyaknya s1 adalah a suku, s2 adalah b, dan s3 adalah c suku, dari
suatu semesta kejadian n, maka permutasinya adalah.

Pns1,s2,s3 = n!

a! b! c!

Contoh kasusnya adalah, menentukan banyak kata yang dapat disusun dari huruf-huruf
penyusun kata MATEMATIKA. Perhatikan pada kata tersebut ada 10 huruf, jadi semesta
n = 10.

Dan terdapat 3 jenis huruf yang sama, yaitu A ada 3, M ada 2 dan T ada 2. Maka banyak
kata yang dapat dibentuk adalah

3. Kombinasi

Kombinasi adalah banyaknya permutasi tanpa memperhatikan urutan[5]. Rumus


kombinasi adalah

Cnk = n!

(n-k)! k!

Contoh penggunaan kombinasi adalah banyaknya cara memilih sebuah tim voli (6
pemain) dari 10 orang yang tersedia yaitu

DAFTAR PUSTAKA
Herryanto, n. 2003. Teori Peluang, permutasi dan kombinasi Diskrit.

Materi 4
Memahami Teori dan operasi himpunan

Operasi pada Himpunan

Operasi pada himpunan terdiri dari gabungan, irisan, komplemen, selisih,


penjumlahan/beda setangkup, dan perkalian kartesian. Setiap operasi pada himpunan
mempunyai suatu aturan yang digunakan untuk melakukan tindakan pada suatu
himpunan. Dua himpunan atau lebih ini dapat dioperasikan sehingga menghasilkan
himpunan baru. Perlakuan operasi yang melibatkan dua himpunan atau lebih disebut
dengan operasi pada himpunan.

Pada dua buah bilangan dapat dilakukan operasi sehingga menghasilkan bilangan baru.
Bentuk operasi antar bilangan dapat berupa penjumlahan (+), pengurangan (–), perkalian
(×), atau pembagian ( : ). Pada dua himpunan atau lebih juga dapat dilakukan operasi
yang dapat menghasilkan suatu himpunan baru. Bentuk operasi pada himpunan meliputi
cara mendapatkan himpunan yang sama dari dua himpunan, gabungan dari dua
himpupan, dan beberapa bentuk operasi pada himpunan lainnya.

Definisi Himpunan

Operasi pada Himpunan

1) Irisan Himpunan/Intersection ( ∩ )

2) Gabungan Himpunan/Union ( ∪ )
3) Selisih Himpunan/Difference ( – )

4) Komplemen Himpunan ( AC )

5) Beda Setangkup (Symmetric Difference)

6) Perkalian Kartesian (Cartesian Product)

Definisi Himpunan

Himpunan memuat kumpulan objek-objek yang anggotanya terdefinisi dengan jelas.


Sebagai contoh, perhatikan dua definisi berikut:

Kelompok siswa dengan tinggi lebih dari 150 cm

Kelompok siswa berwajah cantik.

Definisi pertama yaitu kelompok siswa dengan tinggi lebih dari 150 cm merupakan
definisi yang jelas. Di mana, definisi tersebut memuat himpunan semua siswa yang
memiliki tinggi lebih dari 150 cm. Sementara siswa dengan tinggi kurang dari atau sama
dengan 150 cm tidak masuk dalam himpunan tersebut.

Definisi pada pernyataan kedua yaitu kelompok siswa berwajah cantik bukan merupakan
definisi yang jelas. Sebab wajah cantik tidak bersifat relatif dan tidak memiliki tolak ukur
yang pasti.

Pernyataan pertama merupakan contoh himpunan, sedangkan definisi kedua bukan


contoh himpunan. Mengapa? Alasannya ada pada pengertian himpunan. Pernyataan
pertama memiliki anggota yang terdefinisi dengan jelas. Sedangkan pernyataan kedua
tidak memiliki anggota dengan definisi yang jelas.
Operasi pada Himpunan

Bentuk operasi pada himpunan dapat berupa irisan, gabungan, selisih, komplemen, beda
setangkup, dan perkalian kartesian. Cara melakukan operasi pada himpunan dari setiap
bentuk operasi dijelaskan melalui penjelasan-penjelasan di bawah.

1) Irisan Himpunan/Intersection ( ∩ )

Irisan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan dengan anggota-anggota yang sama-
sama terdapat pada dua himpunan tersebut. Atau dapat dikatakan bahwa himpunan irisan
memuat semua anggota-anggota yang sama dari himpunan A dan himpunan B.

Simbol himpunan beririsan dinyatakan dalam notasi ∩, dibaca irisan. Notasi pembentuk
himpunan untuk irisan dua himpunan A dan B dinyatakan dalam persamaan A ∩ B = {x |
x ∈ A dan x ∈ B}.

Sebagai contoh terdapat himpunan A = {a, b, c, d, e} dan B = {a, i, u, e, o}. Perhatikan


bahwa ada dua anggota himpunan yang sama-sama terletak pada himpunan A dan B yaitu
a dan e. Sehingga, irisan himpunan A dan himpunan B adalah a dan e yang dituliskan
dalam simbol dengan A ∩ B = {a, e}.

Irisan Himpunan

Contoh operasi pada himpunan yang mmerupakan irisan himpunan dapat dilihat seperti
berikut.
A = {a, b, c, d, e}

B = {a, i, u, e, o}

A ∩ B = {a, e}

A = {1, 2, 3, 4, 5}

B = {2, 3, 5, 7, 11}

A ∩ B = {2, 3, 5}

Baca Juga: Pola Bilangan dan Rumus Un Pola Bilangan

2) Gabungan Himpunan/Union ( ∪ )

Operasi pada himpunan yang merupakan gabungan himpunan menyatakan operasi untuk
menggabungkan anggota-anggota dari dua himpunan atau lebih menjadi sebuah
himpunan baru. Anggota-anggota himpunan gabungan berasal dari semua anggota
himpunan yang dioperasikan. Jika terdapat anggota himpunan yang sama cukup
dituliskan satu kali.

Simbol untuk menyatakan gabungan himpunan adalah notasi ∪ (union) yang dibaca
gabungan. Notasi pembentuk himpunan untuk gabungan dua himpunan A dan B
dinyatakan dalam persamaan A ∪ B = {x|x ϵ A atau x ϵ B}.

Sebagai contoh, terdapat dua buah himpunan A dan B dengan A = {a, b, c, d, e} dan B =
{a, i, u, e, o}. Operasi pada himpunan untuk gabungan kedua himpunan dilakukan dengan
menggabungkan semnua anggota-anggotanya. Sehingga hasil dari gabungan himpunan A
dan himpunan B adalah {a, b, c, d, e, i, u, o} yang dapat dinotasikan dengan A ∪ B = {a,
b, c, d, e, i, u, o}.
Gabungan Himpunan

Contoh soal operasi gabungan himpunan diberikan seperti berikut.

A = {a, b, c, d, e}

B = {a, i, u, e, o}

A ∪ B = {a, b, c, d, e, g, k}

A = {1, 2, 3, 4, 5}

B = {2, 3, 5, 7, 11}

A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5, 7, 11}

3) Selisih Himpunan/Difference ( – )

Selisih dua himpunan meliputi semua anggota himpunan yang tidak dimiliki himpunan
lain. Selisih antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda kurang ( – ). Notasi
pembangkit untuk selisih dua himpunan A dan B ditulis dalam persamaan A – B = {x|x ϵ
A atau x ∉ B}.

Pada selisih himpunan A – B, himpunan barunya berupa semua anggota A yang tidak ada
pada B. Sedangkan selisih himpunan B – A, himpunan baru yang dihasilkan sama dengan
anggota himpunan B yang tidak ada pada A.
Sebagai contoh, diketahui dua buah himpunan A = {a, b, c, d, e} dan B = {a, i, u, e, o}.
Selisih dua himpunan A – B = {b, c, d}, sementara selisih dua himpunan B – A = {i, u,
o}.

Selisih Himpunan

Contoh operasi pada himpunan untuk selisih himpunan:

A = {a, b, c, d, e}

B = {a, i, u, e, o}

A – B = {b, c, d}

A = {a, b, c, d, e}

B = {a, i, u, e, o}

B – A = {i, u, o}

A = {1, 2, 3, 4, 5}

B = {2, 3, 5, 7, 11}

A – B = {1, 4}

4) Komplemen Himpunan ( AC )

Komplemen dari sebuah himpunan A adalah himpunan semua anggota himpunan semesta
(S) yang tidak ada di himpunan A. Notasi komplemen suatu himpunan dinyatakan dalam
pangkat C yang melekat pada himpunan terkait.
Himpunan semesta memuat semua anggota dari himpunan yang dibicarakan. Sebagai
contoh, cakupan himpunan semesta untuk bilangan ganjil adalah semua bilangan ganjil
yang tak berhingga. Untuk cakupan himpunan semesta untuk lima bilangan ganjil
pertama memuat himpunan dengan anggota-anggota 1, 3, 5, 7, dan 9.

Sementara komplemen suatu himpunan merupakan himpunan dengan anggota yang


bukan merupakan anggota himpunan semesta.

Untuk sebuah himpunan A maka komplemen dari himpunan A dinyatakan dalam notasi
AC (dibaca A komplemen). Notasi pembangkit untuk menyatakan pernyataan suatu
himpunan komplemen adalah AC = {x| x ∉ A, x ∈ S}.

Komplemen Himpunan

Contoh soal komplemen dari suatu himpunan:

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}

A = {1, 3, 5, 7, 9}

AC = {2, 4, 6, 8, 10}

S = {bilangan ganjil kurang dari 20}

A= {1, 3, …, 9}

Ac = {11, 13, 15, 17, 19}

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}
A = {1, 3, 5, 7}

Ac = {2,4,6}

5) Beda Setangkup (Symmetric Difference)

Operasi himpunan beda setangkup menghasilkan himpunan baru dengan anggota-anggota


yang bukan merupakan irisan dari himpunan-himpunan yang dioperasikan. Pada operasi
beda setangkup himpunan A dan B akan menghasilkan suatu himpunan yang anggotanya
ada pada himpunan A atau B tetapi tidak pada keduanya.

Notasi operator beda setangkup dinyatakan dalam sebuah tanda plus dalam sebuah
lingkaran, ⊕. Notasi pembangkit untuk beda setangkup adalah A ⊕ B = {x | x ∈ A
tetapi x ∉ B dan x ∈ B tetapi x ∉ A}. Pernyataan tersebut sama dengan A ⊕ B = (A ∪
B) – (A ∩ B) atau sama dengan A ⊕ B = (A – B) ∪ (B – A).

Sebagai contoh diketahui dua buah himpunan A = {a, b, c, d, e} dan B = {a, i, u, e, o}.
Anggota-anggota himpunan A dan B yang sama meliputi a dan e (irisan kedua
himpunan). Hasil operasi beda setangkup merupakan anggota himpunan A atau B tetapi
tidak keduanya.

Jadi, himpunan baru hasil operasi himpunan beda setangkup untuk himpunan A dan
himpunan B adalah b, c, d, i, u, dan o yang dapat dinotasikan dengan A ⊕ B = {b, c, d, i,
u, o}.
Contoh operasi himpunan beda setangkup:

A = {a, b, c, d, e}

B = {a, i, u, e, o}

A ⊕ B = {b, c, d, i, u, o}

A = {1, 2, 3, 4, 5}

B = {2, 3, 5, 7, 11}

A ⊕ B = {1, 4, 7, 11}

Operasi himpunan beda setangkup memenuhi hukum komutatif (A + B = B + A) dan


asosiatif: (A + B) + C = A + (B + C).

6) Perkalian Kartesian (Cartesian Product)

Operasi pada himpunan untuk perkalian kartesian berupa pasangan berurutan. Misalnya
pada perkalian kartesian dari himpunan A dan B, hasil himpunan barunya adalah semua
pasangan berurut yang dibentuk dari anggota – angota himpunan A dan B. Simbol notasi
perkalian kartesian himpunan A dan B dinyatana melalui A × B.

Sebagai contoh, diketahui dua buah himpunan A = {1, 2, 3} dan B ={a, b}. Himpunan
hasil operasi perkalian kartesiannya adalah A × B = {(1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3,
b)}.

Notasi pembangkit untuk himpunan hasil operasi perkalian kartesian untuk himpunan A
dan B adalah A × B = {(a, b) | a ∊ A dan b ∊ B}.
Contoh operasi himpunan untuk perkalian kartesian:

A = {1, 2, 3}

B = {7, 9}

A × B = {(1,7), (1,9), (2,7), (2,9), (3,7), (3,9)}

F = {bakso, soto, mie ayam}

D = {es teh, es jeruk, kopi}

F × D = {(bakso, es teh), (bakso, es jeruk), (bakso, kopi), (soto, es teh), (soto, es jeruk),
(soto, kopi), (mie ayam, es teh), (mie ayam, es jeruk), (mie ayam, kopi)}

Pada operasi perkalian kartesian tidak berlaku A × B = B × A, karena anggota (a, b) tidak
sama dengan (b, a).
Materi 5

Himpunan ganda, konsep fungsi dan jenis fungsi

Himpunan Ganda

· Himpunan yang elemennya boleh berulang (tidak harus berbeda) disebut himpunan
ganda (multiset).

Contohnya, {1, 1, 1, 2, 2, 3}, {2, 2, 2}, {2, 3, 4}, {}.

· Multiplisitas dari suatu elemen pada himpunan ganda adalah jumlah kemunculan
elemen tersebut pada himpunan ganda. Contoh: M = { 0, 1, 1, 1, 0, 0, 0, 1 }, multiplisitas
0 adalah 4.

· Himpunan (set) merupakan contoh khusus dari suatu multiset, yang dalam hal ini
multiplisitas dari setiap elemennya adalah 0 atau 1.

· Kardinalitas dari suatu multiset didefinisikan sebagai kardinalitas himpunan


padanannya (ekivalen), dengan mengasumsikan elemen-elemen di dalam multiset semua
berbeda.

Operasi Antara Dua Buah Multiset:

Misalkan P dan Q adalah multiset:

1. P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas


maksimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.

Contoh: P = { a, a, a, c, d, d } dan Q ={ a, a, b, c, c },

P Q = { a, a, a, b, c, c, d, d }
2. P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas
minimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.

Contoh: P = { a, a, a, c, d, d } dan Q = { a, a, b, c, c }

P Q = { a, a, c }

3. P – Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas


elemen tersebut pada P dikurangi multiplisitasnya pada Q, jika selisihnya positit 0, jika
selisihnya nol atau negatif

4. P + Q, yang didefinisikan sebagai jumlah (sum) dua buah himpunan ganda, adalah
suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan penjumlahan dari multiplisitas
elemen tersebut pada P dan Q.

Dalam fungsi dikenal beberapa istilah, seperti Domain, Kodomain, dan Range. Jika f
adalah suatu fungsi dari A ke B, maka himpunan A disebut domain (daerah asal),
himpunan B disebut kodomain (daerah kawan), dan himpunan anggota B yang pasangan
(himpunan C) disebut range (hasil) fungsi f. Dalam memasangkan suatu himpunan
terdapat aturan yang tertentu yang digunakan. Aturan tersebut disebut aturan fungsi.
Fungsi dibedakan kedalam beberapa jenis dan memiliki beberapa sifat, yang penting
untuk diketahui. Berikut adalah jenis-jenis dan sifat-sifat fungsi.

Jenis-Jenis Fungsi

Fungsi konstan (fungsi tetap)

Suatu fungsi f : A → B ditentukan dengan rumus f(x) disebut fungsi konstan apabila
untuk setiap anggota domain fungsi selalu berlaku f(x) = C, di mana C bilangan konstan.
Untuk lebih jelasnya, pelajarilah contoh soal berikut ini.

Diketahui f : R → R dengan rumus f(x) = 3 dengan daerah domain: {x | –3 ≤ x < 2}.


Sehingga, gambar grafiknya.

Fungsi linear

Suatu fungsi f(x) disebut fungsi linear apabila fungsi itu ditentukan oleh f(x) = ax + b, di
mana a ≠ 0, a dan b bilangan konstan dan grafiknya berupa garis lurus.

Fungsi kuadrat

Suatu fungsi f(x) disebut fungsi kuadrat apabila fungsi itu ditentukan oleh f(x) = ax2 + bx
+ c, di mana a ≠ 0 dan a, b, dan c bilangan konstan dan grafiknya berupa parabola.
Fungsi identitas

Suatu fungsi f(x) disebut fungsi identitas apabila setiap anggota domain fungsi berlaku
f(x) = x atau setiap anggota domain fungsi dipetakan pada dirinya sendiri. Grafik fungsi
identitas berupa garis lurus yang melalui titik asal dan semua titik absis maupun
ordinatnya sama. Fungsi identitas ditentukan oleh f(x) = x. Agar lebih memahami tentang
fungsi identitas,

Fungsi tangga (bertingkat)

Suatu fungsi f(x) disebut fungsi tangga apabila grafik fungsi f(x) berbentuk interval-
interval yang sejajar.

Fungsi modulus

Suatu fungsi f(x) disebut fungsi modulus (mutlak) apabila fungsi ini memetakan setiap
bilangan real pada domain fungsi ke unsur harga mutlaknya.

Fungsi ganjil dan fungsi genap


Suatu fungsi f(x) disebut fungsi ganjil apabila berlaku f(–x) = –f(x) dan disebut fungsi
genap apabila berlaku f(–x) = f(x). Jika f(–x) ≠ –f(x) maka fungsi ini tidak genap dan
tidak ganjil. Untuk memahami fungsi ganjil dan fungsi genap

Sifat-sifat Fungsi

Fungsi injektif (satu-satu)

Jika fungsi f : A → B, setiap b ∈ B hanya mempunyai satu kawan saja di A, maka fungsi
itu disebut fungsi satu-satu atau injektif.

Fungsi surjektif (onto)

Pada fungsi f : A → B, setiap b ∈ B mempunyai kawan di A, maka f disebut fungsi


surjektif atau onto.

Fungsi bijektif (korespondensi satu-satu)

Suatu fungsi yang bersifat injektif sekaligus surjektif disebut fungsi bijektif atau
korespondensi satu-satu.

Materi 6
Memahami fungsi Invers, Komposisi dan Fungsi

Fungsi Invers

Fungsi invers adalah fungsi kebalikan, yaitu suatu fungsi yang berkebalikan dengan fungsi
asalnya. Jika fungsi umumnya adalah f, maka fungsi kembalikannya adalah f-1.

Fungsi (f) memiliki fungsi invers (f-1), apabila (f) adalah satu-satunya fungsi dan fungsi bijektif.
Perlu diketahui bahwa fungsi bijektif ditempatkan saat jumlah anggota domainnya sama dengan
jumlah anggota kodomain yang dimiliki.

Domain merupakan daerah asal dan kodomain merupakan daerah hasil. Hal ini menjadikan
fungsi f memetakan dari A ke B, menjadikan fungsi invers berupa f memetakan dari B ke A.

Umumnya tidak ada dua atau lebih domain berbeda yang dipetakan dalam kodomain yang sama.
Perlu diketahui juga bahwa setiap kodomain pasti memiliki pasangan di domain.

Contoh yang bisa ditulisakan:

Ketika f fungsi yang memetakan x ke y, sehingga bisa langsung ditulisakan menjadi y = f(x),
maka f-1 merupakan fungsi yang memetakan y ke x, ditulis x = f-1(y).
Dapat dimisalkan fungsi f adalah A → B fungsi bijektif. Pada posisi seperti ini, fungsi f adalah
fungsi yang menggabungkan pada masih-masing elemen B yang masih tepat satu elemen dengan
A.

Ketika fungsi f dinyatakan dengan f-1 maka menjadi sebagai berikut:

f-1 : B → A

Maka akan menjadi,

y = f(x) → x = f-1(y)

Contoh Soal dan Pembahasan Fungsi Invers

1. Tentukan fungsi invers dari f(x) = x – 3 maka f-1(x)!

Penyelesaian:

f(x) = x – 3

y=x–3

x=y+3
Ganti x menjadi f-1(x) dan y menjadi x sehingga diperoleh hasil f-1 (x) = x + 3

2. Tentukan fungsi invers dari f(x) = x2 – 4!

Penyelesaian:

y = x2 – 4

x2 = y + 4

x=√y+4

f-1(x) = √ x + 4

Fungsi Komposisi

Ketika ada dua fungsi yang digabungkan secara berurutan maka akan membentuk sebuah fungsi
baru, inilah yang disebut fungsi komposisi. Fungsi komposisi merupakan penggabungan operasi
dua jenis fungsi f(x) dan g(x) sehingga menghasilkan sebuah fungsi baru. Operasi fungsi
komposisi biasa dilambangkan dengan "o" dan dibaca komposisi atau bundaran.

Fungsi baru yang dapat terbentuk dari f(x) dan g(x) adalah:
1. (f o g)(x) artinya g dimasukkan ke f

2. (g o f)(x) artinya f dimasukkan ke g

Fungsi tunggal tersebut merupakan fungsi yang dapat dilambangkan dengan huruf “f o g” atau
juga dapat dibaca “fungsi f bundaran g”. Fungsi “f o g” adalah fungsi g yang dikerjakan terlebih
dahulu kemudian dilanjutkan dengan f. Sedangkan, untuk fungsi “g o f” dibaca fungsi g
bundaran f. Jadi, “g o f” adalah fungsi dengan f dikerjakan terlebih dahulu daripada g.

Misal f dan g dua fungsi sembarang. Fungsi komposisi g o f terdefinisi jika daerah hasil f
merupakan himpunan bagian dari daerah asal g.

Sementara itu, sifat-sifat fungsi komposisi dapat dilihat melalui:

- (f o g) (x) ≠ (g o f)(x)

- (f o (g o h))(x) = ((f o g) o h)(x)

Contoh Soal dan Pembahasan Fungsi Komposisi

1. Jika (f o g)(x) = x² + 3x + 4 dan g(x) = 4x – 5. Berapakah nilai dari f(3)?

Jawab:
(f o g)(x) = x² + 3x + 4

f (g(x)) = x² + 3x + 4

g(x) = 3 maka,

4x – 5 = 3

4x = 8

x=2

Karena f (g(x)) = x² + 3x + 4 dan untuk g(x) = 3 didapat x = 2

Sehingga : f (3) = 2² + 3 . 2 + 4 = 4 + 6 + 4 = 14
Materi 7

Induksi dan rekursi

INDUKSI

Induksi matematika adalah salah satau cara untuk membuktikan sebuah rumus matematika,
rumus tersebut bisa digunakan atau tidak untuk proses tertentu. Misalnya ada sebuah rumus
matematika F(x) yang masih merupakan pernyataan terbuka yang belum bisa ditentukan bernilai
benar atau salah. Untuk membuktikan bahwa F(x) benar, maka cara pembuktian dengan induksi
matematika

Dalam proses induksi matematika, ada 3 proses yang harus kita lakukan :

1. kita membuktikan dengan F(1) dan bernilai benar. (Langkah ini disebut dengan BASIC STEP)

2. selanjutnya mengasumsikan F(k) bernilai benar sebagai hipotesis induksi. Sehingga F(k+1)
juga benar setelah diproses dari induksi matematika. (Langkah ini disebut dengan INDUCTION
STEP)

Contoh-contoh pembuktian:

1. Proffing equivalence.

Buktikan Jika n adalah positif integer maka, 1+2…+n=

Jawab:

Kita ubah menjadi F(n) =

F(n) adalah jumlah positif integer ke-n

Langkah awal.

Kita masukkan nilai n=1 sehingga F(n) bernilai benar karena =1

Langkah kedua.

Kita asumsikan dengan n = k pada persamaan diatas sehingga 1+2+…+ k=


persamaan tersebut dianggap benar, dan kita ganti n =(k+1) sehingga 1+2..+k+(k+1)= juga
harus bernilai benar.

1+2..+k+(k+1) = =

[1+2..+k]+(k+1) = + ( k+1) = =

Karena dengan menggunakan kedua cara basic and inductive step, dan keduanya bernilai benar,
maka dapat disimpulkan bahwa, 1+2…+n= untuk n semua positif integer bernilai benar.

2. Proofing inequalities

Gunakan induksi matematika untuk membuktikan bahwa 2n<n!. untuk setip bilangan integer
positif n≥4.( catatan. n nilainya salah jika n=1,2, dan 3)

Jawab: misalkan P(n) adalah preposisi dari 2n<n!.

Basic Step.

Kita ganti nilai n dengan angka 4. Sehingga 24<4!. 24= 16. Sedangkan 4!= 24. Sehingga 16<24.
Jadi untuk pembuktian pada langkah basis step ini bernilai benar

Inductive step

Dalam induksi ini kita asumsikan nilai P(k) adalah benar untuk k≥4. Sehingga 2k<k!. sesudi
dengan teorema inductive. Jika P(k) bernilai benar, maka P(k+1) harus bernilai benar juga.
Sehingga didapatkan 2k+1<(k+1)!

2k<k!

2k+1<(k+1)!

2.2k<(k+1).k!

[jika 2k<k! benar maka 2.2k<(k+1).k! juga benar karena (2<(k+1) karena k≥4)]

REKURSI
Rekursif merupakan cara untuk memecahkan atau mencari solusi dari sebuah permasalahan di
suatu fungsi dengan cara memanggil dirinya sendiri.

Contohnya:Buatlah definisi rekursi dari fungsi factorial F(n)= n!

Jawab:

Basic step: Kita ganti n dengan angka 0. Sehingga F(0)=0! sehingga F(0)=1.

Recursive step: kita temukan sebuah rumus atau sejenisnya agar fungsi bisa melakukan
pemanggilan dalam dirinya sendiri

F(n+1)=(n+1)!

(n+1)!= (n+1)n!

(n+1)! = (n+1)F(n).

Sehingga. F(n+1)= (n+1)F(n)

Ini terus dilakukan hingga n=0.

Contoh nyatanya adalah:tentukan nilai dari fungsi factorial F(5)=5!

F(5)= 5.F(4)

F(4)=4.F(3)

F(3)=3.F(2)

F(2)=2.F(1)

F(2)=1.F(0)

F(0)=1

Karena sudah tidak ada pemanggilan lagi, maka proses akan kembali lagi ke atas

Sehingga F(5)=5.4.3.2.1.0=120

Jika dengan pseudocode:


===============================

Procedure faktorial(int a){

If (a==0) faktorial=1;

Else hasil= a*faktorial(a-1)

===============================
Tugas 8

HUKUM – HUKUM ALJABAR BOOLEAN dan KOMBINASI

Aljabar Boolean

Hukum-hukum aljabar boolean membahas teorema boolean yang berisi aturan-


aturan yang dapat digunakan untuk menyederhanakan persamaan logika dan rangkaian
logika.

Teori 1 – Hukum-hukum aljabar Boolean

Di dalam hukum-hukum aljabar boolean, teori ini hanya melibatkan satu variabel

Jika sebuah variabel di AND kan dengan 0, maka hasilnya adalah 0

Jika sebuah variabel di AND kan dengan 1, maka hasilnya adalah variabel itu sendiri.

Dapat diuji dengan kasus berikut:

X = 0, maka 0 . 0 = 0

X = 1, maka 1 . 1 = 1
Jika setiap X di AND kan dengan invers nya maka akan menghasilkan

X = 0, maka 0 . 1 = 0

X = 1, maka 1 . 0 = 0

Jika 0 ditambahkan dengan apapun, maka tidak akan merubah hasil akhirnya, dan hasil
akhirnya akan sama dengan variabel itu sendiri, baik dalam operasi biasa atau
dalam OR.

Setiap variabel yang di OR kan dengan 1, maka hasilnya akan selalu 1.

X = 0, maka 0 + 1 = 1

X = 1, maka 1 + 0 = 1

Dapat diuji dengan memeriksa kedua nilai dari X.

X = 0, maka 0 + 0 = 0

X = 1, maka 1 + 1 = 1

Dapat diuji dengan cara yang sama.

X = 0, maka 0 + 1 = 1

X = 1, maka 1 + 0 = 1

Teorema Multivariabel – Hukum-hukum Aljabar Boolean

Di dalam hukum-hukum aljabar boolean, dalam terema ini melibatkan 2 atau lebih
variabel.

Hukum Komutatif

(9) x +y = y + x

(10) x.y=y.x
Hukum komutatif mengindikasikan bahwa urutan 2 variabel dalam operasi OR atau AND
tidak penting, karena hasilnya sama.

Hukum Distributif

(13a) x(y + z) = xy + yz

(13b) (w + x)(y + z ) = wy +xy + wz + xz

Hukum AND

Disebut dengan hukum AND karena pada hukum ini menggunakan Operasi Logika AND
atau perkalian, berikut ini merupakan contohnya :
Hukum OR

Hukum OR menggunakan Operasi Logika OR atau penjumlahan, berikut ini merupakan


contohnya :

Hukum Inversi

Hukum inversi menggunakan Operasi Logika NOT. Hukum inversi ini menyatakan jika terjadi
inversi ganda (kebalikan 2 kali) maka hasilnya akan kembali ke nilai aslinya. Jadi, jika suatu
input (masukan) diinversi (dibalik) maka hasilnya akan berlawanan. Tetapi jika diinversi sekali
lagi, maka hasilnya akan kembali ke semula.

Kombinasi
Kombinasi adalah menggabungkan beberapa objek dari suatu kumpulan tanpa
memperhatikan urutannya.

Karena tidak memperhatikan urutan maka disinilah letak perbedaan antara kombinasi
dan permutasi. Pada kombinasi, susunan XYXY sama saja dengan susunan YXYX,
sedangkan pada permutasi susunan XYXY dan YXYX dianggap susunan yang
berbeda.

Lambang notasi kombinasi adalah C. Jumlah anggota himpunan disebut dengan


(n) dan jumlah objek yang harus dipilih disebut (r).

Rumus kombinasi adalah sebagai berikut.

Contoh Soal 1

Terdapat himpunan huruf A,B,C,D. Akan dihitung susunan dengan dua huruf tanpa berurutan.
Ada berapa banyak susunan dua huruf tersebut?

Dari contoh di atas, kamu bisa menggabungkan dengan manual menjadi AB, AC, AD, BC, BD,
CD. Namun jika menggunakan rumus, artinya dengan n = 4 dan r=2 maka

DAFTAR PUSTAKA

https://ekomartantoh.net/artikel/2020/03/30/hukum-hukum-aljabar-boolean/
https://kamuharustahu.com/pengertian-aljabar-boolean/

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6009562/kombinasi-pengertian-rumus-dan-cara-
menghitungnya

https://www.rumusstatistik.com/2012/06/rumus-kombinasi.html
Materi 9

Relasi dan teori graf

Relasi

Relasi di dalam kehidupan nyata erat kaitan nya dengan dua atau lebih individu maupun
kelompok yang saling berhubungan. Misalnya, hubungan antara mahasiswa dengan mata kuliah
atau dosen nya, pegawai dengan gaji nya dan sebagainya. Dalam matematika diskrit, relasi dapat
didefinisikan sebagai hubungan antara dua atau lebih elemen pada masing-masing himpunan.
Misalkan ada dua buah himpunan yaitu himpunan A dan himpunan B yang elemen nya semua
berurut (ordered pairs) maka relasi antar himpunan A dan himpunan B tersebut disebut relasi
biner. Notasi : R ⊆ (A x B) Jika (a, b) ∈ R , maka kita dapat gunakan notasi a R b yang artinya a
dihubungkan dengan b oleh R. Namun jika (a, b) ∉ R, maka kita dapat gunakan notasi a b yang
artinya a tidak dihubungkan dengan b oleh relasi R. 2.2 Representasi Relasi Terdapat banyak
cara lain untuk merepresentasi atau menyajikan selasi. Umumnya, ada 3 cara yang sering
digunakan untuk merepresentasikan relasi, yaitu dengan tabel, matriks dan graf berarah.

TEORI GRAPH, SEJARAH DAN MANFAATNYA

Graph sering digunakan untuk merepreesntasikan sebuah objek dan hubungannya dengan objek
lain. Sejarah teori graph bermula saat ahli matematika Swiss Leonhard Euler memecahkan
masalah jembatan Königsberg . Masalah jembatan Königsberg adalah teka-teki lama mengenai
kemungkinan menemukan jalan setapak di tujuh jembatan yang membentang di sepanjang
sebuah sungai bercabang yang melewati sebuah pulau tapi dengan tanpa melewati jembatan dua
kali. Euler berpendapat bahwa tidak ada jalan semacam itu. Buktinya hanya mengacu pada
susunan fisik jembatan, namun intinya dia membuktikan teorema pertama dalam teori graph
(Carlson, 2017).
Seperti yang digunakan dalam teori grafik, grafik istilah tidak mengacu pada grafik data, seperti
grafik garis atau grafik batang. Sebaliknya, ini mengacu pada sekumpulan simpul (yaitu titik atau
simpul) dan tepi (atau garis) yang menghubungkan simpul. Bila dua simpul digabungkan lebih
dari satu tepi, grafiknya disebut multi graph. Grafik tanpa loop dan paling banyak satu tepi antara
dua simpul disebut grafik sederhana. Kecuali dinyatakan lain, grafik diasumsikan mengacu pada
grafik sederhana. Bila setiap simpul dihubungkan oleh ujung ke setiap titik lainnya, grafik
disebut grafik lengkap. Bila sesuai, arah dapat diberikan ke masing-masing ujung untuk
menghasilkan apa yang dikenal sebagai grafik terarah, atau digraf (Carlson, 2017).

Graph pada dasarnya mempunyai komponen berupa simpul dan sisi dan pada graph tersebut
sehingga membentuk graph terbuka dan graph tertutup sehingga membentuk sejumlah lintasan
dan sirkuit. Sehingga pada teorema graph telah dapat menyelesaikan tanda tanya dalam
penyelesaian teka-teki jembatan Konigsberg dan dengan solusi masalah yang sama (Wirdasari,
2011).

Masalah di Konigsberg (7 crossing point on progel river)

Euler adalah seorang ahli matematika yang mencoba untuk memecahkan teka-teki tersebut dan
lebih dikenal dengan masalah Jembatan Konigsberg (Wirdasari, 2011). Terdapat 7 (tujuh) buah
jembatan yang dapat menghubungkan 2 (dua) pulau dan juga sebuah sungai,

Urban planning problem

Dalam mecari solusi tersebut euler seorang matematika tersebut mencoba metode dari masalah
ini adalah dengan membentuk model dari jembatan Konigsberg yang dikenal dengan multigraph,
diperlihatkan pada Gambar 2. Pada multigraph tersebut memiliki 2 (dua) elemen yaitu himpunan
verteks (titik/node) dan himpunan edge (garis) yang saling menghubungkan garis antar verteks
(Wirdasari, 2011).

.
Pada semua multigraph euler telah membuat sebuah aturan yang dapat dipakai dalam mencari
solusi pada jembatan Konigsberg, sehingga aturan ini disebut dengan sebutan Eulerian path,
yang berbunyi:

“Andai kita mempunyai sebuah multigraph untuk beberapa pasang verteks sehingga akan
terdapat sebuah path (lintasan) diantara verteks-verteks tersebut. Multigraph tersebut memiliki
eulerian path dan jika terdapat 0 datau 2 verteks tersebut maka banyak edge yang meninggalkan
verteks tersebut akan berjumlah ganjil”

Pada Multigraph jembatan Konigsberg tersebut memiliki empat verteks dan pada ke-empat
verteks tersebut memiliki edge sehingga meninggalkan verteks yang berjumlah ganjil. Maka
Eulirian path tersebut tidak dimiliki pada multigraph jembatan Konigsberg. Multigraph yang
ditunjukkan pada Gambar 3 tidak memiliki panah, sehingga disebut dengan undirected graph
(graph tak berarah). Sehingga disebut dengan directed graph (graph berarah) adalah multigraph
yang memiliki panah yang ditujukan pada gambar 4.

Definisi 1. Sebuah simple graph (undirected graph) adalah pasangan dari G = (V , E) dimana:

V = himpunan berhingga dari elemen yang disebut verteks

E = sebuah relasi yang irrefleksif dan simetri pada V.


Pasangan berurutan pada E disebut edge dari graph yang berurutan . Lebih spesifik, jika e = (u,
v) Î E , dikatakan bahwa edge e adalah antara u dan v (dan juga antara v dan u ), dan dikatakan
bahwa u adjacent ke v . Lebih jauh, dapat dikatakan bahwa e incident ke u (dan juga v ). Karena
E simetri, maka kita dapat menotasikan e sebagai pasangan tak berurut {u, v}.

Pemecahan oleh Euler

Hasil dari Teka-Teki Jembatan Konigsberg berdampak sungguh luar biasa terhadap ilmu
pengetahuan. Dari teka-teki tersebut sangat berguna dan telah membuka jalan bagi terciptanya
teorema baru yang disebut teorema graph. (Studi & Informatika, n.d.).

Pada Teka-Teki Tujuh Jembatan Konigsberg menghasilkan solusi permasalahan dengan dapat
diperolehnya melalui dianalogikannya setiap jembatan sebagai sisi dan setiap daratan yang
diperolah sebagai simpul pada graph sehingga dapat terbentuknya graph yang lengkap. Dengan
memperhitungkan derajat dalam graph dari setiap simpulnya maka dengan menggunakan metode
seperti yang telah diungkapkan dalam pembuktian di atas, kita akan dapat mengetahui apakah
graph tersebut merupakan suatu lintasan di mana setiap sisi dilalui hanya satu kali saja (Studi &
Informatika, n.d.).

Fakta bahwa teorema graph yang dihasilkan oleh Euler telah menyelesaikan masalah
berdasarkan Teka-Teki pada Jembatan Konigsberg yang menyatakan hubungan tersendiri antara
jaringan spasial (seperti jalur transportasi) pada graph. Dalam memodelkan jaringan spasial,
sebagai ada beberapa tambahan yaitu selain simpul dan sisi adalah biasanya diberikan sebuah
nilai selaku bobot berupa panjang atau satuan ukuran nilai lainnya yang menyatakan kuantitas
segmen jalan yang diwakili oleh sisi pada graph tersebut. Maka selanjutnya kita dapat mencari
suatu rute pada jaringan spasial tersebut yaitu menggunakan sarana atau beban yang minimal
seperti pada solusi Teka-Teki Tukang Pos Cina (Studi & Informatika, n.d.).

manfaat dari mempelajari salah satu aplikasi Teorema Euler, dapat diketahui dari hasil kerja
Euler mengenai graph merupakan menjadi salah satu kunci penting dalam keberhasilan
penyelesaian berbagai aplikasi masalah yang ada di dunia nyata.
Teknologi Graph Database

Dalam komputasi, database graf adalah database yang menggunakan struktur grafik untuk query
semantik dengan node, edge dan properti untuk mewakili dan menyimpan data. Konsep kunci
dari sistem adalah grafik (atau edge atau hubungan), yang secara langsung menghubungkan item
data di toko. Hubungan memungkinkan data di toko dihubungkan secara langsung, dan dalam
banyak kasus diambil dengan satu operasi.

Mengambil data dari database grafik memerlukan bahasa query selain SQL, yang dirancang
untuk manipulasi data dalam sistem relasional dan oleh karena itu tidak dapat “secara elegan”
menangani pelacakan grafik. Pada tahun 2017, tidak ada bahasa query grafik tunggal yang telah
diadopsi secara universal dengan cara yang sama seperti SQL untuk basis data relasional, dan
ada beragam sistem, yang paling sering terkait erat dengan satu produk. Beberapa upaya
standardisasi telah terjadi, yang mengarah ke bahasa query multi-vendor seperti Gremlin,
SPARQL, dan Cypher. Selain memiliki antarmuka bahasa query, beberapa database grafik
diakses melalui antarmuka pemrograman aplikasi (API).

Grafik database didasarkan pada teori grafik, dan menggunakan node, edge, dan properti.

Node mewakili entitas seperti orang, bisnis, akun, atau item lainnya untuk dilacak. Mereka kira-
kira setara dengan catatan, relasi, atau baris dalam database relasional, atau dokumen dalam
database dokumen.

Edge, juga disebut grafik atau hubungan, adalah garis yang menghubungkan node ke node lain;
mereka mewakili hubungan di antara mereka. Pola bermunculan muncul saat memeriksa koneksi
dan interkoneksi node, properti, dan edge. Edge adalah konsep kunci dalam database grafik,
mewakili abstraksi yang tidak langsung diimplementasikan di sistem lain.

Properti adalah informasi yang sangat bagus untuk node. Misalnya, jika Wikipedia adalah salah
satu simpul, mungkin terkait dengan properti seperti situs web, materi referensi, atau kata-kata
yang dimulai dengan huruf w, bergantung pada aspek Wikipedia mana yang sesuai dengan
database tertentu.

Daftar Pustaka :

Carlson, S. C. (2017). Graph theory. Retrieved from https://www.britannica.com/topic/graph-


theory

Studi, P., & Informatika, T. (n.d.). Jembatan konigsberg, 1–10.

Wirdasari, D. (2011). Teori graph dan implementasinya dalam ilmu komputer, 10(1), 23–34.

https://en.wikipedia.org/wiki/Graph_database
Tugas 10

Memahami algoritma

ALGORITMA

Algoritma adalah urutan langkah-langkah logis yang penyelesaian masalahnya disusun secara
sistematis.Notasi Algoritma1. DeskriptifNotasi algoritma dengan menggunakan kalimat ini
disebut juga notasi alami. Dimana cara penulisannya dalam bentuk untaian kalimat deskriptif
dengan menggunakan bahasa yang jelas. Notasi deskriptif ini disarankan untuk algoritma yang
pendek karena apabila untuk algoritma yang panjang notasi deskriptif kurang efektif. Secara
garis besar notasi deskriptif tersusun atas tiga bagian utama, yaitu :Bagian Judul, merupakan
bagian yang terdiri atas nama algoritma dan penjelasan atau spesifikasi algoritma tersebut.
Bagian Deklarasi, merupakan bagian untuk mendefinisikan semua nama yang digunakan pada
algoritma dapat berupa variabel, konstanta, tipe ataupun fungsiBagian Deskripsi, merupakan
bagian inti pada struktur algoritma yang berisi uraian langkah-langkah penyelesaian masalah.

Contoh penulisan algoritma dengan notasi deskriptif.

Algoritma Luas_Lingkaran

{Menghitung luas lingkaran untuk ukuran jari-jari tertentu. Algoritma menerima masukan jari-
jari lingkaran, menghitung luasnya, lalu mencetak luasnya ke piranti keluaran}

Deklarasi :

Jari_jari = real {tipe data bilangan pecahan}

Luas = real {tipe data bilangan pecahan}

PHI = 3.14

Deskripsi

1. Baca jari

2. Hitung luas = PHI*jari_jari * jari_jari

3. Tampilkan luas ke layar


4. Selesai

2. Pseudecode

Pseudecode merupakan cara penulisan algoritma yang menyerupai bahasa pemrograman tingkat
tinggi. Pada umumnya notasi pseudecode menggunakan bahasa yang mudah dimengerti secara
umum dan juga lebih ringkas. Pseudecode berisi deskripsi dari algoritma pemrograman

komputer yang menggunakan struktur sederhana dari beberapa bahasa pemrograman tetapi
bahasa tersebut hanya ditujukan agar bisa terbaca dan dimengerti manusia. Sehingga pseudecode
tidak dipahami oleh komputer. Supaya notasi pseudecode dapat dimengerti oleh komputer maka
musti diterjemahkan ke dalam sintaks bahasa pemrograman tertentu.Pada notasi pseudecode
tidak ada aturan tertentu yang resmi. Disarankan untuk menggunakankata kunci yang umum
digunakan seperti if, then, else, while, do, for, repeat dan lainya. Struktur penulisan algoritma
dengan notasi pseudeccode secara umum sama dengan notasi deskriptif.Contoh penulisan
algoritma menggunakan notasi pseudecode.

void function TikTok

for(i=0;i<=100;i++) {

set flag to true;

if i is divisible by 3

print “Tik”;

set flag to false;

if i is divisible by 5

print “Tok”;

set flag to false;

if flag, print i;

print a newline;

}
3. Flowchart.

Flowchart merupakan penulisan algoritma dengan menggunakan notasi grafis. Flowchart adalah
bagan yang mempelihatkan tahapan dari suatu program dan hubungan antarproses beserta
penyataannya. Ilustrasi ini dinyatakan dalam simbol, setiap simbol mempunyaimakna tertentu
untuk proses tertentu

Daftar pustaka

https://www.studocu.com/id/document/universitas-riau/matematika-diskrit/algoritma-dan-
bilangan-bulat/32232595
Nama : Muhammad wahyu rizky

NPM : 21010041

Kelas : Informatika A2

Mata Kuliah : Matematika Diskrit

Tugas UAS

. Diketahui barisan relasi rekursi a0 = 2, a1 = 4, a2 = 5 Tentukan nilai a3, a4, dan a5!

Jawab =

A3= A3-1 – A3-2

= A2 – A1

=5-4=1

A4= A4-1 – A4-2

= A3 – A2

= 1- 5= -4

A5= A5-1 – A5-2

= A4– A3

= -4 - 1 = -5

JADI HASIL DARI A3= 1 , A4 = -4 DAN A5 = -5


Buktikan bahwa untuk sembarang elemen a dan b dari aljabar Boolean maka kesamaan
berikut :

a + a’b = a + b dan a (a’ + b) = ab

adalah benar.

Jawaban :

Penyelesaian

a + a’b = (a + ab) + a’b (hukum penyerapan)

= a + (ab + a’b) (hukum asosiatif)

= a + (a + a’) b (hukumdistributif)

=a+1.b (hukum komplemen)

=a+b (hukum identitas)

a ( a’ + b) = a a’ + ab (hukum distributif)

= 0 + ab (hukum komplemen)

= ab (hukum identitas)

A adalah himpunan bilangan prima yang kurang dari 10. Sementara diketahui B = {p, q,
r}.

Tentukan:
(a) banyaknya fungsi yang mungkin dibentuk dari himpunan A ke himpunan B
(b) banyaknya fungsi yang mungkin dibentuk dari himpunan B ke himpunan A

Jawaban :

Pembahasan
A = {2, 3, 5, 7} sehingga banyak anggota A → n(A) = 4
B = {p, q, r} sehingga banyak anggota himpunan B → n(B) = 3

(a) banyaknya fungsi yang mungkin dibentuk dari himpunan A ke himpunan B


= 34 = 3 x 3 x 3 x 3 = 81
(b) banyaknya fungsi yang mungkin dibentuk dari himpunan B ke himpunan A

= 43 = 4 x 4 x 4 = 64

Buatlah diagram panah yang menunjukkan relasi “faktor dari” dari himpunan K = {0, 1,
2} ke himpunan L = {4, 5, 6}

Jawaban :

Himpunan K = {0, 1, 2}

Himpunan L = {4, 5, 6}

Berikut diagram panahnya.

Apa definisi algoritma?

Jawaban :

Algoritma adalah urutan langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun


secara sistematis dan logis”. Kata logis merupakan kata kunci dalam algoritma.
Langkah-langkah dalam algoritma harus logis dan harus dapat ditentukan bernilai salah
atau benar. Dalam beberapa konteks, algoritma adalah spesifikasi urutan langkah untuk
melakukan pekerjaan tertentu. Pertimbangan dalam pemilihan algoritma adalah, pertama,
algoritma haruslah benar. Artinya algoritma akan memberikan keluaran yang dikehendaki
dari sejumlah masukan yang diberikan. Tidak peduli sebagus apapun algoritma, kalau
memberikan keluaran yang salah, pastilah algoritma tersebut bukanlah algoritma yang
baik.

Anda mungkin juga menyukai