Anda di halaman 1dari 15

LOGIKA MATEMATIKA

Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Logika Matematika
Dosen: Dr.Bambang Hariyanto,ST.,MT

Disusun Oleh:
Nama : Titin Sugihartini
NIM/NPM : 4522210004

Jurusan Informatika
Fakultas Teknik
Jakarta, 9 Desember 2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subkhanallahuwata’ala. Sholawat serta salam
kita kirimkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Sholallahu’alaihi Wassalam, karena
atas hidayah-Nyalah paper ini dapat diselesaikan. Paper ini penulis sampaikan kepada
pembina Mata Kuliah Pembelajaran Logika Matematika, sebagai tugas pendalaman
pembelajaran Logika Matematika.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Dosen Dr.Bambang
Hariyanto,ST.,MT Matematika yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan dengan lancar dalam menulis paper ini.
Selanjutnya kami mohon kepada bapak dosen khususnya dan pembaca pada umumnya, bila
ada kesalahan atau kekurangan dalam paper ini, baik dari segi bahasa maupun kontennya,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada semua pembaca
demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 09 Desember 2022

Penulis,
Titin Sugihartini
4522210004
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah bahwa logika, penalaran dan
argumentasi sangat sering digunakan dalam kehidupan nyata sehari-hari.. Topik ini sangat
penting karena dapat meningkatkan daya nalar kita dan dapat diaplikasikan di dalam
kehidupan nyata. Di dalam matematika, hukum-hukum logika menspesifikasikan makna dari
pernyataan matematis. Hukum-hukum logika tersebut membantu kita untuk membedakan
antara argumen yang valid dan tidak valid. Logika juga digunakan untuk membuktikan
teorema-teorema di dalam matematika Oleh karena itu, kompetensi yang hendak dicapai
adalah agar para mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampilan dalam hal
mengembangkan dan memanfaatkan logika yang dimiliki serta menambah pengetahuan
tentang materi ini.
B. Rumusan Masalah
1. Rumus – Rumus Yang ada dilogika Matematika
2. Logical Fallacies
3. Jenis-Jenis Bias
4. Argumentum ad Verecundiam
C. Manfaat Pembahasan
1. Mengetahui Rumus- Rumus Yang ada dilogika Matematika
2. Mengetahui Logical Fallancies
3. Jenis – Jenis Bias
4. Argumentum ad Verencundiam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Rumus – Rumus yang ada di logika matematika
Pengertian Logika Matematika
Logika matematika ialah suatu cabang logika dan matematika yang mengandung
sebuah kajian matematis logika dan aplikasi kajian ini pada bidang-bidang lain di luar
matematika. Logika matematika ini berhubungan erat dengan bidang ilmu komputer
dan logika filosofis. Tema utama dalam logika matematika ini antara lain yaitu
sebagai kekuatan ekspresif dari logika dan kekuatan deduktif dari sistem
pembuktianformal.
Logika matematika ini sering dibagi ke dalam cabang-cabang dari teori himpunan,
teori rekursi, teori model, teori pembuktian dan teori matematika konstruktif. Bidang-
bidang ini masing-masing mempunyai hasil dasar logika yang serupa.

Hukum logika
1. Hukum komutatif, yaitu:
p∧q ≡ q∧p
p∨q ≡ q∨p
2. Hukum asosiatif, yaitu:
(p ∧ q) ∧ r sama dengan p ∧ (q ∧ r)
(p ∨ q) ∨ r sama dengan p ∨ (q ∨ r)
3. Hukum distributif, yaitu:
Apabila p∧(q∨r) maka sama dengan (p∧q)∨(p∧r)
Apabila p∨(q∧r) maka sama dengan (p∨q)∧(p∨r)
4. Hukum identitas, yaitu:
p∧B≡ p
p∨S≡ p
5. Hukum ikatan, yaitu:
p∧S≡ S
p∨B≡ B
6. Hukum negasi, yaitu:
p ∧ ~p ≡ S
p ∨ ~p ≡ B
7. Hukum negasi ganda, yaitu:
~(~p) ≡ p
8. Hukum idempotent, yaitu:
p∧p≡ p
p∨p≡ p
9. Hukum De Morgan, yaitu:
~(p ∧ q) ≡ ~p ∨ ~q
~(p ∨ q) ≡ ~p ∧ ~q
10. Hukum penyerapan, yaitu:
p ∧ (p ∨ q) ≡ p
p ∨ (p ∧ q) ≡ p
11. Negasi B dan S, yaitu:
~B ≡ S
~S ≡ B
12. p → q ≡ ~p ∨ q

13. p ↔ q ≡ (~p ∨ q) ∧ (p ∨ ~q)

Didalam logika matematika, terdapat cara untuk mementukan nilai dari suatu
pernyataan, baik bernilai benar ataupun bernilai salah.
Pernyataan itu sendiri juga terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Pernyataan Tertutup (Kalimat Tertutup)
Pernyataan tertutup atau kalimat tertutup yaitu suatu pernyataan yang sudah
memiliki nilai benar atau salah.
Contohnya:
“5 ialah bilangan genap”, kalimat tersebut bernilai salah karena yang benar
seharusnya ialah “5 adalah bilangan ganjil”.

2. Pernyataan Terbuka (Kalimat Terbuka)


Pernyataan terbuka atau kalimat terbuka ialah suatu pernyataan yang belum
dapat ditentukan nilai kebenarannya karna adanya suatu perubah atau variabel.
Contoh logika matematika:
p(x): 3x+1 > 6, x \in \mathbb{R}
Ketika x = 1, maka p(1): 3(1) + 1 > 6 bernilai salah, dan
Ketika x = 2, maka p(2): 3(2) + 1 > 6 bernilai benar

3. Ingkaran atau Negasi dari suatu Pernyataan


Ingkaran atau negasi ialah kebalikan nilai dari suatu pernyataan itu sendiri,
dimana ketika suatu pernyataan bernilai benar, maka negasinya bernilai salah
dan saat suatu pernyataan bernilai salah, maka negasinya bernilai benar.
Ingkaran atau negasi dari pernyataan p dilambangkan dengan simbol: \sim p.

4. Pernyataan Kuantor
Pernyataan kuantor ialah bentuk logika matematika yang berupa pernyataan
yang memiliki kuantitas. Didalam pernyataan kuantor, pada umumnya
terdapat kata semua, seluruh, setiap, beberapa, ada, dan sebagian.
kata-kata yang senilai dengan seluruh, semua, setiap termasuk dalam kuantor
universal dan kata-kata yang senilai dengan sebagian, beberapa, ada, adalah
termasuk kedalam kuantor eksistensial.
Kuantor universal dan kuantor eksistensial saling beringkaran.
Contoh:
p : semua orang ialah sarjana (Kuantor universal)
sim p : sebagian orang ialah tidak sarjana
5. Pernyataan Majemuk, Bentuk Ekuivalen dan Ingkarannya
Pernyataan Majemuk dalam ilmu matematika ialah beberapa pernyataan yang
dapat dibentuk menjadi satu pernyataan dengan menggunakan kata
penghubung logika seperti dan, atau, maka dan jika dan hanya jika.
Dalam logika matematika, kata hubung tersebut masing-masing memiliki
lambang dan istilahnya sendiri, yaitu:
kata hubung pernyataan majemuk

a) Tabel Kebenaran Konjungsi


tabel kebenaran konjungsi
Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa sifat dari konjungsi ialah bernilai benar
jika kedua pernyataan penyusun dari peryataan majemuk keduanya bernilai benar.

b) Tabel Kebenaran Disjungsi


logika matematika disjungsi
Berdasarkan tabel diatas maka dapat kita ambil simpulkan bahwa sifat dari disjungsi
ialah bernilai salah jika kedua pernyataan penyusun dari peryataan majemuk
keduanya bernilai salah.

c) Tabel Kebenaran Implikasi


tabel implikasiPada sifat implikasi ini, p \Rightarrow q, suatu p disebut sebagai hipotesa
dan q sebagai konklusi. Maka pada implikasi ini akan menghasilkan nilai salah ketika
konklusi salah dan hipotesa benar.
d) Tabel Kebenaran Biimplikasi
tabel biimplikasi
Pada sifat biimplikasi ini, suatu penyataan majemuk akan bernilai benar apabila kedua
pernyataan penyusunnya bernilai sama, keduanya benar atau keduanya salah.

6. Tautologi dan Kontradiksi


Tautologi ialah pernyataan majemuk yang selalu benar untuk semua
kemungkinan yang ada dan kontradiksi ialah kebalikannya, yaitu pernyataan
majemuk yang bernilai salah untuk semua kemungkinan yang ada.
7. Bentuk Ekuivalen Pernyataan Majemuk
Pernyataan majemuk yang memiliki nilai sama untuk seluruh
kemungkinannya disebut ekuivalen.
Notasi ekuivalen dalam logika matematika ialah “\equiv“.
Bentuk-bentuk pernyataan yang saling ekuivalen yaitu:

Contoh Soal Logika Matematika


Soal 1:
Premis 1 : Apabila Andi rajin belajar, maka Andi juara kelas
Premis 2 : Andi rajin belajar
Kesimpulannya dari kedua premis diatas yaitu ….

Jawab:
Premis 1 : p \Rightarrow q
Premis 2 : p
Kesimpulan : q (modus ponens)
Maka, kesimpulannya ialah Andi juara kelas.
Soal 2:
Premis 1 : Apabila hari hujan, maka sekolah libur
Premis 2 : sekolah tidak libur
Kesimpulan dari kedua premis diatas yaitu ….

Jawab:
Premis 1 : p \Rightarrow q
Premis 2 : \sim q
Kesimpulan : (modus tollens)
Maka, kesimpulannya ialah hari tidak hujan.

B. Logical Fallacies
Istilah fallacy pada dasarnya diambil dari bahasa Latin, yaitu fallacia yang berarti deception.
Deception dalam bahasa Indonesia artinya tipu muslihat atau penipuan. Dengan kata lain,
argumen yang dilontarkan oleh seseorang tidak terbukti kebenarannya dan berpotensi menipu
orang lain.

Tanpa disadari, mungkin dalam sehari-hari elo hampir atau bahkan pernah terjebak dengan
seseorang yang menerapkan logical fallacy atau sesat pikir.

Dalam praktiknya, kesesatan berpikir ini nggak cuman datang dari satu pihak saja, lho, Sobat
Zenius! Kadang juga terjadinya pada dua pihak sekaligus.

Nah, sesat pikir ini sejatinya bisa elo identifikasi karena biasanya mempunyai karakteristik
sebagai berikut:

terdapat kesalahan dalam logika berpikir


biasanya diterapkan dalam argumen
ada indikasi kesan menipu kepada orang lain
Menilik karakteristik di atas, sebaiknya Sobat Zenius mulai bijak dalam menggunakan logika
sedari sekolah, nih! Sebab, bahaya juga jika elo terperangkap atau bahkan terhasut dengan
kesesatan berpikir seseorang.

Bagaimana caranya? Nah, salah satu cara simpelnya adalah elo bisa menumbuhkan sikap
kritis di dalam diri sejak sekolah.

Selain percakapan yang udah gue paparkan di atas, ada salah satu contoh logical fallacy yang
mungkin seringkali elo jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, elo lagi suka, nih, punya rambut panjang atau gondrong. Eh, tapi tiba-tiba ada
salah satu temen elo yang nyeletuk kayak gini

“Yaelah, rambut gondrong kayak mau nyopet di busway aja.”

Dari argumen di atas, seolah-olah setiap orang yang rambut gondrong itu merupakan
pencopet dan mendapatkan pandangan negatif. Padahal, kan, belum tentu seperti itu.
Dengan demikian, elo disarankan untuk berhati-hati dalam menghadapi setiap argumen yang
dilontarkan oleh orang lain. Sebaiknya, jangan ditelan mentah-mentah, ya!
Jenis-Jenis Logical Fallacy
Sobat Zenius sekarang udah mulai paham, nih, mengenai definisi logical fallacy. Kita semua
sepakat kalau sikap kritis perlu ditumbuhkan supaya terhindar dari praktik tersebut.

Nah, ternyata kesesatan berpikir itu ada beragam jenisnya, lho! Emangnya, apa aja, sih, jenis-
jenis logical fallacy?

1. Ad hominem
Sobat Zenius masih ingat dengan contoh logical fallacy yang gue paparkan di awal artikel?
Nah, contoh tersebut bisa dikategorikan sebagai jenis ad hominem.

Ad hominem ini merupakan sesat pikir di mana saat dua pihak sedang melontarkan argumen,
satu pihak akan membahas kepribadian orang lain yang tidak ada kaitannya dengan
pembahasan yang sedang berlangsung.

Hal ini tentu sama seperti halnya contoh yang udah gue sebutkan di atas. Saat seorang
jomblo menasihati orang yang sedang pacaran mengenai posesif, tetapi orang tersebut nggak
terima dinasihati oleh orang jomblo. Alhasil, ia justru menyerang kepribadian pihak lain.

2. Hasty generalization (overgeneralization)


Sobat Zenius pernah mendengar kalimat seperti ini?

“Alah, semua cowok itu brengsek.”

Yap, kalimat tersebut biasanya diucapkan oleh seorang cewek yang abis disakitin oleh
cowok.

Secara nggak langsung, itu merupakan suatu bentuk dari logical fallacy, lho! Sebab, cewek
tersebut mencoba untuk menggeneralisasikan kalau semua cowok itu brengsek. Dengan kata
lain, istilah tersebut dinamakan dengan hasty generalization atau overgeneralization.

Padahal, mungkin cewek itu baru kenal dua sampai tiga cowok. Bukan berarti semua cowok
itu brengsek.

3. Strawman
Jenis logical fallacy selanjutnya yaitu strawman. Strawman merupakan suatu keadaan di
mana saat dua pihak sedang berbicara, pihak yang lain menyimpulkan argumen orang lain
secara salah dan menimbulkan kesalahpahaman.

Contoh ketika sedang ada lomba debat antar kelas di sekolah elo dengan tema pemerintahan.
Pihak pertama mengeluarkan argumen kalau infrastruktur yang berlebihan di negara tidak
baik karena bisa merusak alam dan hutan di negara kita.

Terus, pihak kedua langsung menyimpulkan kalau pihak pertama nggak suka dengan
pemerintahan sekarang. Padahal, kan, pihak kedua bisa berdiskusi mengenai infrastruktur di
negara ini, bukannya mengklaim sesuatu yang belum tentu benar.

Hal inilah yang disebut dengan sesat pikir strawman.


4. Post Hoc
Post hoc merupakan sebuah argumen di mana seseorang melebih-lebihkan sesuatu dan
terlalu mempercayai suatu hal.

Hal ini mungkin pernah Sobat Zenius temui. Misalnya, argumen mengenai mayat yang
dilangkahi kucing hitam akan bangkit lagi atau orang yang kejatuhan cicak akan mengalami
marabahaya.

5. Circular reasoning
Pernah nggak, sih, elo mendengarkan argumen seseorang yang terus berputar-putar tanpa ada
bukti yang kuat? Kalau pernah, bisa dibilang orang tersebut sedang melakukan praktik
logical fallacy jenis circular reasoning.

Misalnya, seseorang berargumen kalau Tuhan itu ada karena terdapat dalam sebuah kitab.
Terus, ada orang bertanya, “kenapa gue percaya kalau Tuhan itu ada?”, lalu pihak pertama
menjawab, “Ya, karena sudah tertuang dalam kitab”.

Alhasil, argumennya hanya berputar-putar di sana tanpa ada opini lain yang menguatkan.

6. Burden of proof
Burden of proof yaitu jenis sesat pikir dengan suatu keadaan di mana pihak pertama yang
telah mengeluarkan argumen menantang kepada pihak kedua untuk memberikan bukti kalau
argumennya itu tidak valid.

Jika pihak kedua nggak ada bukti, otomatis pihak pertama mengakui kalau argumennya
emang bener-bener valid.

Seakan-akan dia kayak ngomong begini, “Kalau elo nggak bisa ngebuktiin kalau argumen
gue salah, berarti itu benar”.

7. Begging the question


Hampir sama seperti circular reasoning, jenis logical fallacy yang satu ini cenderung
berputar-putar atau memiliki pola pikir yang melingkar.

Jadi, ketika seseorang mengungkapkan argumen, terdengar seakan-akan tidak jelas atau
ambigu antara pernyataan atau pertanyaan.

Pada akhirnya, hal ini justru membuat para pendengar merasa kebingungan.

8. False Dilemma
Jenis yang satu ini mungkin sering Sobat Zenius temui di dalam kehidupan sehari-hari. False
dilemma merupakan salah satu kesesatan berpikir yang membuat pihak pertama seolah-olah
hanya memberikan dua pilihan dari argumennya kepada pihak kedua.

Contoh dari jenis false dilemma yaitu ketika seseorang berkata kepada orang lain seperti ini,
“elo nggak punya pendirian kalau cuman bisa mengikuti orang lain”.

Akibat argumen tersebut, otomatis pihak kedua langsung tidak berkutik dan bingung hendak
menjawab apa.
9. Appeal to nature
Jenis sesat pikir yang satu ini membuat orang berpendapat kalau semua hal yang alami
adalah baik, benar, dan tidak terbantahkan sama sekali.

Padahal, belum tentu hal-hal alami itu baik. Malahan, justru cenderung terlihat buruk atau
jahat.
10. Anecdotal
Anecdotal bisa jadi merupakan salah satu jenis logical fallacy yang perlu Sobat Zenius
waspadai.

Pasalnya, orang yang mempraktikkan jenis ini akan menggunakan pengalaman pribadi
ataupun sampel tertentu secara subjektif untuk dijadikan sebagai argumen yang berkaitan
dengan seluruh orang atau populasi.

Sebagai contoh, ada pemilik minuman brand A mengatakan kalau minumannya sudah laris di
30 negara, 15 negara di antaranya merupakan negara tersehat di dunia.

Setelah itu, ia mengklaim kalau minumannya itu bisa bikin sehat. Padahal, kan, itu hanya
survei dari beberapa negara saja.

11. Ad ignorantum
Sesat pikir yang satu ini sejatinya hampir sama seperti menggeneralisasikan sesuatu, tetapi
hanya terpaku pada satu subjek saja.

Biasanya, orang dengan ad ignorantum akan menganggap suatu hal sama dengan yang
lainnya sehingga berpotensi menimbulkan konflik.

Salah satu contohnya yaitu ada seseorang yang tidak suka satu lagu dari seorang musisi.
Setelah itu, ia akan beranggapan kalau semua lagu dari musisi tersebut nggak enak.
12. The gambler’s fallacy
Kesesatan berpikir yang satu ini terkadang sering muncul ketika elo sedang mempertaruhkan
sesuatu atau menanam aset di sebuah investasi.

Secara garis besar, gambler’s fallacy merupakan pola pikir, di mana seseorang percaya
bahwa kebetulan jangka pendek akan terkoreksi secara alami.

Contoh sederhananya adalah elo berpikiran kalau berinvestasi di saham A akhir-akhir ini
sedang turun. Lalu, setelahnya, elo berpikir kalau hari esok pasti akan naik.

13. Middle ground


Jenis logical fallacy selanjutnya yaitu middle ground. Pemikiran yang satu beranggapan
kalau saat dia berada di tengah-tengah pertentangan, ia beranggapan kalau berada di titik
tengah adalah suatu kebenaran.

Hal tersebut tentu saja cukup berbahaya. Sebab, belum tentu ketika elo tidak memilih apapun
itu benar. Bisa saja, kebenaran itu terletak di kubu A ataupun kubu B. Sebab, jika elo tetap
berada di tengah-tengah, itu sama saja seperti berada di tengah kebenaran dan kebohongan.

Dalam arti lain, hal tersebut masih dianggap dengan kebohongan.

14. False Cause


Elo mungkin pernah terjebak ke dalam sesat pikir yang satu ini. False causes terjadi ketika
seseorang disajikan dengan dua hal yang terjadi secara bersamaan, lalu orang itu berpikir dua
hal tersebut saling berkaitan atau mempunyai sebab akibat.

Sebagai contoh, kasus virus corona sedang meningkat saat ini. Lalu, di sisi lain kasus
perceraian juga sedang marak di tengah masyarakat.

Lalu, seseorang menyimpulkan kalau corona mengakibatkan perceraian meningkat. Hal ini
tentu saja nggak ada kaitannya sama sekali sehingga berujung kepada logical fallacy.
15. Appeal to popularity
Nah, di antara elo mungkin pernah terjebak atau bahkan menggunakan kesesatan berpikir
yang satu ini. Appeal to popularity terjadi ketika seseorang mempercayai suatu argumen
yang disetujui oleh sebagian besar masyarakat.

Contoh sederhana dari sesat pikir yang satu ini adalah semua masyarakat beranggapan kalau
universitas negeri itu pasti bagus. Alhasil, elo pun ikut memercayai hal tersebut.

Padahal, kan, saat ini banyak juga universitas swasta yang nggak kalah bagus dari negeri.

16. Slippery slope


Slippery slope merupakan kesalahan berpikir mengenai sebab akibat. Sebagai contoh, ketika
elo memberi makanan kepada orang lain, lalu ada seseorang yang berkata kepada elo seperti
ini.

“Kalau elo memberi makanan kepada satu orang, elo juga harus memberikan makanan
kepada semua orang.”

Hal ini merupakan kesesatan berpikir yang perlu diwaspadai. Sebab, kita nggak harus
menyenangkan semua orang.

17. Bandwagon
Logical fallacy yang satu ini sebenarnya nggak jauh dari appeal to popularity. Dalam kasus
ini, elo memercayai sesuatu argumen yang diyakini benar oleh kebanyakan masyarakat.

Apabila ini terjadi, sudah pasti seseorang nggak akan mempunyai pendirian karena terus
mengikuti hal-hal yang dianggap benar oleh banyak orang.

18. The fallacy fallacy


Selanjutnya ada the fallacy fallacy. Dalam kasus ini, elo beranggapan kalau suatu klaim atau
argumen dibantah dengan buruk, otomatis klaim atau argumen tersebut sudah pasti salah.

Hal ini mungkin sering terjadi ketika ada acara debat ataupun diskusi yang diadakan kelas.
Ketika ada suatu argumen dari seseorang yang dibantah dengan buruk, lalu elo langsung
mengklaim bahwa argumennya sudah pasti salah.

19. Appeal to emotion


Appeal to emotion merupakan suatu keadaan di mana pihak satu mencoba untuk
memanipulasi perasaan atau emosinya supaya lawan bicara ikut merasakan sedih, marah,
atau emosi yang lainnya.
Setelah itu, si pihak pertama akan mencoba meyakinkan lawan bicaranya mengenai argumen
yang sedang ia lontarkan kepada lawan bicaranya.
20. Ambiguity
Seperti namanya, ambiguity ini merupakan jenis logical fallacy yang membuat seseorang
tidak jelas menyampaikan suatu kebenaran. Alhasil, argumennya bisa saja menyesatkan atau
menghapus kebenaran.

Dalam kasus ini, biasanya seorang politisi atau tokoh ternama yang seringkali
menyampaikan hal-hal secara ambigu sehingga membuat masyarakat menganggap bahwa itu
adalah hal yang benar.

21. Personal incredulity


Sobat Zenius pernah menganggap sesuatu hal yang nggak dimengerti menjadi sebuah
argumen atau tindakan yang salah? Kalau iya, berarti elo termasuk jenis yang satu ini, yaitu
personal incredulity.

Hal ini tentu saja nggak benar. Sesuatu yang tidak elo mengerti bukan berarti itu sebuah
kesalahan atau hal di luar nalar.

22. Tu quoque
Logical fallacy yang satu ini cenderung menghindari sebuah kritikan. Ia justru membalas
kritikan dari orang lain dengan kritikan juga.

Sebagai contoh, elo sedang berbincang dengan teman di dalam kelas. Pada awalnya, elo
mengkritik kalau teman elo itu jorok, nggak pernah mandi, terus meja belajarnya kotor, dll.

Bukannya memperbaiki diri, teman elo justru mengkritik elo dengan berkata kalau elo juga
orangnya malas. Sering telat dan jarang mengerjakan PR.

23. Genetic
Sesat pikir yang selanjutnya yaitu genetic, di mana seseorang cenderung menganggap bahwa
suatu argumen tidak valid atau tidak bisa dipercaya hanya karena datang dari siapa yang
berbicara atau dari mana datangnya.

Kesalahan ini dimulai dengan cara memanfaatkan persepsi negatif tentang subjek asal berita
tersebut sehingga membuat subjek yang mengeluarkan argumen terlihat buruk.

24. Special pleading


Terakhir, elo juga harus mengetahui jenis logical fallacy yang disebut special pleading. Jenis
yang ini cenderung membela dirinya sendiri dengan membuat pengecualian dari argumen
atau klaimnya yang terbukti salah.

Ia mencoba untuk membuat pembelaan diri dan beranggapan kalau argumennya itu benar
dan berusaha untuk meyakinkan para pendengarnya.

Dalam artian lain, orang tersebut tidak mau atau enggan disebut sebagai orang bodoh.

C. Jenis-Jenis Bias
D. Argumentum ad Verecundiam

Anda mungkin juga menyukai